Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MATA KULIAH DIETETIK II

STUDI KASUS

Dosen Pengampu:
Ayu Rahadiyanti, S.Gz., MPH
Ahmad Syauqy, S.GZ., M.P.H., Ph.D.
Muti’ah Mustaqimatusy Syahadah, S.Gz., M.Gz

Disusun oleh:
Isna Salsabila 22030121120017

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2024
I. LATAR BELAKANG
Seorang pasien Tn. K, berusia 86 tahun dengan pendidikan terakhir SLTP, masuk RS
pada tanggal 14 September 2021. Berdasarkan hasil skrining perawat, dengan skor 5
dirujuk ke dietisien. Pasien tidak bekerja, untuk kebutuhan hidup sehari-hari dibantu oleh
anak-anaknya. Pasien hanya tinggal bersama istri. Pasien diketahui sakit TB paru sejak
1,5 bulan sebelum masuk RS dan sudah diberikan OAT kategori I. Riwayat penyakit
lainnya tidak diketahui. Saat masuk RS di diagnosis Community Acquired Pneumonia,
TB paru on OAT kategori I (1 bulan), efusi pleura dextra, dan leukemia akut.
Pasien merasa turun berat badan sejak 3 bulan yang lalu, dari 60 kg menjadi 53 kg
dengan tinggi badan 170 cm. Makan tidak teratur, 2-3x/hari, terdiri dari nasi lembek 2
penukar/hari, ayam/ikan/telur 2 penukar/ hari, tahu/tempe 1 penukar/hari, sayur 1
penukar/hari, buah 2 potong/hari. Makanan selingan berupa kue manis/biskuit 5
keping/hari, dan minum kopi 1 cangkir/hari. Saat masuk RS diberikan diet lunak 1500
kkal, asupan makan (recall 24 jam : 1027 kkal, protein 35 gram, lemak 33 gram, dan
karbohidrat 246 gram
Gigi geligi tidak lengkap sehingga merasa sulit mengunyah makanan yang bertekstur
keras.Obat yang diberikan saat dirawat Rifampisin 450 mg, Isoniazid 300 mg, etambutol
250 mg, pyrazinamide 1500 mg, dan vit B6. Kesadaran compos mentis, tekanan darah
115/72 mmHg, Nadi 80 x/menit, Respirasi 24x/menit, suhu 36,40C. Pasien mengeluh
sesak nafas. Hasil lab sebagai berikut :

Jenis Pemeriksaan Hasil

pH 7,322

pCO2 46,5

pO2 73,7

HCO3 38,6

tCO2 40,0

Saturasi O2 95,3
Ureum 21,5

Kreatinin 0,57

Protein total 5,4

Albumin 1,84

Tuberkulosis dapat diobati dengan menggunakan obat TB yang perlu dikonsumsi


secara rutin. Pasien TB yang tidak patuh terhadap pengobatan kemungkinan besar karena
penggunaan obat jangka panjang, efek samping yang merugikan, dan kesadaran pasien
yang rendah akan penyakitnya.

II. SKRINING (DATA UMUM)


A. Pemilihan Metode Skrining
Skrining gizi juga merupakan proses identifikasi pasien terhadap masalah gizi
sebagai dasar dilakukannya assessment dan intervensi gizi. Skrining dilakukan untuk
mengetahui apakah seorang pasien memiliki resiko untuk mengalami malnutrisi atau
tidak.1 Metode skrining gizi sebaiknya dilakukan singkat, cepat dan disesuaikan
dengan kondisi dan kesepakatan di masing-masing rumah sakit.2
Pengkajian gizi yang dilakukan pada kasus Tn. K ialah menggunakan Mini
Nutritional Assessment (MNA). MNA merupakan alat spesifik yang didesain untuk
tujuan mengidentifikasi risiko malnutrisi pada usia lanjut sedini mungkin.
B. Pengisian Kuesioner
Tabel 1. Kuesioner Skrining Tn. K

No. Parameter Skor

1 Apakah asupan makanan menurun selama bulan terakhir karena


hilangnya nafsu makan, masalah pencernaan, mengunyah atau 1
kesulitan menelan?
0 = kehilangan nafsu makan meningkat
1 = kehilangan nafsu makan tingkat sedang
2 = tidak kehilangan nafsu makan/ nafsu makan baik

2. Apakah dalam 1 bulan terakhir mengalami penurunan berat 2


badan?
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg
1 = tidak diketahui
2 = penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg
3 = tidak ada penurunan berat badan/ BB tetap
3. Aktivitas 2
0 = bedrest
1 = bisa bangun dari tempat tidur/ kursi tetapi tidak beraktivitas
di luar tempat tidur
2 = aktivitas normal

4. Apakah menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam 3 2


bulan terakhir
0 = ya
2 = tidak

5. Masalah neuropsikologi 2
0 = demensia berat atau depresi
1 = demensia ringan
2 = tidak ada masalah psikologis

6. Indeks Massa Tubuh (IMT) (berat badan dalam kg)/ (tinggi 0


badan dalam nggi badan dalam meter)2
0 = IMT <19
1 = IMT 19 sampai <21
2 = IMT 21 sampai <23
3 = IMT >23

Total Skor keseluruhan : 9 (Malnutrisi)

Hasil :
≥12 poin = Normal/ tidak beresiko (Tidak perlu dilakukan asesmen lanjut)
≤11 poin = Malnutrisi (Memerlukan asesmen lanjut)

C. Membuat Kesimpulan Kuesioner


Berdasarkan hasil skrining diketahui Tn. K berisiko malnutrisi sehingga Tn.K
membutuhkan rencana asuhan gizi selanjutnya dengan perolehan total skor 9.

III. ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI


1. Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/Makanan (FH)
Tabel 2. Data Riwayat Makanan

Domain Data Pasien Interpretasi

FH 1.1.1 Asupan Energi Total MRS → 1027 kkal -

FH 1.2.1.1 Oral Fluids - Kopi 1 cangkir/hari -

FH 1.2.2 Asupan Makanan SMRS -


- Karbohidrat : nasi lembek 2 P/hari
- Lauk hewani : ayam/ikan/telur 2 P/hari
- Lauk nabati : tahu/tempe 1 P/hari
- Sayur : 1 P/hari
- Buah 2 ptg/hari
- Selingan : kue manis/biskuit 5 kpg/hari

FH 1.2.2 Pola Makan 2-3 x/hari -

FH 1.5.1.1 Asupan Lemak Total MRS → 33 gr -

FH 1.5.3 Asupan Protein MRS → 35 gr -

FH 1.5.5 Asupan Karbohidrat MRS → 246 gr -

FH 2.1.1.2 Modifikasi Diet Diet lunak 1500 kkal -

FH 3.1.1 Medikasi/ Obat yang Rifampicin 450 mg Dapat menyebabkan


dikonsumsi anoreksia, gangguan
gastrointestinal, bersifat
hepatotoksik dan dapat
menyebabkan drug
induced hepatitis.

Isoniazid 300 mg Salah satu obat fase awal


maupun fase lanjutan
penyakit tuberkulosis.3
Efek dari isoniazid dapat
menjadikan kerusakan hati
yang ditandai dengan
naiknya SGOT & SGPT.4

Etambutol 250 mg Etambutol adalah salah


satu obat lini pertama yang
memiliki efek
bakteriostatik dan bila
dikombinasikan dengan
isoniazid dan rifampisin
maka dapat mencegah
terjadinya resistensi obat.3
Pyrazinamide 1500 mg Pirazinamid merupakan
obat bakterisidal yang
ampuh sesudah obat
isoniazid dan rifampisin.
Dapat menyebabkan
anoreksia, mual, muntah,
bersifat hepatotoksik dan
dapat menyebabkan drug
induced hepatitis

Vitamin B6 Pemberian vitamin B6


diberikan hanya pada
penatalaksanaan efek
samping yang diakibatkan
oleh isoniazid, sehingga
dengan memberikan
vitamin B6 kepada pasien
tuberkulosis tujuannya
untuk mencegah terjadinya
efek samping dari
isoniazid. Penggunaan
Piridoksin (vitamin B6)
direkomendasikan untuk
semua pasien dewasa yang
memulai pengobatan TB
untuk mencegah neuropati
perifer yang paling sering
disebabkan oleh Isoniazid.5

Kesimpulan: Berdasarkan data diatas, Tn. K memiliki kebiasaan makan 2-3x sehari. Saat masuk rumah sakit
ia diberikan beberapa obat yang dirasa untuk penunjang kesembuhannya.

2. Pengkajian Antropometri (AD)


Tabel 3. Data Antropometri

Domain Data Pasien Interpretasi


AD.1.1.2 Tinggi Badan 170 cm -

AD.1.1.3 Berat Badan 53 kg -

AD 1.1.4 Perubahan BB Penurunan berat badan 7 kg Berat badan mengalami


dalam 3 bulan penurunan sebanyak 11%

AD.1.1.5 IMT 18,4 kg/m2 Underweight (Menurut


WHO)

Kesimpulan : Berdasarkan data diatas, Tn.K mengalami penurunan berat badan sebanyak
11% atau 7 kg dalam 3 bulan. Selain itu, Tn.K memiliki status gizi underweight

3. Pengkajian Data Biokimia (BD)


Tabel 4. Data Biokimia

Domain Data Pasien Nilai Normal Interpretasi

BD 1.1 Keseimbangan Asam Basa

pH 7,322 7,36 - 7,44 Rendah

pCO2 46,5 6-44 mmHg Tinggi

pO2 73,3 80-100 mmHg Rendah

HCO3 38,6 22-26 mEq/L Tinggi

tCO2 40,0 19-30 mEq/L Tinggi

Saturasi O2 95,3 95-100%6 Normal

BD 1.2.1 Ureum 21,5 10-50 mg/dl Normal

BD 1.2.2 Kreatinin 0,57 < 1,5 mg/dl Normal

BD 1.11.1 Albumin 1,84 4-5,3 g/dl7 Rendah

Protein total 5,4 6,6-8,7 g/dl Tinggi

Kesimpulan : Berdasarkan data diatas, hasil nilai biokimia Tn. K memiliki profil HCO3,
pCO2, total CO2, dan protein total dengan interpretasi tinggi. Sedangkan profil pH, pO2 dan
albumin dengan interpretasi rendah.
4. Pengkajian Data Klinik/Fisik (PD)
Tabel 5. Data Klinis atau Fisik

