Anda di halaman 1dari 4

Yehezkiel 33: 7-11 Kita Juga Bertugas sebagai Penjaga

Bacaan Firman Tuhan "Dan engkau anak manusia, Aku


menetapkan engkau menjadi penjaga bagi kaum Israel.
Bilamana engkau mendengar sesuatu firman dari pada-Ku,
peringatkanlah mereka demi nama-Ku" (Ay.7).
Apakah tugas penjaga? Hal itu telah disebutkan dalam
ayat 1-6. Secara sederhana disebutkan, bila ada musuh
menyerang, maka penjaga harus meniup sangkakala agar
didengar dan diketahui mereka yang dijaganya. Dengan
demikian mereka akan memperoleh keselamatan. Bila
seseorang tidak mau mendengar atau tidak peduli dengan
suara sangkakala, maka dia akan mati, dan itu bukan tanggung
jawab penjaga tetapi tanggungjawab seseorang tersebut. Yang
dituntut menjadi tanggungjawab penjaga adalah bila
seseorang mati karena penjaga tidak membunyikan
sangkakala sebagai peringatan walaupun musuh sudah hendak
menyerang.
Dalam nats, disebutkan Yehezkiel adalah penjaga Israel. Dia
harus menjaga bangsa Israel dari kebinasaan. Sebagai
penjaga, dia harus menyampaikan firman Allah walaupun
mungkin firman itu berupa penghukuman karena dosa-dosa
Israel. Di balik penghukuman Allah ada keselamatan, bila
mereka mau mendengar dan melakukan firman Allah. yang
disampaikan oleh Yehezkiel. Dengan kata lain, mereka mau
bertobat. Bila Yehezkiel tidak menyampaikan firman Allah
dan tidak menyampaikan pertobatan maka mereka diambang
kebinasaan. Untuk itu, Allah akan meminta
pertanggungjawaban dari Yehezkiel.
Semua kita orang percaya juga bertugas sebagai penjaga.
Menjaga diri sendiri, keluarga, jemaat, dan sesama. Menjaga
dari ajaran-ajaran sesat, agar tidak ada yang menjual atau
menggadaikan imannya, menjaga dari perbuatan yang
menyimpang dari firman Allah. Menyampaikan firman Allah
dan pertobatan dari dosa agar yang kita jaga memperoleh
keselamatan. Karena itu, kita harus melakukan tugas penjaga
itu dengan baik, benar dan bertanggung-jawab. Ingat, Allah
akan meminta pertanggung-jawaban dari kita pada akhir
zaman.Amin................

Yehezkiel 33:7-11 Thema: "Diutus Untuk Memberitakan Pertobatan"

