Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FARMAKOLOGI 1 : OBAT ANTIEPILEPSI

Penyusun :

Nama : Rafika
Nim : 22210022
Dosen Pembimbing : apt. Dian Anggraini, M.Sc

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU ADISUTJIPTO
YOGYAKARTA
2023
A. IDENTITAS JURNAL
1. Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
2. Volume : 11
3. Nomor :9
4. Halaman : 159-163
5. Tahun Penerbit : 2023
6. Judul Jurnal : Pengaruh Terapi Obat Anti Epilepsi (OAE)
Terhadap Ibu Hamil Pengidap Epilepsi
7. Nama Penulis : Fajar Adi Prasetya, Ali Alfarizzy, Muhamad Al
Atoriq, Maya Arfania

B. PEMBAHASAN
1. Permasalahan
Ada berbagai macam hal yang dapat menghalanginya, salah
satunya adalah masalah kesehatan, yaitu gangguan epilepsi. Kualitas
hidup yang baik menjadi hal penting bagi Orang Dengan Epilepsi
(ODE), mengingat kesembuhan sulit dicapai dan pengobatan dapat
memakan waktu yang lama. Gangguan epilepsi dapat menyerang
siapapun, anak-anak, orang dewasa, ibu hamil, para orang tua
bahkan bayi yang baru lahir.
Ciri utama yang tampak adalah penderita mengalami kejang dan
kehilangan kesadaran. Penyebab secara pasti dari kelainan ini belum
diketahui, namun sebagian besar dari para penderita memiliki riwayat
epilepsi dari keluarga sehingga dapat disebut dengan penyakit akibat
genetis. Selain itu epilepsi juga bisa disebabkan oleh penyakit lain
yang menyerang otak.
Penyakit ini dapat terjadi pada manusia di segala umur. Epilepsi
sendiri berasal dari Bahasa Yunani “epilepsia” yang artinya adalah
gangguan neurologis umum kronis yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa alasan, kejang sementara dan/atau gejala dari
aktivitas neuronal yang abnormal, berlebihan atau sinkron di otak.
Epilepsi juga merupakan gangguan di otak yang ditandai dengan factor
predisposisi menetap untuk mengalami kejang dan terdapat
konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sosial dari
kondisi ini.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai dengan
kecenderungan terus-menerus untuk mengalami kejang dan memiliki
konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sosial. Kehamilan
pada wanita penderita epilepsi masih dianggap sebagai kehamilan
berisiko tinggi. Penggunaan obat anti epilepsi (OAE) pada ibu hamil
tidak sepenuhnya aman dan diberikan secara cuma-cuma. Pasalnya,
Obat Anti Epilepsi (OAE) mempunyai efek samping bagi janin yang
dikandungnya. Efek terapi obat anti epilepsi (OAE) pada ibu hamil
dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan janin dan bayi,
cacat, kelainan wajah, cacat jantung bawaan, hipoplasia kuku,
ketidakmampuan belajar, dan keterbelakangan mental. Terdapat
beberapa jenis obat anti epilepsi, dosis dan masa rentan pemberian
dan jenis anomali. Antara lain:
MASA JENIS ANOMALI YANG
OBAT DOSIS RENTAN MUNGKIN TIMBUL
Carbamazepi Terapeuti Organogen Facial dysmorphism, sama seperti
n k, esis (18 – yang terli-hat pada pemakaian
Kronik 60 hari) Oxazolidine–2,4 diones, spina
bifida, hipoplasi falang distal,
keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan
Phenytoin Terapeuti Organogen Sindroma fetal hidantoin,
/ k, esis (18 – hipoplasi kuku dan phalang distal,
Fosphenyto Kronik 60 hari) okular hipertelorisme, batang
in hidung rata, celah bibir/palatum,
cacat jantung kongenital,
mikrosefali,
perkembangan lambat
Asam Terapeuti Organogen Brachisefali dengan dahi yang
valproat k, esis (18 – tinggi, shallow orbits,okular
Kronik 60 hari) hipertelorisme, hidung dan mulut
kecil, telinga letak rendah, jari dan
jempol dempet, kuku jari hiper
konvek, septo optik displasi, celah
bibir/palatum, kelainan anggota
gerak bawah, keterlambatan
tumbuh kembang, mikrosefali,
spina bifida, anomali traktus
UG dan repirastorius,
kraniosinotosis, autisme.
Phenobarbital Terapeuti Organogen Celah wajah, kelainan jantung
k, esis (18 – kongenital, fasial dismorfisme dan
Kronik 60 hari) hipoplasi kuku seperti yang
terlihat pada penggunaan
Oxazolidine–2,4 diones, neonatus
withdrawal, ketidak mampuan
belajar, retardasi mental
Clonazepam Terapeuti Organogen Anomali kongenital dilaporkan
k, esis (18 – pada 13% bayi dari ibu yang
Kronik 60 hari) mengkonsumsi clonazepam kom
binasi dgn OAE lain. Tidak ada
pola anomali yang tetap. Pada
satu penelitian, ditemukan
kraniofasial atau digital
embriopati antikonvul san
pada bayi dari ibu yang
mengkonsumsi clonazepam
kombinasi dengan primidone
Primodon Terapeuti Organogen Hirsute forehead,thick nasal root,
k, esis (18 – fasial dismorfisme dan hipoplasi
Kronik 60 hari ) kuku sama seperti pada
pemakaian Oxazolidine–2,4
diones,cacat jantung kongenital,
perkembangan lambat
Obat Terapeuti Organogen Pertumbuhan lambat, mikrosefali,
Oxazolidine- k, esis (18 – celah bibir/palatum, wajah
2,4 diones Kronik 60 hari) abnormal
(tri
methadion)

Kadar OAE tersebut akan diperiksa setiap awal trimester dan pada
bulan terakhir kehamilan dan juga dipantau bila ada indikasi seperti
terjadi kejang atau ragu terhadap kepatuhan minum obat. Dosis OAE
dapat dinaikkan bila kadar OAE turun di bawah kadar OAE sebelum
kehamilan. Pada pengguna asam valproat atau OAE politerapi,
dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan kadar alfafetoprotein serum
(pada minggu 14-16 kehamilan), pemeriksaan ultrasonografi (pada
minggu 16-20 kehamilan) dan amnionsentesis untuk pemeriksaan kadar
alfa-fetoprotein dan antikolinesterase dalam cairan amnion). Apabila
terdapat abnormalitas pada pemeriksaan diatas, hal tersebut menjadi
bahan pertimbangan untuk meneruskan kehamilan atau tidak.

3. Kesimpulan
Kehamilan pada wanita penderita epilepsi dianggap sebagai
kehamilan berisiko tinggi. Hal ini karena kehamilan dikaitkan dengan
perubahan fisiologis, endokrin, dan psikologis yang dapat
menyebabkan kejang, serta efek obat antiepilepsi terhadap
perkembangan janin. Ketika wanita hamil mengonsumsi obat
antiepilepsi, efek sampingnya dapat berupa pertumbuhan dan
perkembangan yang melambat, cacat pada janin atau bayi, penarikan
diri pada bayi baru lahir, ketidakmampuan belajar, dan
keterbelakangan mental. Oleh karena itu, ibu hamil penderita epilepsi
disarankan untuk menjalani pemeriksaan untuk menentukan apakah
akan melanjutkan kehamilannya.

Anda mungkin juga menyukai