Draft Buku Ajar Pembangkit Listrik Tenag
Draft Buku Ajar Pembangkit Listrik Tenag
SEPTEMBER 2019
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Contoh penerapan sel surya kedalam paparan panel surya.................2
Gambar 2-2 Diagram Prinsip PLTS Stand- Alone...................................................3
Gambar 2-3 Diagram prinsip PLTS grid-connected................................................5
Gambar 2-4 Sistem PLTS grid-connected dengan penyimpanan (storage).
(a)charge control dan inverter charge control terpisah dan (b) charge control
terintegrasi................................................................................................................5
Gambar 2-5 PLTS On-Grid tersebar (Grid-Connected Distributed PV plant)
terhubung dengan jaringan tegangan rendah (JTR).................................................6
Gambar 2-6 Contoh PLTS hybrid, PLTS-PLTD.....................................................8
Gambar 2-7 Struktur sel surya...............................................................................10
Gambar 2-8 Proses Kerja Sel Surya.......................................................................10
Gambar 2-9 Efek Fotovoltaik................................................................................11
Gambar 2-10 Tahapan Generator Surya................................................................12
Gambar 2-11 Bagian Modul surya crystalline silicon...........................................13
Gambar 2-12 Modul surya mono-crystalline (kiri) dan poly-crystaline (kanan)...14
Gambar 2-13 Skema prinsip kerja inverter satu fasa.............................................15
Gambar 2-14 Prinsip kerja teknologi PWM..........................................................15
Gambar 2-15 Manfaat dari sistem tracking poros ganda (dual-axis)....................19
Gambar 2-16 Pengaruh iradiasi terhadap tegangan dan arus modul surya............20
Gambar 2-17 Pengaruh temperatur modul terhadap produksi energi modul surya
............................................................................................................................... 21
Gambar 2-18 Pengaruh shading terhadap modul surya.........................................22
Gambar 2-19 The word atlas of the average solar irradiance..............................23
Gambar 2-20 Hubungan modul surya dengan ketinggian matahari......................24
Gambar 2-21 Ketinggian dan azimut matahari......................................................24
iii
DAFTAR
iv
2
BAB I
Gambar 1-1 Contoh penerapan sel surya kedalam paparan panel surya
PLTS pada dasarnya adalah pencatu daya dan dapat dirancang untuk
mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar, baik secara mandiri,
maupun hibrid (dikombinasikan dengan sumber energi lain) baik dengan metode
desetralisasi (satu rumah satu pembangkit) maupun dengan metode sentralisasi
(listrik didistribusikan dengan jaringan kabel).
dengan jaringan (off-grid PV plant) atau lebih dikenal dengan sebutan PLTS
berdiri sendiri (stand-alone) dan sistem PLTS terhubung dengan jaringan (grid-
connected PV plant) atau lebih dikenal dengan sebutan PLTS On-grid. Apabila
PLTS dalam penggunaannya digabung dengan jenis pembangkit listrik lain
disebut disebut sistem hibrid. Menurut IEEE standard 929-2000 sistem PLTS
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu PLTS skala kecil dengan batas 10 kW atau
kurang, skala menengah dengan batas antara 10 kW hingga 500 kW, skala besar
dengan batas di atas 500 kW ( Walid Omran, 2000, hal 27).
Setiap rumah atau bangunan memiliki sejumlah beban listrik yang harus
dialiri tenaga listrik, jadi dalam kondisi ini energi listrik yang dihasilkan oleh
PLTS sangat dekat dengan area konsumsi atau beban listrik, jadi energi listrik
yang dihasilkan oleh PLTS memiliki nilai lebih tinggi atau lebih baik daripada
listrik yang dihasilkan oleh pusat tenaga listrik tradisional (jaringan PLN),
karena rugi-
7
rugi penyaluran daya listrik PLN lebih besar. Selain itu apabila dalam proses
pembangkitannya PLTS kelebihan tenaga listrik (excess power) maka daya listrik
ini dapat diinjeksikan ke jaringan PLN, diukur oleh kWh-meter ekspor impor dan
memperoleh insentif sesuai regulasi yang berlaku.
Salah satu komponen utama pada PLTS adalah generator sel surya, yang
dimana sel surya sebagai komponen dasarnya. Sel surya merubah radiasi matahari
menjadi energi listrik. Sel surya terbuat dari lapisan tipis dari bahan semi
konduktor, yang umumnya terbuat dari pengolahan silikon, dengan ketebalan
sekitar 0,3 mm dan dengan permukaan dari 100 hingga 225 cm2. Silikon memiliki
empat elektron valensi (tetravalensi), didoping dengan menambahkan atom
trivalensi (misalnya boron-P doping) pada satu lapisan dan sejumlah atom
pentavalensi (misalnya phosphorus-N doping) pada lapisan lainnya. Daerah P-
type memiliki kelebihan lubang (holes), sedangkan daerah N-type memiliki
kelebihan elektron.
