Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS DIETETIK 2

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN GIZI BURUK

Dosen Pengampu: Ayu Rahadiyanti, S. Gz., MPH


Ahmad Syauqy, S. Gz., MPH., Ph.D
Muti’ah Mustaqimatusy Syahadah, S.Gz., M.Gz.
Mursid Tri Susilo, S.Gz., M.Gizi

Disusun oleh:

Monica Rachmani 22030120120005


Syifa Nur Azizah 22030120130049
Maritsa Putri Fatwati 22030120130075
Samantha Phoebe Christine 22030120130099
Girastya Lintang Desnova 22030120140117

DEPARTEMEN ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
I. LATAR BELAKANG
Anak Z laki-laki berusia 15 bulan masuk RS dengan keluhan mual muntah, diare 2x
sehari, pediatric dysphagia, sering tersedak, nyeri ulu hati, kelainan kongenital bibir
sumbing. Mengalami penurunan BB 1 kg dalam satu bulan terakhir dan penurunan nafsu
makan seminggu terakhir. Kondisi umum compos mentis, lemah, nampak kurus, pucat,
nadi 110 x/menit, suhu 36oC, BB 7 kg, PB 72 cm, BB lahir 2,6 kg. Riwayat diberikan ASI
selama 2 bulan dengan bantuan botol, kemudian ASI macet sehingga diberikan susu
formula sampai 12 bulan. Status ekonomi orang tua tergolong kurang mampu, pekerjaan
kedua orang tua buruh serabutan, beberapa kali mendapatkan bantuan sembako
pemerintah. Kebiasaan makan nasi 2x sehari 1 ctg setiap kali makan, konsumsi telur ayam
2-3 kali seminggu, tidak suka tahu/tempe, tidak suka makanan berbau amis, memiliki
alergi udang, suka konsumsi sayur seperti bayam, kol, wortel dan sawi putih bertekstur
empuk, jarang mengonsumsi buah. Suka cemilan yang gurih dan tidak terlalu suka cemilan
manis.

II. SKRINING (DATA UMUM)


A. Pemilihan Metode Skrining
Balita yang dirawat dirumah sakit hendaknya dilakukan penilaian dan
pemantauan status gizi selama perawatan. Pencegahan gizi kurang yang sudah
dilakukan di rumah sakit sebatas pengukuran BB/PB dari tabel Z-score saja, tidak
terdapat skrining nutrisi yang dapat memprediksi langsung pasien berisiko atau tidak
mengalami gizi kurang.1
Salah satu metode skrining yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
status gizi pada anak balita yaitu Paediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS). Alat
skrining Pediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS) pada anak usia 1-16 tahun
terbukti sebagai alat yang valid dalam menilai risiko malnutrisi pada anak dengan nilai
sensitifitas dan spesifisitas sebesar 95,31% dan 76,92%. Dengan adanya alat skrining,
perawat akan terbantu sehingga akan menjadi lebih waspada dan dapat menentukan
terapi selanjutnya.2
B. Pengisian Kuesioner
Tabel 1. Formulir PYMS
Tanggal
Pemeriksaan
Umur 15 bulan
L
Berat Badan 7 kg
Panjang 72 cm
Badan
No Kriteria Skor
Status ≥ (-2 SD) 0
1. 2
Antropometri < (-2 SD) 2
Kehilangan Tidak ada 0
atau penurunan Ada
2. 2
berat badan 2
akhir-akhir ini
Asupan makan Makan seperti
0
dalam satu biasa
minggu Ada penurunan 1
3. 1
terakhir Tidak makan
sama sekali atau 2
sangat sedikit
Anak sakit Tidak 0
4. 2
berat Ya 2
Skor Total 7
Tanpa resiko
Kesimpulan Resiko rendah
Resiko tinggi
Skrining ulang 1
minggu
kemudian
Skrining ulang 3
hari lagi
Tindakan
Rujuk ke
dietisien/dokter
divisi nutrisi dan
penyakit
metabolik
C. Kesimpulan Kuesioner
Berdasarkan hasil skrining dengan instrument Paediatric Yorkhill Malnutrition
Score (PYMS) diperoleh hasil dengan jumlah 7 sehingga dapat disimpulkan bahwa
An. Z beresiko tinggi mengalami malnutrisi yang ditunjukkan oleh penurunan berat
badan akibat menurunnya nafsu makan sehingga diperlukan Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT).

III. ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI


1. Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/Makanan (FH)
Tabel 2. Food History

Domain
Data Keterangan
Kode Nama

FH-1.2 Asupan Makan dan Minum

FH-1.2.1 Asupan Cairan

2 bulan ASI dengan


bantuan botol,
diteruskan dengan
FH-1.2.1.1 Asupan oral ASI dan susu formula
pemberian susu
formula hingga
usia 12 bulan

FH-1.2.2 Asupan Makanan

SMRS: An. Z memiliki


kebiasaan makan 2
- Nasi, 1 ctg
kali sehari, tidak
- Telur 2-
suka makanan
FH-1.2.2. Asupan Makanan 3x/minggu
berbau amis,
- Bayam
memiliki alergi
- Kol
udang, dan tidak
- Sawi putih
suka tahu tempe
- Cemilan gurih

Kesimpulan Asupan makan An. Z SMRS cukup bervariasi dengan asupan cairan
berupa ASI dan susu formula.
2. Pengkajian Antropometri (AD)
Tabel 3. Data Antropometri

Domain
Data Keterangan
Kode Nama

AD-1.1 Riwayat Komposisi Tubuh

AD 1.1.1 Tinggi badan 72 cm -

AD 1.1.2 Berat bedan 7 kg -

AD 1.1.4 Perubahan BB Penurunan BB 1 kg 1 bulan terakhir

AD 1.1.5 Z-score BB/U aktual Berat badan


𝐵𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘−𝐵𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 kurang
= 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘𝑢
7−10,3
= 1,1

= -3 SD (Berat Badan
Kurang)

BB/PB aktual Gizi kurang


𝐵𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘−𝐵𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛
=
𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘𝑢
7−8,9
= 0,7

= -2,7 SD (Gizi
Kurang)

PB/U aktual Pendek


𝐵𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘−𝐵𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛
= 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘𝑢
72−79,1
= 2,5

= -2,8 SD (Pendek)

BB/U Lahir Berat badan


𝐵𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘−𝐵𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 normal.
= 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑘𝑢
2,6 −3,3
= 0,4

= - 1,75 SD

Kesimpulan Status gizi An. Z berdasarkan BB/U, PB/U, BB/PB


dikategorikan berat badan kurang, gizi kurang, dan pendek
menurut Kemenkes RI.

3. Pengkajian Data Biokimia (BD)


Tabel 4. Data Biokimia

Domain
Data Keterangan
Kode Nama

- - - -

Kesimpulan -

4. Pengkajian Data Klinis/Fisik (PD)


Tabel 5. Data Klinis

Domain Nilai
Data Normal Keterangan
Kode Nama
PD-1.1 Nutrition-Focused Physical Findings
PD-1.1.1 Overall - Kurus - -
Apppearance - Kesadaran
compos
mentis

PD-1.1.4 Ekstremitas, otot, - Kurus - -


dan tulang - Lemah

PD-1.1.5 Sistem - Mual - -


pencernaan - Muntah
- Diare
- Sering
tersedak
- Kongenital
bibir
sumbing
- Pediactric
dsyphagia

PD-1.1.8 Kulit Pucat - -


PD-1.1.9 Tanda Vital Denyut nadi: 110 60-100 Diatas normal
kali/menit kali/menit3

Suhu tubuh: 36oC 36,5- Normal


37,5°C

Kesimpulan An. Z memiliki denyut nadi di atas nilai normal. An. Z mengalami pediatric
dysphagia, mual, muntah, diare, dan kongenital bibir sumbing.

5. Pengkajian Data Riwayat Pasien (CH)


Tabel 6. Data Riwayat Pasien

Domain
Data Keterangan
Kode Nama

CH-1.1 Personal Data

CH-1.1.1 Usia 15 bulan -

CH-1.1.2 Jenis kelamin Laki-laki -

CH-1.1.7 Peran dalam Anak -


keluarga

CH-2.1 Patient/Client or Family Nutrition-Oriented Medical/Health History

CH-2.1.1 Keluhan pasien Mual muntah, diare -


terkait gizi (2x sehari), pediatic
dysphagia,
penurunan nafsu
makan (1 minggu
terakhir)

CH-2.1.5 Gastrointestinal Nyeri ulu hati, -


sering tersedak,
kelainan kongenital
bibir sumbing

CH-2.1.8 Imunitas Alergi udang -

CH-3.1 Social History


CH-3.1.1 Sosioekonomi Kurang mampu Sering mendapat
(bekerja sebagai bantuan sembako
buruh serabutan) pemerintah

Kesimpulan An. Z memiliki beberapa keluhan yaitu mual muntah, diare,


disfagia, dan penurunan nafsu makan, memiliki alergi udang,
dan berasal dari keluarga yang kurang mampu.

