Anda di halaman 1dari 36

Nursing Case Report

HYPOXIC ISCHEMIC ENCEPHALOPATHY


PENGERTIAN
“Kerusakan otak bayi baru lahir yang disebabkan oleh
kekurangan oksigen dan aliran darah yang terbatas sehingga
menyebabkan kerusakan otak”.
sumber : www.hiehelpcenter.org
TAHAPAN
CIDERA OTAK
FAKTOR RESIKO
➔ Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
➔ Persalinan yang berkepanjangan
➔ Kelahiran prematur (perkembangan paru yang tidak
sempurna)
➔ Kontaminasi cairan amnion
➔ Skor APGAR 1 menit dan 5 menit yang rendah
Asfiksia Asfiksia
Intrauterin Postnatal

ETIOLOGI ● Perfusi plasenta ● Pneumonia


. .

tidak adekuat (ke ● Aspirasi mekonium


plasenta) ● Penyakit jantung
● Solusio plasenta kongenital
● Gangguan ● Penyakit membran
oksigenasi maternal hialin
● Terputusnya
sirkulasi umbilikal

Sumber : Tinjauan Klinis Hypoxic-Ischemic Enchepalopaty, 2016


&
TANDA GEJALA

Kejang Penurunan Gangguan


Kesadaran Pernapasan

Sumber : Jurnal Continuing Medical Education Ensefalopati Hipoksik Iskemik Pada Neonatus Laki-Laki: Sebuah Laporan Kasus, 2022
Tanda Klinis Ensefalopati Sedang Ensefalopati Berat
K
Tingkat Kesadaran Letargi Stupor, Koma
L
Tonus Otot Hipotonia (fokal, Flaksid
A umum)
S Postur Fleksi distal, ekstensi Deserebrasi
I penuh

F Refleks Tendon/Klonus Lemah Tidak ada

I Refleks Moro Inkomplit Tidak ada

K Suck Lemah Tidak ada

A Pupil Konstriksi Deviasi skew/dilatasi/non-reaktif

S Respirasi Periodik Apneu


I Laju Nadi Bradikardia Bervariasi
Sumber : Terapi Hipotermia untuk Neonatus Asfiksia, 2022
PEMERIKSAAN PENUNJANG
.

EEG USG CT Scan MRI


(Electroencephalogram) (Ultrasonography (Computer Tomography) (Magnetic Resonance
Cranial) Imaging)
Menilai Men-screen
kemungkinan hidup Memberikan perdarahan pada Menilai cidera otak
atau sekuele jangaka informasi perfusi neonatus sakit tanpa paling sensitif pada
panjang. otak sedasi bayi
KOMPLIKASI
➔ Hipoksia Perinatal
➔ Asfiksia Perinatal
➔ Cerebral Palsy
➔ Kejang Parah
➔ Cacat Kognitif
➔ Gangguan Perilaku
Sumber : https://www.guesehat.com/hipoksia-pada-bayi-baru-lahir, 2022
PROGNOSIS
➔ Terdapat korelasi antara kesembuhan hingga kematian dengan
waktu lamanya cedera, derajat keparahan dan manajemen terapi.
➔ APGAR Skor 0-3 pada 5 menit, defisit basa tinggi, lesi basal ganglia,
HIE berat hingga 72 jam, kurangnya aktivitas meningkatkan resiko
kecacatan dan kematian.
EVIDANCE BASED
Terapi Hipotermia untuk Neonatus Asfiksia
(Gilberta.2022. Terapi Hipotermia untuk Neonatus Asfiksia. Jakarta)

➔ Tujuan dari terapi hipotermia adalah menurunkan metabolisme otak, menyimpan energi, dan mencegah cedera sekunder otak
melalui pencegahan kegagalan energi sekunder.
➔ Penurunan suhu hingga 34,5 (selective head cooling) dan 33,5 (whole body cooling)
➔ Terapi yang dapat diberikan pada bayi usia gestasi lebih dari atau sama dengan 36 minggu perawatan kurang dari 6 jam pasca
kelahiran, serta memenuhi kriteria diagnosis ensefalopati. Setelah dilakukan terapi hipotermia , dilakukan proses rewarming (setelah
72 jam TH). Penghangatan dilakukan bertahap, 0,5 C setiap jam selama 6 jam untuk mencapai set point 36,5 c.

