MEMBRAN JANIN.
Implantasi Blastokista
Implantasi embrio ke dalam dinding rahim merupakan gambaran umum yang
ditemukan pada semua mamalia. Pada perempuan, implantasi terjadi 6 atau 7 hari
aposisi-pelekatan dini blastokista ke dinding uteri; 2 adhesi-meningkatnya kontak fisis
antara blastokista dan epitel uterus, dan 3 invosi-penetrasi dan invasi sinsitiotrofoblas ke
dalam endometrium, sepertiga bagian dalam miometrium dan pembuluh darah uterus.
Untuk mencapai keberhasilan implantasi, diperlukan endometrium reseptif yang telah
disensitisasi estrogen dan progesteron. Seperti deiperlihatkan pada Gambar 3.1
penerimaan uterus terhadap blastokista dibatasi hingga hari ke 20-24 siklus (Bergh dan
Navot,1992). Keterlekatan blastokista ke epitel dimediasi oleh reseptor di permukaan sel
di tempat implantasi yang berinteraksi dengan reseptor pada blastokista ( Carson, 2002,
Lessey dan Castelbaum, 2002; Lindhard, dk, 2002, Paris, dkk, 2002). Berkembangnya
epitel reseptif disebabkan oleh produksi estrogen dan progesteron pascaovulasi oleh
korpus luteum. Jika blastokista mendekati endometrium setelah hari ke-24 siklus, potensi
untuk terjadinya adhesi telah sangat berkurang karena adanya sintesis glikoprotein anti
perlekatan yang mencegah interaksi reseptor ( Navor dan Bergh, 1991).
Pada saat berinteraksi dengan endometrium, blastokista terdiri atas 100 hingga
250 sel. Blastokista melekat secara longgar ke epitel endometrium melalui aposisi.
Aposisi paling sering terjadi di dinding uterus bagian posterior atas. Pada perempuan,
sinsitiotrofoblaa belum dapat dibedakan sebelum implantasi. Perlekatan trofektoderm
blastokista ke permukaan endometrium melalui aposisi dan adhsi tampaknya
dikendalikan secara ketat oleh interaksi parakrin antara kedua jaringan ini.
Keberhasilan pelekatan blastokista dengan endometrium melibatkan modifikasi ekspresi
molekul adhesi selular (cellular adhesion molecule-CAM). Integrin-satu dari empat
famili CAM-merupakan reseptor pada permukaan sel yang mengentarai pelekatan sel ke
protein matriks esktraselular (Lessey dan Castelbaum,2002). Banyaknya variasi
peningkatan sel ke berbagai protein matriks ekstrasel yang berbeda dimungkinkan oleh
regulasi diferensiasi reseptor integrin.Integrin endometrium diatur secara hormonal dan
kelompok integrin khusus diekspresikan saat implantasi.(Lessey, dkk, 1996). Seacara
khusus, integrin yang abnormal telah dikaitkan dengan infertilitas ( Lessey, dkk,
krja, 1995)
Biologi Trofoblas
Pembentukan plasenta manusia dimulai dengan trofektoderm, yang merupakam
strutur yang pertama kali berdiferensiasi pada stadium morula.Trofektoderm membentuk
lapisan sel trofoblas yang mengelilingi blastokista.Selanjutnya, trofoblas berperan
penting pada kontak janin ibu hingga aterm.Dari semua komponen plasenta, trofoblas
paling bervariasi.Daya tembusnya menunjang implantasi, tercermin dari namanya, dan
fungsinya sebagai organ endokrin penting untuk adaptasi fisiologis maternal dan
mempertahankan kehamilan.
Diferensiasi Trofoblas
Pada hari ke-8 pascafertilisasi, setelah implantasi awal, trofoblas telah
berdiferinsiasi menjadi sinsitium berinti banyak bagian luar-sinsitiotrofoblas ( Gbr. 3-11).