6. Comparative Standart (CS)


Tabel 7. Standar Komparatif

Domain
Data Keterangan
Kode Nama

CS-1.1 Estimated Energy Needs

CS 1.1.1 Estimasi 560 kkal -


kebutuhan
energi total

CS 1.1.2 Metode estimasi 80 kkal/kgBB/hari -


kebutuhan

CS-2.2 Estimated Protein Needs

CS 2.2.1 Estimasi 7 gram -


kebutuhan
protein total

CS 2.2.3 Metode 1 gram/kgBB/hari -


memperkirakan
kebutuhan

CS-3.1 Estimasted Fluid Needs

CS-3.1.1 Estimasi 910 mL -


kebutuhan cairan
total

CS-3.1.2 Metode 130 mL/kgBB/hari -


memperkirakan
kebutuhan
Kesimpulan Estimasi kebutuhan energi untuk An. Z adalah 560 kkal, estimasi
kebutuhan protein sebesar 7 gram, dan estimasi kebutuhan cairan
sebesar 910 mL.

IV. DIAGNOSIS GIZI


NI-5.2 Malnutrisi (P) berkaitan dengan penurunan nafsu makan, keluhan mual, muntah,
diare, dan pediatric dysphagia serta kurangnya pengetahuan terkait makanan dan gizi (E)
yang ditandai oleh interpretasi nilai z-score BB/U aktual yaitu berat badan kurang,
interpretasi nilai z-score BB/PB aktual yaitu gizi kurang, interpretasi nilai z-score PB/U
aktual yaitu pendek serta penurunan berat badan yang tidak diinginkan sebesar 1 kg selama
1 bulan terakhir (S).

V. INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan Intervensi
a. Memberi makanan awal agar kondisi pasien stabil
b. Memberikan asupan untuk meningkatkan berat badan pasien dan mencegah
gizi buruk
c. Memberikan diet sesuai kebutuhan dan toleransi pasien
d. Memberikan secara bertahap untuk menstimulasi nafsu makan pasien secara
perlahan
e. Memberikan asupan Zn yang cukup untuk merangsang nafsu makan
f. Mencegah hipotermia serta mengatasi hipoglikemia dan dehidrasi pada
pasien
2. Preskripsi4,5,6
a. Energi diberikan secara bertahap sesuai toleransi pasien untuk memenuhi
kebutuhan, terhitung menurut fase stabilisasi adalah 80 – 100 kkal/kg
BB/hari.
b. Protein yang diberikan terhitung menurut fase stabilisasi adalah 1 – 1,5
gram/kg BB/hari
c. Pemberian suplemen vitamin (vitamin A, B kompleks, vitamin C, asam folat)
dan mineral khusus (Zn, K, Na, Mg), bila tidak ada diberikan makanan
sumber mineral tertentu
d. Cairan pada fase stabilisasi diberikan sebanyak 130 ml/kg BB/hari
e. Diberikan ReSoMal (5 – 10 ml/kg BB/hari) untuk mengatasi dehidrasi dan
diare → diberikan setiap ½ jam pada 2 jam pertama dan selanjutnya dapat
diberikan bergantian dengan F-75 setiap 1 jam
f. Diberikan F-75 secara bertahap → 75 kkal energi dan 0,9 gram protein
g. Asupan yang diberikan bersifat hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah
serat
h. Asupan diberikan melalui rute nasogastrik menggunakan selang.

B. Rencana Implementasi
1. Pemberian Diet (Jenis, Bentuk, dan Contoh Menu)
a. Jenis diit : Diet modifikasi formula WHO (F-75)
b. Bentuk makanan : Cair
c. Rute pemberian : Selang Nasogastrik
d. Frekuensi : 12 kali (setiap 2 jam, karena pasien mengalami
diare, mual dan muntah serta tidak terdapat edema, dapat diberikan menjadi
3 jam sekali apabila diare/muntah berkurang dan F-75 dapat dihabiskan)
e. Perhitungan zat gizi :
• Energi : 560 kkal
• Protein : 7 gram
• Cairan : 910 ml
• Vitamin A : 200.000 SI (1 kapsul merah)
• Vitamin C : 100 mg/hari (2 tablet)
• Folat : 5 mg/hari pada hari ke-1, selanjutnya 1 mg/hari
• Vitamin B kompleks : 1 tablet/hari
f. Rekomendasi asupan :
Tabel 8. Pembagian Waktu Pemberian ReSoMal dan F-75 pada 12 Jam
Pertama
2 jam pertama
Jam Jumlah diberikan (ml) Jenis asupan yang diberikan
05.00 35 ml ReSoMal
05.30 35 ml ReSoMal
06.00 35 ml ReSoMal
06.30 35 ml ReSoMal
07.00 35 ml ReSoMal
10 jam berikutnya
08.00 70 ml ReSoMal
09.00 75 ml F-75
10.00 70 ml ReSoMal
11.00 75 ml F-75
12.00 70 ml ReSoMal
13.00 75 ml F-75
14.00 70 ml ReSoMal
15.00 75 ml F-75
16.00 70 ml ReSoMal
17.00 75 ml F-75
Total Asupan Cairan: 900 mL (memenuhi minimal 80% asupan cairan)

