Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TUGAS AKHIR

MATA KULIAH FISIOLOGI HEWAN


“LABIRIN SEBAGAI ALAT BANTU PERNAPASAN
PADA IKAN BETOK”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7 KELAS 3B

1. DINI ZAKIYATUL FITRI : 2224220017


2. AULIA NATASYA : 2224220051
3. JUM AZIZAH : 2224220058
4. MELVIANA DWI JULIYANTI : 2224220092
5. NADYA APRILIYANI : 2224220099

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Berkat rahmat
dan karunia-Nya kelompok 7 dapat menyelesaikan dan membuat
makalah ini, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi
Hewan.

Kelompok kami sudah berusaha untuk membuat makalah ini


dengan baik. Meski demikian sebagai manusia biasa tidaklah selalu
terlepas dari kesalahan maupun kekurangan. Dalam penulisan makalah
yang berjudul "Labirin Sebagai Alat Bantu Pernapasan pada Ikan
Betok".

Dalam pembuatan makalah ini kelompok 7 memohon maaf jika


terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunannya. baik dalam
penvampaian data, bahasa ataupun sistematika pembahasannya.
Kelompok 7 juga mengharapkan saran atau kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaannya di masa mendatang.

Demikianlah yang dapat kelompok 7 sampaikan pada kesempatan


ini mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat membawa
manfaat kepada kita semua.

Serang, 27 September 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................1
1.1 Deskripsi Umum................................................................................................1
1.2 Taksonomi..........................................................................................................2
1.3 Habitat dan Persebaran...................................................................................... 2
1.4 Peranan dan Manfaatan......................................................................................3

BAB II .....................................................................................................................4
2.1 Morfologi Ikan Betok (Anabas testudineus)......................................................4
2.2 Anatomi dan Histologi.......................................................................................5
2.3 Sistem Pernapasan Ikan Betok......................................................................... 10

BAB III ..................................................................................................................13


Kesimpulan ...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Umum

Ikan secara umum bernapas di dalam air melalui insangnya.


Hanya spesies ikan tertentu yang mempunyai organ pernafasan
tambahan. Insang bekerja melalui sistem difusi permukaan gas
pernapasan (O2 dan CO2) antara darah dan air. O2 yang
tercampur di dalam air akan diserap oleh kapiler di insang, lalu
difiksasi dalam hemoglobin, dan diedarkan ke seluruh bagian
tubuh. Karbon dioksida yang dilepaskan dari sel dan jaringan dan
memasuki air di dekat insang (Saputra et al., 2013).

Ciri khas ikan betok adalah mempunyai alat pernapasan


tambahan (breathing organ) pada bagian insangnya (Labyrinth),
mirip dengan ikan gabus dan lele, alat pernapasan ikan betok
dapat menyerap udara dari permukaan air ataupun atmosfer
(udara), bentuk tubuh ikan ini, yaitu pipih tegak dan bulat,
permukaan mulut lonjong dan kecil, sirip ekor bulat, dan
operkulum bergerigi (Muslim, 2019).

Ikan betok ialah ikan subordo Anabantoidei, yang memiliki


karakteristik khas memiliki organ labirin, yaitu organ pernapasan
aksesori suprabranchial yang terlipat (Apriliani et al., 2019)
Labirin memiliki fungsi yang sangat besar saat ikan menghadapi
kekeringan dan harus pindah ke lokasi lain yang memiliki banyak
air. Labirin sebagai alat bantu pernapasan tambahan berupa lipatan
labirin dan berasal dari celah insang pertama. Labirin terdapat di
atas rongga di balik insang, dan udara akan terkumpul di rongga
labirin ketika keluar dari permukaan air (Nuralam & Muhammad,
2019).

Dalam kondisi normal, ikan betok menggunakan insangnya


sebagai alat pernapasannya, tetapi pada kondisi ekstrim ikan betok
menggunakan labirin untuk menyerap oksigen langsung dari
udara. Hal ini memungkinkan ikan betok untuk bertahan hidup di
lingkungan perairan yang minim, terkadang menggunakan
siripnya untuk bergerak. Kemampuan berjalan pada ikan betok
dibantu oleh gerakan kaku pada ekor, sirip dada, dan insang.
Namun energinya di darat tidak bertahan lama, jika terlalu lama
maka ikan betok akan mati (Lestari, et al., 2019).

