Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MATA KULIAH DIETETIK 1

STUDI KASUS

Dosen Pengampu:
Ayu Rahadiyanti, S.Gz., MPH
Ahmad Syauqy, S.GZ., M.P.H., Ph.D.
Muti’ah Mustaqimatusy Syahadah, S.Gz., M.Gz
Angga Rizqiawan, S.Gz., M.Gz

Disusun oleh:
Isna Salsabila 22030121120017

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2023
I. LATAR BELAKANG
Tn.S berusia 55 tahun, masuk ke RS dengan keluhan lemas, sesak nafas sejak
malam hari sebelum masuk rumah sakit yang makin lama makin memberat,
meskipun jika tidur terlentang, serta merasakan mual, pusing dan nyeri sekujur
tubuh. Sebelum menikah pasien memiliki riwayat sering mengkonsumsi obat
warung (ultraflu) jika sedang sakit seperti flu atau pusing. Pasien didiagnosis gagal
jantung kongestif dan hipertensi stage 2. Pasien memiliki riwayat penyakit vertigo,
hipertensi dan biasa berobat ke tenaga kesehatan. Awal masuk RS BB Tn.S 60 kg,
TB 155 cm.
Pasien memiliki kebiasaan makan 3 kali/sehari dengan lauk yaitu telur 2-3
kali/minggu, ayam 1x/minggu, daging dan ikan 1-2 kali/minggu, tahu tempe 3-4
kali/minggu, buah pisang, pepaya, jeruk, jambu 2-3 kali/minggu, dan sayur 3
kali/hari. Pasien jarang mengkonsumsi mie instan, sosis, nugget dan hanya sesekali
makan gorengan jika sang istri sedang membuat gorengan sendiri. Konsumsi air
putih >8 gelas/hari, teh 2-3 kali/minggu dan susu 3-4 kali/minggu. Sebelum masuk
RS, pasien mengkonsumsi nasi 2 centong (siang) 1 centong (malam), sayur bayam
5 sdm, ikan laut ½ potong, dan tahu bacem 1 potong.
Pasien adalah seorang pengusaha angkot sekaligus sopir angkot yang tinggal
bersama istri dan anak nya. Sebelum menjadi seorang pengusaha angkot, pasien
adalah seorang pelaksana proyek yang sering merokok dan terbawa sampai
sekarang. Tn.S jarang melakukan olahraga karena jika berjalan sedikit sudah tidak
kuat (napas tidak stabil) dan lebih sering bersantai dirumah atau bekerja sebagai
sopir. Suhu tubuh pasien 370C, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 130 x/mnt,
respiratory rate 24x/mnt. Data biokimia sebagai berikut ureum 29 mg/dl, kreatinin
1,5 mg/dl, Na 138 mEq/L, Cl 104 mEq/L, K 3,2 mEq/L, Ca 8,76 mg/dl, GDS 99
mg/dl, Hb 13,3 g/dl, Ht 39,2%, asam urat 9,5 mg/dl, eritrosit 4,21 juta/uL. Obat yang
dikonsumsi roxemid, digoxin dan fargoxin, paracetamol, spironolactone, ramipril,
kalipar, isosorbid dinitrat, omeprazole.

II. SKRINING (DATA UMUM)


A. Pemilihan Metode Skrining
Skrining gizi juga merupakan proses identifikasi pasien terhadap
masalah gizi sebagai dasar dilakukannya assessment dan intervensi gizi.
Skrining dilakukan untuk mengetahui apakah seorang pasien memiliki resiko
untuk mengalami malnutrisi atau tidak.1 Metode skrining gizi sebaiknya
dilakukan singkat, cepat dan disesuaikan dengan kondisi dan kesepakatan di
masing-masing rumah sakit.2
Pengkajian gizi yang dilakukan pada kasus Tn. S ialah menggunakan
Malnutrition Universal Screening Tool (MUST). MUST adalah alat skrining
yang terdiri dari lima langkah untuk mengidentifikasi orang dewasa yang
mengalami kekurangan gizi, berisiko kekurangan gizi (kurang gizi), atau
obesitas. Skrining ini dapat digunakan di rumah sakit, komunitas dan tempat
perawatan lainnya dan dapat digunakan oleh semua.3
B. Pengisian Kuesioner
Tabel 1. Kuesioner Skrining Tn.S

No. Parameter Skor

1 Skor IMT
a. IMT > 20 (obesitas >30) (0) 1
b. IMT 18,5 - 20 (1)
c. IMT < 18,5 (2)

2. Skor kehilangan BB yang tidak direncanakan 3-6 bulan terakhir 0


a. BB hilang < 5 % (0)
b. BB hilang 5 - 10 % (1)
c. BB hilang > 10% (2)

3. Skor efek penyakit akut 0


a. Ada asupan nutrisi > 5 hari (0)
b. Tidak ada asupan nutrisi > 5 hari = 2 (2)

Total Skor keseluruhan : 1 (Berisiko sedang)


Hasil :
0 : Berisiko rendah; ulangi skrining setiap 7 hari
1 : Berisiko sedang; monitoring asupan selama 3 hari. Jika tidak ada peningkatan, asuhan Gizi
individual dan monitoring setiap 3 hari.
2 : Berisiko tinggi; asuhan gizi individual dan monitoring setiap hari. Ulangi skrining setiap 7 hari

C. Membuat Kesimpulan Kuesioner


Berdasarkan hasil skrining diketahui Tn.S berisiko sedang mengalami
malnutrisi dan membutuhkan rencana asuhan gizi selanjutnya dengan perolehan
total skor 1.

III. ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI


1. Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/Makanan (FH)
Tabel 2. Data Riwayat Makanan
Domain Data Pasien Interpretasi

FH 1.1.1 Asupan Energi Total 944,1 kkal

FH 1.2.1.1 Oral Fluids - Air mineral Mengkonsumsi berbagai jenis cairan


- Teh seperti air putih sebanyak > 8 gelas/hari,
- Susu teh 2-3 kali/minggu, dan susu 3-4
kali/minggu

FH 1.2.2.2 Jenis Makanan - Karbohidrat : nasi -


- Lauk hewani : telur 2-3
x/minggu, ayam 1x/minggu,
daging, dan ikan 1-2 x/minggu
- Lauk nabati: tahu, tempe 3-4
x/minggu
- Sayur 3 x/hari
- Buah: pisang, pepaya, jeruk,
jambu 2-3 x/minggu
- Jarang mengkonsumsi mie
instan, sosis, nugget
- Gorengan sesekali saja

FH 1.2.2.3 Pola Makan 3x makan utama

FH 1.2.3.1 Asupan Kafein Total Teh 2-3 x/minggu

FH 1.5.1.1 Asupan Lemak Total SQ-FFQ SQ-FFQ


15,9 gr 33,9% → Cukup

SMRS SMRS
25,6 gr 54,6% → Lebih

FH 1.5.3 Asupan Protein SQ-FFQ SQ-FFQ


38,4 gr 81,9% → Lebih

SMRS SMRS
41,1 gr 64,9% → Lebih

FH 1.5.5 Asupan Karbohidrat SQ-FFQ SQ-FFQ


167,1 gr
66% → Lebih

SMRS SMRS
59,2 gr 23,4% → Kurang

FH 1.5.6 Asupan Serat SQ-FFQ SQ-FFQ


10,2 gr 51% → Lebih

SMRS SMRS
2,5 gr 12,5% → Kurang

FH 1.2.1 Asupan Cairan SQ-FFQ SQ-FFQ


2499,5 gr 125% → Cukup

SMRS SMRS
2559,5 gr 128% → Cukup

FH 1.6.1 Asupan Vitamin SQ-FFQ SQ-FFQ


- Vitamin A = 1800,1 μg - Vitamin A = 359,7% → Cukup
- Vitamin C = 176,4 mg - Vitamin C = 398,9% → Cukup
- Vitamin K = 0 μg
- Vitamin K = 12,1% → Kurang
- Vitamin B1 = 0,6 mg
- Vitamin B1 = 64,9% → Kurang
- Vitamin B2 = 1,2 mg
- Vitamin B3 = 7,1 mg - Vitamin B2 = 120% → Cukup