Use of Cranial Ultrasound Prior to the Start of Therapeutic Hypothermia for Newborn
Encephalopathy
(Alfaiti.2023.Use of Cranial Ultrasound Prior to the Start of Therapeutic Hypothermia for Newborn Encephalopathy.p. Pediatric Collage of Medicine, University of Bisha, SAU )

➔ Pasien yang mendapatkan terapi hipotermia (Whole Body Cooling) suhu inkubator 33,5 - 34 C selama 72 jam
➔ Pasien dengan SHC suhu inkubator 34 C - 35 C selama 72 jam
➔ Proses rewarming dilakukan secara bertahap tidak boleh lebih dari 0,5 C/jam , apabila dilakukan terlalu cepat dapat mempengaruhi
keseimbangan elektrolit (hipoglikemia dan hiperkalemia)
➔ Tindakan ini termasuk dalam tindakan kolaborasi antara dokter dan tenaga kesehatan lain (perawat).
DAFTAR PUSTAKA
Alfaiti.2023.Use of Cranial Ultrasound Prior to the Start of Therapeutic Hypothermia for
Newborn Encephalopathy.Pediatric Collage of Medicine, University of Bisha, SAU

Anggriawan. 2016. Tinjauan Klinis Hypoxic-Ischemic Encephalopathy. CDK-


243/ vol. 43 no. 8 th. Puskesmas Seba, Nusa Tenggara Timur.

Gilberta.2022. Terapi Hipotermia untuk Neonatus Asfiksia. RSUD


Pademangan,Jakarta

Sudarmanto. 2022.Ensefalopati Hipoksik Iskemik Pada Neonatus Laki-Laki:


Sebuah Laporan Kasus. Proceeding Book Call For Papers Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
TINJAUAN KASUS
Bayi Ny. A, usia gestasi 38 minggu lahir normal pada tanggal 21
Juli 2023 pukul 14.50 WIB, jenis kelamin laki-laki dengan berat
lahir 3100 gram dan panjang badan 47 cm.

Bayi lahir UG 36-37 minggu SC a/i PTM Kala II, nilai APGAR
Score 2 / 3.
RIWAYAT KESEHATAN
Pada tanggal 21 Juli 2023 pukul 14.50 WIB, By.Ny. A (0 hari) lahir SC di RS Permata
Hati dengan PTM Kala II . Nilai APGAR Score 2 / 3 , bayi lahir tidak menangis dengan
kondisi sesak (+), retraksi dada (+), sianosis ekstremitas, terdapat luka memar di area
kepala. Bayi riwayat kejang 1x di RS sebelumnya. Terpasang OGT (+) dialirkan dengan
residu keruh. Terapi yang telah diberikan Infus D10% 8 tpm, Ampicillin 2 x 150 mg,
Gentamicin 2 x 8 mg, Aminophylline 3 x 1 mg, terpasang O2 CPAP Fio2 70% PEEP 7.