1
Ikan betok mempunyai ciri biologi yang sangat unggul
dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya mengenai
kemampuannya dalam memanfaatkan air untuk lingkungan hidup.
Salah satu keunggulan ikan betok yaitu mempunyai labirin yang
mampu berperan sebagai organ pernapasan tambahan. Hal ini
lebih efisien untuk membantu menyerap O2 (Akbar, 2012).

1.2 Taksonomi

Klasifikasi Ikan Betok menurut Ahmad et al (2019), adalah


sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Anabantiformes

Famili : Anabantidae

Genus : Anabas

Spesies : Anabas testudineus

1.3 Habitat dan Persebaran

Anabas testudineus merupakan ikan yang berhabitat air tawar,


dan sering ditemui di berbagai tempat seperti di sungai, danau,
kolam, rawa, dan sawah. Ikan betok dewasa sering ditemukan di
sungai sedang, sungai besar, paparan banjir dan genangan air, dan
dapat dijumpai pada daerah yang mempunyai vegetasi yang banyak.
Ikan betok dapat hidup di perairan dengan kondisi air yang kurang
menguntungkan seperti pada air keruh ataupun sangat tercemar.
Ikan ini mampu hidup pada perairan dengan suhu 27-31°C dan pH
air berkisar dari 5,5 – 6,8. Anabas testudineus merupakan kelompok
ikan air tawar yang mempunyai kemampuan untuk dapat bernapas
langsung dari udara karena mempumyai air-breathing organ
(ABO). Ikan betok dapat tetap hidup walaupun terkubur di bawah
lumpur pada saat musim kemarau (Aurelia, 2022).

Distribusi ikan betok di Indonesia dari pulau Sumatera,


Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Ikan ini juga dapat ditemui di
negara Asia lain yaitu Filipina, India, dan Malaysia. Ikan ini
tersebar luas di Indonesia sehingga Nama lokal untuk ikan ini

2
sangat bervarasi. nama internasional ikan ini yaitu walking fish atau
climbing perch. Contoh penamaan ikan ini pada berbagai daerah di
Indonesia diantaranya Ikan Betok (Sumatera), Ikan Betik (Pulau
Jawa dan Sunda), Ikan Papuyu (Pulau Banjarmasin), Ikan Puyu
(Malaysia dan Pulau Kalimantan Timur), geteh-geteh (Manado)
(Muslim, 2019).

1.4 Peranan dan Manfaat


Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) merupakan suatu
jenis ikan yang sangat digemari oleh banyak masyarakat sebab
rasa daging ikan yang enak dan manfaatnya yang dapat membantu
pembentukan otot tubuh yang sehat karena ikan ini mengandung
lemak yang dapat membuat rasa kenyang lebih lama dibandingkan
asupan makanan lain. Bahkan mengkonsumsi ikan betok beberapa
kali dalam seminggu dapat menurunkan berat badan hingga 5 pon
(Inara, 2020).
Makan daging Ikan betok sebanyak 14.30 g per hari akan
berdampak baik bagi tubuh diantaranya yaitu untuk membangun
otot baru, dan memulihkan jaringan otot yang rusak. Ikan betok
mengandung fosfor dan zat besi yang berguna untuk mencegah
osteoporosis. Ikan ini juga mengandung omega 3 yang mampu
menambah kecerdasan. Maka dapat disimpulkan bahwa ikan ini
memiliki kandungan gizi yang dapat membantu pembentukan otot
tubuh dan menstimulus kesehatan tubuh (Inara, 2020).
Ikan betok Anabas testudineus mempunyai peran ekologis
yang penting di dalam ekosistem air tawar, diantaranya yaitu:
1. Pengendali populasi serangga dan menjaga ekosistem air
tawar, karena Ikan betok adalah pemakan serangga air, larva
nyamuk, dan plankton kecil.
2. Ikan betok dapat menjadi sumber makanan bagi sejumlah
predator air.
3. Sebagai konsumen pada tingkat trofik tertentu karena ikan
betok merupakan bagian dari rantai makanan diperairan, yang
membantu mengatur aliran energi dalam ekosistem.
4. Berperan dalam aerasi sedimen. Ketika ikan betok menggali di
dasar perairan untuk mencari makanan, mereka secara tidak
langsung membantu mengaduk sedimen di dasar perairan,
yang dapat mempengaruhi sirkulasi nutrien di lingkungan air
tawar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Morfologi Ikan Betok (Anabas testudineus)