- Vitamin B6 = 2,5 mg - Vitamin B3 = 57,6% → Kurang


- Vitamin B9 = 407,7 μg - Vitamin B6 = 192,3% → Cukup
- Vitamin B12 = 1,2 μg - Vitamin B9 = 132,4% → Cukup

- Vitamin B12 = 39% → Kurang

SMRS SMRS
- Vitamin A = 589,6 μg - Vitamin A = 117,8% → Cukup
- Vitamin C = 38 mg - Vitamin C = 54,8% → Kurang
- Vitamin K = 0 μg
- Vitamin K = 0% → Kurang
- Vitamin B1 = 0,5 mg
- Vitamin B1 = 54,1% → Kurang
- Vitamin B2 = 0,4 mg
- Vitamin B3 = 5,9 mg - Vitamin B2 = 40% → Kurang

- Vitamin B6 = 0,9 mg - Vitamin B3 = 47,9% → Kurang


- Vitamin B9 = 149,7 μg - Vitamin B6 = 4% → Kurang
- Vitamin B12 = 0 μg - Vitamin B9 = 48,6% → Kurang

- Vitamin B12 = 0% → Kurang

FH 1.6.2 Asupan Mineral SQ-FFQ SQ-FFQ


- Kalsium = 1093,5 mg - Kalsium = 118,4% → Cukup
- Zat besi = 13,4 mg - Zat besi = 193,4% → Cukup
- Magnesium = 434,1mg
- Magnesium = 127,3% → Cukup
- Fosfor = 679,4 mg
- Fosfor = 126,1% → Cukup
- Natrium = 299,6 mg
- Seng = 7,1 mg - Natrium = 29,9% → Kurang

- Seng = 126,1% → Cukup

SMRS SMRS
- Kalsium = 358,4 mg - Kalsium = 38% → Kurang
- Zat besi = 10,2 mg - Zat besi = 147,2% → Cukup
- Magnesium = 243,7 mg
- Magnesium = 90,4% → Cukup
- Fosfor = 635,2 mg
- Fosfor = 117,9% → Cukup
- Natrium = 2683,5 mg
- Seng = 2,7 mg - Natrium = 268,1% → Cukup

- Seng = 31,9% → Kurang

FH 3.1.1 Medikasi/ Obat-obatan Roxemid Furosemide adalah obat untuk mengatasi


yang Dikonsumsi penumpukan cairan di dalam tubuh atau
edema. Merk obat yang didagangkan
Furosemide, Lasix, Yekasix, Cetasix,
Diuvar, Diurefo, Edemin, Farsiretic,
Farsix, Furosix, Gralixa, Impugan, Naclex,
Roxemid, Silax, dan Uresix.
Pada golongan diuretik penggunaan obat
furosemid ini untuk mengurangi edema
dan tekanan darah tinggi pada pasien
Gagal Jantung. Mekanisme kerja obat
furosemide dengan cara menghambat
reabsorbpsi NaCl dalam ansa Henle
asendens segmen tebal. Furosemid bekerja
dengan cara menghambat kotranspor
Na+/K+/Cl- .4

Digoksin Obat golongan glikosida jantung yang


memiliki efek inotropik positif dan
kronotropik negatif. Toksisitas digoksin
mudah terjadi pada orang tua, gangguan
fungsi ginjal, hiperkalemia, hipokalemia,
dan pemakaian jangka waktu lama. Untuk
pemakaian kronis, disarankan secara rutin
memeriksa kadar digoksin dalam darah
setiap 6 bulan.

Fargoxin Fargoxin merupakan golongan obat


furosemide yang berperan sebagai obat
diuretic kuat dan digunakan pada penyakit
jantung, hati, dan ginjal yang terdapat
edema. Obat ini juga bersifat
antihipertensif Fargoxin adalah obat
glikosida jantung yang digunakan untuk
mengatasi gagal jantung serta denyut
jantung tidak beraturan (fibrilasi atrium
kronis). Fargoxin akan membantu
menurunkan ketegangan pada jantung dan
mengembalikan denyut nadi normal.5

Paracetamol Obat antipiretik yang umumnya digunakan


saat ini adalah parasetamol atau ibuprofen
karena kedua obat ini dinilai relatif aman
untuk anak dan usia dewasa.6

Spironolactone Spironolakton adalah obat yang digunakan


dalam pengelolaan dan pengobatan
hipertensi dan gagal jantung dengan
beberapa indikasi selain penyakit
kardiovaskular. Spironolakton disetujui
FDA untuk pengobatan gagal jantung
dengan fraksi ejeksi tereduksi (HFrEF),
hipertensi resisten, hiperaldosteronisme
primer, edema sekunder akibat sirosis,
edema sekunder akibat sindrom nefrotik
yang tidak dapat dikontrol secara memadai
menggunakan terapi alternatif, dan
hipokalemia.7

Ramipril Ramipril adalah penghambat enzim


pengubah angiotensin (ACE) dan
digunakan untuk berbagai indikasi,
termasuk hipertensi dan pencegahan
perkembangan gagal jantung setelah
infark miokard (MI).
Ramipril juga digunakan untuk
mengurangi risiko MI, stroke, dan
kematian pada pasien berusia di atas 55
tahun dengan risiko tinggi penyakit
aterosklerotik dan kejadian buruk jantung
yang parah.8

Kalipar Kalium L-aspartat atau potassium L-


aspartate merupakan obat yang digunakan
untuk mengatasi hipokalemia (kekurangan
kalium). Penggunaan obat ini tidak boleh
sembarangan dan harus sesuai resep
dokter.
Asam aspartat adalah asam amino nutrisi
non-esensial yang ditemukan melalui
hidrolisis asparagin. spartat ada dalam dua
isoform; bentuk utamanya adalah asam L-
aspartat (L-Asp), dan asam D-aspartat (D-
Asp) terdapat dalam jumlah yang jauh
lebih kecil: L-Asp memiliki kepentingan
luar biasa dalam sintesis urea, siklus purin-
nukleotida (PNC), antar-jemput malat-
aspartat (MAS), glukoneogenesis, dan
neurotransmisi, dan merupakan substrat
untuk sintesis protein, asparagin, arginin,
nukleotida, dan dari beberapa zat yang
berperan dalam perkembangan jaringan
saraf dan neurotransmisi.9 Selain itu, obat
ini dapat digunakan untuk pasien yang
memiliki penyakit jantung, jantung
koroner, penyakit liver (hati), lumpuh
anggota gerak karena hipokalemia
(paralisis), hipokalemia karena minum
obat diiuretik anti-hipertensi, steroid,
pasien sebelum dan sesudah operasi, diare
dan muntah. Merk obat yang didagangkan
Aspar-K, Kalipar, Superviton.