Modul surya merupakan komponen PLTS yang tersusun dari beberapa sel
surya yang dirangkai sedemikian rupa, baik dirangkai seri maupun paralel dengan
maksud dapat menghasilkan daya listrik tertentu dan disusun pada satu bingkai
(frame) dan dilaminasi atau diberikan lapisan pelindung. Kemudian susunan dari
beberapa modul surya yang terpasang sedemikian rupa pada penyangga disebut
dengan array.
Setiap unit modul surya dilengkapi dengan junction box permanen yang di
dalamnya terdapat bypass diode, dimana fungsi dari baypass diode adalah apabila
terjadi kerusakan pada salah satu modul surya, pengisian dari modul lain masih
dapat berjalan.
2.3 Inverter
2.5 Baterai
Baterai merupakan salah satu komponen yang digunakan pada sistem
PLTS yang dilengkapi dengan penyimpanan cadangan energi listrik. Baterai
memiliki fungsi untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh panel
surya dalam
1
bentuk energi arus searah. Energi yang disimpan pada baterai berfungsi sebagai
cadangan (back up), yang biasanya dipergunakan pada saat panel surya tidak
menghasilkan energi listrik, contohnya pada saat malam hari atau pada saat cuaca
mendung, selain itu tegangan keluaran ke sistem cenderung lebih stabil. Satuan
kapasitas energi yang disimpan pada baterai adalah ampere hour (Ah), yang
diartikan arus maksimum yang dapat dikeluarkan oleh baterai selama satu jam.
Namun dalam proses pengosongan (discharge), baterai tidak boleh dikosongkan
hingga titik maksimumnya, hal ini dikarenakan agar baterai dapat bertahan lebih
lama usia pakainya (life time), atau minimal tidak mengurangi usia pakai yang
ditentukan dari pabrikan. Batas pengosongan dari baterai sering disebut dengan
istilah depth of discharge (DOD), yang dinyatakan dalam satuan persen, biasanya
ditentukan sebesar 80%.
Tabel 2-1 Secondary battery type and carakteristic
Banyak tipe dan klasifikasi banterai yang diproduksi saat ini, yang masing-
masing memiliki desain yang spesifik dan karakteristik performa berbeda sesuai
dengan aplikasi khusus yang dikehendaki. Pada sistem PLTS jenis baterai lead-
acid lebih banyak digunakan, hal ini dikarenakan ketersediaan ukuran (Ah) yang
ada lebih banyak, lebih murah dan karakteristik performanya yang cocok. Pada
beberapa kondisi kritis, seperti kondisi temperatur rendah digunakan baterai jenis
nickel-cadmium, namun lebih mahal dari segi pembiyaannya (Dunlop, 1997).
Pada umumnya baterai penyimpan energi listrik dibagi menjadi dua kategori
utama yaitu primary batteries dan secondary batteries. Primary batteries dapat
menyimpan dan
1
mengirim energi listrik ke beban, namun tidak dapat diisi kembali (recharge)
seperti baterai tipe carbon-zinc dan lithium, jenis ini tidak digunakan pada PLTS.
Secondary batteries dapat menyimpan dan mengirim energi listrik ke beban dan
dapat juga diisi kembali (recharge), jenis ini yang digunakan pada sistem PLTS
yang memiliki karakteristik seperti pada tabel 2.1.
Modul surya harus terpasang pada suatu struktur atau kerangka, untuk
menjaganya tetap terarah pada arah yang tepat, agar lebih tersusun rapi dan
terlindungi. Struktur pemasangan modul surya bisa pada struktur yang tetap
(fixed) atau dengan sistem pelacak sinar matahari, atau biasanya disebut tracking
systems.