Tabel 9. Pembagain Waktu Pemberian F-75 (Setelah Diare Negatif)


Jam Jumlah diberikan (ml)
05.00 75 ml
07.00 75 ml
09.00 75 ml
11.00 75 ml
13.00 75 ml
15.00 75 ml
17.00 75 ml
19.00 75 ml
21.00 75 ml
23.00 75 ml
01.00 75 ml
03.00 75 ml
Total Asupan Cairan: 900 mL (memenuhi
minimal 80% asupan cairan)
Gambar 1. Komposisi Rekomendasi Menu

• F75 dengan tepung mempunyai osmolaritas lebih rendah sehingga lebih tepat
untuk anak yang menderita diare
• Pada pemberian melalui NGT, tidak dianjurkan untuk diblender, karena dapat
menimbulkan gelembung udara.
• Asupan energi dan protein sudah terpenuhi >80% dari pemberian asupan
menggunakan formula WHO-75

2. Edukasi Gizi
Tabel 10. Edukasi Gizi
Hari/tanggal Kamis, 6 April 2023
Jam 09.00 WIB
Tempat Ruang konseling
Topik Gizi Buruk dan Tata laksana Diet Formula WHO
Tujuan 1. Meningkatkan pengetahuan pendamping pasien
mengenai kondisi gizi buruk pada anak
2. Meningkatkan pengetahuan pendamping pasien
mengenai tatalaksana Diet Formula WHO
Sasaran Pendamping pasien
Waktu 20 menit
Materi 1. Penjelasan kondisi gizi buruk pada anak meliputi jenis
dan fase gizi buruk
2. Tujuan dan prinsip pemberian formula WHO
3. Jenis formula yang sesuai dengan fase gizi buruk
Metode Pemaparan materi dan tanya jawab
Media Leaflet
Evaluasi 1. Pendamping pasien memahami kondisi yang diderita
oleh anak
2. Pendamping pasien memahami prinsip pemberian
formula WHO

3. Konseling Gizi
Tabel 11. Konseling Gizi
Hari/tanggal Jumat, 7 April 2023
Jam 10.00 WIB
Tempat Ruang Konseling
Topik Tata laksana Pemberian Formula WHO
Tujuan 1. Meningkatkan pengetahuan pendamping pasien
mengenai tatalaksana pemberian formula WHO
2. Memberi motivasi kepada pasien agar berkomitmen
menjalankan diet yang dianjurkan
Sasaran Pendamping pasien
Waktu 45 menit
Materi 1. Tujuan dan prinsip pemberian formula WHO
2. Jenis formula yang sesuai dengan fase gizi buruk
3. Frekuensi dan pembagian waktu pemberian formula
4. Pemberian motivasi kepada pendamping pasien agar
dapat berkomitmen untuk menjalankan diet yang telah
diberikan
Metode Konseling dan tanya jawab
Media Leaflet
Evaluasi 1. Pendamping pasien memahami prinsip pemberian
formula WHO
2. Pendamping pasien berkomitmen untuk menjalankan
diet yang diberikan

4. Koordinasi dengan Tim Kesehatan Lain


Tabel 12. Koordinasi Tim Kesehatan
Hari Hal yang Profesi
Solusi Ket.
ke- didiskusikan kesehatan