Isosorbid dinitrat Isosorbide dinitrate (ISDN) merupakan


salah satu obat golongan nitrat yang
bekerja dengan mendilatasi pembuluh
darah kolateral sehingga dapat
meningkatkan dan mendistribusikan aliran
darah koroner. Oleh karena itu, ISDN
memiliki efek yang menguntungkan yakni
mempengaruhi ketidaksesuaian antara
suplai oksigen miokard dan kebutuhan
oksigen pada pasien jantung koroner. 10
Isosorbide adalah obat yang digunakan
untuk mengobati dan mencegah angina
pektoris pada pasien penyakit jantung
koroner. Itu termasuk dalam kelas obat
nitrat. Indikasi pemberian obat ini
mengobati angina pektoris akibat penyakit
arteri koroner, gagal jantung dengan
penurunan fraksi ejeksi, dan akalasia.11

Omeprazole Omeprazole adalah obat untuk mengatasi


masalah perut dan kerongkongan yang
diakibatkan oleh asam lambung.
Omeprazole adalah inhibitor pompa
proton yang digunakan untuk mengelola
dan mengobati beberapa kondisi, termasuk
mulas tanpa komplikasi, penyakit tukak
lambung, penyakit refluks gastrointestinal,
sindrom Zollinger-Ellison, adenoma
endokrin multipel, mastositosis sistemik,
esofagitis erosif, tukak lambung, dan
infeksi helicobacter pylori.12

Kesimpulan:
Berdasarkan data diatas, Tn.S mengkonsumsi minuman yang beragam seperti air putih, teh, susu dan makanan seperti
protein nabati, protein hewani, sayur, dan buah. Selain itu, biasanya Tn.S juga mengkonsumsi mie instan, sosis, dan
nugget. Kemudian untuk obat-obatan yang dikonsumsi Tn.S juga beragam beragam seperti roxemid, digoxin dan
fargoxin, paracetamol, spironolactone, ramipril, kalipar, isosorbid dinitrat, omeprazole.

2. Pengkajian Antropometri (AD)


Tabel 3. Data Antropometri

Domain Data Pasien Interpretasi

AD.1.1.2 Tinggi Badan 155 cm -

AD.1.1.3 Berat Badan 60 kg -

AD.1.1.5 IMT 25 kg/m2 Normal (Kemenkes)

Kesimpulan :
IMT Tn.S berdasarkan klasifikasi Kemenkes RI termasuk dalam kategori normal.

3. Pengkajian Data Biokimia (BD)


Tabel 4. Data Biokimia

Domain Data Pasien Nilai Normal Interpretasi

BD 1.2.1 BUN 29 mg/dl 8-24 mg/dL Tinggi

BD 1.2.2 Kreatinin 1,5 mg/dl 0,6 -1,2 mg/dL Tinggi

BD 1.2.5 Na 138 mEq/L 136- 145 mEq/L Normal


BD 1.2.6 Cl 104 mEq/L 95- 105 mmol/L Normal

BD 1.2.7 K 3,2 mEq/L 3,5 - 5,5 mEq/l Rendah

BD 1.2.9 Ca 8,76 mg/dL 8,4 - 11 mg/dl Normal

BD 1.5.2 GDS 99 mg/dL < 200 mg/dl Normal

BD 1.10.1 Hb 13,3 g/dL 13-16 g/dl Normal

BD 1.10.2 Ht 39,2% 40 - 49 % Rendah

Asam urat 9,5 mg/dL 3-7 mg/dL Tinggi

Eritrosit 4,21×106/uL 4,4 - 5,6 ×106/uL Rendah

Kesimpulan :
Berdasarkan data diatas, hasil nilai laboratorium Tn. S didapati bahwa nilai kalium dan
eritrosit rendah dan nilai BUN, kreatinin, dan asam urat tinggi.

4. Pengkajian Data Klinik/Fisik (PD)


Tabel 5. Data Klinis atau Fisik

Domain Data Pasien Nilai Normal Interpretasi

PD 1.1.1 Penampilan Lemas


Keseluruhan

PD 1.1.5 Sistem Mual


Saluran Cerna

PD 1.1.9.1 170/100 mmHg 120/80 mmHg Tinggi


Tekanan Darah

PD 1.1.9.2 Nadi 130 x/menit 60 - 100x/menit Denyut nadi di atas


normal [Takipnea
(nafas cepat)]

PD 1.1.9.3 Respiratory 24 x/menit 12 - 20x/menit Laju respirasi di atas


normal (Takikardi)
Rate

PD 1.1.9.4 Suhu 37 0C 36 - 37 oC Suhu tubuh normal

Kesimpulan :
Berdasarkan data diatas, Tn.S mempunyai penampilan keseluruhan lemas yang disertai
dengan sesak nafas, mual, pusing, dan nyeri pada sekujur tubuh. Tn.S juga mengalami
hipertensi yang ditandai dengan nilai tekanan darah yang tinggi. Selain itu, Tn.S juga
mengalami takipnea dan takikardi.

5. Pengkajian Data Riwayat Pasien (CH)


Tabel 6. Data Riwayat Pasien

Domain Hasil

CH 1.1.1 Umur 55 tahun

CH 1.1.2 Jenis kelamin Laki-laki

CH 1.1.8 Penggunaan rokok Merokok sampai sekarang

CH 1.1.9 Peran dalam keluarga Suami dan ayah

CH 2.1.1 Keluhan dari pasien - Lemas


- Sesak nafas yang makin lama makin memberat
- Mual
- Pusing
- Nyeri di sekujur tubuh

CH 2.1.1 Riwayat penyakit - Vertigo


- Hipertensi

CH 2.1.2 Kardiovaskular - Hipertensi tingkat 2


- Gagal jantung kongestif

CH 2.1.5 Gastrointestinal Mual

CH 2.2.1 Perawatan atau terapi - Ultraflu


medis - Roxemid
- Digoxin
- Fargoxin
- Paracetamol
- Spironolactone
- Ramipril
- Kalipar
- Isosorbid dinitrat
- Omeprazole.

CH.3.1.2 Situasi rumah/hidup Hidup bersama suami dan kedua anaknya

CH.3.1.6 Pekerjaan/kesibukan Pengusaha angkot sekaligus supir angkot dan mantan


pelaksana proyek

Kesimpulan :
Berdasarkan data diatas, Tn.S adalah seorang kepala rumah tangga berusia 55 tahun. Tn.S
memiliki keluhan lemas, sesak nafas sejak malam hari sebelum masuk rumah sakit yang
makin lama makin memberat, serta merasakan mual, pusing dan nyeri di sekujur tubuh. Tn.S
juga didiagnosa gagal jantung kongestif dan hipertensi tingkat 2. Tn.S melakukan perawatan
medis yaitu mengkonsumsi obat-obatan seperti roxemid, digoxin dan fargoxin, paracetamol,
spironolactone, ramipril, kalipar, isosorbid dinitrat, omeprazole.