Domain Data Pasien Nilai Normal Interpretasi

PD 1.1.1 Penampakan Compos mentis - -


keseluruhan

PD 1.1.3 Sistem - Memiliki keluhan - -


jantung-paru sesak nafas
- Didiagnosa
Community
Acquired
Pneumonia,
- TB paru on OAT (1
bulan)
- Efusi pleura dextra
- Leukemia akut

PD 1.1.5 Sistem Kesulitan - Disebabkan karena


pencernaan mengunyah
makanan gigi geligi tidak
lengkap

PD 1.1.9 Tanda Vital

Tekanan Darah 115/72 mmHg 120/80 mmHg Rendah

Respiratory rate 24x/menit 16-20x/menit Tinggi

Heart rate 80x/menit 60-100x/menit Normal

Suhu 36,4 0C 36-37 0C Normal

Kesimpulan : Berdasarkan data diatas, Tn. K mengalami sesak nafas dan kesulitan untuk
mengunyah makanan yang bertekstur keras. Tn. K juga mengalami takipnea serta tekanan darah
rendah.

5. Pengkajian Data Riwayat Pasien (CH)


Tabel 6. Data Riwayat Pasien
Domain Hasil

CH 1.1.1 Umur 86 tahun

CH 1.1.2 Jenis kelamin Laki-laki

CH 1.1.6 Pendidikan SLTP

CH.1.1.9 Peran dalam keluarga Kepala keluarga

CH.2.1.1 Keluhan Sesak nafas

CH 2.1.7 Hematologi Leukimia akut

CH 2.1.13 Respiratory - TB paru (sejak 1,5 bulan sebelum


masuk RS)
- Community Acquired Pneumonia
- Efusi pleura dextra

CH.3.1.6 Pekerjaan/kesibukan Tn. K tidak bekerja dan hanya tinggal


bersama istri

Kesimpulan : Berdasarkan data diatas, Tn.K merupakan seorang lansia berusia 86 tahun.
Tn.K memiliki keluhan sesak nafas. Selain itu, saat masuk rumah sakit Tn.K didiagnosis
Community Acquired Pneumonia, TB paru sejak 1,5 bulan dan mengkonsumsi OAT
kategori 1 (1 bulan), efusi pleura dextra, dan leukemia akut.

6. Comparative Standar (CS)


Tabel 7. Comparative Standar

Domain Data Data Asupan Interpretasi


Kebutuhan Pasien
Pasien

Zat Makro

CS.1.1.1 Estimasi kebutuhan energi total 1977,3 kkal 1027 kkal 51,9% (defisit)

CS.2.1.1 Estimasi kebutuhan lemak total 54,925 gr 33 gr 60,08% (defisit)

CS.2.2.1 Estimasi kebutuhan protein total 74,14 gr 35 gr 47,20% (defisit)

CS.2.3.1 Estimasi kebutuhan karbohidrat 296,595 gr 246 gr 82, 8% (cukup)


IV. DIAGNOSIS GIZI
1. NI 5.2 Malnutrisi (P) berkaitan dengan peningkatan kebutuhan gizi karena
peningkatan kinerja pernapasan ditandai dengan IMT yang kurang 18,4 kg/m2,
penurunan berat badan (11%), dan penurunan asupan makan karena kesulitan
mengunyah (S)
2. NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (P) berkaitan dengan gangguan pada
paru-paru dan infeksi akut (E) ditandai dengan tingginya nilai HCO3, pCO2, total CO2,
dan protein total dan rendahnya pH, pO2 dan albumin (S)

V. INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan Intervensi Gizi
a. Memberikan makanan berupa diet tinggi kalori tinggi protein
b. Memperhatikan kondisi berat badan secara berkala agar mencapai berat badan
yang sesuai dan mencegah penurunan berat badan.
c. Meningkatkan asupan makanan serta monitoring hasil lab pasien
d. Memberikan edukasi pengetahuan terkait gizi dan makanan yang berkaitan
dengan kondisi penyakit pasien
e. Meningkatkan kualitas hidup
2. Preskripsi Diet
a. Memberikan makanan dalam bentuk lunak
b. Energi cukup sesuai kondisi pasien diberikan sebanyak 1977,3 kkal dengan
memperhatikan faktor aktivitas dan faktor stress serta umur pasien.
c. Asupan protein diberikan sebanyak 47,6 gr dari total kalori. Sumber protein
yang baik antara lain kacang-kacangan, tahu, tempe, susu kedelai, ikan, telur,
dan lainnya.
d. Karbohidrat dianjurkan 190,1 gr dari kebutuhan total yang digunakan untuk
mempertahankan daya tahan tubuh supaya tidak lemas dan bertenaga. Hindari
karbohidrat sederhana (kue, junk food, tepung tepungan, dsb)
e. Asupan cairan sesuai kondisi pasien sebanyak 1400 mL
f. Memberikan makanan yang tidak bertekstur keras dan padat
g. Perhatikan
h. Makan secara perlahan, porsi kecil namun sering
i. Pengolahan makanan dianjurkan direbus, dikukus, mengurangi digoreng
dibakar
B. Rencana Implementasi
1. Pemberian Diet
a. Jenis diet: Tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
b. Bentuk makanan: lunak
c. Frekuensi: 3 x makan utama dan 3x makan selingan
d. Rute pemberian: Oral
e. Rekomendasi Menu
Tabel 8. Rekomendasi Menu