Sitotrofoblas merupakan sel-sel germinal sinsitium dan komponen sekretoris utama
dalam plasenta. Meskipun setiap sitotrofoblas mampu melakukan sintesis DNA dan
mitosis, berbatas tegas, dan berinti tunggal, sinsitiotrofoblas tidak memiliki sifat-sifat
tersebut (Arnholdt, dkk., 1991). Sinsitiotrofoblas dinamakan demikian karena tidak
mengandung suatu sel tunggal.Sebaliknya, sinsitiotrofoblas terdiri atas sitoplasma amorf
tanpa batas sel, berinti banyak dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi, dan jalinan
sinsitial yang kontinu.Susunan ini membantu transportasi melewati sinsitiotrofoblas,
karena kendali pemindahan tidak bergantung pada peran salah satu sel tunggal.
Setelah implantasi sempurna, trofoblas berdiferensiasi lebih lanjut menurut dua jalur
utama, membentuk trofoblas vilus dan ekstravilus.Seperti ditunjukkan pada Gambar 3-12,
kedua jalur tersebut menghasilkan populasi sel trofoblas yang memiliki fungsi khusus
dalam hubungannya denganjaringan maternal (Loke dan King, 1995).Trofoblas
ekstravilus bermigrasi ke dalam desidua dan miometrium serta menembus jalinan
vaskular maternal sehingga berkontak dengan berbagai tipe sel ibu.(Pijnenborg,
1994).Trofoblas ekstravilus diklasifikasikan lebih lanjut menjadi trofoblas interstitial dan
trofoblas endovaskular.Trofoblas interstitial menginvasi desidua dan akhirnya menembus
miometrium untuk membentuk sel-sel raksasa alas plasenta. Trofoblas ini juga
mengelilingi arteri spiralis. Trofoblas endovaskular menembus lumen arteri spiralis
(Pijnenborg, dkk., 1983). Kedua hal ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya
Setelah erosi ringan di antara sel epitel pada endometrium permukaan, trofoblas
invasifmenggali semakin dalam, dan pada hari ke-10, blastokista telah sepenuhnya
terbungkus dalam endometrium (Gbr. 3-13). Mekanisme yang menyebabkan invasi
trofoblas ke dalam endometrium serupa dengan sifat sel ganas yang bermetastasis.
Mekanisme ini akan dijelaskan lebih lanjut di hal.54.
Pada hari ke-9 perkembangan, dinding blastokista yang menghadap lumen uterus
merupakan lapisan tunggal sel-sel gepeng (Gbr. 3-11 dan 3-14). Dinding seberangnya
yang lebih tebal tersusun atas dua zona-trofoblas dan massa sel dalam pembentuk embrio.
Hanya sekitar 7,5 hari pascafertilisasi, massa sel dalam atau diskus embrionik
berdiferensiasi membentuk lempengan tebal ectoderm primitive dan lapisan endoderm di
bawahnya. Beberapa sel kecil terdapat di antara diskus embrionik dan trofoblas dan
membungkus suatu ruang yang akan menjadi rongga amnion.
Mesenkim embrionik pertama kali muncul sebagai sel-sel terisolasi dalam rongga
blastokista. Saat sepenuhnya dilapisi mesoderm, rongga blastokista tersebut dinamakan
vesikel korionik, dan membrannya, sekarang disebut korion, tersusun atas trofoblas dan
mesenkim. Amnion dan sakus vitelinus diilustrasikan pada Gambar 3-15. Sel-sel
mesenkimal di dalam rongga blastokista berjumlah sangat banyak dan akhirnya akan
memadat membentuk body stalk. Tangkai ini akan menggabungkan embrio dengan
korion nutritive dan selanjutnya berkembang menjadi tali pusat. Body stalk dapat dikenali
pada stadium dini di ujung kaudal diskus embrionik.
Organisasi Plasenta
Istilah hemokorial merujuk pada plasentasi manusia. Istilah ini berasal dari kata hemo
yang merujuk pada darah ibu, yang secara langsung merendam sinsitiotrofoblas, dan
korio untuk korion (plasenta(. Istilah lama, hemokoriodentelial , muncul karena jaringan
korionik dipisahkan dari darah janin oleh dinding endothelial kapiler janin yang melintasi
inti vilus.