6. Comparative Standar (CS)


Tabel 7. Comparative Standar

Domain Data Kebutuhan Pasien Data Asupan Pasien Interpretasi

Zat Makronutrien

CS.1.1.1 Estimasi kebutuhan energi total 1688,4 kkal 944,1 kkal 55,9% → Kurang

CS.2.1.1 Estimasi kebutuhan lemak total 46,9 gr 15,9 gr 33,9% → Lebih

CS.2.2.1 Estimasi kebutuhan protein total 63,3 gr 38,4 gr 81,9% → Lebih

CS.2.3.1 Estimasi kebutuhan karbohidrat 253,3 gr 167,1 gr 66% → Lebih

CS.2.4 Estimasi kebutuhan serat 20-30 gr/hari 10,2 gr 51% → Lebih

CS.3.1.1 Estimasi kebutuhan cairan 2000 mL 2499,5 gr 125% → Lebih

Zat Mikronutrien (77% AKG)

CS 4.1 Estimasi Kebutuhan Vitamin

CS 4.1.1 Estimasi kebutuhan Vitamin A 500,5 µg 1800,1 µg 359,7% → Cukup


CS 4.1.2 Estimasi kebutuhan vitamin C 69,3 mg 276,4 gr 398,9% → Cukup

CS 4.1.2 Estimasi kebutuhan vitamin D 11,55 μg 1,4 gr 12,1% → Kurang

CS 4.1.5 Estimasi kebutuhan vitamin K 50 μg 0 μg 0% → Kurang

CS 4.1.6 Estimasi kebutuhan vitamin B1 0,924 mg 0,6 mg 64,9% → Kurang

CS 4.1.7 Estimasi kebutuhan vitamin B2 1 mg 1,2 mg 120% → Cukup

CS 4.1.8 Estimasi kebutuhan vitamin B3 12,32 mg 7,1 mg 57,6% → Kurang

CS 4.1.9 Estimasi kebutuhan vitamin B6 1,3 mcg 2,5 mg 192,3% → Cukup

CS 4.1.10 Estimasi kebutuhan vitamin B9 308 mcg 407,7 μg 132,4% → Cukup

CS 4.1.11 Estimasi kebutuhan vitamin B 3,08 µg 1,2 µg 39% → Kurang


12

CS 4.2.1 Estimasi kebutuhan kalsium 924 mg 1093,5 mg 118,4% → Cukup

CS 4.2.3 Estimasi kebutuhan zat besi 6,93 mg 13,4 mg 193,4% → Cukup

CS 4.2.4 Estimasi kebutuhan magnesium 269,5 mg 434,1 mg 127,3% → Cukup

CS 4.2.6 Estimasi kebutuhan fosfor 539 mg 679,4 mg 126,1% → Cukup

CS 4.2.7 Estimasi kebutuhan iodin 115,5 mcg 50 µg 43,3% → Kurang

CS 4.2.13 Estimasi kebutuhan kalium 3619 mg 1331,7 mg 36,8% → Kurang

CS 4.2.15 Estimasi kebutuhan natrium 1001 mg 299,6 gr 29,9% → Kurang

CS 4.2.17 Estimasi kebutuhan seng 8,47 mg 7,1 mg 83,8% → Cukup

IV. DIAGNOSIS GIZI


1. NC 2.2 Perubahan Nilai Laboratorium (P) berkaitan dengan gagal jantung
kongestif, penurunan fungsi ginjal, dan kondisi hipertensi (E) ditandai dengan
kadar ureum tinggi (29 mg/dl), kreatinin tinggi (1,5 mg/dl), GFR rendah (51
mg/dl), kalium rendah 3,2 (mEq/L), kalsium rendah (8,76 mg/dL), Hb rendah (13,3
g/dL), Ht rendah (39,2%), eritrosit rendah (4,21×106/uL), dan asam urat tinggi
(9,5 mg/dL) (S).
2. NI 2.1 Asupan Energi Inadekuat (P) berkaitan dengan keluhan lemas, mual,
pusing (E) ditandai dengan rendahnya asupan makanan dari kebutuhan (S).
V. INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan Intervensi Gizi
a. Memberikan makanan yang cukup sesuai kebutuhan tanpa
memperberat kerja jantung
b. Menurunkan tekanan darah pasien dengan mengatur asupan kalium dan
natrium
c. Memperbaiki nilai kreatinin, BUN, GFR, K, eritrosit, hematokrit dan
asam urat
d. Memberikan diet DASH pada pasien
e. Mempertahankan berat badan pasien tetap ideal
f. Memberikan rekomendasi aktivitas fisik yang cocok untuk diterapkan
sesuai kondisi pasien
g. Mencegah terjadinya edema atau bengkak yang disebabkan oleh
penimbunan garam atau air di dalam tubuh.
h. Memberikan motivasi kepada pasien untuk menerapkan pola hidup
sehat
2. Preskripsi Diet
a. Energi yang diberikan cukup sesuai kebutuhan pasien
b. Karbohidrat cukup sesuai dengan kebutuhan 253,3 gr. Sumber
karbohidrat kompleks seperti nasi, ubi, jagung, gandum
c. Lemak diberikan sedang 25-30% dengan memperhatikan jenis
lemaknya, dapat berasal dari lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. 10%
berasal dari lemak jenuh, dan 10-15% lemak tidak jenuh.
d. Protein cukup, 10-15% dari kebutuhan energi total
e. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan. Hindari
penggunaan suplemen kalsium, magnesium, dan kalium jika tidak
dibutuhkan.
f. Garam rendah <1500 mg, jika disertai hipertensi atau edema
g. Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas
h. Serat cukup untuk menghindari kesulitan buang air besar (konstipasi)
sebanyak 20-30 gram, diutamakan serat larut air (soluble fiber) seperti,
apel, pisang, wortel, brokoli, kacang merah.
i. Batasi cairan dengan kondisi pasien 2000 ml/hari
j. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien dan diberikan
dalam porsi kecil tapi sering
B. Rencana Implementasi
1. Pemberian Diet
a. Jenis diet: Diet rendah garam (DASH)
b. Bentuk makanan: Biasa
c. Frekuensi: 3× makan utama dan 2× makan selingan
d. Rute pemberian: Oral
e. Rekomendasi Menu
Tabel 8. Rekomendasi Menu

Waktu Menu Bahan makanan URT Berat


Matang (gr)

Pagi Air putih 1 gelas 200

Nasi putih Beras putih 1 centong 100

Sayur bayam Bayam 5 sdm 50

Wortel 3 sdm 30

Jagung pipil 2 sdm 20

Garam 0,5

Ayam panggang Dada ayam 1 potong 50

Garam 0,5

Apel 1 buah 100

Air putih 1 gelas 200

Selingan pagi Bubur kacang Kacang merah 1 mangkok 30


merah Santan 130

Gula merah 10

Gula pasir 10

Air putih 1 gelas 200

Makan siang Nasi putih Beras putih 1 centong 100

Pepes ikan Ikan kembung 1 ekor kecil 40


kembung
Tahu 1 potong 20
kecil

Jamur 2 sdm 20

Putih telur 1 sdm 15

Garam 0,5

Jeruk manis 1 buah 100

Air putih 1 gelas 200

Selingan siang Jus jambu biji Jambu biji 1 buah 150

Air putih 1 gelas 150

Makan malam Nasi putih Beras putih 1 centong 100

Soto ayam Daging ayam 2 sdm 20

Bihun 1 sdm 15

Toge 1 sdm 5

Garam 0,5

Pisang ambon 1 buah 100

Susu low fat 1 gelas 200


Air putih 1 gelas 200

2. Pendidikan Gizi
Tabel 9. Pendidikan Gizi
Pelaksanaan Pendidikan Gizi

Hari, tanggal Kamis, 2 November 2023

Jam 09.00 - 09.30 WIB

Waktu 20-30 menit

Tempat Ruang konseling gizi

Topik Hipertensi, Gagal Jantung Kongestif

Tujuan 1. Memberikan edukasi dan pengetahuan kepada pasien dan keluarga supaya
memperoleh pengetahuan gizi yang sesuai dengan kondisi pasien agar
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menginformasikan tentang penyebab dari Hipertensi, Gagal Jantung
Kongesti, dan Vertigo, tanda dan gejala serta penatalaksanaan diet DASH
3. Meningkatkan motivasi kepada pasien agar patuh

Sasaran Pasien dan keluarga

Materi 1. Edukasi mengenai pengertian hipertensi, vertigo, dan gagal jantung


kongestif, faktor penyebab, tanda dan gejala, serta dampak.
2. Menjelaskan peran aktivitas fisik serta memberikan program aktivitas fisik
yang masih dapat dilakukan sesuai kondisi pasien supaya tubuh tetap terjaga
sehingga dapat mengendalikan penyakit yang diderita
3. Memberikan motivasi kepada pasien agar berkomitmen dalam menjalankan
diet dengan sungguh-sungguh.