Waktu Menu Bahan URT Berat Matang


makanan (gr)

Sarapan Nasi tim Beras putih 1 porsi 180

Sop ayam Wortel 2 sdm 20

Kentang 2 sdm 20

Gambas 1 sdm 15

Bihun 2 sdm 20

Daging ayam 3 sdm 30

Apel 1 buah 100

Air putih 1 gelas 200

Selingan Ubi jalar kuning 1 buah 100


panggang

Jus buah merah Apel 1 buah 150

Wortel 1 buah 100

Madu 1 sdm 15

Air putih 50

Makan Nasi tim Beras putih 1 porsi 180


siang
Sayur bening Bayam 3 sdm 30

Wortel 2 sdm 20
Tahu putih 1 buah 10

Pepes tahu ikan Ikan kembung 1 ekor 60

Tahu putih 1 buah 40

Tomat 1 potong 10

Pisang ambon 1 buah 100

Air putih 1 gelas 200

Selingan Bubur kacang 1 porsi 300


hijau

Air putih 1 gelas 200

Makan Nasi tim Beras putih 1 porsi 180


malam
Soto ayam Daging ayam 2 sdm 20

Bihun 2 sdm 20

Toge 1 sdm 5

Semangka 1 potong 100

Air putih 1 gelas 200

Selingan Pudding labu Labu kuning 4 sdm 100

Agar-agar 1 sdm 10

Gula pasir 1 sdm 10

Susu skim 30

Air putih 1 gelas 100

Energi : 1578,3 kcal


Karbohidrat : 293,5 g
Lemak : 26,1 g
Protein : 51,6 g
Serat : 29,5 g
Cairan : 1309,2 mL

2. Pendidikan Gizi
Tabel 9. Pendidikan Gizi
Pelaksanaan Pendidikan Gizi

Hari, tanggal Selasa, 20 Februari 2024

Jam 09.00 - 09.30 WIB


Waktu 20-30 menit

Tempat Ruang rawat inap pasien

Topik Diet tinggi protein

Tujuan 1. Memberikan edukasi dan pengetahuan kepada pasien dan keluarga supaya
memperoleh pengetahuan gizi yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Memberikan edukasi dan pengetahuan kepada pasien dan keluarga supaya
selalu menjaga kebersihan alat makan
3. Memberikan pemahaman terkait pengaturan dan pemilihan bahan makanan
serta tekstur makanan yang sebaiknya pasien konsumsi.
4. Pemberian contoh menu makanan atau rekomendasi menu yang dapat
diterapkan oleh pasien

Sasaran Pasien dan keluraga

Materi 1. Memberikan edukasi mengenai penyakit Community Acquired


Pneumonia, TB paru on OAT kategori I, efusi pleura dextra, dan
leukemia akut.
2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien tentang gizi serta
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memberikan pengarahan terkait tujuan diberikannya diet kepada pasien
4. Memberikan motivasi kepada pasien agar berkomitmen dalam
menjalankan diet dengan sungguh-sungguh.

Metode Edukasi, ceramah dan tanya jawab

Media Leafleat

Evaluasi 1. Pengetahuan pasien dalam memahami penyakit pasien


2. Pasien mengetahui pemilihan makanan yang baik, beraktivitas fisik
sesuai kemampuan serta menjaga pola hidup sehat.

3. Konseling Gizi
Tabel 10. Konseling Gizi
Pelaksanaan Konseling Gizi

Hari, tanggal Rabu, 21 Februari 2024

Jam 10.00 - 10.30 WIB

Waktu 30 menit

Tempat Ruang konseling Gizi

Topik Diet

Tujuan 1. Mencapai kesepakatan, kesanggupan dan komitmen pasien serta kerabat atau
keluarga terdekat untuk memodifikasi perilaku dan menjalankan
penatalaksanaan diet yang dianjurkan
2. Memotivasi pasien dan keluarga untuk bekerja sama mengubah pola makan
dan pola hidup sesuai riwayat penyakit
3. Mengetahui kendala dan keluhan pasien serta keluarga dalam menjalankan
penatalaksanaan diet yang telah dianjurkan baik sebelum dan setelah masuk
RS
Sasaran Pasien dan keluarga

Materi 1. Memberi dan menjelaskan kembali bahwa tujuan dan manfaat dari
penatalaksanaan diet dan modifikasi perilaku yang diberikan adalah untuk
kebaikan pasien sendiri
2. Menemukan jenis aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi Tn. K
3. Memberi tips dan alternatif diet yang sesuai dengan kondisi pasien

Metode Pemaparan materi, tanya jawab, diskusi

Media Leafleat

Evaluasi 1. Kesepakatan bersama pasien untuk menjalankan segala hal secara konsisten
yang akan disepakati selama sesi konseling.
2. Memonitoring kepatuhan pasien terhadap apa yang telah disepakati
3. Memberikan motivasi kepada pasien untuk mencapai perubahan sikap dan
perilaku agar sesuai dengan tujuan diet.

