Agenda Rapat :
Team Leader
“Pembahasan Pertimbangan Teknis Tanda Tangan :
Penggunaan Kawasan Taman Nasional
Kayan Mentarang.
Lampiran: 5 Lembar
Ir. Herman Darmansyah, M.T.
DESKRIPSI
Rapat pada tanggal 12 Oktober 2023 dibuka oleh Kepala Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan
Kalimantan Utara, Bapak Sumaryono, S.T, dan dilanjutkan dengan sambutan oleh Kepala Balai
Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM), Kaltara.
Paparan BPJN Kaltara (oleh Tim Seksi Pembangunan) mengenai Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan NOMOR P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2019
TENTANG JALAN STRATEGIS DI KAWASAN HUTAN.
1. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap.
2. Hutan Konservasi adalah Kawasan Hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
3. Hutan Lindung adalah Kawasan Hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
Halaman 1 dari 12
mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
4. Hutan Produksi adalah Kawasan Hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
hutan.
5. Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang secara
alami.
6. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian Jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali Jalan kereta api, Jalan lori, dan Jalan kabel.
7. Jalan Strategis Nasional adalah Jalan yang melayani kepentingan nasional dan internasional atas
dasar kriteria strategis, yaitu mempunyai peranan untuk membina kesatuan dan keutuhan
nasional, melayani daerah rawan, merupakan bagian dari Jalan lintas regional atau lintas
internasional, melayani kepentingan perbatasan antarnegara, melayani aset penting Negara, dan
untuk pertahanan dan keamanan.
8. Jalan Strategis di Kawasan Hutan adalah Jalan khusus yang dibangun di Kawasan Hutan oleh
Pemerintah Pusat sebagai bagian pengelolaan hutan yang dapat digunakan untuk kepentingan
strategis nasional yang tidak dapat dielakkan atas dasar kerjasama atau pinjam pakai Kawasan
Hutan.
9. Penyelenggara Jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan
pengawasan Jalan sesuai dengan kewenangannya.
10. Persyaratan Teknis Jalan adalah ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas Jalan
agar dapat berfungsi secara optimal memenuhi Standar Pelayanan Minimal Jalan dalam
melayani lalu lintas dan angkutan Jalan.
11. Ruang Manfaat Jalan adalah ruang yang meliputi badan Jalan, saluran tepi Jalan untuk drainase
permukaan, talud timbunan atau talud galian dan ambang pengaman Jalan yang dibatasi oleh
tinggi dan kedalaman tertentu dari muka perkerasan.
12. Ruang Milik Jalan adalah ruang sepanjang Jalan dibatasi oleh lebar yang ditetapkan oleh
Penyelenggara Jalan.
13. Satwa Liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang
masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
14. Spesifikasi dan Konfigurasi Jalan Strategis adalah persyaratan teknis berupa batasan ukuran
dan gambar dalam pembangunan Jalan Strategis di Kawasan Hutan.
15. Zona Inti adalah bagian Taman Nasional (TN) yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan
adanya perubahan berupa mengurangi, menghilangkan fungsi, dan menambah jenis tumbuhan
dan satwa lain yang tidak asli.
16. Blok Perlindungan adalah bagian dari kawasan yang ditetapkan sebagai areal untuk
Halaman 2 dari 12
perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya di kawasan selain Taman
Nasional.
17. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah
yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan
hidup dan kehutanan.
19. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang
konservasi sumber daya alam dan ekosistem atau yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di
bidang planologi kehutanan dan tata lingkungan.
Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai panduan bagi Penyelenggara Jalan dalam
pembangunan Jalan Strategis yang tidak dapat dihindari di Kawasan Hutan. Peraturan Menteri
ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif atas pembangunan Jalan Strategis di Kawasan
Hutan terhadap keutuhan Kawasan Hutan, ruang gerak satwa liar, penurunan keanekaragaman
hayati, penurunan fungsi hidrologis, dan fungsi ekologis penting lainnya.
Halaman 3 dari 12
c. Analisis mengenai dampak lingkungan;
d. Perencanaan detail trase Jalan;
e. Perencanaan infrastruktur mitigasi dan bangunan pelengkap;
f. Perencanaan desain lanskap; dan
g. Penandaan trase Jalan.