Pemberian
Patogenesis,
edukasi Penanggung
diagnosis,
konseling jawab
1 preskripsi Dokter
kepada pelayanan
pengobatan
orangtua kesehatan
secara medis
pasien
Skrining gizi,
Pencatatan
antropometri,
rekam medis, Pengontrolan
monev berat
2 perkembangan hasil rekam Perawat
badan dan
pasien, kondisi medis pasien
kondisi klinis
klinis pasien
pasien
Pemberian
diet yang
Diagnosis Gizi, tepat,
Melakukan
pemberian diet, melakukan
3 Ahli gizi proses asuhan
edukasi dan konseling
gizi
konseling gizi pada
pendamping
pasien
Interaksi obat Apoteker
Menanyakan Melakukan
4 dan makanan dan
dan melihat pengecekan
pada pasien pharmacist
agar pengobatan resep yang dan pemberian
dapat dilakukan diberikan obat-obatan
baik secara
medis maupun
nonmedis

VI. PERENCANAAN MONITORING-EVALUASI GIZI


A. Asupan Makanan (FH)
Tabel 13. Monitoring Evaluasi Asupan

Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target

Asupan formula Memantau Setiap hari, di - Pasien


frekuensi dan akhir hari mengonsumsi
jumlah formula formula WHO
yang dikonsumsi F75 dan
melalui observasi ReSoMal sesuai
langsung dengan
preskripsi yang
diberikan
Pasien memenuhi
>80% cairan

B. Antropometri (AD)
Tabel 14. Monitoring Evaluasi Antropometri

Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target

Z score Melakukan pengukuran 1 x seminggu Mencapai nilai z


BB, TB dan perhitungan score normal untuk
z score BB/U, PB/U, dan BB/U, PB/U, dan
BB/PB. Dilakukan BB/PB
dengan pengukuran
secara langsung
C. Biokimia (BD)
Tabel 15. Monitoring Evaluasi Biokimia

Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target

- - - -

D. Klinik/Fisik (PD)
Tabel 16. Monitoring Evaluasi Klinis

Indikator Evaluasi Pelaksanaan Target

Denyut nadi Melakukan Setiap hari Denyut nadi


pemantauan berada pada
denyut nadi rentang nilai
normal

Sistem Melakukan Setiap hari Tidak terjadi


pencernaan: pemeriksaan keluhan mual
keluhan mual, langsung, muntah,
muntah, menanyakan dysphagia, dan
dysphagia, nyeri kepada pasien nyeri ulu hati
ulu hati