4. Koordinasi Dengan Tim Kesehatan Lain


Tabel 11. Koordinasi Tim Kesehatan

No Diskusi Solusi Profesi Kesehatan

1. Pengaturan medis penyakit, ● Menyampaikan hasil DPJP


faktor risiko, dampak penyakit, diagnosis dan hal yang
dan hasil biokimia berhubungan dengan
penyakit yang dialami Tn.
K mulai dari pengertian,
tanda dan gejala, faktor
risiko, serta komplikasi
TBC
● Melakukan cek
laboratorium terkait
biokimia Tn. K
● Pemantauan komplikasi
yang mungkin terjadi
● Memberikan resep obat
yang sesuai

2. Monitoring dan evaluasi terhadap ● Pencatatan medis serta Ners


kondisi pasien pengecekan (fisik, klinis,
biokimia)
● Memperhatikan sisa
makanan yang dikonsumsi
oleh pasien

3. Interaksi obat dan makanan Berdiskusi terkait resep Apoteker


yang diberikan kepada
pasien guna mencegah
terjadinya interaksi obat
dan makanan yang tidak
diinginkan

VI. PERENCANAAN MONITORING – EVALUASI GIZI


Tabel 12. Perencanaan Monev Gizi

No Parameter Pelaksanaan Metode Target

1. AD Pemantauan pengukuran dan penimbangan Menggunakan Meningkatkan BB


agar mencapai
secara rutin timbangan
berat badan ideal
sebanyak
1-2x/minggu

2. BD Melakukan pemeriksaan secara rutin Pemeriksaan Nilai biokimia


mendekati nilai
laboratorium
normal
dengan
pengambilan
sampel darah
dalam seminggu
sekali

3. PD 1. Pemeriksaan pengukuran tekanan darah pengukuran Tekanan darah


2. Keluhan yang dialami pasien berkurang dan tekanan darah terpantau normal
tidak muncul keluhan lain sehingga nafsu secara berkala dan serta keluhan
makan pasien tidak terganggu. pemantauan pasien dapat
pasien berangsur baik

4. FH Pemantauan asupan makanan sesuai kebutuhan Visual comstock Menghabiskan


pasien saat masuk rumah sakit minimal sekitar
80% makanan yang
disediakan.

VII. PEMBAHASAN KASUS


Seorang pasien laki-laki bernama Tn. K berusia 86 tahun masuk dan menjalani
perawatan di RS pada tanggal 14 September 2021 dan mendapatkan diagnosa medis
Community Acquired Pneumonia, TB paru on OAT kategori I (1 bulan), efusi pleura
dextra, dan leukemia akut. Pasien tidak bekerja dengan pendidikan terakhir SLTP dan
tinggal bersama istrinya. Untuk kebutuhan sehari-hari dibantu oleh anak-anaknya.
Berdasarkan hasil skrining gizi awal, pasien masuk dalam kategori malnutrisi, oleh karena
itu perlu dilakukan asuhan gizi lanjut.
Sebelum masuk RS pasien sudah mengidap TB paru 1,5 bulan dan sudah diberikan
OAT kategori I. Keluhan yang dirasakan pasien adalah sesak nafas dan nafsu makan yang
kurang disebabkan gigi geligi yang tidak lengkap. Makan tidak teratur 2-3x dalam sehari.
Adapun kebiasaan makan pasien mengkonsumsi nasi lembek 2 penukar/hari,
ayam/ikan/telur 2 penukar/ hari, tahu/tempe 1 penukar/hari, sayur 1 penukar/hari, buah 2
potong/hari. Makanan selingan berupa kue manis/biskuit 5 keping/hari, dan minum kopi 1
cangkir/hari. Obat yang dikonsumsi pasien saat di RS adalah Rifampicin 450 mg,
Isoniazid 300 mg, etambutol 250 mg, pyrazinamide 1500 mg, dan vit B6.
Asupan gizi pasien sebelum masuk RS tergolong defisit. Dapat dilihat dari % asupan
yang kurang dari 80% kebutuhan. Asupan makan pasien yang kurang terjadi karena nafsu
makan pasien yang kurang, saat itu pasien dalam kondisi sesak nafas. Kondisi tersebut
merupakan salah satu tanda dan gejala Tuberkulosis (TB). Tuberkulosis (TB) adalah
penyakit infeksi oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menginfeksi
paru-paru. Penyakit TB menyebar dari manusia ke manusia yang lain melalui udara.
Penyakit TB paru menyebar ketika seseorang menghirup udara ketika orang dengan
penyakit TB paru batuk, bersin, atau meludah.8
Pengukuran antropometri menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), didapati 18,4
kg/m2 sehingga hasil pengkajian status gizi pasien berdasarkan WHO dalam kategori
underweight. Status gizi pasien yang buruk disebabkan karena asupan makan pasien yang
kurang, asupan makan yang kurang dapat terjadi karena nafsu makan yang tidak baik.
Nafsu makan pasien telah menurun karena merasa sulit mengunyah dikarenakan gigi
geligi yang tidak lengkap dan adanya keluhan sesak nafas dan berlangsung cukup lama
sehingga menyebabkan status gizi pasien menurun. Hal ini sejalan dengan penelitian
Puspita E (2016) bahwa Tuberkulosis paru berkontribusi menyebabkan status gizi buruk
karena proses perjalanan penyakit yang mempengaruhi daya tahan tubuh.9 Hasil
pemeriksaan biokimia menunjukan bahwa nilai profil HCO3, pCO2, total CO2, dan protein
total tinggi. Sedangkan profil pH, pO2 dan albumin rendah. Profil pH, HCO3, dan pCO2
yang tidak normal menandakan adanya gangguan keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Saat terjadi perubahan pada pCO2 akan menyebabkan kondisi yang disebut gangguan
asam-basa respirasi. peningkatan pCO2 disebut asidosis respirasi. Apabila peningkatan
terjadi pada HCO3, kondisi tersebut disebut alkalosis metabolik.10 Peningkatan kadar
protein total juga dapat menandakan adanya gangguan pernapasan.10
Berdasarkan hasil pengkajian pemeriksaan klinis/fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital
pasien mengalami tekanan darah rendah dan takipnea. Selama proses asuhan gizi,
diagnosa gizi pada pasien dapat berubah sesuai dengan permasalahan gizi dan respon
pasien terhadap intervensi yang diberikan. Sehingga diagnosa gizi yang dapat diangkat
setelah pengkajian yaitu; NI 5.2 Malnutrisi (P) berkaitan dengan peningkatan kebutuhan
gizi karena peningkatan kinerja pernapasan ditandai dengan IMT yang kurang 18,4 kg/m2,
penurunan berat badan (11%), dan penurunan asupan makan karena kesulitan mengunyah
(S); NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (P) berkaitan dengan gangguan pada
paru-paru dan infeksi akut (E) ditandai dengan tingginya nilai HCO3, pCO2, total CO2, dan
protein total dan rendahnya pH, pO2 dan albumin (S).