Kebanyakan orang kalau diingatkan akan kesalahannya tidak akan mau,


apalagi yang mengingatkan itu adalah seorang yang lebih muda atau seorang yang
lebih rendah kedudukannya dalam lembaga atau dalam sistem masyarakat. Bisa-bisa
orang yang mengingatkan kesalahan orang lain itu akan dibenci atau dimusuhi.
Contoh: Ada seorang pemuda gereja yang protes terhadap kinerja majelis gerejanya
yang kurang memperhatikan Komisi Pemuda, dalam suatu kesempatan pemuda itu
menyampaikan keluhannya dan mengingatkan kepada majelis bahwa para pemuda
juga adalah warga gereja yang harus diperhatikan, para pemuda juga merupakan
warga gereja yang memiliki hak dan tanggungjawab yang sama dengan warga
gereja yang lain. Tetapi apa yang pemuda ini dapatkan, bukanlah suatu ucapan
terimakasih maupun jawaban yang memuaskan, tetapi sebuah statement yang
mengecewakan. “Anak muda kok crewet, sudah tahu, apakah kalian tidak tahu
bahwa pekerjaan majelis banyak.” Akibatnya si pemuda tadi jarang dilibatkan dalam
kegiatan gereja, karena takut banyak bicara dan dianggap crewet. Tetapi inilah yang
terjadi bahwa sebenarnya manusia itu memiliki kecenderungan tidak mau diingatkan
oleh orang lain.
Di sisi lain pada jaman sekarang ini banyak juga orang yang enggan mengingatkan
kesalahan orang lain; acuh-tak-acuh; bukan urusan saya; yang penting saya aman,
saya tidak salah, dsb, atau karena takut mengingatkan, budaya ewuh-
pekewuh (segan). Contoh: Ada seorang warga gereja yang menjadi pejabat
pemerintah, orang ini baik hati, suka menolong orang lain, ramah, rajin ke gereja.
Tetapi orang ini juga terkenal sebagai pejabat yang korup. Pada suatu waktu orang
ini akan menyumbang kepada gereja untuk pembangunan gedung. Apa sikap gereja
terhadap orang ini? Di satu sisi orang tersebut adalah koruptor, tentu saja
kekayaannya juga berasal dari hasil korupsinya dan itu adalah dosa. Dan kalau
gereja mau menerima uang itu berarti gereja memaklumi akan tindakan korupsi,
bisa dikatakan sebagai money laundry. Sedangkan ketika gereja mau menolak dan
mengingatkan orang itu, majelis merasa segan dan takut karena ia pejabat tinggi. Di
sisi lain gereja juga membutuhkan banyak uang untuk pembangunan. Lalu apa yang
harus dilakukan oleh gereja?
Jemaat yang terkasih di dalam Tuhan,
Nats Firman dari Yehezkiel 33:7-11 mengingatkan akan tugas panggilan kita
sebagai hamba-hamba Tuhan untuk mengingatkan saudara-saudara kita yang
hidup di dalam dosa supaya kembali bertobat. Dalam bacaan ini Yehezkiel diberi
tugas oleh Allah untuk menjaga umat Israel dari kejatuhan dalam dosa dan
ketidaktaatan. Ia diperintahkan untuk memperingatkan umat Israel yang berbuat
jahat supaya bertobat, dan ketika mereka tidak bertobat mereka akan mati, tetapi
ketika umat Israel berbuat jahat dan Yehezkiel tidak memperingatkan mereka
sehingga mereka tidak bertobat, maka orang jahat itu akan mati dan Yehezkiel pun
dimintai pertanggungan jawab atas kematian itu.
Dari sini kita belajar bahwa kita sebagai umat Allah supaya saling menjaga, yaitu
dengan saling mengingatkan. Kalau ada saudara kita yang berbuat salah, berbuat
dosa, menjauh dari kehidupan dengan Tuhan, maka sudah menjadi kewajiban kita
saudara seiman untuk mengingatkannya. Tentu dalam kapasitas sebagai manusia
biasa yang tidak terluput dari kesalahan juga, artinya kita pun bisa jatuh dalam
kesalahan dan dosa yang sama. Dan bukan berarti juga seorang yang mengingatkan
memiliki kedudukan yang lebih tinggi, atau lebih suci. Oleh sebab itu dalam kita
mengingatkan orang yang berdosa itu bukan dalam rangka menghakimi mereka,
tetapi menyelamatkan mereka, yaitu supaya mereka terbebas dari penghukuman
karena dosa-dosa mereka sebab Tuhan berkata:
“Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan
kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup”. Ini adalah
Firman Tuhan bagi umatNya yang hidup dalam dosa. Tuhan menetapkan Yehezkiel
menjadi penjaga umat Israel, yaitu memperingatkan mereka agar berpaling dari
dosa untuk menerima keselamatan dari Allah.
Pertobatan menjadi pintu keselamatan bagi umatNya yang masih hidup dalam
keberdosaan, karena Tuhan tidak begitu saja melupakan umatNya yang walaupun
hati mereka telah berpaling dari Tuhan. Seruan pertobatan tidak lain adalah kasih
Allah yang begitu besar kepada umatNya, betapapun besar dosa umatNya namun