Vili Korionik
Sejak hari ke-12 pascafertilisasi, vilus korionik dapat dikenali untuk pertama kalinya.
Khorda mesenkimal yang berasal dari mesoderm ekstraembrionik menginvasi kolom
trofoblas yang padat, untuk membentuk vilus sekunder. Setelah dimulainya angiogenesis
dalam inti mesenkimal; vili yang terbentuk dinamakan vilus tersier. Meskipun sinus
venosus maternal telah terbuka pada masa implantasi dini, darah arteri maternal tidak
memasuki ruang intervilus hingga sekitar hari ke-15. Namun, pada sekitar hari ke-17,
pembuluh darah janin telah berfungsi dan sirkulasi plasenta terbentuk. Sirkulasi janin-
plasenta menjadi sempurna saat pembuluh darah embrionik terhubung dengan pembuluh
korionik. Dalam sebagian vilus, terdapat kegagalan angiogenesis akibat kurangnya
sirkulasi. Gambaran ini dapat ditemukan pada keadaan normal, tetapi bentuk proses ini
yang paling ekstrem tampak pada mola hidatiformis (lihat Bab 11, hal. 271).
Vili diselubungi oleh lapisan luar sinsitium dan lapisan dalam sitotrofoblas, yang
juga dikenal sebagai sel Langhans (lihat Gbr. 3-12). Proliferasi sitotrofoblas pada ujung
vilus menghasilkan kolom sel trofoblastik yang membentuk vilus penambat. Vilus
penambat tidak ditembus oleh mesenkim janin, dan mereka melekat ke desidua pada
lempeng basal. Dengan demikian, dasar ruang intervilus menghadap ke sisi maternal dan
terdiri atas sitotrofoblas dari sel kolom, selubung penutup sinsitiotrofoblas, dan desidua
maternal lamina basal. Dasar lempeng korionik membentuk atap ruang intervilus dan
tersusun atas dua lapisan trofoblas di bagian luar dan mesoderm fibrosa di bagian dalam.
Lempeng korionik “definitive” dibentuk pada minggu ke-8 hingga 10 melalui
penggabungan mesenkim lempeng korionik primer dan amnion. Pembentukan lempeng
definitif ini terjadi melalui perluasan kantong amnion, yang juga mengelilingi tangkai
penghubung dan alantois serta menggabungkan kedua struktur ini untuk membentuk tali
pusat (Kaufmann dan Scheffen, 1992).
Ultrastruktur Vilus
Interpretasi struktur-struktur kecil dalam plasenta berasal dari pemeriksaan menggunakan
mikroskop elektron yang dilakukan. Wislocki dan Dempsey (1955). Terdapat mikrovili
yang menonjol pada permukaan sinsitial yang serupa dengan gambaran paras sikat pada
mikroskop cahaya (Gbr. 3-16). Vesikel dan Vakuola pinositik terkait berhubungan dengan
fungsi absorpsi dan sekresi plasenta. Mikrovili memperluas permukaan yang berkontak
langsung dengan darah maternal. Kontak antara permukaan dan darah maternal ini
merupakan sifat penentu plasenta hemokorial.
Plasenta hemokorial dapat dibagi lagi menjadi hemodikorial atau
hemomonokorial (Enders, 1965). Tipe dikorial lebih nyata saat trisemester pertama
kehamilan. Plasenta tioe dikorial terdiri atas lapisan sitotrofoblas di bagian dalam disertai
lamina basalnya, yang ditutupi oleh lapisan sinsitiotrofoblas di bagian dalam tidak lagi
kontinu, dan saat aterm, hanya tersisa beberapa sel yang tersebar (Gbr. 3-17). Perubahan
ini menghasilkan sawar hemomonokorial yang lebih sempit sehingga membantu
pengangkutan nutrient dan oksigen ke janin.