Metode Edukasi, ceramah dan tanya jawab

Media Leafleat

Evaluasi 1. Pengetahuan pasien dalam memahami hipertensi dan gagal jantung


kongestif
2. Mendapatkan komitmen yang telah disepakati bersama
3. Konseling Gizi

Pelaksanaan Konseling Gizi

Hari,tanggal Jum’at, 3 November 2023


Jam 10.00 - 10.45 WIB
Waktu 30-45 menit
Tempat Ruang konseling gizi
Topik Pemberian diet DASH
Tujuan 1. Memberikan pemahaman pasien dan keluarga terkait manajemen dan
pelaksanaan diet yang tepat, mudah dilakukan, dan sesuai dengan
kebutuhan pasien agar dapat menerapkannya di rumah.
2. Memberikan edukasi dan pemahaman terkait pengaturan dan pemilihan
bahan makanan serta tekstur makanan yang sebaiknya pasien konsumsi.
3. Mengedukasi keluarga dan pasien terkait bahan penukar yang dapat
dikonsumsi dalam diet yang dijalani pasien.
4. Memberikan motivasi dan semangat kepada pasien agar dapat mengubah
kebiasaan makan dan gaya hidup.
5. Mendapat komitmen dari pasien dan keluarga untuk melaksanakan diet
yang telah dianjurkan.
Sasaran Pasien dan keluarga
Materi 1. Tujuan diberikannya diet kepada pasien
2. Edukasi mengenai bahan penukar pangan yang dapat dikonsumsi dalam
diet pasien.
3. Pemberian makanan dan minuman yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
4. Pemberian penatalaksanaan diet yang tepat dan rekomendasi menu diet
yang dianjurkan agar dapat diterapkan pasien di rumah
5. Pemberian motivasi kepada pasien dan keluarga agar berkomitmen
melaksanakan diet yang dianjurkan guna memperbaiki kondisi pasien
Metode Konsultasi, diskusi dan tanya jawab
Media Leafleat, DBMP dan foto buku makanan
Evaluasi 1. Pasien dan keluarga dapat memahami mengenai manajemen diet DASH
2. Pasien dan keluarga diharapkan memiliki pengetahuan yang baik terkait
pelaksanaan diet DASH
3. Pasien dan keluarga dapat mengetahui terkait bahan penukar dan
pemilihan bahan makan yang tepat sesuai rekomendasi yang telah
diberikan
4. Pasien dan keluarga berkomitmen untuk melaksanakan dan mengikuti
diet yang telah dianjurkan.
5. Pasien dan keluarga diharapkan mampu merubah perilaku untuk
mencapai perubahan sikap dan perilaku agar sesuai dengan tujuan diet.

Tabel 10. Konseling Gizi

4. Koordinasi Dengan Tim Kesehatan Lain


Tabel 11. Koordinasi Tim Kesehatan

No Diskusi Solusi Profesi Kesehatan

1. Meminta persetujuan DPJP pasien Memantau komplikasi DPJP


terkait efek penggunaan obat yang penyakit pasien
diresepkan terhadap penyakit
gagal jantung dan hipertensi

2. - Meminta rekam medis ● Pencatatan medis (fisik, Perawat


pasien klinis, biokima)
- Pemantauan ● Pemantauan asupan pasien
perkembangan pasien dengan Visual cumstock
terkait nilai fisik, klinis,
biokimia
- Memantau asupan makan
pasien selama di rumah
sakit

3. Diskusi terkait interaksi obat dan Berdiskusi terkait resep yang Apoteker
makanan yang mungkin terjadi diberikan kepada pasien guna
mencegah terjadinya interaksi
obat dan makanan yang tidak
diinginkan

VI. PERENCANAAN MONITORING – EVALUASI GIZI


Tabel 12. Perencanaan Monev Gizi

No Parameter Pelaksanaan Metode Target

1 AD - - -

2 PD Keadaan umum, pernapasan, 3 hari KU membaik, suhu, RR,dan


suhu, nadi HR normal

3 BD Pemantauan hasil lab kalium dan Lab (sesuai Nilai lab dalam rentang normal
instruksi dokter)
eritrosit (rendah) dan nilai BUN,
kreatinin, dan asam urat (tinggi)

4 FH Pemantauan asupan pasien Setiap hari (visual Asupan mencapai 80-100%.


comstock) Apabila belum tercapai dapat
dievaluasi dengan menanyakan
pada pasien dan keluarganya.