Intervensi gizi diberikan berdasarkan permasalahan dari diagnosa gizi pasien. Dalam
perencanaan intervensi gizi dilakukan perencanaan preskripsi diet yang diberikan, bentuk
makanan, frekuensi makan, rute pemberian, tujuan diet, syarat diet, serta perhitungan
kebutuhan gizi pasien. Selain perencanaan pemberian makanan, dilakukan juga
perencanaan pemberian edukasi gizi yang berupa penentuan sasaran edukasi, tujuan
edukasi, tempat, waktu, metode, media dan materi edukasi, selanjutnya perencanaan
monitoring dan evaluasi gizi terdiri atas parameter monitoring dan evaluasi, target, dan
waktu pelaksanaan.
Rencana pemberian terapi diet pada pasien yaitu pemberian makanan yang sesuai
kebutuhan gizi, kondisi, dan daya terima pasien. Pasien diberikan terapi diet jenis Diet
Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) karena Diet TKTP adalah makanan yang
mengandung energi dan protein diatas kebutuhan normal. Komponen gizi utama diet ini
adalah protein, lemak dan karbohidrat. Komponen gizi diet ini penting untuk menunjang
prose penyembuhan pada pasien tuberculosis paru. Tujuan pengaturan makanan pada
pasien tuberculosis paru adalah untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang
meningkat untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan jaringan tubuh serta menambah
berat badan hingga mencapai berat badan normal.11 Diet diberikan dalam bentuk lunak,
frekuensi makan 3x makan utama dan 3x makan selingan, dengan rute pemberian oral.
Diet yang diberikan pada pasien mengikuti kebutuhan gizi pasien, sehingga kebutuhan
gizi pasien sudah terpenuhi dalam diet yang diberikan. Rencana edukasi yang diberikan
pada pasien yaitu berupa penyuluhan untuk pasien dan keluarga pasien mengenai diet
Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) tujuan dan syarat diet TKTP, jenis bahan makanan
yang dianjurkan, dihindari atau dibatasi, contoh pembagian makanan sehari, dan memberi
dukungan dan motivasi pada pasien agar mau makan secara bertahap. Pemberian
dukungan dan motivasi dilakukan setiap hari agar pasien semakin termotivasi untuk
menghabiskan makanan sehingga kebutuhan gizinya dapat terpenuhi. Rencana monitoring
dan evaluasi gizi dilakukan sesuai parameter pengkajian gizi yaitu asupan makanan,
antropometri, biokimia, klinis/fisik, serta pengetahuan dan perilaku. Target dan parameter
ditentukan sesuai dengan permasalahan yang terdapat dalam setiap parameter.
Pelaksanaan ada yang dilakukan setiap hari seperti monitoring asupan makanan dan
pemeriksaan klinis/fisik. Sedangkan monitoring antropometri, biokimia, pengetahuan dan
perilaku dilakukan pada hari-hari tertentu.
Setelah dilakukan intervensi gizi, langkah selanjutnya dalam pemberian asuhan gizi
adalah monitoring dan evaluasi perkembangan pasien dari awal pengkajian sampai akhir
penelitian. Monitoring evaluasi dilakukan selama 5 hari setelah pengkajian awal. Hal ini
dilakukan untuk melihat perkembangan kondisi pasien, aspek yang dimonitoring adalah
asupan makanan, pengukuran antropometri, pemeriksaan klinik/fisik, pemeriksaan
biokimia.