Perkembangan Plasenta
Perkembangan Korion dan Desidua
Pada kehamilan dini, vili terdistribusi di sepanjang tepi membrane korionik. Blastokista
yang terlepas dari endometrium pada stadium ini tampak tidak rata (Gbr. 3-18). Seiring
dengan berkembangnya dan meluasnya blastokista beserta trofoblas di sekelilingnya ke
dalam desidua, salah satu kutub akan membesar keluar menuju rongga rahim. Kutub
satunya akan membentuk plasenta dari trofoblas vilus dan sitotrofoblas penambat. Vili
korionik yang berkontak dengan desidua basalis berproliferasi untuk membentuk korion
frondosum-atau korion daun yang merupakan komponen janin plasenta. Dengan
berlanjutnya pertumbuhan jaringan embrionik dan ekstraembrionik, suplai darah korion
yang menghadap rongga endometrium menjadi terbatas. Karena hal ini, vilus yang
berkontak dengan desidua kapsularis akan berhenti bertumbuh dan selanjutnya
berdegenarasi. Bagian korion menjadi membran janin avaskular yang terletak
bersebelahan dengan desidua parietalis, yakni, chorion leave- dibandingkan amnion dan
jarang lebih tebal dari 1 mm. Korion tersusun atas sitotrofoblas dan mesenkim
mesodermal janin yang dapat bertahan dalam atmosfer yang mengandung oksigen
dengan kadar relative rendah.
Hingga mendekati akhir bulan ketiga gestasi, chorion leave dipisahkan dari
amnion oleh rongga eksoselomik. Setelahnya, chorion leave dan amnion akan saling
menempel dan membentuk amniokorion avaskuler. Kedua struktur ini merupakan lokasi
penting untuk transfer molekul dan aktivitas metabolic. Lebih lanjut, mereka menyusun
lengan parakrin yang penting pada system komunikasi janin-maternal.
Dengan berlanjutnya perluasan embrio-janin, lumen uterus akan terobliterasi, dan
chorion leave menjadi menempel dengan keseluruhan desidua parietalis maternal yang
tidak ditempati plasenta. Seiring dengan bertumbuhnya janin, desidua kapsularis akan
bergabung dengan desidua parietalis. Kemudian, sebagian besar desidua kapsularis akan
hilang akibat tekanan dan menurunnya aliran darah. Area desidua tempat menyatunya
desidua kapsularis dan desidua parietalis dikenal sebagai desidua vera.
Pengaturan Maternal terhadap Invasi Trofoblas dan Pertumbuhan Vaskular. Sel
natural killer desidual (dNK) berkumpul di dalam desidua selama paruh pertama
kehamilan dan ditemukan berkontak langsung dengan trofoblas. Seperti yang dijelaskan
pada hal. 47, sel-sel ini tidak emiliki fungsi sitotoksik dan sifat-sifat unik lain yang
membedakan mereka dari sel natural killer dalam sirkulasi dan dari sel natural killer
dalam endometrium sebelum kehamilan (Manaster, dkk, 2008). Hal ini penting karena
dapat mencegah sel-sel ini untuk mengenali dan merusak sel-sel janin yang dianggap
“asing.” Hanna, dkk. (2006) telah menjelaskan mengenai kemampuan sel dNK untuk
menarik dan memacu invasi trofoblas ke dalam desidua dan meningkatkan pertumbuhan
vascular. Sel NK desidua mengekpresikan interleukin-8 sekaligus protein -10 yang dapat
diinduksi interferon. Kedua substansi ini berikatan dengan reseptor pada sel trofoblas
desidua menuju arteri spiralis. Sel-sel NK desidual juga menghasilkan factor
pertumbuhan proangiogenik, termasuk VEGF dan factor pertumbuhan plasenta (PIGF),
yang meningkatkan pertumbuhan vascular dalam desidua. Selain itu, trofoblas
menyekresi kemokin spesifik yang menarik sel dNK ke lapisan tempat bertemunya
jaringan janin-maternal. Karena itu, kedua tipe sel secara simultas saling menarik untuk
menambah populasi desidual.
