▪ Jenis patogen yang paling sering menjadi penyebab VAP adalah bakteri gram negatif,
aerob, dan berbentuk batang (Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa) dan
bakteri kokus gram positif (seperti Staphylococcus aureus, termasuk Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus [MRSA]). Pada pasien yang mendapat ventilasi mekanik,
mekanisme pembersihan sekret saluran napas berkurang (refleks batuk, mucociliary
action) sehingga memudahkan bakteri menginfeksi saluran napas bagian distal.
Bakteri tersering penyebab VAP berasal dari flora normal mulut dan bacteriemia.
Sumber bakteri lainnya adalah lambung, sirkuit ventilator, humidifier, dan nebuliser.
[3,15]
▪ Saat ini, belum ada standar baku emas kriteria diagnosis VAP. Evaluasi bedside dan
foto polos thorax hanya bersifat sugestif. Studi postmortem menunjukkan kriteria
klinis diagnosis VAP (infiltrat pada foto polos thorax ditambah dua tanda berikut:
demam >38,30C, leukosit >12.000/mL, sekret trakeo bronkial purulen) memiliki
sensitivitas 69% dan spesifisitas 75% dibandingkan temuan autopsi.
▪ Penatalaksanaan utama ventilator-associated pneumonia adalah pemberian
antibiotik empiris sebagai terapi awal, kemudian terapi lanjutan disesuaikan
kondisi klinis pasien. Patogen penyebab VAP umumnya tidak diketahui, sehingga
pemberian antibiotik empiris merupakan pendekatan tatalaksana yang praktis
▪ Pneumonia Terkait Ventilator/ Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan
inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi kuman yang mengalami
inkubasi saat penderita mendapat ventilasi mekanis dengan menggunakan
ventilator mekanik.
▪ Ventilator-associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia atau infeksi parenkim
paru yang terjadi dalam 48-72 jam setelah pemasangan ventilasi mekanik invasif.
VAP merupakan pneumonia yang paling sering terjadi di ICU di antara pasien-
pasien yang mendapat ventilasi mekanik. VAP ditandai oleh infiltrat baru atau
progresif, tanda-tanda infeksi sistemik, perubahan karakteristik sputum, dan
adanya agen kausatif yang terdeteksi pada pemeriksaan.
▪ American College of Chest Physicians mendefinisikan VAP sebagai suatu keadaan
dengan gambaran infiltrat paru yang menetap pada foto thoraks disertai salah satu
gejala yaitu ditemukan hasil biakan darah atau pleura sama dengan
mikroorganisme yang ditemukan pada sputum maupun aspirasi trakea, kavitas
pada rongga thoraks, gejala pneumonia atau terdapat dua dari tiga gejala berikut,
yaitu demam, leukositosis dan sekret purulen
▪ VAP merupakan bagian dari pneumonia
nosokomial, yang juga dikenal
sebagai hospital-acquired pneumonia (HAP).
▪ Data epidemiologi menunjukkan
bahwa ventilator-associated
pneumonia (VAP) dan pneumonia
nosokomial merupakan salah satu dari
penyebab infeksi yang didapat di rumah
sakit yang paling sering ditemukan. Sekitar
28% dari total pasien yang menggunakan
ventilasi mekanik mengalami VAP. Angka
insiden terjadinya VAP meningkat seiring
dengan semakin lamanya durasi
penggunaan ventilasi mekanik.
Diperkirakan VAP terjadi sebanyak 3% per
hari dalam 5 hari pemakaian, 2% per hari
dalam 6-10 hari pemakaian, dan 1% per
hari setelah hari ke 10 pemakaian.
Global
▪ Ventilator-associated pneumonia merupakan infeksi nosokomial tersering kedua
dan penyebab kematian teratas pada pasien dengan penyakit kritis yang terkena
infeksi nosokomial. Di Amerika Serikat, insidensi VAP berkisar antara 2-16 kasus
setiap 1000 hari pemasangan ventilator. Risiko terjadinya VAP diperkirakan 1,5%
per hari, dan menurun menjadi 0,5% per hari setelah 14 hari pasca pemasangan
ventilasi mekanik.
▪ Prognosis ventilator-associated pneumonia (VAP) ditentukan oleh beberapa faktor,
seperti komorbid dan keparahan penyakit ketika diagnosis ditetapkan. Angka
mortalitas ventilator-associated pneumonia (VAP) mencapai 20-50%.
Komplikasi
▪ Studi oleh Othman et al. pada 48 pasien yang mendapat ventilasi mekanik selama
>48 jam menunjukkan bahwa komplikasi yang lebih sering terjadi pada pasien
VAP adalah syok sepsis, acute respiratory distress syndrome (ARDS), atelektasis,
dan infeksi oleh patogen multi-drug resistant (MDR).
▪ Secara patofisiologis, ventilator-associated pneumonia (VAP) dapat disebabkan oleh
berbagai jenis patogen dan dapat bersifat polimikroba. Adapun patogen yang paling
sering menyebabkan VAP adalah bakteri gram negatif, aerob, berbentuk batang
(misalnya Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Enterobacter spp, Pseudomonas
aeruginosa, Acinetobacter spp) dan bakteri kokus gram positif (misalnya Staphylococcus
aureus, termasuk methicillin-resistant S. aureus [MRSA], Streptococcus spp).
▪ Patofisiologi terjadinya VAP juga merupakan perpaduan yang kompleks antara
penggunaan endotracheal tube, faktor risiko penyerta, virulensi dari bakteri yang
menginvasi, dan imunitas host. Penggunaan endotracheal tube dapat merusak
mekanisme defense alami, yaitu refleks batuk dari glotis dan laring untuk mengatasi
mikroaspirasi yang terjadi disekitar cuff endotracheal tube tersebut.
▪ Infeksi bakteri pada saluran pernapasan bagian bawah terjadi secara langsung melalui
beberapa mekanisme, yaitu mikroaspirasi selama prosedur intubasi dilakukan,
berkembangnya bakteri (biasanya gram negatif) dan jamur di dalam endotracheal tube,
bercampurnya sekret di sekitar cuff, dan kurangnya mekanisme pembersihan sekret
oleh mukosiliar saluran napas.
▪ Etiologi dari ventilator-associated pneumonia (VAP) dapat dibedakan berdasarkan durasi
penggunaan ventilasi mekanik, yaitu VAP dengan onset dini dan VAP dengan onset lambat.
KULTUR DARAH
▪ Pemeriksaan kultur darah direkomendasikan pada semua pasien dengan pneumonia
nosokomial. Sekitar 15% dari pasien dengan ventilator-associated pneumonia (VAP)
didapatkan bakteremia sehingga pemeriksaan ini penting untuk menentukan patogen
penyebab dari pneumonia nosokomial yang tidak teridentifikasi pada pemeriksaan
kultur respiratorik. Pemeriksaan kultur darah bernilai spesifik bila patogen respiratorik
ditemukan pada hasil kultur, namun pemeriksaan ini kurang sensitif. Pemeriksaan
kultur darah juga bermanfaat untuk mengidentifikasi adanya infeksi sekunder yang
menyertai pneumonia.
▪ Edukasi dan promosi kesehatan terkait ventilator-associated pneumonia (VAP)
meliputi edukasi tenaga kesehatan mengenai pencegahan VAP. Strategi
pencegahan VAP yang paling efektif yang dapat diterapkan institusi adalah
mengurangi paparan faktor risiko, yang disebabkan oleh prosedur intubasi.