VII. PEMBAHASAN KASUS


An. Z berusia 15 bulan masuk RS dengan keluhan mual muntah, diare 2x sehari,
pediatric dysphagia, sering tersedak, nyeri ulu hati, kelainan kongenital bibir sumbing.
Berdasarkan hasil skrining dengan instrument Paediatric Yorkhill Malnutrition Score
(PYMS) diperoleh hasil dengan jumlah skor 7 sehingga diartikan bahwa An. Z berisiko
tinggi mengalami malnutrisi sehingga memerlukan Proses Asuhan Gizi Terstandar.
Usia balita diklasifikasikan pada batasan nol hingga kurang dari lima tahun.
Kelompok usia balita diketahui sebagai salah satu kelompok rentan gizi, berhubungan
dengan masih tingginya masalah gizi kurang hingga gizi buruk, yang berimbas pada
peningkatan untuk mengalami infeksi, penghambatan terhadap tumbuh kembang dan
degradasi kondisi kesehatan di usia dewasa.7 Pertumbuhan dan perkembangan pada anak
terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, maupun
emosional. Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran
besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh.
Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator status gizi baik individu maupun populasi.
Berdasarkan data antropometri An. Z BB/U didapatkan hasil -3 SD yang berarti An. Z
mengalami berat badan kurang. Anak-anak yang menderita gizi kurang berpenampilan
lebih pendek dengan bobot badan lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak lain yang
sehat dan bergizi baik. Hal ini sejalan dengan hasil perhitungan PB/U An. Z yang
mendapatkan hasil pendek. Bila defisiensi gizi berlangsung lama dan parah, maka tinggi
badan akan terpengaruh, bahkan proses pendewasaan mulai terganggu.8
Asupan zat gizi merupakan salah satu penyebab langsung yang dapat
mempengaruhi status gizi balita. Asupan zat gizi dapat diperoleh dari beberapa zat gizi,
diantaranya yaitu zat gizi makro seperti energi karbohidrat protein dan lemak. Zat gizi
makro merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tubuh dan sebagian
besar berperan dalam penyediaan energi. Tingkat konsumsi zat gizi makro dapat
mempengaruhi terhadap status gizi balita. Berdasarkan riwayat asupan makan, An. Z
memiliki kebiasaan makan 2x sehari dengan menu makanan seperti nasi, telur, bayam, kol,
dan sawi putih. Kemudian berdasarkan pengkajian data klinis/fisik, An. Z mengalami
mual, muntah, diare, dan sering tersedak. Diare dan muntah dapat menghalangi
penyerapan makanan. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah
diare, infeksi saluran pernafasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis,
dan cacingan. Asupan nutrisi yang rendah dan terdapatnya penyakit infeksi pada anak
balita dapat disebabkan karena rendahnya kemampuan keluarga untuk membeli bahan
makanan yang memenuhi standar gizi dan untuk pemenuhan kebutuhan yang berkaitan
dengan kesehatan. Antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi terdapat hubungan sebab
akibat yang timbal balik dan sangat erat. Gizi buruk menyebabkan mudahnya terjadi
infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun. Sebaliknya pula infeksi yang sering
diderita akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan gizi sedangkan nafsu makan
biasanya menurun jika terjadi penyakit infeksi, sehingga dapat menyebabkan anak yang
tadi gizinya baik akan menderita gangguan gizi.9
An. Z diperkirakan mengalami kondisi gizi buruk pada fase stabilisasi karena
kurangnya keterangan lebih lanjut mengenai kondisi pasien. Pada fase stabilisasi, makanan
yang diberikan dalam bentuk cair serta rendah kalori dan protein. Fase stabilisasi, tujuan
intervensi pada pasien adalah untuk mencegah terjadinya hipoglikemia dan dehidrasi.
Salah satu formula yang dapat diberikan pada pasien gizi buruk pada fase stabilisasi adalah
formula WHO F-75.10 Formula WHO F-75 merupakan formula dengan komposisi 25 gram
bubuk susu skim, 100 gram gula pasir, 30 gram minyak sayur, dan 20 mL larutan elektrolit
dalam lauran 1000 mL.11 Kandungan gizi pada formula WHO F-75 adalah 750 kkal, 9
gram protein, 36 mmol kalium, 6 mmol natrium, 4,3 mmol magnesium, 20 mg seng, dan
2,5 mg tembaga.12
Berdasarkan data assessment didapatkan diagnosis asuhan gizi An. Z dengan
domain NI-5.2 Malnutrisi (P) berkaitan dengan penurunan nafsu makan, keluhan mual,
muntah, diare, dan pediatric dysphagia serta kurangnya pengetahuan terkait makanan dan
gizi (E) yang ditandai oleh interpretasi nilai z-score BB/U aktual yaitu berat badan kurang,
interpretasi nilai z-score BB/PB aktual yaitu gizi kurang, interpretasi nilai z-score PB/U
aktual yaitu pendek serta penurunan berat badan yang tidak diinginkan sebesar 1 kg selama
1 bulan terakhir (S).
Dari diagnosis tersebut kemudian dilakukan intervensi dengan tujuan memberi
makanan awal pada An. Z agar kondisinya stabil, memberikan asupan untuk meningkatkan
berat badan An. Z dan mencegah gizi buruk, memberikan diet sesuai kebutuhan dan