Salah satu gambaran terpenting dalam perkembangan plasenta manusia adlah modifikasi
ekstensif sistem pembuluh maternal oleh trofoblas, yang menurut definisinya berasal dari
janin. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi pada paruh pertama kehamilan dan akan
dibahas lebih rinci karena memiliki peran yang sangat penting pada aliran darah
uteroplasenta. Mereka juga esensial pada kondisi-kondisi patologis tertentu, misalnya
preeklamsia dan restriksi pertumbuhan janin (lihat Bab 34, hal 744).Modifikasi arteri
spirais dilakukan oleh dua populasi trofoblas ekstravilus-trofoblas interstitial, yang
mengelilingi arteri, dan trofoblas endovaskular, yang menembus lumen arteri spiralis
(lihat Gbr 3-12). Meskipun penelitian terdahulu lebih dipusatkan pada peran trofoblas
endovaskular, fungsi trofoblas interstitial telah mulai diteliti akhir-akhir ini (Benirschke
dan Kaufmann, 2000; Pijnenborg, dkk., 1983). Sel-sel interstitial ini sekarang diketahui
merupakan komponen penting alas plasenta, yang menembus desidua dan miometrium
sekitar. Mereka berkumpul di sekitar arteriae spirales, dan memiliki berbagai fungsi, yang
dapat mencakup persiapan pembuluh untuk invasi trofoblas endovaskular.
Trofoblas endovaskular memasuki lumen arteriae spirales dan awalnya membentuk
sumbat seluler.Trofoblas endovaskular kemudian menghancurkan endothelium vaskular
melalui mekanisme apoptosis serta menginvasi dan memodifikasi tunika media pembuluh
darah.Karena itu, materi fibrinoid menggantikan otot polos dan jaringan penyambung
pada tunika media pembuluh. Selanjutnya, arteriae spirales akan menunjang
pembentukan kembali endotelium. Hamilton dan Boyd (1966) melaporkan bahwa
Friedlander pada tahun 1870 pertama kali mendeskripsikan perubahan struktural pada
arteri spiralis.Trofoblas endovaskular penginvasi dapat melebar beberapa sentimeter di
sepanjang lumen pembuluh, dan harus bermigrasi melawan aliran arteri.Perubahan-
perubahan vaskular ini tidak ditemukan pada desidua parietalis, yakni, lokasi desidua
yang tidak diinvasi sitotrofoblas.Perlu dicatat, invasi trofoblas hanya melibatkan arteri
spiralis desidua, dan tidak mengenai vena desidua.
Pada rangkuman penelitian anatomis mereka mengenai sistem pembuluh uteroplasenta,
Ramsey dan Donner (1980) menggambarkan bahwa perkembangan pembuluh
uteroplasenta ini berlangsung dalam dua gelombang atau tahap.Gelombang pertama
terjadi sebelum 12 minggu pascafertilisasi dan terdiri atas invasi dan modifikasi arteri
spiralis hingga ke perbatasan antara desidua dan miometrium.Gelombang kedua terjadi
antara minggu ke -12 dan ke-16 dan melibatkan invasi segmen arteri spiralis yang
terletak intramiometrium. Perombakan pembuluh dalam dua berlumen sempit menjadi
pembuluh uteroplasenta yang berdilatasi dan memilikitahanan rendah. Mekanisme
molekular peristiwa-peristiwa penting ini serta peran mereka dalam patogenesis
preeklamsia dan restriksi pertumbuhan janin, telah diulas oleh Kaufmann (2003) dan
Red-Horse (2006) beserta rekan.
Sekitar 1 bulan pascakonsepsi, aliran darah maternal memasuki ruang interyilus dalam
bentuk semburan seperti air mancur dan arteriae spirales. Darah didorong keluar dari
pembuluh darah ibu, kemudian mengalir di atas dan membasahi sinsitiotrofoblas secara
langsung. Permukaan apikal sinsitiotrofoblas tersusun atas struktur mikrovilus kompleks
yang terus mengalami peluruhan dan pembentukan ulang selama kehamilan.