Froese dan Pauly (2019) menjelaskan dari segi morfologi


ikan betok (Anabas testudineus) mempunyai tubuh berupa
torpedo (fusiform) serta pipih, badan berwarna hijau sampai
kehitaman, perut berwarna lebih terang, terdapat garis-garis
vertikal di bawah kepala, sisik besar beserta polanya teratur,
banyaknya duri atau jari sirip cukup beranekaragam , misalnya 16-
20 pada sirip punggung. Kerangka ikan betok terbentuk dari
tulang sejati, sirip punggung serta sirip dubur dengan jari-jari
keras, sirip perut dengan jari-jari lemah dan jari-jari kaku, serta
organ pernapasan tambahan yang disebut labirin (Rafli et al.,
2020).

Menurut Lestari et al (2019) menjelaskan Ikan betok


memiliki sirip punggung yang panjang, menjalar dari belakang ke
depan pada pangkal sirip ekor. Sirip bagian depan ditopang oleh
16 hingga 19 jari yang keras seperti tulang belakang, dan bagian
belakang ditopang oleh 7 hingga 10 jari tidak keras. Sirip anal
lebih pendek dibandingkan sirip punggung, bagian depan sirip
ditopang oleh 8 sampai 11 jari-jari tidak keras. Sirip dada tidak
memiliki jari-jari kuat tetapi ditopang oleh 14 hingga 16 sirip
lunak. Sedangkan sirip perut ditopang oleh 1 sirip keras tajam dan
5 sirip lunak.

Ikan betok bersifat hermafrodit. tidak ada perbedaan


morfologi luar yang jelas antara ikan betok jantan dan betok
betina. Ikan betok seringkali disebut juga dengan ikan berjalan
(walking fish atau climbing perch). berjalan di darat
menggunakan ekor merupakan keahlian ikan betok yang sangat
dikenal untuk bergerak. sırıp dada, sirip perut serta insang yang
kuat berperan sebagai penopang berat tubuh, insang ikan betok
berperan sebagai alat bantu tambahan pada saat ikan betok
berjalan. Ketika ikan betok berada pada daerah terestial insang
meregang menyeimbangkan tubuhnya, sedangkan sirip dada dan
sırıp ekor tumbuh ke depan (Ndobe et al.. 2019).

4
Gambar 1. Morfologi Ikan Betok (Anabas testudineus) : A. Sirip
Punggung, B. Sirip Dada, C. Sirip Perut, D. Sirip Anal & E. Sirip
Ekor (Manik, 2019).

2.2 Anatomi dan Histologi Ikan Betok (Anabas testudineus)

Gambar 2. Anatomi organ pernafasan ikan betok : A. Labirin (L),


Insang (G). B. Lengkungan insang (ga), Penyapu insang (gr),
Filamen insang (gf). C. Labirin (L). (Nuralam & Muhammad.,
2019).

Berdasarkan pengamatan mikroskopis, organ pernafasan


ikan betok tersusun atas insang dan labirin. Ikan betok merupakan
ikan bertulang sejati dengan satu karakter yang memiliki
operkulum sebagai penutup insang. Insang terletak di bagian
bawah kepala dan berwarna merah yang menandakan banyak
mengandung pembuluh darah kapiler. Ikan betok mempunyai
empat pasang celah insang di setiap sisinya yang tersusun dari
penyapu insang, lengkungan insang, dan filamen dengan sepasang
lamela. Labirin ikan betok memiliki bentuk seperti kelopak bunga
mawar yang terletak di atas insang yang merupakan perpanjangan
dari rongga insang pertama. Labirinnya berwarna merah karena

5
mempunyai pembuluh darah kapiler yang dapat menangkap O2
langsung dari udara. Labirin ini mempunyai fungsi yang sama
untuk menyerap cadangan oksigen ketika ikan muncul di
permukaan air, maka dari itu ikan mampu hidup pada perairan
yang sedikit oksigen (Nuralam & Muhammad, 2019).