Halaman 4 dari 12
kabupaten, yakni kabupaten Malinau dan Nunukan. Secara administrasi kecamatan, kawasan TNKM
yang berada di Kabupaten Malinau meliputi wilayah kecamatan Kayan Hilir, Pujungan, Bahau Hulu,
Sungai Tubu, dan Mentarang Hulu. Sedangkan secara administrasi kecamatan, kawasan TNKM yang
berada di Kabupaten Nunukan meliputi wilayah kecamatan Krayan Selatan, Krayan dan Lumbis
Ogong. Kawasan TNKM mencakup 11 (sebelas) wilayah adat besar, yaitu Lumbis Hulu, Krayan
Hulu, Krayan Tengah, Krayan Hilir, Krayan Darat, Mentarang Hulu, Tubu, Hulu Bahau, Pujungan,
Kayan Hilir, dan Kayan Hulu.
II. Identitas
Nama Kayan Mentarang diambil dari dua nama sungai penting yang ada di kawasan Taman
Nasional, yaitu Sungai Kayan di sebelah selatan dan Sungai Mentarang di sebelah
utara. Sumber lain menyebutkan bahwa nama tersebut diambil dari nama dataran tinggi/plato di
pegunungan setempat yang bernama Apau Kayan yang membentang luas (mentarang) dari
daerah Datadian/Long Kayan di selatan melewati Apau Ping di tengah dan Long Bawan di
utara. Dengan luas lahan sekitar 1,35 juta hektar, hamparan hutan ini membentang di bagian
utara Provinsi Kalimantan Utara, tepatnya diwilayah Kabupaten Malinau dan Kabupaten
Nunukan berbatasan langsung dengan Sabah dan Sarawak, Malaysia. Sebagian besar masuk ke
wilayah Kabupaten Malinau dan sebagian lagi masuk ke Kabupaten Nunukan. Potensi wisata di
Taman Nasional Kayan Mentarang antara lain Hulu Pujungan, Hulu Krayan dan Hulu Kayan /
Datadian.
Kawasan TNKM terletak pada ketinggian antara 200 meter sampai sekitar ±2.500 m di atas
permukaan laut, meliputi lembah-lembah dataran rendah, dataran tinggi pegunungan, serta
gugusan pegunungan terjal yang terbentuk dari berbagai formasi sedimen dan
vulkanis. Tingginya tingkat perusakan hutan di Kalimantan dan banyaknya bagian hutan yang
beralih fungsi, menyebabkan kawasan TNKM menjadi sangat istimewa dan perlu mendapat
prioritas tinggi dalam hal pelestarian keanekaragaman hayati dan budaya masyarakat yang
masih tersisa.
Halaman 5 dari 12
hutan kerangas, hutan rawa yang terbatas luasnya, serta suatu tipe khusus “hutan lumut”
dipuncak-puncak gunung di atas ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut. Selain itu, terdapat
pula berbagai jenis hutan sekunder. Hutan di wilayah sepanjang Sungai Bahau adalah hutan
perbukitan dengan tebing-tebing terjal yang sangat sulit untuk didaki dari tepi sungai.
Hutan di wilayah ini memiliki banyak sekali air terjun dari berbagai ukuran, alur aliran air terjun
yang berukuran kecil mempunyai tepi sungai yang cukup landai dan dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk memasuki hutan di kawasan ini. Kecamatan Pujungan juga dikenal
sebagai daerah di mana matahari tidak pernah terbit dan tidak pernah tenggelam karena
seringnya tertutup oleh kabut atau awan. Meski demikian, pendarnya sinar matahari dari balik
kabut atau awan tersebut mampu membuat kulit kita memerah terbakar tanpa merasakan
teriknya panas matahari karena cukup dinginnya suhu di daerah ini. Dapat dibayangkan
dinginnya suhu di daerah Apau Ping di hulu Pujungan.
Flora
Fauna
Selain itu juga telah berhasil menemukan 277 jenis burung termasuk 11 jenis baru untuk
Kalimantan dan Indonesia, 19 jenis endemik dan 12 jenis yang hampir punah. Beberapa jenis
yang menarik di antaranya adalah:
1. 7 jenis Enggang, Kuau Raja, Sepindan Kalimantan, dan jenis-jenis Raja Udang.