Percabangan Vilus
Meskipun vili tertentu milik korion frondosum membentang dari lempeng korionik ke
disdua untuk bekerja sebagai vilus penambat, sebagian besar vius bercabang-cabang dan
berakhir bebas di dalam ruang intervilus. Dengan berlanjutnya kehamilan, tangkai vilus
dini yang pendek dan tebal akan bercabang untuk membentuk cabang vilus yang semakin
halus dan semakin banyak (Gbr. 3-19). Setiap lobulus didarahi oleh cabang tunggal arteri
korionik.Setiap lobulus juga memiliki vena tunggal sehingga lobulus merupakan unit
fungsional arsitektur plasenta.
Pertumbuhan Plasenta
Perubaha lain dalam stroma mencakup sebukan Hoffbauer, yaitu makrofag janin.
Sel-sel ini berbentuk hampir bulat dengan inti yang vesikular dan sering terletak di tepi;
sitoplasma sel ini sering bervakuola atau sangat granular. Sel Hoffbauer secara
histokimiawi ditandai dengan lipid intrasitoplasmik dan penanda fenotipik khas
makrofag. Selama kehamilan, jumlah sel-sel ini bertambah dan mereka menjadi semakin
matang. Makrofag tersebut bersifat fagositik, memiliki fenotipe imunosuppresif, dapat
menghasilkan sejumlah sitokin, serta mampu mengendalikan fungsi trofoblas secara
parakrin (Cervar, dkk., 1999; Vince dan Johnson, 1996).
Karena plasenta secara fungsional merupakan anyaman kapiler janin yang berkontak
dengan darah ibu, anatomi makroskopiknya terutama terdiri atas hubungan
vaskular.Permukaan janin ditutupi oleh amnion transparan; di bawah amnion tersebut,
berjalan pembuluh korionik. Irisan melintang plasenta akan menunjukkan amnion,
korion , vilus korionik dan ruang intervilus, lempeng desidual (basal), dan miometrium
(Gbr. 3-20, 3-21, 3-22). Permukaan maternal plasenta dibagi menjadi lobus-lobus ireguler
oleh jalur yang dibentuk oleh septum, yang terdiri atas jaringan fibrosa disertai
pembuluh darah yang jarang. Septum yang memiliki alas lebar ini lazimnya tidak
mencapai lempeng korionik sehingga membagi plasenta secara tidak sempura (Gbr. 3-
23).
Sirkulasi Janin
Darah janin yang terdeoksigenasi seperti darah vena mengalir ke plasenta melalui dua
arteri umbilikalis.Pada titik tempat tali pusat bergabung dengan plasenta,pembuluh
umbilikal ini bercabang beberapa kali di bawah amnion dan bercabang kembali di dalam
vilus pembagi, dan akhirnya membentuk jalinan kapiler pada bagian terminal.Darah yang
mengandung oksigen dalam kadar yang jauh lebih tinggi akan kembali ke janin dari
placenta melalui vena umbilikalis tunggal.
Sirkulasi Maternal
Imunogenisitas Trofoblas
Lebih dari 50 tahun yang lalu, Sir Peter Mendawar (1953) mengemukakan ide
bahwa kesintasan semialograft janin mungkin dapat dijelaskan oleh naitalitas
imunologis. Plasenta dahulu dianggap bersifat inert secara imunologis sehingga
mampu memberikan respons imun maternal. Selanjutnya, penelitian dipusatkan
untuk menentukan ekspresi antigen major histocompatibility complex (MHC) pada
trofoblas. Human Leukocyte antigen (HLA) merupakan analog MHC pada manusia.
Dan memang antigen NHC kelas I inert secara imunologis pada semua tahap
kehamilan (Weetman, 1999) Namun sitotrofoblas ekstravillus invasive
mengekspresikan molekul MHC kelas I, yang menjadi focus berbagai penelitian.
Perkembangan
Selama tahap awal implantasi,timbul celah diantara massa embrionik dan trofoblas di
sekitarnya (Gbr.3-11). Sel-sel kecil yang melapisi permukaan dalam trofoblas ini disebut
sel amniogenik-prekursor epitel amnion. Amnion pertama kali dapat terlihatpada hari ke-
7 atau ke-3 perkembangan embrio. Pada awalnya, amnion merupakan vesikel yang sangat
kecil, yang selanjutnya berkembang menjadi kantong kecil yang menutupi permukaan
dorsal embrio. Dengan membesarnya amnion, membrane ini secara bertahap
menyelubungi seluruh embrio yang sedang berkembang; embrio ini akan tertarik masuk
ke dalam rongga amnion (Benirscke dan Kaufmann, 2000).