toleransi An. Z, memberikan secara bertahap untuk menstimulasi nafsu makan An. Z secara
perlahan, memberikan asupan Zn yang cukup untuk merangsang nafsu makan, mencegah
hipotermia serta mengatasi hipoglikemia dan dehidrasi pada An. Z. Kemudian untuk
preskripsi diet yang diberikan pada An. Z adalah, energi diberikan secara bertahap sesuai
toleransi pasien untuk memenuhi kebutuhan, terhitung menurut fase stabilisasi adalah 80 –
100 kkal/kg BB/hari., protein yang diberikan terhitung menurut fase stabilisasi adalah 1 -
1,5 gram/kg BB/hari, pemberian suplemen vitamin (vitamin A, B kompleks, vitamin C,
asam folat) dan mineral khusus (Zn, K, Na, Mg), bila tidak ada diberikan makanan sumber
mineral tertentu, cairan pada fase stabilisasi diberikan sebanyak 130 ml/kg BB/hari,
diberikan ReSoMal (5 – 10 ml/kg BB/hari) untuk mengatasi dehidrasi dan diare →
diberikan setiap ½ jam pada 2 jam pertama dan selanjutnya dapat diberikan bergantian
dengan F-75 setiap 1 jam, diberikan F-75 secara bertahap → 75 kkal energi dan 0,9 gram
protein, asupan yang diberikan bersifat hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah serat serta
asupan diberikan melalui rute nasogastrik menggunakan selang
Dari menu yang direkomendasikan, mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh An.
Z sesuai dengan kondisi yang dialami yakni masa stabilisasi. Pemberian makanan dengan
konsistenci cairan berupa formula WHO 75 dengan tepung karena baik digunakan untuk
anak yang mengalami diare. Dehidrasi pada An. Z juga dapat diatasi dari diet yang
diberikan yaitu kecukupan cairan >80% nilai minimum (900 ml) dengan pemberian
ReSoMal setiap ½ jam pada 2 jam pertama dan kemudian diberikan bergantian dengan F-
75 setiap 1 jam sekali selama 10 jam berikutnya. Diet yang diberikan juga mengandung
750 kkal energi dan 9 gram protein yang artinya mencukupi >80% kebutuhan An. Z. Jenis
diet juga diberikan berdasarkan assessment, diagnosis, tujuan, dan preskripsi yang
ditegakkan. Pemberian makanan dengan konsistensi cair dan pemberian secara bertahap
serta diberikan melalui selang NGT dilakukan karena An. Z mengalami gangguan menelan
pada anak, cacat bawaan lahir (sumbing), dan dalam kondisi mengalami penurunan nafsu
makan.
Disfagia atau gangguan menelan pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor
risko salah satunya adalah cacat bawaan sejak lahir berupa bibir sumbing. Pada beberapa
penelitian terbukti bahwa pemberian makanan pada anak yang mengalami sumbing dengan
cara nasogastrik lebih efektif dalam pemberiannya sehingga asupan anak dapat tercukupi,
hal ini juga dapat membuat orangtua lebih terbantu dalam memberikan asupan gizi yang
adekuat pada anaknya.13,14 Cara pemberian dengan selang melalui rute nasogastrik juga
direkomendasikan karena sifatnya yang tidak melukai atau tidak invasif dalam membantu
pasien dengan gangguan menelan dalam mencukupi kebutuhan asupannya. Tatalaksana
pada An. Z disamakan seperti tatalaksana gizi buruk tanpa komplikasi dan tanpa edema
tidak disamakan dengan tatalaksana anak gizi kurang yang dapat ditangani dengan cara
dirawat jalan dan diberikan PMT pemulihan, hal ini karena anak mengalami nafsu makan
yang buruk dan memiliki tanda/keadaan klinik yang tidak baik seperti lemah, pucat dan
kurus.
Koordinasi dengan profesi lain diperlukan untuk dapat menangani diagnosis yang
diberikan kepada An. Z secara profesional. Dengan dokter, dilakukan diskusi mengenai
patogenesis, diagnosis, preskripsi pengobatan malnutrisi, diare, disfagia, mual dan muntah
serta takikardia secara medis. Dengan perawat dilakukan pencatatan rekam medis dan
perkembangan pasien. Dengan ahli gizi dilakukan perubahan pola makan, edukasi dan
konseling gizi serta pemilihan makanan sesuai tahapan tatalaksana yang berlaku. Dengan
apoteker dan pharmacist dilakukan diskusi mengenai interaksi obat makanan agar
pengobatan dapat dilakukan sejalan dengan pemberian asupan.
Selain terapi medis dan makanan, juga dilakukan edukasi dan konseling gizi yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pendamping pasien terkait kondisi gizi buruk
yang dialami dan tata laksana diet yang dianjurkan. Materi edukasi yang diberikan meliputi
pemahaman dasar mengenai kondisi gizi buruk, jenis gizi buruk, fase gizi buruk, formula
modifikasi WHO, dan pemberian formula yang tepat sesuai dengan fase gizi buruk yang
dialami oleh pasien. Monitoring evaluasi dilakukan untuk memantau perkembangan
pasien. Monitoring evaluasi terdiri dari asupan makanan, antropometri, dan fisik klinik.
Pemantauan asupan makanan dilakukan dengan metode observasi secara langsung
mengenai frekuensi dan pemenuhan asupan harian pasien. Pemantauan fisik klinis
dilakukan dengan cara pemeriksaan langsung kepada pasien mengenai keluhan yang
dialami. Sedangkan pemantauan data antropometri dilakukan dengan cara pengukuran
rutin BB dan TB menggunakan indikator z score.