Histologis insang dari ikan betok tersusun dari filamen


insang juga lengkungan insang. Lengkungan insang terdiri dari
penyapu insang, epitel mukosa, jaringan adiposa, membran basal,
mukus, sel sub mukosa, arteri, dan jaringan tulang. Filamen
insang tersusun dari lamela sekunder dan primer. Lamela sekunder
tersusun atas sel epitel skuamosa, sel mukosa, sel pilar, darah,
jaringan ikat, dan sel mukosa sedangkan lamela primer terdiri atas
tulang rawan yang terlapis oleh perikondrium, sinus vena sentral,
dan sel klorida (Nuralam & Muhammad, 2019).

Gambar 3. Histologi sistem pernapasan ikan betok : Filamen


insang (gf), Lengkungan insang (ga). HE (Pembesaran 4x).
(Nuralam & Muhammad, 2019).

6
Gambar 4. Histologi filamen panjat betok: A.Lamela primer
(pl), Lamela sekunder (sl). HE (Pembesaran 10x) (Nuralam &
Muhammad, 2019).

Gambar 5. Histologi lengkungan insang ikan betok: B.Arteri (a), Penyapu


insang (gr), Epitel mukosa (me), Jaringan adiposa (at), Sel mukosa (mc),
Sel submukosa (smc), Tulang (b). HE (Pembesaran 10x) (Nuralam &
Muhammad, 2019).

Gambar 6. Histologi lamela primer di ujung.A.Sinus vena sentral (cvs).


HE (Pembesaran 40x) (Nuralam & Muhammad, 2019).

7
Gambar 7. Histologi lamela primer di tengah. B.Tulang rawan (c),
Perikondrium (p), sel Klorida (cc). HE (Pembesaran 40x)
(Nuralam & Muhammad, 2019).

Gambar 8. Histologi lamela sekunder dari ikan betok. Sel epitel


skuamosa (detik), sel lendir (mc), sel pilar (pc), eritrosit (e). HE
(Pembesaran 40x) (Nuralam & Muhammad, 2019).

Histologi dari labirin ikan betok terdiri atas tulang rawan


elastis, epitel, sel mukosa, sel darah, sel adiposa, dan jaringan ikat.
Labirin berperan sebagai pernapasan tambahan pada ikan yang
berbentuk lipatan epitel pernafasan. Lipatan adalah modifikasi
dari epitel permukaan dan sejenis mikrovili yaitu mikrofilamen
yang berperan dalam penyerapan zat dan memperluas permukaan
sel. Beberapa jenis epitel membentuk tonjolan yang berfungsi
untuk memperluas permukaan. Hal ini sesuai dengan bentuk

8
labirin yang berupa lipatan-lipatan tidak beraturan (Nuralam &
Muhammad, 2019).

Sel epitel tidak hanya berperan dalam pertukaran oksigen,


tetapi juga berperan dalam proses penyaringan dan difusi darah
yang memungkinkan oksigen melewati darah. Proses ini
membantu pergerakan sel imun pembuluh darah kecil di jaringan
sekitarnya. Tulang rawan elastis pada labirin ikan betok ditutupi
oleh perikondrium dan tersusun dari sel-sel yang disebut kondrosit
dan matriks ekstraseluler luas yang terdiri dari serat dan zat dasar.
Kondrosit mensintesis dan mensekresi matriks ekstraseluler dan
sel-sel itu sendiri berada di rongga matriks yang disebut lakuna.
Jaringan yang sel-selnya jarang dan separuh jaringannya terdiri
atas matriks yang terletak di bawah lapisan epitel pada bagian
terdalam pembuluh darah kapiler dan struktur tulang rawan
disebut jaringan ikat longgar. Jaringan ikat berfungsi menyediakan
matriks dan mengikat jaringan dan sel. Selain itu banyak terdapat
pembuluh darah yang tersebar di antara lapisan epitel dan jaringan
ikat yang tersebar di antara lapisan epitel dan jaringan tulang
rawan sehingga memungkinkan terjadinya penyebaran sel darah
sebagai tempat pertukaran udara di labirin (Nuralam &
Muhammad, 2019).