Pelebaran kantong amnion akhirnya membuat membrane ini berkontak dengan
permukaan dalam chorion leave dan amnion, menjelang akhir trisemester pertama, akan
menyebabkan obliterasi selom ekstraembrionik. Amnion dan chorion leave, meskipun
agak berlekatan, tidak pernah berhubungan erat dan dapat dipisahkan dengan mudah.
Histogenesis Sel Amnion.
Saat ini, sudah disepakati bahwa sel epitel amnion berasal dari ectoderm janin pada
diskus embrionik. Mereka tidak berasal dari pemisahan lapisan trofoblas. Hal ini
memiliki makna yang penting dari sudut pandang embriologis dan fungsional. Misalnya,
ekspresi gen HLA kelas I dalam amnion lebih mirip dengan ekspresinya pada sel embrio
dibandingkan pada trofoblas.
Selain sel epitel yang melapisi rongga amnion, terdapat lapisan sel mesenkimal
mirip-fibroblas yang kemungkinan diturunkan dari mesoderm embrionik. Pada tahap
awal embryogenesis, sel mesenkimal amnionik terletak tepat di sebelah permukaan basal
epitel. Pada saat tersebut, permukaan amnion merupakan struktur berlapisdua sel yang
memiliki jumlah sel epitel dan mesenkimal kurang lebih sama. Secara simultan dengan
pertumbuhan dan perkembangan, kolagen intertisial ditimbun di antara kedua lapisan sel
ini. Proses
Darah keluar dari janin melalui dua arteri umbilikalis. Arteri umbilikalis
merupakan cabang anterior arteri iliaka interna dan akan terobliterasi setelah bayi lahir.
Sisa arteri umbilikalis dapat terlihat sebagai ligamentum umbilikale mediale.
Secara anatomi, tali pusat dapat dianggap sebagai komponen membrane janin.
Pembuluh yang terdapat di dalam tali pusat akan membentuk spiral atau melingkar.
Pelingkaran ini dapat terjadi menurut arah putaran jarum jam (dekstral) atau melawan
arah putaran jam (sinistral). Pelingkaran yang melawan arah jarum jam ditemukan pada
50 hingga 90 persen janin. Dipercaya bahwa pelingkaran ini berfungsi untuk mencegah
tertekuknya pembuluh, yang akan terjadi pada semua tabung berongga yang mengalami
torsi. Boyd dan Hamilton (1970) melaporkan bahwa putaran ini bukanlah spiral sejati,
tetapi merupakan heliks silindris yang memiliki kelengkungan konstan pada jarak tertentu
yang sama dari sumbu pusat. Benirshcke dan Kaufmann (2000) melaporkan bahwa rata-
rata terdapat 11 heliks dalam satu tali pusat.
HORMON PLASENTA
Produksi hormone steroid dan protein oleh trofoblas manusia terjadi dalam jumlah yang
lebih besar dan lebih beragam jenisnya dibandingkan dengan setiap jaringan endokrin
lainnya dalam seluruh fisiologi mamalia. Daftar laju rerata produksi beragam hormone
steroid pada perempuan yang tidak hamil dan perempuan hamil yang mendekati aterm
diperlihatkan pada Tabel 3-1. Jelas bahwa terjadi perubahan tersebut menandai
pembentukan lapisan padat amnion, yang juga menyebabkan pemisahan yang nyata pada
kedua lapisan sel amnion.
Dengan berkembangnya kantong amnion untuk melapisi plasenta, dan selanjutnya
melapisi korion frondosum pada minggu ke-10 hingga ke-14, terjadi penurunan
progresifkepadatan sel mesenkimal. Sel-sel ini terus memisah dan menjadi renggang satu
sama lain. Pada awal kehamilan, epitel amnion bereplikasi lebih cepat dan menjadi
renggang satu sama lain. Pada awal kehamilan, epitel amnion bereplikasi lebih cepat
dibandingkan sel mesenkimal.Pada kehamilan aterm, sel-sel tersebut membentuk lapisan
epitel yang kontinu pada permukaan amnion janin.Sebaliknya, sel-sel mesenkimal
terdistribusi secara renggang, dihubungkan dengan anyaman matriks ekstrasel halus
seperti jala. Tampak pula serabut-serabut panjang yang ramping.