Sistem pemasangan tetap (fixed) menjaga barisan dari modul surya pada
suatu sudut kemiringan yang tetap, menghadap pada suatu sudut tetap dari arah
matahari yang telah ditentukan. Sudut kemiringan dan arah atau orientasi pada
umumnya disesuaikan berdasarkan lokasi PLTS terpasang. Sistem ini lebih
sederhana, murah dan lebih sedikit perawatan daripada sistem tracking.
b. Sistem pelacak
Pada lokasi dengan proporsi yang tinggi akan iradiasi matahari langsung,
sistem tracking tunggal atau dua poros dapat digunakan untuk meningkatkan total
iradiasi tahunan rata-rata. Sistem tracking mengikuti matahari ketika sedang
melintasi langit. Sistem ini umumnya merupakan satu-satunya bagian dari PLTS
yang bergerak. Sistem tracking poros tunggal (single-axis) hanya merubah salah
satu dari orientasi atau sudut kemiringan panel surya saja, sedangkan sistem
tracking poros ganda (dual-axis) dapat merubah keduanya baik merubah orientasi
maupun sudut kemiringan dari panel surya. Sistem tracking poros ganda ini dapat
melacak matahari lebih akurat daripada sistem tracking poros tunggal. Bergantung
pada lokasi dan karakteristik tepat dari iradiasi matahari, sistem tracking dapat
1
meningkatkan produksi energi tahunan hingga 27% untuk jenis poros tunggal dan
37% untuk jenis poros ganda (IFC, 2012). Sistem ini juga dapat memproduksi
keluaran daya dengan batasan / kurva yang lebih lembut.
Faktor utama yang mempengaruhi modul surya pada suatu PLTS dalam
proses produksi energi listrik, adalah sebagai berikut:
a. Iradiasi (Irradiance)
Pengaruh iradiasi terhadap produksi energi listrik pada panel surya dapat
dilihat pada gambar di bawah, yang memperlihatkan fungsi peristiwa iradiasi
terhadap kurva karakteristik tegangan (V) dan arus (I).
Ketika iradiasi menurun, arus yang dihasilkan oleh modul surya akan menurun
dengan proporsional, sedangkan variasi dari tegangan tanpa beban sangatlah kecil.
Sebagai suatu kenyataan, efisiensi dari konversi pada modul surya tidak
terpengaruh oleh iradiasi yang bervariasi asalkan masih dalam batas standar
operasi dari modul surya, yang berarti bahwa efisiensi konversi adalah sama
untuk keduanya, baik dalam kondisi cerah begitu juga kondisi mendung. Oleh
karena itu
2
kecilnya energi listrik yang dihasilkan modul surya saat langit dalam kondisi
mendung dapat dijadikan acuan bukannya penurunan efisiensi melainkan
penurunan produksi arus listrik karena iradiasi matahari yang rendah.
Gambar 2-10 Pengaruh iradiasi terhadap tegangan dan arus modul surya
Sumber: ABB QT10 (2010, p.24)
Variasi pada tegangan tanpa beban Voc dari modul surya terhadap tegangan
kondisi standar (STC) Voc,stc, sebagai fungsi dari temperatur operasi modul surya
Tcell, diekspresikan dengan rumus berikut (dalam ABB, CEI 82-85):
Dimana:
2
Gambar 2-11 Pengaruh temperatur modul terhadap produksi energi modul surya
Sumber: ABB QT10 (2010, p.25)
c. Bayangan (Shading)
Berbicara mengenai area yang digunakan oleh modul surya pada suatu
PLTS, sebagian darinya (satu atau lebih sel) mungkin dibayangi atau terhalangi
oleh pepohonan, daun yang jatuh, asap, kabut, awan, atau panel surya yang
terpasang di dekatnya. Pada kasus shading ini, sel surya yang tertutupi akan
berhenti memproduksi energi listrik dan berubah menjadi beban pasif.
2
Sel ini akan berlaku seperti dioda dalam kondisi membelok arus yang
diproduksi oleh sel lain dalam hubungan seri dan akan membahayakan
keseluruhan produksi dari modul surya tersebut, terlebih dapat merusak modul
akibat adanya panas yang berlebih. Dalam hal menghindari permasalahan yang
lebih besar akibat shading pada suatu string, maka diantisipasi dengan
penggunaan dioda by-pass yang terpasang paralel pada masing-masing modul.
2
BAB III
SUMBER ENERGI SURYA
Data pengukuran pada lokasi dapat digunakan sebagai kalibrasi terhadap sumber
data lain (satelit atau stasiun meteorologi) dalam rangka perbaikan akurasi dan
kepastian. Jumlah tenaga surya tersedia per satuan luas disebut radiasi. Jika ini
terjadi selama periode waktu tertentu maka disebut iradiasi. Radiasi matahari
adalah integrasi atau penjumlahan penyinaran matahari selama periode waktu.
2
Lokasi matahari ditentukan oleh dua sudut. Sudut ketinggian matahari (α) adalah
sudut antara cahaya matahari dan bidang horizontal. Azimuth matahari (β) adalah
sudut antara proyeksi cahaya matahari pada bidang horizontal (sudut kemiringan
modul) dan utara (di belahan bumi selatan) atau selatan (di belahan bumi utara).
berdasarkan wilayah, yaitu kawasan barat dan timur Indonesia. Sumber daya
energi surya Indonesia berdasarkan wilayah adalah sebagai berikut:
a) Kawasan barat Indonesia = 4,5 kWh/m2/hari, variasi bulanan sekitar 10%.
b) Kawasan timur Indonesia = 5,1 kWh/m2/hari, variasi bulanan sekitar 9%.
c) Rata-rata Indonesia = 4,8 kWh/m2/hari, variasi bulanan sekitar 9%.