Pada tanggal 21 Juli 2023 bayi dirujuk ke RSUD Jend. A Yani Metro untuk
memperoleh perawatan lanjutan dan terapi oksigen yang lebih optimal.
RIWAYAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

Bayi masuk rumah sakit pada tanggal 21 Juli 2023 dan masuk ruang
perina 22 Juli 2023 pukul 02.00 WIB Kondisi bayi saat datang lemah,
sesak (+), tangis (-), gerak hipoaktif. Bayi terpasang O2 Ventilator nHFO
Fi02 40%, Frekuensi 6, MAP 8, AP 25, I:E=1:1 dan OGT dialirkan dengan
residu keruh.
Terapi yang diberikan D10% 8 tpm, Ampicillin 3 x 150 mg, Cefotaxime 2 x
150 mg, Phenitoin 2 x 20 mg.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
➔ 21/07/2023 : Leukosit 29.400 mg/dL, Hb 19,7 gr/dL, PLT 239 gr/dL
➔ 22/07/2023 : Leukosit 27,540 mg/dL, Hb 16,6 gr/dL, Trombosit 272
gr/dL
➔ 25/07/2023 : LED 4 mm/jam
➔ 27/07/2023 Elektrolit Kalium : 3.45, Natrium: 137,36, CL : 95,64,
Kalsium: 1,03, pH: 7.45
Radiologi
➔ 21/07/2023 Hasil Babygram : Efusi Pleura bilateral minimal
➔ 4/8/2023 CT scan kepala Non Kontras: HIE (Hypoxic Ischemic
Encephalopathy)
TERAPI
NO TANGGAL JENIS TERAPI YANG DIBERIKAN

1. 21/7/2023 D 10% 8 tpm, Ampicillin 3 x 150 mg, Cefotaxime 2 x 150 mg, Phenitoin 2 x 20 mg

2. 22/7/2023 D 10 ⅕ NS 14,5 tpm, Ampicillin 3 x 150 mg, Cefotaxime 2 x 150 mg, Phenitoin 2 x 20 mg
(Maintenance), Phenitoin 60 mg dalam D5% 20 cc (Pukul 11.00 WIB)

3. 24/7/2023 Ampicillin 3 x 150 mg, Cefotaxime 2 x 150 mg, Phenitoin 2 x 20 mg, Sibital 1,5 mg (bila kejang)

4. 25/7/2023 Ampicillin 3 x 150 mg, Cefotaxime 2 x 150 mg, Phenitoin 2 x 20 mg, Aminosteril 2,3 cc/jam
ANALISA DATA
DS : (-)

DO : TTV HR 140 x/m, S : 36,5 C, RR : 65 x/m, SpO2 : 90%, akral teraba hangat, sesak (+), retraksi
dada (+), sianosis (+), terpasang O2 Ventilator mode nHFO Fi02 40 %, Frekuensi 6, MAP 8,
AP 25, I:E=1:1, OGT (+) dialirkan residu keruh, muntah (-) , kembung (-), turgor kulit elastis,
kejang 1 x, BBS 3100 gram, BAK (+), BAB (-), Hasil Babygram Efusi Pleura Bilateral Minimal,
suhu inkubator 29 C, hasil CT Scan Non Kontras : HIE (Hypoxic Ischemic Encephalopathy).

Diagnosa Keperawatan :
1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hiperventilasi
2. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral b.d Perdarahan Intraserebral
3. Resiko Infeksi
4. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Implementasi
Keperawatan

Pola Nafas Tidak Efektif b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
hiperventilasi keperawatan selama 3 x - Atus posisi tidur
24 jam, pola napas efektif untuk
DS : (-) dengan memaksimalkan
DO : Kriteria Hasil : ventilasi
➔ Sesak (+) - Sesak napas - Monitor TTV setiap
➔ Retraksi dada (+) berkurang sampai 3 jam
➔ RR 65 x/m dengan hilang - Monitor pola
➔ HR 145 x/m - Tidak ada pernafasan dan
➔ Spo2 97% penggunaan otot penggunaan otot
➔ Riwayat lahir tidak menangis bantu pernapasan bantu napas
➔ APGAR Score 3 / 4 - TTV dalam batas Kolaborasi
normal - Pemberian O2
HR 100 - 160 x/m sesuai kebutuhan
RR 30 - 60 x/m - Pemberian terapi
S 35,5 - 37,5 C injeksi Ampicillin 3
SpO2 > 96% x 150 mg
(Intravena)
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Implementasi
Keperawatan

2. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral b.d Setelah dilakukan tindakan Promosi Perfusi
Perdarahan Intraserebral keperawatan selama 3 x Cerebral
24jam, tidak terjadi - Monitor TTV setiap
DS : - perubahan perfusi jaringan 3 jam
DO : cerebral dengan - Posisikan kepala
➔ Kesadaran letargi Kriteria Hasil: tanpa bantal /
➔ Riwayat kejang 1 x - Peningkatan posisi menghidu
➔ Terdapat luka memar di area kesadaran - Monitor tanda-
kepala - Tidak ada kejang tanda tatus
➔ Hasil CT Scan Kepala menujukkan - TTV dalam batas neurologis
Cerebral Edema dengan gambaran normal - Observasi tingkat
HIE (Hypoxic Ischemic HR 100-160 x/m kesadaran
Encephalopathy) RR 30-60 x/m Kolaborasi
➔ Nilai APGAR Score saat lahir 3 / 4 S 35,5-37,50C - Beri oksigen yang
➔ RR 65 x/m SpO2 > 96% adekuat sesuai
➔ SpO2 97% kebutuhan
Berikan obat
antikonvulsan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Implementasi
Keperawatan

3. Resiko Infeksi ditandai dengan Tidak Setelah dilakukan tindakan - Pertahankan teknik
. adekuat pertahanan sekunder keperawatan selama 3 x aseptik
( penurunan Hb, Leukopenia, penekanan 24 jam, defisit nutrisi - Cuci tangan
respon inflamasi) teratasi dengan sebelum dan
Kriteria Hasil : sesudah tindakan
DO : - - Jumlah leukosit (Five Moments)
DS : dalam batas normal - Gunakan APD
➔ Leukosit > 10.000 mg/dL (5000 - 10000) sesuai kebutuhan
➔ Terpasang alat invasif IVFD sejak - Inflamasi berkurang - Tingkatkan intake
21/7/2023 - Oedema berkurang nutrisi
➔ RR : 65 x/m - TTV dalam batas - Monitor tanda dan
➔ HR : 145 x/m normal gejala infeksi
HR 100-160 x/m Kolaborasi
RR 30-60 x/m - Berikan terapi
S 35,5-37,50C antibiotik Ampicillin
SpO2 > 96% 3 x 150 mg,
Cefotaxime 2 x 150
mg
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Implementasi
Keperawatan

4. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


mencerna makanan keperawatan selama 3 x - Monitor berat
24 jam, defisit nutrisi badan
DO : - teratasi dengan - Monitor intake dan
DS : Kriteria Hasil: output
➔ Terpasang OGT No.8 - Refleks hisap dan - Monitor adanya
➔ OGT dialirkan residu keruh menelan baik kembung dan
➔ Reflek hisap dan menelan lemah - Porsi makanan yang muntah
➔ Diit Tunda dihabiskan - Berikan dan
➔ Muntah (-) meningkat tingkatkan intake
➔ Kembung (-) - Muntah (-) nutrisi sesuai
➔ Turgor kulit elastis - Kembung (-) kebutuhan
➔ Mukosa bibir pucat - BAB lancar
- BB Meningkat 15 Kolaborasi
gr/hr - Pemberian cairan
intravena
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