VIII. PENUTUP/KESIMPULAN
A. Simpulan
Asupan makan responden deficit dengan status gizi underweight. Kadar HCO3,
pCO2, total CO2, dan protein total pasien tinggi. Sedangkan kadar pH, pO2 dan albumin pasien
rendah. Diagnosa yang diangkat yaitu NI 5.2 dan NC 2.2 Responden diberikan diet
Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dengan bentuk makanan lunak, frekuensi 6x
makanan utama dan 2x selingan dengan porsi kecil tapi sering, diberikan secara oral
dan serta pemberian edukasi gizi tentang diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP).
B. Saran
Diharapkan pasien mampu menjaga asupan dan menerapkan diet yang telah
diberikan agar kondisinya tetap terjaga. Peran keluarga dan pendamping dari pasien
juga sangat penting untuk mencapai tujuan diet dan memastikan bahwa patuh kepada
dietnya.
IX. LAMPIRAN
1. LEAFLET DIET
2. LEAFLET URT
3. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ZAT GIZI
𝐵𝐵 53
● IMT = 2 = 1,70 × 1,70
𝑇𝐵 (𝑚 )

= 18,4 kg/m2 → Underweight (Menurut WHO)


● BBI (Broca)
BBI = (TB -100) - 10% (TB-100)
= (170 - 100) - 10% (170-100)
= 63 kg
● RMR (Mifflin)
RMR = (10 x BB) + (6,25 x TB) - (5 x U) + 5
= (10 x 63) + (6,25 x 170) - (5 x 86) + 5
= 1267,5 kkal
● TEE
TEE = RMR × F. aktivitas × F. Stress
= 1267,5 × 1,3 × 1,2
= 1977,3 kkal
● Kebutuhan Gizi
● Karbohidrat
KH = 60% × TEE
= 60% × 1977,3 = 296,595 gr
● Lemak
L = 25% × TEE
= 25% × 1977,3 = 35,2 gr
● Protein
P = 15% × TEE
= 15% × 1977,3 = 74,14 54,925gr
● Serat = 14/1000 gr
= 0,014 × 1977,3 = 17,8 gr
● Cairan = 1400 mL

4. HASIL SURVEY REKOMENDASI MENU


=====================================================================
Analysis of the food record
=====================================================================
Food Amount energy carbohydr.
______________________________________________________________________________

BREAKFAST
beras putih giling 36 g 129,9 kcal 28,6 g
Carrot fresh 20 g 5,2 kcal 1,0 g
kentang 20 g 18,6 kcal 4,3 g
gambas / oyong mentah 15 g 3,0 kcal 0,6 g
daging ayam 30 g 85,5 kcal 0,0 g
bihun 15 g 57,1 kcal 13,7 g
apel 100 g 59,0 kcal 15,3 g
Drinking water 225 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 358,3 kcal (23 %), carbohydrate 63,5 g (22 %)

1. BREAK
ubi jalar kuning 100 g 102,1 kcal 24,3 g
apel 150 g 88,6 kcal 23,0 g
Carrot fresh 100 g 25,8 kcal 4,8 g
madu 10 g 30,4 kcal 8,2 g
Drinking water 50 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 246,8 kcal (16 %), carbohydrate 60,3 g (21 %)

LUNCH
beras putih giling 36 g 129,9 kcal 28,6 g
bayam segar 30 g 11,1 kcal 2,2 g
Carrot fresh 20 g 5,2 kcal 1,0 g
tahu 10 g 7,6 kcal 0,2 g
ikan gabus segar 60 g 50,3 kcal 0,0 g
tahu 40 g 30,4 kcal 0,8 g
Tomato red fresh 10 g 1,7 kcal 0,3 g
pisang ambon 100 g 92,0 kcal 23,4 g
Drinking water 225 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 328,3 kcal (21 %), carbohydrate 56,4 g (19 %)

2. BREAK
bubur kacang hijau with coconut milk 300 g 420,2 kcal 74,1 g
Drinking water 225 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 420,2 kcal (27 %), carbohydrate 74,1 g (25 %)

DINNER
daging ayam 20 g 57,0 kcal 0,0 g
bihun 15 g 57,1 kcal 13,7 g
toge kacang hijau mentah 5g 3,0 kcal 0,2 g
Drinking water 225 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 117,2 kcal (7 %), carbohydrate 13,9 g (5 %)