2. TNKM juga merupakan habitat bagi banyak jenis satwa yang dilindungi seperti:
Di dalam dan di sekitar TNKM terdapat beragam ragam budaya yang merupakan warisan
budaya yang bernilai tinggi untuk dilestarikan. Sekitar 21.000 orang dari berbagai etnis dan sub
kelompok bahasa, yang dikenal sebagai suku Dayak, bermukim di dalam dan disekitar taman
nasional. Komunitas Dayak, seperti:
Halaman 6 dari 12
1. suku Kenyah
2. Kayan
3. Lundayeh
4. Tagel
5. Saben
6. Punan,
7. Badeng
8. Murut,
9. Bakung
10. Makulit
11. Makasan, mendiami sekitar 50 desa yang ada di dalam kawasan TNKM.
Ditemukannya kuburan batu di hulu Sungai Bahau dan hulu Sungai Pujungan, yang
merupakan peninggalan suku Ngorek, mengindikasikan bahwa paling tidak sejak kurang lebih
400 tahun yang lalu masyarakat Dayak sudah menghuni kawasan ini. Peninggalan arkeologi
yang paling padat ini diperkirakan sebagai peninggalan yang paling penting bagi pulau
Kalimantan.
Halaman 7 dari 12
V. Pengelolaan Kolaboratif
Pengelolaan hutan tradisional yang dikembangkan pada saat tombak dan sumpit digunakan,
dikesampingkan oleh senjata api, gergaji mesin dan jala. Dengan peralatan yang semakin
modern, orang semakin mudah untuk menangkap binatang dan mengumpulkan tumbuhan
yang lebih banyak. Belum lagi kegiatan pencurian kayu, pengambilan produk-produk hutan
komersial dan pembangunan jalan yang mulai mengancam sumber daya alam yang ada di
dalam taman nasional.
Dengan munculnya berbagai ancaman tersebut, masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar
taman nasional dianggap sebagai aset yang paling tepat untuk menjaga dan mengelola sumber
daya alam yang ada di TNKM.
Selain itu adanya desentralisasi kewenangan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten, Kota, dan Provinsi. Juga merupakan asset penting untuk menjaga dan mengelola
sumber daya alam TNKM. WWF Indonesia, bekerja sama dengan pihak terkait (stakeholders),
yaitu Departemen Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam (PHKA), Pemerintah Daerah, Masyarakat Lokal (Adat), dan Lembaga - lembaga
Internasional, berupaya mendayagunakan aset-aset penting tadi sebagai suatu hal peluang dan
sekaligus kekuatan untuk menemukan model baru dalam pengelolaan Taman Nasional di
Indonesia. Dengan kearifan yang tinggi, pihak terkait sepakat untuk mencoba membangun
suatu model Pengelolaan Kolaboratif bagi TNKM.
VI. Kelembagaan
Bentuk kolaboratif diwujudkan ke dalam sebuah wadah organisasi yang disebut sebagai
Dewan Penentu Kebijakan (DPK) TNKM. Keanggotaan DPK TNKM terdiri dari:
Halaman 8 dari 12
1. Bupati Malinau (Ketua merangkap anggota)
2. Bupati Nunukan (Wakil Ketua merangkap anggota)
3. Ketua Forum Musyawarah Masyarakat Adat ( FoMMA )
4. TNKM (Wakil Ketua merangkap anggota)
a. Ketua Bappeda Kabupaten Malinau (Sekretaris I merangkap anggota)
b. Ketua Bappeda Kabupaten Nunukan (Sekretaris II merangkap anggota)
c. Kepala BKSDA Kalimantan Timur (Bendahara merangkap anggota)
dan para anggota lainnya terdiri dari Perwakilan FoMMA (4 orang)
1. Ketua Bappeda Kalimantan Timur
2. Direktur Konservasi Kawasan PHKA
3. Kepala Sub Direktorat Kawasan Pelestarian Alam PHKA
Saat ini, WWF Indonesia-Kayan Mentarang Project yang telah aktif di kawasan TNKM sejak
1980-an, sedang memfokuskan kegiatannya pada implementasi Rencana Pengelolaan TNKM
dan mempersiapkan pihak-pihak untuk melaksanakan Pengelolaan Kolaboratif TNKM.
Notulen rapat hasil pembahasan Pertimbangan Teknis Penggunaan Kawasan Taman Nasional Kayan
Mentarang (TNKM) Terlampir.
Dokumentasi
Halaman 10 dari 12
.
Halaman 11 dari 12
Halaman 12 dari 12