1. 26/07/2023 S:-
O : K/U lemah, tangis merintih, gerak sedikit, sesak
16.10 Mengatur posisi bayi (+), retraksi dada (+) terpasang O2 Ventilator Mode
sedikit ekstensi nHFO Fio2 30%, Frekuensi 6, MAP 8, AP 25,
16.25 Monitor pola nafas dan I:E=1:1, suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing
penggunaan otot (-), posisi bayi sedikit ekstensi, terapi injeksi
napas Ampicillin 150 mg IV lancar, HR : 138 x/m, RR: 60
x/m, S : 35,8 C, SpO2 : 97%
16.30 Memberikan oksigen
A : Pola Nafas Tidak Efektif belum teratasi
17.00 Mengukur TTV P : Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 6 jam
18.00 Memberikan injeksi diharapkan
Ampicilin 150 mg ➔ Monitor TTV / 3 jam
(Intravena) ➔ Beri oksigen sesuai kebutuhan
➔ Atur posisi untuk memaksimalkan ventilasi
➔ Jaga kepatenan jalan nafas : suction (k/p)
➔ Auskultasi dan catat apabila adanya suara
nafas tambahan
➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
➔ Lanjutkan intervensi
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

2. 26/07/2023 S:-
O: Kesadaran compos mentis, kejang (-),
15.20 Memposisikan bayi terpasang O2 Ventilator Mode nHFO Fio2
16.25 Mengobservasi 30%, Frekuensi 6, MAP 8, AP 25, I:E=1:1.
tingkat kesadaran TTV HR 145 x/m, RR : 61 x/m, S : 36,6 C,
16.30 Memberikan oksigen SpO2 : 98%.
17.00 Mengukur TTV A : Perubahan perfusi jaringan serebral
Memonitor ada atau belum teratasi
18.00 tidaknya kejang P : Setelah dilakukan intervensi selama 1
Memberikan obat x 6 jam diharapkan
antikonvulsan/sedati ➔ Monitor TTV / 3 jam
f ➔ Observasi kejang
➔ Monitor kesadaran pasien
➔ Beri O2 sesuai kebutuhan
➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
➔ Lanjutkan intervensi
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

3. 26/07/2023 S:-
O: K/U lemah, terdapat luka memar di
16.15 Memonitor tanda bagian kepala (sekitar dahi), tangis lemah,
dan gejala infeksi gerak hipoaktif, kesadaran somnolen, HR :
16.55 Memonitor dan 139 x/m, RR : 61 x/m, S : 36,4 C, SpO2 :
mengukur TTV 97%, Hasil lab tanggal 22/7/2023
17.20 Monitor adanya luka Leukosit : 27,540 mg/dL.
A : Resiko Infeksi belum teratasi
Pertahankan teknik P : Setelah dilakukan intervensi selama 1
18.00 aseptik x 6 jam diharapkan
Tingkatkan intake ➔ Monitor TTV/3jam
nutrisi ➔ Observasi adanya tanda-tanda infeksi
Memberikan injeksi ➔ Pertahankan teknik aseptik
antibiotik Ampicilin 3 ➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
x 150 mg (Intravena) ➔ Lanjutkan intervensi
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

4. 26/07/2023 S:-
O: Bayi terpasang OGT (+), residu jernih,
17.15 Memberikan cairan diit coba minum 3 cc, kembung (-), muntah
intravena (-), reflek hisap dan menelan lemah,
17.55 Mengobservasi terpasang IVFD D 10% 1 /5 NS 14,5 tpm,
adanya kembung infus lancar, BBS : 3030 gram , BAK (+),
dan muntah BAB (+)
18.00 Mengatur posisi A : Defisit Nutrisi belum teratasi
pemberiaan diet P : Setelah dilakukan intervensi selama 1
Memberi ASI x 6 jam diharapkan
18.19 Monitor intake ➔ Observasi intake dan output
(infus) dan output ➔ Observasi muntah dan kembung
20.15 Memonitor berat ➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
badan ➔ Lanjutkan intervensi
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