IN BETWEEN
labu kuning 100 g 39,0 kcal 8,8 g
agar-agar 10 g 0,0 kcal 0,0 g
gula pasir 15 g 58,0 kcal 15,0 g
susu skim / tak berlemak cair 30 g 10,5 kcal 1,5 g
Drinking water 225 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 107,5 kcal (7 %), carbohydrate 25,3 g (9 %)

=====================================================================
Result
=====================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
______________________________________________________________________________
energy 1578,3 kcal 2036,3 kcal 78 %
water 1309,2 g 2250,0 g 58 %
protein 51,6 g(13%) 60,1 g(12 %) 86 %
fat 26,1 g(14%) 69,1 g(< 30 %) 38 %
carbohydr. 293,5 g(73%) 290,7 g(> 55 %) 101 %
dietary fiber 29,5 g 30,0 g 98 %
alcohol 0,0 g - -
PUFA 5,1 g 10,0 g 51 %
cholesterol 66,5 mg - -
Vit. A 3014,0 µg 1000,0 µg 301 %
carotene 11,0 mg - -
Vit. E (eq.) 9,8 mg 12,0 mg 82 %
Vit. B1 0,8 mg 1,0 mg 85 %
Vit. B2 0,7 mg 1,2 mg 56 %
Vit. B6 1,9 mg 1,4 mg 136 %
tot. fol.acid 350,5 µg 400,0 µg 88 %
Vit. C 75,1 mg 100,0 mg 75 %
sodium 233,2 mg 2000,0 mg 12 %
potassium 3078,8 mg 3500,0 mg 88 %
calcium 1122,7 mg 1000,0 mg 112 %
magnesium 313,0 mg 350,0 mg 89 %
phosphorus 906,2 mg 700,0 mg 129 %
iron 14,3 mg 10,0 mg 143 %
zinc 7,4 mg 10,0 mg 74 %
Vit. D 0,6 µg 10,0 µg 6%
Vit. K 66,7 µg 80,0 µg 83 %
niacine 9,3 mg - -
Vit. B12 0,7 µg 3,0 µg 23 %
glucose 2,4 g - -
sat. FA 12,9 g - -
iodine 44,6 µg 180,0 µg 25 %
DAFTAR PUSTAKA

1. Ernawati A, Wiboworini B, Wasita B. Evaluasi Efektifitas Malnutrition Screening Tool (MST)


Sebagai Alat untuk Menentukan Risiko Malnutrisi pada Pasien Geriatri.PROFESI (Profesional
Islam): Media Publikasi Penelitian.2022;19(2):127-35.
2. Aini NDN, Hasana AR, Rahayu RP. Pemberdayaan Kader Kesehatan Terkait Penggunaan
Formulir Skrining Gizi Lansia Di Dusun Sukosari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
Volume 6(3) 2022.
3. Aritonang GAS. Pengaruh Pemberian Extrak Daun Sirsak (Anona muricata L.) Terhadap Kadar
SGPT dan SGOT Pada Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) yang diinduksi Isoniazid dan
Pirazinamid [Skripsi].Repository UHN.2023. availabl in:
https://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/8520
4. Adhityasmara D, Advistasari YD. Efek Pemberian Mikroenkapsulasi Ekstrak Kulit Melinjo
(Gnetum gnemon L.) Terhadap Kadar SGOT Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Di Induksi
Isobiazid.Cendekia Eksakta.2021; 6(2):66-71
5. Putri ARE. Monitoring Efek Samping Obat Antituberkulosis (OAT) pada Pasien Tuberkulosis
Kategori I di UPT Puskesmas Bayongbong Kabupaten Garut. Bandung Conference Series:
Pharmacy.2022;2(2):409-417.
6. Heriansyah ASY, Harmiady R, Junaidi Y. Tindakan Suction Terhadap Saturasi Oksigen Pada
Pasien Terpasang Ventilator dengan Endotracheal Tube (ETT).Jurnal Media Keperawatan:
Politeknik Kesehatan Makassar.2020; 13(02).
7. Mubari F, Syahputra A. Pengaruh Penggunaan Spesimen Serum dan Plasma Edta Terhadap
Kadar Total Protein.Jurnal Pranata Biomedika.2022;1(2):134-40.
8. Sari K, Muharani R, Manaf S, Taurina H, Umar LA, Lestari N. Efek Ekstrak Jintan Hitam
(Nigella sativa L.) Terhadap Gambaran Histopalogi Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang
Diinduksi Isoniazid. Bioedusains.2021;4(2):315-24.
9. Puspita, Elsa, et al. "Gambaran Status Gizi pada Pasien Tuberkulosis Paru (Tb Paru) yang
Menjalani Rawat Jalan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru." Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau, vol. 3, no. 2, Oct. 2016, pp. 1-16.
10. Farlina BF. Pengaruh Media Animasi Dalam Meningkatkan Kemampuan Diagnosa Gangguan
Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh Pada Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKes
Hamzar. PHJ.2023;20(2): 72-80.
11. Fadillah JR, Susyanti, Pratama MY. Pendidikan Kesehatan Tentang Pemenuhan Diet Pada
Penderita Tuberculosis Paru Di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan.Jurnal Keperawatan
Flora.2022;15(2):46-59

Anda mungkin juga menyukai