Gambar 9. Tulang rawan elastis (tre), Perikondrium (p), Epitel


(ep), HE (Perbesaran 4x) (Nuralam & Muhammad, 2019).

9
Gambar 10. Histologi labirin ikan betok. (ac) Sel adiposa, (bc)
Sel darah, (p) Perikondrium, (ct) Jaringan ikat. HE (Pembesaran
10x) (Nuralam & Muhammad, 2019).

Gambar 11. Histologi labirin ikan betok. (ac) Sel adiposa, (bc)
Sel darah, (p) Perikondrium, (ct) Jaringan ikat. HE (Pembesaran
10x) (Nuralam & Muhammad, 2019).

2.3 Sistem Pernapasan Ikan Betok (Anabas testudines)

Proses pertukaran karbondioksida (CO2), sisa-sisa


proses metabolisme dengan oksigen (O2 berasal dari lingkungan
akuatik) yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme disebut
dengan pernapasan. Pada ikan alat pernapasan utamanya
merupakan insang. Insang terletak di bawah tutup insang pada sisi

10
kiri dan kanan kepala (Muchlisin, 2017). Proses pernapasan ikan
betok yang merupakan kelompok ikan bertulang sejati
(Osteichthyes) dilakukan melalui mekanisme inspirasi
(pemasukan) dan ekspirasi (pengeluaran) (Muchlisin, 2017).

Menurut Ferdiansyah & Mohammad (2022) Pernapasan


ikan berlangsung 2 tahap yaitu:

 Tahap I (tahap inspirasi), mulut ikan akan terbuka dan tutup


insang terutup yang menyebabkan air masuk melalui rongga
mulut, lalu menuju pada lembaran insang, maka oksigen yang
tercampur dalam air kemudian diserap oleh darah, dan darah
juga melepaskan karbondioksida serta uap air.

 Tahap II (tahap ekspirasi), mulut ikan akan tertutup dan


tutup insang terbuka menyebabkan air keluar dari rongga
mulut melewati insang. Air yang keluar ini sudah bercampur
dengan karbondioksida juga uap air yang dilepas oleh darah
(Ferdiansyah & Mohammad, 2022).

Proses pernapasan pada ikan bergantian antara membuka


dan menutup mulut serta membuka dan menutup penutup insang.
Ketika mereka membuka mulut dan menutup penutup insang, air
masuk ke dalam rongga mulut. Oksigen yang terlarut dalam air
berdifusi ke dalam kapiler insang. Ketika ditutup, insang terbuka
dan air mengalir dari rongga mulut melalui insang. Bersamaan
dengan keluarnya air, karbon dioksida dikeluarkan melalui insang.
Pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi di tulang insang.
(Ferdiansyah & Mohammad, 2022).

Gambar 12. Proses inspirasi dan ekspirasi pada ikan bertulang


sejati (Muchlisin, 2017).

11
Gambar 13. Ilustrasi aliran air dan darah pada insang (Muchlisin, 2017).

Gambar 14. Ilustrasi mekanisme pernapasan ikan betok


(Muchlisin, 2017).

Oksigen dalam darah disebarkan dalam darah


didistribusikan ke seluruh tubuh oleh pembuluh nadi. Setelah
darah kehilangan oksigen, darah akan bersatu kembali pada
jantung melalui pembuluh balik dan jantung akan memompa
darah ke insang kembali untuk menjalankan pertukaran
karbondioksida dan oksigen. Proses ini akan terjadi berulang-
ulang (Muchlisin, 2017)

12
BAB III

KESIMPULAN

Ikan Betok (Anabas testudineus) mempunyai bentuk tubuh


gelendong, pipih, warna hijau sampai kehitaman, perut berwarna terang,
garis-garis vertikal di bawah kepala, dan sisik besar dengan pola teratur,
jumlah duri atau jari-jari sirip sangat banyak. Variabel misalnya 16
sampai 20 pada sirip punggung. Ikan betok bersifat hermafrodit, dan tidak
ada perbedaan morfologi luar yang jelas antara ikan betok jantan dan
betina. Ikan betok, juga dinamakan ikan berjalan (walking fish atau
climbing perch), tinggal di air tawar serta banyak dijumpai di sungai,
danau, kolam, rawa, dan sawah. Ikan dewasa ditemukan di sungai
berukuran sedang, sungai besar, dataran banjir dan genangan air, serta
sering ditemukan di daerah dengan vegetasi yang lebat. Ia hidup pada
suhu 27-31℃ dan pH air 5,5-6,8.