1. 27/07/2023 S:-
O : K/U lemah, tangis merintih, gerak sedikit,
16.10 Mengatur posisi bayi sesak (+), retraksi dada (+) terpasang CPAP
sedikit ekstensi Fio2 70% PEEP 7, suara nafas vesikuler, ronchi
16.47 Monitor pola nafas (-), wheezing (-), posisi bayi sedikit ekstensi,
dan penggunaan otot terapi injeksi Ampicillin 150 mg IV lancar, HR :
napas 136 x/m, RR: 60 x/m, S : 36,0 C, SpO2 : 98%
A : Pola Nafas Tidak Efektif belum teratasi
16.59 Memastikan
P : Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 6
kepatenan alat jam diharapkan
pernapasan ➔ Beri oksigen sesuai kebutuhan
16.55 Memberikan oksigen ➔ Atur posisi untuk memaksimalkan ventilasi
17.30 Mengukur TTV ➔ Jaga kepatenan jalan nafas : suction (k/p)
18.00 Memberikan injeksi ➔ Auskultasi dan catat apabila adanya suara
Ampicillin 150 mg nafas tambahan
(Intravena) ➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
➔ Lanjutkan intervensi
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

2. 27/07/2023 S:-
O: Kesadaran compos mentis, kejang (-),
16.40 Memposisikan bayi terpasang CPAP Fio2 70% PEEP 7,
16.55 Mengobservasi terdapat luka memar di sekitar dahi TTV
tingkat kesadaran HR 145 x/m, RR : 61 x/m, S : 36,6 C,
17.30 Memberikan oksigen SpO2 : 98%
17.45 Mengukur TTV A : Perubahan perfusi jaringan serebral
18.00 Memonitor ada atau belum teratasi
tidaknya kejang P : Setelah dilakukan intervensi selama
Memberikan obat 1 x 6 jam diharapkan
antikonvulsan/sedatif ➔ Monitor TTV / 3 jam
➔ Observasi kejang
➔ Monitor kesadaran pasien
➔ Beri O2 sesuai kebutuhan
➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
➔ Lanjutkan intervensi
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

3. 27/07/2023 S:-
O: K/U lemah, terdapat luka memar di
15.30 Memonitor tanda bagian kepala (sekitar dahi), tangis lemah,
dan gejala infeksi gerak sedikit apabila dirangsang,
16.10 Memonitor dan kesadaran somnolen, HR : 139 x/m, RR :
mengukur TTV 61 x/m, S : 36,4 C, SpO2 : 97%, Hasil lab
17.30 Monitor adanya luka tanggal 22/7/2023 Leukosit : 24,650
17.45 mg/dL.
Pertahankan teknik A : Resiko Infeksi belum teratasi
18.00 aseptik P : Setelah dilakukan intervensi selama 1
Tingkatkan intake x 6 jam diharapkan
nutrisi ➔ Monitor TTV/3jam
Memberikan injeksi ➔ Observasi adanya tanda-tanda infeksi
antibiotik Ampicilin 3 ➔ Pertahankan teknik aseptik
x 150 mg (Intravena) ➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
➔ Lanjutkan intervensi
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

4. 27/07/2023 S:-
O: Bayi terpasang OGT (+), residu jernih,
17.15 Memberikan cairan diit coba minum 3 cc, kembung (-), muntah
intravena (-), reflek hisap dan menelan lemah,
17.55 Mengobservasi terpasang IVFD D 10% 1 /5 NS 14,5 tpm,
adanya kembung infus lancar, BBS : 3030 gram , BAK (+),
dan muntah BAB (+), terpasang cairan Aminosteril 2,3
18.00 Mengatur posisi cc/jam
pemberiaan diet A : Defisit Nutrisi belum teratasi
Memberi ASI P : Setelah dilakukan intervensi selama 1
18.10 Memberikan cairan x 6 jam diharapkan
18.19 elektrolit tambahan ➔ Observasi intake dan output
Monitor intake ➔ Observasi muntah dan kembung
20.15 (infus) dan output ➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
Memonitor berat ➔ Lanjutkan intervensi
badan
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