Sel Epitel Amnion. Permukaan apikal epitel amnion dipenuhi dengan mikrovilus yang
sangat berkembang; gambaran ini sesuai dengan fungsinya sebagai tempat utama
pertukaran antara cairan amnion dan amnion. Lapisan epitel aktif secara metabolic, dan
sel-selnya menyintesis penghambat metalloproteinase-1 jaringan, PGE2, dan fibronektin
janin (Rowe,dkk., 1997). Pada kehamilan aterm, ekspresi prostaglandin
endoperoksidase H sintase pada amnion sebanding dengan peningkatan fibronektin janin
( Mijovic, dkk., 2000). Epitel amnionik berperan dalam final common pathway untuk
memulai persalinan dengan cara menghasilkan prostaglandin.Sel epitel dapat berespons
terhadap sinyal yang berasaldari janin atau dari ibu, dan mereka responsive terhadap
berbagai modulator endokrin atau parakrin. Contoh modulator ini antara lain oksitosin
dan vasopressin, keduanya mengingatkan produksi PGE2 in vitro (moore, dkk., 1988).
Se-sel ini mungkin juga menghasilkan sitokin, seperti IL-8 selama inisiasi persalinan
( Eliliott,dkk., 2001).
Epitel amnion juga menyintesis peptide vasoaktif, termasuk endotelin dan protein-
terkait hormone paratiroid (Economos, dkk., 1992; Germain, dkk., 1992). Jaringan
menghasilkan peptide natriuretik otak dan hormone pelepas kortikotropin (CRH), yang
merupakan peptide pelemas otot polos (Riley, dkk., 1991; Warren dan Silverman, 1995).
Tampaknya logis bahwa peptide vasoaktif yang dihasilkan dalam amnion memperoleh
akses ke permukaan adventitia pada pembuluh korionik.Dengan demikian, amnion
mungkin terlibatdalam pengaturan tonus pembuluh darah dan aliran darah. Peptida
vasoaktif yang berasal dari Cairan yang ormalnya jernih dalam rongga amnion akan
bertambah jumlahnya dengan belanjutnya kehamilan,hingga sekitar minggu ke 34 saat
terjadinya penurunan volume.Pada kehamialn aterm,volume rerata cairan amnion adalah
sekitar 1000 ml,tetapi volume ini dapat sangat bervariasi dalam kondisi abnormal.Asal,
komposisi,sirkulasi dan fungsi cairan amnion akan dibahas lebih lanjut dalam Bab
21(hal.511).
Secara anatomi tali pusat dapat dianggap sebagai komponen membran janin
pembuluh yang terdapat di dalam tali pusat akan membentuk spiral atau
melingkar.pelingkaran ini dapat terjadi menurut arah putaran jarum jam (dekstral)
atau melawan arah putaran jarum jam (sinistral)pelingkaran yang melawan arah
putaran jarum jam yang dipercaya mencegah tertekuk pembuluh darah yang akan
terjadi pada semua tabung berongga yang mengaami torsi. Bennicke dan kaufmann
melaporkan bahwa rata-rata terdapat 11 heliks dalam 1 tali pusat
HORMON PLACENTA
Produksi hormon steroids dan protein oleh trofoblas manusia terjasi dalam jumlah
yang lebih besar.Daftar laju rearata produksi bergam hormon steroidpada
perempuan yang tidak hamil.dengan peningkatan hormon steroid pada wanita
hamil(hLP) human placenta lactogenchorionik (hCG) dalam jumlah byang besar
varian hormon dalam jumalh brsar(ACTH) varian hormon
pertumbuhan(vCGV),proteinterkait paratiroid (PTH-tP).