VII. PEMBAHASAN KASUS


Pada proses asuhan gizi terstandar, dilakukan skrining gizi terlebih dahulu untuk
mendeteksi terjadinya risiko malnutrisi pada pasien. Bila pasien mengalami
malnutrisi, maka akan diadakan proses assessment, diagnosis, intervensi,
monitoring, dan evaluasi sebagai langkah dari proses asuhan gizi terstandar lebih
lanjut. MUST adalah alat skrining yang terdiri dari lima langkah untuk
mengidentifikasi orang dewasa yang mengalami kekurangan gizi, berisiko
kekurangan gizi (kurang gizi), atau obesitas. Berdasarkan hasil skrining, Tn. S
mengalami malnutrisi berisiko sedang.
Tn. S didiagnosis hipertensi stage 2 dan gagal jantung kongestif. Gagal jantung
kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien. 13 Gagal
jantung kongestif dapat disebabkan oleh kelainan otot jantung, obesitas, sarkopenia,
aterosklerosis koroner, hipertensi sistemik atau pulmonal, peradangan dan penyakit
miokardium degeneratif atau penyakit jantung lain. 14 Sindroma ini biasanya diikuti
dengan intoleransi aktivitas, retensi cairan dan upaya untuk bernapas normal.
Umumnya terjadi pada penyakit jantung stadium akhir setelah miokard dan sirkulasi
perifer mengalami kelelahan akibat berkurangnya kapasitas cadangan oksigen dan
nutrisi serta sebagai akibat mekanisme kompensasi.15 Umumnya terapi diet dan
nutrisi pada pasien gagal jantung terfokus pada pembatasan cairan dan garam. 16
Berdasarkan riwayat asupan didapati bahwa konsumsi makanan dan minuman
sudah bervariasi. Tn. S jarang mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi
garam seperti sosis, mie instan, dan nugget. Untuk konsumsi gorengan hanya
sesekali karena menyesuaikan dengan masakan istrinya. Akan tetapi masih belum
diketahui berapa jumlah konsumsi dalam setiap kali makan gorengan. Berdasarkan
data riwayat, Tn. S memiliki keluhan lemas, sesak nafas, mual, pusing, dan nyeri di
sekujur tubuh. Hal ini sepadan dengan gejala sindrom klinis yang kompleks dengan
gejala-gejala yang tipikal dari sesak napas (dyspnea) dan mudah lelah (fatigue) yang
dihubungkan dengan kerusakan fungsi maupun struktur yang diganggu dari jantung
yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk mengisi dan mengeluarkan darah ke
sirkulasi.17
Obat-obatan yang dikonsumsi oleh Tn. S sangat bervariasi dan perlu di
perhatikan lagi kandungan dalam obat tersebut yang dapat berinteraksi dengan
makanan. Tn. S biasa mengkonsumsi obat warung ketika ia merasa tidak enak
badan. Terapi obat yang diberikan saat masuk rumah sakit adalah roxemid berfungsi
merupakan obat diuretic kuat untuk penyakit jantung dengan edema, Digoxin serta
Fargoxin untuk meningkatkan kontraksi otot jantung, Paracetamol untuk mengatasi
nyeri, Spinorolactone untuk mengatasi hipertensi, Ramipril untuk mengatasi
hipertensi, Kalipar untuk meningkatkan kadar ion kalium darah, Isosorbide dinitrate
untuk mengurangi rasa nyeri dada, serta Omeprazole untuk mengatasi penyakit
asam lambung. Tentunya dalam konsumsi obat-obatan ini diperlukan manajemen
yang tepat agar tidak terjadi interaksi antara obat-makanan atau bahkan obat-obat.
Contohnya saja pada konsumsi Omeprazole disarankan untuk menghindari
konsumsi bersama dengan SJW, seperti pada Digoxin dan Fargoxin. Selain itu,
waktu konsumsi obat juga perlu untuk diperhatikan, seperti Omeprazole yang
dikonsumsi 30 – 60 menit sebelum makan, berbeda dengan Spinorolactone yang
dikonsumsi bersama dengan makanan. Kemudian untuk interaksi antara obat-obat
yang perlu untuk diperhatikan adalah konsumsi Spinorolactone dengan Kalipar, hal
ini karena pada saat konsumsi obat Spinorolactone disarankan untuk menghindari
suplementasi Kalium.18
Penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi beberapa kriteria antara lain
tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara
pemberian, tepat interval waktu pemberian, tepat lama pemberian, waspada efek
samping, tepat penilaian kondisi pasien, tepat informasi, tepat tindak lanjut, dan
tepat penyerahan obat.19
Pilihan pemberian makan pada pasien ini adalah diet oral. Beberapa pola makan
yang sering diterapkan pada pasien gagal jantung adalah diet DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension), yaitu kaya akan buah-buahan dan sayuran,
tumbuhan polong, gandum, dan mengurangi asam lemak tersaturasi (SFA). Pola
makan DASH mendukung konsumsi kalium tinggi dan membatasi garam, asam
lemak tersaturasi, dan lemak total.20 Diet DASH dapat mengurangi insiden penyakit
kardiovaskuler yang signifikan termasuk penyakit jantung koroner dan stroke dan
gagal jantung.14 Kemudian untuk riwayat aktivitas fisik pada Tn. S, didapatkan hasil
bahwa Tn. S ini jarang melakukan olahraga. Batasan dalam kegiatan hidup sehari-
hari disebabkan oleh dyspnea merupakan temuan umum pada pasien dengan gagal
jantung.
Oleh karena aktivitas fisik pada Tn. S ini minim, diperlukan rekomendasi
aktivitas fisik dan olahraga yang mampu memenuhi anjuran aktivitas fisik harian
Tn. S tetapi tidak menyulitkan dan membebani Tn. S untuk melakukannya.
Komplikasi gagal jantung berakibat pada produktivitas seseorang dalam melakukan
kegiatan sehari-hari dalam bekerja atau aktivitas sehari-hari yang rutin dilakukan di
rumah. Aktivitas yang berupa gerakan atau latihan aerobik bermanfaat untuk
meningkatkan dan mempertahankan kebugaran, ketahanan kardio-respirator.
Kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur menyebabkan perubahan-perubahan
misalnya jantung akan bertambah kuat pada otot polosnya sehingga daya tampung
besar dan konstruksi atau denyutannya kuat dan teratur, selain itu elastisitas
pembuluh darah akan bertambah karena adanya relaksasi dan vasodilatasi sehingga
timbunan lemak akan berkurang dan meningkatkan kontraksi otot dinding pembuluh
darah tersebut.17
Faktor lain yang sangat mendukung terjadinya gagal jantung adalah dengan
adanya retensi cairan maka meningkatkan resiko terjadinya hipertensi sedangkan
hipertensi berhubungan langsung dengan beban kerja jantung dan mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Semua hal tersebut dapat menjadi pemicu gagal
jantung kongestif. Pada data biokimia, didapatkan hasil bahwa ada beberapa nilai
biokimia yang abnormal, seperti pada kreatinin, asam urat, hematokrit dan BUN
yang tinggi, kalium dan eritrosit yang rendah. Nilai biokimia yang abnormal seperti
pada kadar kreatinin dan BUN yang tinggi, mampu menunjukkan kondisi bahwa
kondisi ginjal juga sedang bermasalah. Perhitungan nilai GFR yang menggunakan
nilai biokimia kreatinin menunjukkan hasil bahwa Tn. S ini memiliki GFR 51 (G3a
Mildly to moderately decrease). Kemudian untuk kadar Kalium pada Tn. S ini
rendah karena efek dari penggunaan obat diuretic dan gangguan transport Kalium
ke dalam jaringan, padahal asupan Kalium yang adekuat pada pasien dengan gagal
jantung kongestif sangat diperlukan untuk membantu menjaga irama jantung agar
tetap normal.21 Lalu terkait dengan kadar asam urat yang tinggi pada Tn. S ini bisa
disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal. Hal ini karena 2/3 ekskresi asam urat
adalah melalui ginjal,sehingga apabila terdapat ekskresi asam urat yang abnormal
pada ginjal akan menunjukkan tanda bahwa ginjal sedang tidak bekerja dengan
normal.22 Kemudian terkait dengan kadar hematokrit yang rendah dapat disebabkan
oleh gagal ginjal karena gangguan produksi hormone eritropoietin. Lalu kadar
eritrosit yang rendah juga bisa disebabkan oleh kondisi gagal ginjal. 23 Secara
keseluruhan, kondisi biokimia yang abnormal pada Tn. S mayoritas disebabkan oleh
gagal ginjal yang dialami oleh Tn. S.
Diagnosis gizi pada Tn. S adalah NC 2.2 Perubahan Nilai Laboratorium (P)
berkaitan dengan gagal jantung kongestif, penurunan fungsi ginjal, dan kondisi
hipertensi (E) ditandai dengan kadar ureum tinggi (29 mg/dl), kreatinin tinggi (1,5
mg/dl), GFR rendah (51 mg/dl), kalium rendah 3,2 (mEq/L), kalsium rendah (8,76
mg/dL), Hb rendah (13,3 g/dL), Ht rendah (39,2%), eritrosit rendah (4,21×106/uL),
dan asam urat tinggi (9,5 mg/dL) (S). NI 2.1 Asupan Energi Inadekuat (P) berkaitan
dengan keluhan lemas, mual, pusing (E) ditandai dengan rendahnya asupan
makanan dari kebutuhan (S).
Tahap selanjutnya pada proses asuhan gizi adalah monitoring dan evaluasi
terkait dengan intervensi yang sudah diberikan kepada pasien untuk mengukur
seberapa jauh perubahan yang terjadi. Hal ini meliputi domain antropometri
meliputi pemantauan berat badan dan IMT, domain biokimia meliputi uji kadar
kreatinin, K, BUN, eritrosit dan asam urat, domain klinis/ fisik meliputi
pengontrolan tekanan darah, denyut nadi, dan kecepatan napas, serta mengobservasi
kondisi pasien secara berkala. Untuk asupan makanannya, dilakukan evaluasi
asupan makan pasien menggunakan metode visual comstock untuk mengukur
konsumsi makanan pasien.