Berdasarkan pengamatan makroskopis, saluran pernapasan ikan


betok terdiri dari insang dan labirin. Labirin merupakan penunjang
pernapasan tambahan berupa lipatan labirin dan berasal dari celah insang
pertama. Dalam kondisi normal ikan betok memakai insang sebagai alat
pernapasannya, tetapi pada keadaan ekstrim ikan betok menggunakan
labirin untuk menyerap oksigen langsung dari udara. Hal ini
memungkinkan ikan Betok untuk bertahan hidup di lingkungan perairan
yang minim, terkadang menggunakan siripnya untuk bergerak. Proses
pernafasan pada ikan betok kelompok ikan bertulang keras (Osteichthyes)
terjadi melalui sistem inspirasi (pemasukan) dan ekspirasi (pengeluaran).

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A.B., Hadiaty, R.K., Alwis D. G. S., Fernado, M., & Kotagama,
O. (2019). Anabas testudineus (errata version published in
2020).

Akbar, J. (2012). Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Betok


(Anabas testudineus) yang dipelihara pada Salinitas
Berbeda. Bioscientiae. 9 (2), 1-8

Apriliani, N.S., Hikmah, S., & Ja’far, M. L. (2019). Histological Study


of Respiratory Organ of Betta sp. Proc. Internat.
Conf. Sci. Engin, 2, 181–184.

Aurelia, C. (2022). Variasi Geografi Ikan Betok Anabas testudineus


(Bloch, 1792) di Indonesia Berdasarkan Karakteristik
Morfometrik. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ferdiansyah, D., & Mohammad, T. H. (2022). Ichthyology Anatomi


Pada Ikan. Yogyakarta: Alineaku

Froese, R., & D. Pauly. (2019). FishBase. Diakses dari


http://www.fishbase.org/summary/Anbas-testudineus.html.
Pada 27 September 2023 , pk. 12 09 WIB.

Inara, C. (2020). Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) Sebagai Asupan


Gizi Pembentuk Otot Tubuh Dan Kesehatan. Jargaria Sprint:
Journal Science of Sport and Health.1 (1), 41-44.

Lestari, W., Ridwan, M. P., & Windarti. (2019). Morfometrik, Meristik


Dan Pola Pertumbuhan Ikan Betok (Anabas testudineus) Di
Perairan Rawa Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Faculty of Fisheries and
Marine : University of Riau.

Manik, D.T., Ridwan , M.P., & Windarti. (2019). Analisis Isi Lambung
Ikan Betok (Anabas testudineus) Di Danau Lubuk Siam
Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau.

Muchlisin, Z. A. (2017). Pengantar Iktiologi. Banda Aceh : Syiah Kuala


University Press.

Muslim, M. (2019). Teknologi Pembenihan Ikan Betok (Anabas


testudineus). Bandung : PT. Panca Terra Firma.

14
Ndobe, S., Rusaini., & A. Masyahoro. (2019). Karakteristik Bioekologi
Ikan Betok (Anabas testudineus) di Perairan Umum
Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Laporan Akhir Penelitian
DIPA. Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas
Tadulako, Palu.

Nuralam, E. & Muhammad, J. L. (2019). The Anatomy of Respiratory


Organ of Climbing Perch (Anabas testudineus) Proc.
Internat. Conf. Sci. Engin. 2 , 83-86.

Rafli., Nasmia., Madinawati., & Samliok, N. (2020). Pertumbuhan Dan


Kelangsungan Hidup Ikan Betok (Anabas testudineus) Yang
Diberikan Pakan Komersial Dengan Frekuensi Berbeda.
Kauderni : Journal of Fisheries, Marine and Aquatic
Science. 2(2), 133-138.

Saputra, H. M., Marusin, N., & Santoso, P. (2013). Struktur Histologis


Insang Dan Kadar Hemoglobin Ikan Asang (Ostechilus
hasseltii C.V) di Danau Singkrak dan Maninjau, Sumatra
Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2 (2),138-144

15

Anda mungkin juga menyukai