Energi listrik pada PLTS per tahunnya dapat dihasilkan tergantung dari
ketersediaan dari radiasi matahari, orientasi dan inklinasi / kemiringan dari modul
surya, serta efisiensi dari instalasi pada PLTS. Secara praktis untuk dapat
mengetahui atau memprediksi energi yang dapat dihasilkan oleh suatu PLTS
pertahunnya (Ep) suntuk setiap kWp pada bidang horizontal (horizontal plane)
digunakan rumus berikut (ABB QT10, 2010)
Dimana:
DAFTAR PUSTAKA
[14]. Kolhe, M., Kolhe, S., Joshi. J.C.2002. Economic Viability of Stand-Alone
Solar Photovoltaic System in Comparison with Diesel-Powered System
For India. Energy Economic 24 : 155-165.
[15]. Kungliga Tekniska Högskolan, " Dynamic Life Cycle Costingin Asset
Managementof Production Equipments With Emphasis on Maintenance",
Master Thesis Work in Production Engineering and Management,
Department of Industrial Production.
[16]. Li Du; Zhonglai Wang; Hong-Zhong Huang; Cong Lu; Qiang Miao, "Life
cycle cost analysis for design optimization under uncertainty", Reliability,
Maintainability and Safety, 2009. ICRMS 2009. 8th International
Conference on, vol., no., pp.54-57, 20-24 July 2009 doi:
10.1109/ICRMS.2009.5270241.
[17]. L. Mixtaj, J. Naščáková, E. Weiss, R. Weiss, M. Zawada, "Evaluation Of
Return On Investment For Proposed Use Of Solar Systems In Poland",
Issn 0543-5846, Metabk 51(3) 361-364 (2012), Udc – Udk
669.188:669.041:628:515:622.81=111.
[18]. National Bureau of Standards. 1980. Life cycle cost manual for the Federal
Energy Management Program. National Bureau of Standards handbook
135. U.S. Department of Commerce, Washington, D.C.
[19]. Norberto Soares, "Studi Tarif Listrik Dengan Menggunakan Metode Long
Run Marginal Cost Di Edtl Timor Leste" (Tesis), Program Magister
Program Studi Teknik Elektro Program Pascasarjana Universitas Udayana
Denpasar, 2013.
[20]. Omran, Walid 2010. Performance Analysis of Grid-Connected Photovoltaic
Systems, A thesis presented to the University of Waterloo in fulfillment of
the thesis requirement for the degree of Doctor of Philosophy in Electrical
and Computer Engineering Waterloo, Ontario, Canada, 2010
[21]. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor: 17 Tahun 2013 Tentang Pembelian Tenaga Listrik Oleh Pt
Perusahaan Listrik Negara (Persero) Dari Pembangkit Listrik Tenaga
Surya Fotovoltaik.
[22]. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2012, " Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh
Perusahaan Perseroan (Persero) Perusahaan Listrik Negara.
[23]. Republic Indonesia, "Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006 - 2025",
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, Jakarta, 2006.
[24]. Sri Santiari I Dewa Ayu, "Studi Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya Sebagai Catu Daya Tambahan Pada Industri Perhotelan Di Nusa
Lembongan Bali", (Tesis) Program Magister Program Studi Teknik
Elektro Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, 2013.
[25]. U Dinesh Kumar, " Tutorials on Life Cycle Costing and Reliability
Engineering", Course Material, Indian Institute of Management
Bangalore.(O&V).
[26]. http://energy-indonesia.com/03dge/0130227edsm-taiyoko.pdf. Diunduh
tanggal 20 Maret 2014.
2
[27]. http://esdm.go.id/siaran-pers/55-siaran-pers/6207-peresmian-plts-
karangasem-1-mwp-on-grid-plts-bangli-1-mwp-on-grid-dan-6-unit-plts-
15-kwp-off-grid-di-provinsi-bali.html. Diunduh tanggal 20 Maret 2014.
[28]. http://listrikindonesia.com/feed_in_tariff_belum_memikat_investor 388.
htm. Diunduh tanggal 20 Maret 2014.
[29]. http://sunesia.com/kunci-sukses-pengembangan-energi-surya-di-jerman.
Diunduh tanggal 20 Maret 2014.
2