VIII. PENUTUP/KESIMPULAN
A. Simpulan
Pasien didiagnosa mengalami gagal jantung kongestif. Pasien
mengalami keluhan lemas, sesak nafas, mual, pusing dan nyeri sekujur tubuh.
Hal ini sepadan dengan gejala sindrom klinis yang kompleks dengan gejala-
gejala yang tipikal dari sesak napas (dyspnea) dan mudah lelah (fatigue) yang
dihubungkan dengan kerusakan fungsi maupun struktur yang diganggu dari
jantung. Oleh karena itu, intervensi yang diberikan berupa edukasi dan
konseling gizi untuk menyelesaikan masalah gizi yang dialami, membantu
pasien meningkatkan motivasi untuk melakukan perubahan perilaku dan
menjalani terapi diet yang disepakati, membantu meningkatkan kesadaran dan
motivasi keluarga serta pasien untuk memantau pasien dalam memonitoring
proses perubahan perilaku sesuai prinsip diet yang disepakati.
B. Saran
Tn.S diharapkan mampu menjaga asupan dan menerapkan diet yang telah
diberikan agar kondisinya tetap terjaga. Peran keluarga dan pendamping dari
pasien juga sangat penting untuk mencapai tujuan diet dan memastikan bahwa
Tn. S patuh kepada dietnya.
IX. LAMPIRAN
1. LEAFLET DIET
2. LEAFLET URT
3. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ZAT GIZI
● RMR (Mifflin) banyak digunakan di rumah sakit
RMR = (10 x BB) + (6,25 x TB) - (5 x U) + 5
= (10 x 60) + (6,25 x 155) - (5 x 55) + 5
= 1298,75 kkal
● TEE
TEE = RMR × F. aktivitas
= 1298,75 × 1,3
= 1688,4 kkal
● Kebutuhan Gizi
● Karbohidrat
KH = 60% × TEE
= 60% × 1688,4
= 253,3 gr
● Lemak
L = 25% × TEE
= 25% × 1688,4
= 46,9 gr
● Protein
P = 15% × TEE
= 15% × 1688,4
= 63,3 gr
● Serat = 20-30 gr/hari
● Sodium = <1500 mg/hari
● Cairan = 2000 mL
● Nilai Glomerulus Filtration Rate (GFR)
𝑘𝑔 𝐵𝐵
Laki-laki = (140 - U) × (72 × 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛)
60
= (140 - 55) × (72 × 1,5)

= (140 - 55) × 0,6


= 51 (G3a Mildly to moderately decrease)
4. HASIL SQ-FFQ dan RECALL
Tabel 13. SQ-FFQ Tn. S
Nama Bahan Frekuensi Konsumsi Porsi/ka Berat Berat Rata- Rata-
Masakan Masakan li Matang Mentah rata rata
makan (gr) (gr) frekuensi asupan
/ hari gr/ hari
Har Minggu Bulan URT
i

x/m x/h x/b x/h


g r l r

Nasi putih Beras putih 3 2 100 40 3 120


centong

Telur 3 1 butir 60 55 3/7 23,6

Ayam 1 1 potong 40 64 1/7 5,7

Daging 2 1 potong 35 63 2/7 10

Ikan 2 ½ 45 54 2/7 13
potong

Tahu 4 1 potong 50 55 4/7 28,6

Tempe 4 1 potong 25 25 4/7 14,3

Pisang 3 1 buah 100 3/7 57,2

Pepaya 3 1 iris 100 3/7 57,2

Jeruk 3 1 buah 100 3/7 57,2

Jambu 3 1 buah 100 3/7 57,2

Bayam 3 1 100 3 300


penukar

Air putih 8 1 gelas 320 8 2560

Teh 3 1 gelas 200 3/7 85,7

Susu 4 1 gelas 200 4/7 114,3

Tabel 14. Recall Tn.S (SMRS)

Waktu Nama Bahan Teknik Jumlah Konsumsi Berat


Sarapan Masakan Masakan Pengolahan Mentah
URT Gram
matang
Makan siang Nasi putih Beras putih Dikukus 2 centong 100 gr 40 gr

Sayur bayam Bayam Direbus 5 sdm 50 gr 55 gr

Garam 0,6 gr

Ikan goreng Ikan Digoreng ½ potong 50 gr 50 gr

Garam 0,6 gr

Minyak 5 gr

Tahu bacem Tahu Direbus 1 potong 40 gr 48 gr

Kecap 15 gr

Garam 0,6 gr

Makan malam Nasi putih Beras putih Dikukus 1 centong 50 gr 40 gr

Sayur bayam Bayam Direbus 5 sdm 50 gr 55 gr

Garam 0,6 gr

Ikan goreng Ikan Digoreng ½ potong 50 gr 50 gr

Garam 0,6 gr

Minyak 5 gr

Tahu bacem Tahu Direbus 1 potong 40 gr 48 gr

Kecap 15 gr

Garam 0,6 gr

Air Putih 8 gelas 2560 ml


5. HASIL SURVEY REKOMENDASI MENU
===========================================================
Analysis of the food record
===========================================================
Food Amount energy carbohydr.
__________________________________________________________________
BREAKFAST
Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g
beras putih giling 40 g 144,4 kcal 31,8 g
bayam segar 55 g 20,4 kcal 4,0 g
Carrot fresh 30 g 7,7 kcal 1,4 g
jagung kuning pipil baru 8g 8,6 kcal 2,0 g
garam 0,5 g 0,0 kcal 0,0 g
daging ayam 85 g 242,2 kcal 0,0 g
garam 0,3 g 0,0 kcal 0,0 g
apel 100 g 59,0 kcal 15,3 g
Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g
Meal analysis: energy 482,3 kcal (31 %), carbohydrate 54,6 g (24 %)

1. BREAK
kacang merah 15 g 50,3 kcal 9,0 g
santan (kelapa dan air) 130 g 138,0 kcal 6,0 g
gula aren 10 g 36,9 kcal 9,4 g
gula pasir 10 g 38,7 kcal 10,0 g
Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g
Meal analysis: energy 263,8 kcal (17 %), carbohydrate 34,4 g (15 %)

LUNCH
beras putih giling 40 g 144,4 kcal 31,8 g
ikan kembung 60 g 67,3 kcal 0,0 g
tahu 20 g 15,2 kcal 0,4 g
jamur putih mentah 20 g 5,4 kcal 1,0 g
telur ayam bagian putih 15 g 7,5 kcal 0,2 g
garam 0,5 g 0,0 kcal 0,0 g
jeruk manis 100 g 47,1 kcal 11,8 g
Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g
Meal analysis: energy 286,8 kcal (18 %), carbohydrate 45,2 g (20 %)

2. BREAK
jambu biji 150 g 76,4 kcal 17,8 g
Drinking water 150 g 0,0 kcal 0,0 g
Meal analysis: energy 76,4 kcal (5 %), carbohydrate 17,8 g (8 %)