keselamatan terbuka bagi mereka. Ini menjadi tugas Yehezkiel untuk memastikan
bahwa semua umat Israel menerima peringatan ini. Dalam seruan pertobatan kita
dapat melihat betapa besar kasih Allah kepada umatNya, supaya umatNya tidak
binasa dalam keberdosaanNya.
Demikianlah kita juga setiap orang yang telah percaya kepada Kristus, kita
menerima kasih Allah yang besar melalui pengorbanNya di kayu salib, telah
membuka bagi kita keselamatan Tuhan.
Melalui nas ini kita akan memasuki lebih dalam lagi makna kasih Allah yang
dicurahkanNya kepada kita orang-orang percaya, seperti perintah Tuhan
Yesus “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:39). Jika kita
telah menerima kasih Tuhan, maka orang lain juga memerlukan kasih Tuhan agar
kita sama-sama diselamatkan. Kasih itu tidak egois yang hanya memikirkan
keselamatan diri sendiri tetapi keselamatan orang lain.
Tuhan mencurahkan kasihNya yang besar bagi kita supaya kita juga dapat
mengasihi sesama kita. Sehingga bagaimana mungkin kita hanya memikirkan
keselamatan diri sendiri tanpa perduli keselamatan orang lain. Kasih Allah yang
perduli kepada kita orang yang berdosa haruslah kita nyatakan dalam kehidupan
kita, supaya kita juga menyatakan kasih kita bagi mereka yang masih hidup dalam
dosa yakni bagi mereka yang langkah-langkah kehidupannya masih jauh dari
perintah Tuhan. Tuhan Yesus mengajarkan bagi kita dalam Lukas 17:3 “Jagalah
dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia dan jikalau ia menyesal
ampunilah dia”. Ini adalah perintah Tuhan Yesus yang harus kita nyatakan dalam
kehidupan kita ketika kita mendapati bahwa ada saudara kita yang hidupnya telah
menjauh dari perintah Tuhan.
Sehingga makna kasih jauh lebih dalam lagi yang tidak sekedar mematahkan sikap
negatif dan mencurahkan sikap yang positif bagi orang lain, sebab jauh lebih dari itu
bahwa Tuhan memakai hidup kita menjadi “penjaga” saudara kita agar tidak
menjauh dari perintah Tuhan. Seperti halnya Yehezkiel yang ditugaskan oleh Allah
memberitakan keselamatan bagi orang yang berdosa, demikian halnya kepada kita
diberi tugas untuk senantiasa menegor saudara kita jika jalan hidupnya telah jauh
dari Tuhan. Dalam Galatia 6:1 Paulus menyampaikan:
“Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran,
maka kamu yang rohani, harus MEMIMPIN ORANG ITU KE JALAN YANG
BENAR dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga
jangan kena pencobaan”.
Tuhan menuntut kasih kita nyata bagi orang lain. Supaya kita jangan justru
senang melihat orang jatuh ke dalam dosa dan merasa diri lebih benar dari orang
lain. Namun baiklah kita dapat saling menolong dalam kelemahan saudara-
saudara kita. Sehingga kita memiliki tanggungjawab untuk menegur saudara kita
yang melakukan dosa, bukan sebaliknya menjadi bahan pembicaraan (gosip) yang
tidak membangun kerohanian satu dengan yang lain. Teguran itu adalah karena
kasih kita kepada saudara kita bukan sebaliknya dengan sengaja menyampaikan
teguran justru adalah karena wajud kebencian dan kemarahan untuk menjatuhkan
seseorang.
Ada beberapa kendala yang mungkin akan kita hadapi ketika memberikan teguran
kepada saudara kita yang melakukan dosa:
Takut menegur karena dapat menyebabkan kesalahpahaman yang membuat
hubungan kita tidak baik dengannya.
Perbuatan dosa yang dilakukannya adalah tanggungjawabnya sendiri dan bukan
tanggungjawab kita
Kita tidak tahu bagaimana caranya untuk menegur dengan baik
Kita merasa percuma memberikan teguran, karena tetap saja tidak akan ada
pengaruhnya
Ada status dalam sosial maupun adat yang mungkin membuat kita sulit memberikan
teguran
Untuk menyampaikan teguran maupun peringatan memang memiliki seni tersendiri,
bagaimana kita dapat memasuki kehidupan seseorang dengan tata krama yang
sopan dan santun yang dilandasi oleh kasih. Yang pasti bahwa kita mesti memiliki
keperdulian terhadap sesama, ada motivasi dalam diri ingin menyatakan kasih
kepada sesama kita. Sehingga kita membangun persekutuan yang saling menopang
dan membangun di dalam kebenaran Tuhan. Dengan demikian Tuhan perintahkan
kita bukan untuk saling menghakimi, justru sebaliknya untuk saling menolong dan
mendoakan untuk hidup bersama di dalam kebenaran dan kasih Tuhan.
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih
dan dalam pekerjaan baik
Ibrani 10:24. Amen

Anda mungkin juga menyukai