VIII. PENUTUP/KESIMPULAN
A. Kesimpulan
An. Z mengalami penurunan berat badan akibat keluhan yang dialaminya.
Berdasarkan hasil skrining, An. Z berisiko tinggi mengalami malnutrisi sehingga
diperlukan asuhan gizi. Hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa An. Z didiagnosis
gizi mengalami malnutrisi. Intervensi yang diberikan bagi An. Z berupa diet
modifikasi formula WHO (F-75) yang diberikan melalui NGT (Naso Gastric Tube)
atau selang nasogastrik dengan frekuensi sebanyak 12 kali. Diet tersebut diberikan
untuk mengatasi kondisi An. M dengan mempertimbangkan keluhannya. Selain
melalui pengaturan makan, pendamping pasien juga diberikan edukasi dan konseling
gizi untuk meningkatkan pengetahuan terkait diet yang harus diterapkan supaya tidak
memperburuk kondisi An. Z. Sebagai bentuk evaluasi atas proses asuhan gizi juga
dilakukan monitoring evaluasi untuk mencapai tujuan diet.

B. Saran
An. Z disarankan untuk menjalani diet yang telah diberikan dengan mematuhi
preskripsi diet untuk mengurangi keluhan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Diperlukan juga adanya dukungan dari lingkungan sekitar agar An. Z dapat menjalani
diet dengan maksimal.
IX. LAMPIRAN
1. Leaflet Diet
2. Leaflet URT

3. Perhitungan Z-Score
7−8,9
Z-Score = 8,9−8,2
−1,9
= 0,7

= - 2,7 SD (Gizi kurang)


4. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
a. Energi = 80 kkal/kgBB/hari
= 80 kkal × 7 kg
= 560 kkal
b. Protein = 1 gram/kgBB/hari
= 1 gram × 7 kg
= 7 gram
c. Cairan (MRS) = 130 mL/kgBB/hari
= 130 mL × 7 kg
= 910 mL
d. Cairan (SMRS) = 1150 mL (berdasarkan AKG)
DAFTAR PUSTAKA

1. Hapsari VD, Purwaty NH, Sulastri T. Deteksi Dini Risiko Gizi Kurang pada Anak Balita
dengan Diare Menggunakan Metode PYMS dan STRONGkidz. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
2020; 9(1): 17-23.
2. Ndede YMO & Wanda D. Tinjauan Literatur Malnutrisi Didapat di Rumah Sakit:
Karakteristik Anak dan Alat Skrining yang Digunakan. Jurnal Penelitian Kesehatan"
SUARA FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"). 2020; 11: 41-46.
3. Kasenda I, Marunduh S, Wungouw H. Perbandingan Denyut Nadi Antara Penduduk Yang
Tinggal Di Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah. J e-Biomedik. 2014;2(2).
4. Kementerian Kesehatan RI. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. Cetakan ke-6.
Jakarta: Departemen Kesehatan. 2011.
5. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II.
Cetakan ke-6. Jakarta: Departemen Kesehatan. 2011.
6. Kucukguven A, Calis M, Ozgur F. Assessment of Nutrition and Feeding Interventions in
Turkish Infants with Cleft Lift and/or Palate. Journal of Pediatric Nursing. 2020; 51: 39-
44.
7. Lestari DP. Upaya Pencegahan Risiko Gizi Buruk pada Balita: Literature Review. J Ilm
Univ Batanghari Jambi. 2022;22(1):532.
8. Zulaekah S, Purwanto S, Hidayati L. Anemia Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak Malnutrisi. J Kesehat Masy. 2014;9(2):106–14.
9. Muhammad NAAS. Penyakit Infeksi Dan Pola Makan Dengan Kejadian Status Gizi
Kurang Berdasarkan Bb/U Pada Balita Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanah Sepenggal. Kementeri PPN/Bappenas. 2018;7(1):66.
10. Arnelia A, Lamid A, Rachmawati R. Pemulihan gizi buruk rawat jalan dapat memperbaiki
asupan energi dan status gizi pada anak usia di bawah tiga tahun. J Gizi Klin Indones.
2011;7(3):129.
11. Sulistiyawati, Rustina Y, Hastono SP. Pemberian Diet Formula 75 Dan 100. J
Keperawatan Indones. 2012;13(3):159–64.
12. Nyna Puspita Ningrum, Indria Nuraini S. Pengaruh Pemberian F75 Terhadap Kenaikan
Berat Badan Balita Dengan Gizi Kurang. J Kebidanan. 2017;IX(I):24–8.
13. Hughes J, et al. Does Nasogastric Feeding Reduce Distress After Cleft Palate Repair in
Infants?. Nursing Children and Young People. 2013; 25(9): 26-30.
14. Shahin MM, Abdelmonem SAE, Alsayaad IM, Alshamy A. Comparative Study Between
Nasogastric Tube Feeding and Oral Feeding Post-Cleft Palate Repair. Al-Azhar Assiut
Medical Journal. 2015; 13(4): 172-179.

Anda mungkin juga menyukai