DINNER
beras putih giling 40 g 144,4 kcal 31,8 g
daging ayam 26 g 74,1 kcal 0,0 g
bihun 15 g 57,1 kcal 13,7 g
toge kacang hijau mentah 5g 3,0 kcal 0,2 g
garam 0,5 g 0,0 kcal 0,0 g
pisang ambon 100 g 92,0 kcal 23,4 g
Cow's milk liquid milk low fat 200 g 97,0 kcal 9,8 g
Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g
Meal analysis: energy 467,7 kcal (30 %), carbohydrate 78,9 g (34 %)
===========================================================
Result
===========================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
__________________________________________________________________
energy 1577,0 kcal 2036,3 kcal 77 %
water 1354,9 g 2250,0 g 60 %
protein 61,6 g(18%) 60,1 g(12 %) 120 %
fat 43,0 g(24%) 69,1 g(< 30 %) 62 %
carbohydr. 230,9 g(58%) 290,7 g(> 55 %) 79 %
dietary fiber 25,1 g 30,0 g 84 %
alcohol 0,0 g - -
PUFA 7,3 g 10,0 g 73 %
cholesterol 119,5 mg - -
Vit. A 995,3 µg 1000,0 µg 100 %
carotene 2,4 mg - -
Vit. E (eq.) 3,3 mg 13,0 mg 25 %
Vit. B1 0,7 mg 1,1 mg 67 %
Vit. B2 1,3 mg 1,3 mg 98 %
Vit. B6 1,1 mg 1,5 mg 139 %
tot. fol.acid 240,1 µg 400,0 µg 60 %
Vit. C 369,7 mg 100,0 mg 370 %
sodium 994,0 mg 2000,0 mg 50 %
potassium 2865,2 mg 3500,0 mg 82 %
calcium 641,9 mg 1000,0 mg 64 %
magnesium 313,5 mg 350,0 mg 90 %
phosphorus 2893,5 mg 700,0 mg 135 %
iron 10,3 mg 10,0 mg 103 %
zinc 7,8 mg 10,0 mg 78 %
Vit. D 7,6 µg 5,0 µg 152 %
Vit. K 18,1 µg 80,0 µg 23 %
niacine 10,4 mg - -
Vit. B12 2,6 µg 3,0 µg 30 %
glucose 0,5 g - -
sat. FA 20,6 g - -
iodine 41,5 µg 180,0 µg 23 %
DAFTAR PUSTAKA

1. Ernawati A, Wiboworini B, Wasita B. Evaluasi Efektifitas Malnutrition Screening Tool


(MST) Sebagai Alat untuk Menentukan Risiko Malnutrisi pada Pasien Geriatri.PROFESI
(Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian.2022;19(2):127-35.
2. Aini NDN, Hasana AR, Rahayu RP. Pemberdayaan Kader Kesehatan Terkait Penggunaan
Formulir Skrining Gizi Lansia Di Dusun Sukosari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Malang. Volume 6(3) 2022.
3. Audaya IR, Febriana D, Yanti SV, Hadi N. Pengukuran Status Gizi Pada Lanjut Usia
Dengan Hipertensi. Idea Nursing Journal.2022;12(1):54-64.
4. Nopitasari BL, Nurbaety B, Zuhroh H. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada
Pasien Gagal Jantung Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian.2020; 1(2): 66-72.
5. RI B. Furosemid [Internet]. [cited 2022 Oct 29].
6. Surya MANI, Artini IGA, Ernawati DK. Pola penggunaan parasetamol atau ibuprofen
sebagai obat antipiretik single therapy pada pasien anak. E-Jurnal Medika.2018. 7(8): 1-
13.
7. Patibandla S, Heaton J, Kyaw H. Spironolactone. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2023.
8. Chauhan M, Patel JB, Ahmad F. Ramipril. Di: StatPearls [Internet]. Pulau Harta Karun
(FL): Penerbitan StatPearls; 2023.
9. Holocek M. Aspartic Acin in health and Disease. Nutrients.2023.15(18):2-25.
10. FADIAH Y. STUDI PENGGUNAAN (ISDN) PADA PASIEN JANTUNG KORONER
(Penelitian dilakukan di RSUD Sidoarjo) ISOSORBIDE DINITRATE (Doctoral
dissertation, University of Muhammadiyah Malang) [Skripsi]. 2017.
11. Balasubramanian S, Chowdhury YS. Isosorbida. Di: StatPearls [Internet]. Pulau Harta
Karun (FL): Penerbitan StatPearls; 2023.
12. Shah N, Gossman W. Omeprazol. Di: StatPearls [Internet]. Pulau Harta Karun (FL):
Penerbitan StatPearls; 2023.
13. Rabiah, As'ad S, Mardiana, Safitri A. TERAPI MEDIK GIZI PADA GAGAL JANTUNG
KONGESTIF NYHA FC - II DENGAN MALNUTRISI BERAT. ICNP.2022;5(2):114-24.
14. Purwowiyoto SL, Trifena G. DIET DAN NUTRISI PASIEN GAGAL JANTUNG:
TINJAUAN MINI BAGI PRAKTISI KLINIS. ARGIPA.2021;6(2):111-21.
15. Rabiah, R., & Safitri, A. (2022). TERAPI NUTRISI PADA GAGAL JANTUNG
KONGESTIF NYHA FC-II DENGAN SEVERE PROTEIN ENERGY
MALNUTRITION. IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION
PHYSICIAN), 5(2), 114-124.
16. Rahmatyawati, C., Safuni, N., & Ahyana, A. (2023). ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE: STUDI KASUS.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 7(1); 51-57.
17. Yulisetyaningrum, Hartinah D, Asrine R. Hubungan Berat Badan dan Aktivitas Fisik
dengan Kejadian Gagal Jantung Kongestif di RSUD RAA Soewondo Pati. URECOL.2019.
18. Pronsky Z, Crowe J. Food-Medication Interactions. 17th ed. Birchunville; 2012.
19. Syari, Dina M., and Hotna Sari. "Evaluasi Penggunaan Obat Proton Pump Inhibitor pada
Pasien Rawat Jalan dengan Gangguan Lambung (Gastritis) di Rumah." Jurnal Ilmiah
Farmasi Imelda, vol. 5, no. 1, 30 Sep. 2021, pp. 1-4.
20. Rifai L, Silver MA. A Review of the DASH Diet as an Optimal Dietary Plan for
Symptomatic Heart Failure. Prog Cardiovasc Dis. 2016.
21. Fitri Y, Rusmikawati R, Zulfah S, Nurbaiti N. Asupan natrium dan kalium sebagai faktor
penyebab hipertensi pada usia lanjut. AcTion Aceh Nutr J. 2018;3(2):158.
22. Alatas H. Penatalaksanaan Hiperurisemia Pada Penyakit Ginjal Kronik (CKD). Herb-
Medicine J. 2021;4(1):1.
23. Annita, Deswita, Kudri A. Perbedaan Kadar Hemoglobin, Nilai Hematokrit, dan Jumlah
Eritrosit pada Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik. Tinj Sos Etika dan Huk Surrog
mother di Indones. 2016;7(2):108–13. Aini, Hatmalyaqin. Prognosis Dalam 24 Jam
Dengan Metode Acute Physiologi And Chronic Health Evaluation (Apache) Ii Pada Pasien
Gagal Jantung Kiri Di Igd Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Florence. 2022;2(1):35–42.

Anda mungkin juga menyukai