1. 28/07/2023 S:-
O : K/U lemah, tangis merintih, gerak sedikit, sesak
15.30 Mengatur posisi bayi (+), retraksi dada (+) terpasang CPAP Fio2 70%
sedikit ekstensi PEEP 7, suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing
16.00 Monitor pola nafas dan (-), posisi bayi sedikit ekstensi, terapi injeksi
penggunaan otot Ampicillin 150 mg IV lancar, HR : 132 x/m, RR: 59
napas x/m, S : 36,0 C, SpO2 : 97%
A : Pola Nafas Tidak Efektif belum teratasi
16.45 Memastikan kepatenan
P : Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 6 jam
alat pernapasan diharapkan
17.10 Memberikan oksigen ➔ Beri oksigen sesuai kebutuhan
17.45 Mengukur TTV ➔ Atur posisi untuk memaksimalkan ventilasi
18.00 Memberikan injeksi ➔ Jaga kepatenan jalan nafas : suction (k/p)
Ampicillin 150 mg ➔ Auskultasi dan catat apabila adanya suara
(Intravena) nafas tambahan
➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
➔ Lanjutkan intervensi
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

2. 28/07/2023 S:-
O: Kesadaran compos mentis, kejang (-),
15.32 Memposisikan bayi terpasang CPAP Fio2 70% PEEP 7. TTV
16.40 Mengobservasi HR 130 x/m, RR : 58 x/m, S : 36,4 C,
tingkat kesadaran SpO2 : 98%.
17.05 Memberikan oksigen A : Perubahan perfusi jaringan serebral
17.00 Mengukur TTV belum teratasi
Memonitor ada atau P : Setelah dilakukan intervensi selama
tidaknya kejang 1 x 6 jam diharapkan
18.00 Memberikan obat ➔ Monitor TTV / 3 jam
antikonvulsan/sedatif ➔ Observasi kejang
➔ Monitor kesadaran pasien
➔ Beri O2 sesuai kebutuhan
➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
➔ Lanjutkan intervensi
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

3. 28/07/2023 S:-
O: K/U lemah, terdapat luka memar di
16.05 Memonitor tanda bagian kepala (sekitar dahi), tangis lemah,
dan gejala infeksi gerak sedikit tanpa bantuan, kesadaran
16.40 Memonitor dan compos mentis, HR : 139 x/m, RR : 61
mengukur TTV x/m, S : 36,4 C, SpO2 : 97%, Hasil lab
17.30 Monitor adanya luka tanggal 22/7/2023 Leukosit : 24,650
mg/dL.
Pertahankan teknik A : Resiko Infeksi belum teratasi
18.00 aseptik P : Setelah dilakukan intervensi selama 1
Tingkatkan intake x 6 jam diharapkan
18.15 nutrisi ➔ Monitor TTV/3jam
Memberikan injeksi ➔ Observasi adanya tanda-tanda infeksi
antibiotik Ampicilin 3 ➔ Pertahankan teknik aseptik
x 150 mg (Intravena) ➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
➔ Lanjutkan intervensi
No Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf
Jam

4. 28/07/2023 S:-
O: Bayi terpasang OGT (+), residu jernih, diit
16.30 Memberikan cairan coba minum 3 cc, kembung (-), muntah (-),
intravena reflek hisap dan menelan lemah, terpasang
16.40 Mengobservasi IVFD D 10% 1 /5 NS 14,5 tpm, infus lancar,
adanya kembung BBS : 3030 gram , BAK (+), BAB (+),
terpasang cairan Aminosteril 2,3 cc/jam, hasil
dan muntah
pemeriksaan elektrolit (27/72023) Kalium :
18.00 Mengatur posisi 3.45, Natrium: 137,36, CL : 95,64, Kalsium:
pemberiaan diet 1,03, pH: 7.45
Memberi ASI A : Defisit Nutrisi belum teratasi
18.10 Memberikan cairan P : Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 6
elektrolit tambahan jam diharapkan
18.19 Monitor intake ➔ Observasi intake dan output
(infus) dan output ➔ Observasi muntah dan kembung
20.15 Memonitor berat ➔ Kolaborasi dalam pemberian terapi
badan ➔ Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai