Anda di halaman 1dari 13

Compressed

natural gas
di indonesia
Compressed Natural Gas (CNG) adalah bahan
bakar alternatif yang digunakan untuk
menggerakkan kendaraan. CNG adalah gas
alam yang dikompresi hingga tekanan tinggi
untuk meningkatkan kepadatannya dan
memudahkan penyimpanan dan
transportasinya. Beberapa informasi penting
tentang CNG meliputi:
1. Sumber Bahan Bakar:
CNG terutama terdiri dari metana (CH₄), yang
merupakan komponen utama gas alam. Gas alam
ini ditemukan di bawah tanah dan dapat
diekstraksi dari sumur gas.
2. Kompresi:
Untuk mengubah gas alam menjadi CNG, gas
tersebut dikompresi hingga mencapai tekanan
Hot wind
yang tinggi, biasanya antara 2.900 hingga 3.600
circulates
the food
psi (pound per square inch) atau sekitar 200
hingga 250 bar. Kompresi ini memungkinkan
penyimpanan yang lebih efisien.
3. Kebersihan dan Lingkungan:
Penggunaan CNG dalam kendaraan dianggap lebih
bersih daripada bahan bakar konvensional seperti
bensin atau diesel. Saat dibakar, CNG menghasilkan
emisi karbon dioksida (CO₂) lebih rendah dan lebih
sedikit polutan udara seperti nitrogen oksida (NOₓ) dan
partikulat.
4. Kendaraan CNG:
Beberapa kendaraan dapat diubah (retrofit) atau
diproduksi khusus untuk menggunakan CNG sebagai
bahan bakar. Ini melibatkan penambahan tangki CNG
yang kokoh dan sistem injeksi bahan bakar yang sesuai.
5. Infrastruktur:
Untuk mendukung penggunaan CNG, diperlukan
infrastruktur yang mendukung, termasuk stasiun
pengisian CNG. Stasiun-stasiun ini
menyediakan fasilitas untuk mengisi ulang
tangki CNG pada kendaraan.
6. Keamanan:
CNG bersifat mudah terbakar, namun, keamanan
telah menjadi fokus utama dalam desain sistem
penyimpanan dan distribusi CNG. Tangki CNG
dirancang untuk menanggulangi risiko
kebocoran atau kecelakaan.
7. Keuntungan Ekonomi:
Beberapa negara dan perusahaan mengadopsi CNG
sebagai bahan bakar kendaraan karena keuntungan
ekonominya, terutama ketika harga gas alam lebih
murah daripada bahan bakar konvensional.
Penggunaan CNG menjadi semakin populer sebagai salah
satu cara untuk mengurangi dampak lingkungan dari sektor
transportasi dan diversifikasi sumber energi. Namun,
infrastruktur yang memadai dan dukungan regulasi tetap
menjadi faktor kunci dalam penerapan lebih luas
penggunaan CNG.
Argentina dan Brasil di benua Amerika Latin adalah
dua negara dengan jumlah kendaraan pengguna CNG
terbesar. Konversi ke CNG difasilitasi dengan
pemberian harga yang lebih murah bila
dibandingkan dengan bahan bakar minyak (bensin
dan diesel), peralatan konversi yang dibuat lokal
dan infrastruktur distribusi CNG yang terus
berkembang. Sejalan dengan semakin
meningkatnya harga minyak dan kesadaran
lingkungan, CNG saat ini mulai digunakan juga
untuk kendaraan penumpang dan truk barang
berdaya ringan hingga menengah.
Sesungguhnya di Indonesia, CNG bukanlah barang
baru. Pencanangan untuk menggunakan CNG yang
harganya lebih murah dan lebih bersih lingkungan
daripada bahan bakar minyak (BBM) sudah
dilakukan sejak tahun 1986. Pada saat itu
ditetapkan bahwa 20 persen dari armada taksi
harus memakai CNG. Namun, karena pada saat itu
harga BBM masih dianggap terjangkau dan stasiun
pengisian BBM terdapat di mana-mana, maka minat
untuk menggunakannya tidak sempat membesar.
Saat ini di Jakarta hanya terdapat 14 Stasiun Pengisi
Bahan Bakar Gas (SPBG), tetapi yang berfungsi tak
lebih dari enam SPBG. Untuk mendorong penggunaan
CNG, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengharuskan
bus TransJakarta yang melayani rute 2, rute 3, dan
rute selanjutnya untuk menggunakan CNG. Kendaraan
tiga roda Bajai yang berwarna biru di DKI Jakarta
juga menggunakan teknologi mesin ini.
Kepadatan energi volumetrik CNG diperkirakan 42
persen dari gas alam cair, karena tidak cair, dan 25
persen dari bahan bakar diesel.[1]
CNG dapat digunakan untuk mesin Otto (berbahan
bakar bensin) dan mesin diesel (berbahan bakar solar).
Pengisian CNG dapat dilakukan dari sistem
bertekanan rendah maupun bertekanan tinggi.
Perbedaannya terletak dari biaya pembangunan
stasiun vs lamanya pengisian bahan bakar. Idealnya,
tekanan pada jaringan pipa gas adalah 11 bar, dan agar
pengisian CNG bisa berlangsung dengan cepat,
diperlukan tekanan sebesar 200 bar, atau 197 atm, 197
kali tekanan udara biasa. Dengan tekanan sebesar 200
bar, pengisian CNG setara 130 liter premium dapat
dilakukan dalam waktu 3-4 menit.
Dengan tekanan sebesar 200 bar, tentunya penanganan CNG perlu
dilakukan secara hati-hati. Antara lain dengan menggunakan
tangki gas yang memenuhi persyaratan dan dipasang di bengkel
yang direkomendasi. Tangki CNG dibuat dengan menggunakan
bahan-bahan khusus yang mampu membawa CNG dengan aman.
Desain terbaru tangki CNG menggunakan lapisan alumunium
dengan diperkuat oleh fiberglass. Karena CNG lebih ringan dari
udara, kebocoran tidak menjadi terlalu berisiko bila sirkulasi
udara terjaga dengan baik. Jika gas terbakar, mesh logam atau
keramik akan mencegah tangki agar tidak meledak.
Sama sekali tidak diperkenankan untuk memodifikasi tangki
tersebut. Jika dianggap tangki yang dibeli volumenya terlalu
kecil, lebih baik membeli tangki yang volumenya lebih besar
daripada memodifikasinya sendiri. Jika dilakukan, daya tahan
tangki tersebut terhadap tekanan tinggi menjadi tidak terukur.
CNG kadang-kadang dianggap sama dengan LNG. Walaupun
keduanya sama-sama gas alam, perbedaan utamanya adalah
CNG adalah gas terkompresi sedangkan LNG adalah gas dalam
bentuk cair. CNG secara ekonomis lebih murah dalam produksi
dan penyimpanan dibandingkan LNG yang membutuhkan
pendinginan dan tangki kriogenik yang mahal. Akan tetapi CNG
membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih besar untuk
sejumlah massa gas alam yang sama serta perlu tekanan yang
sangat tinggi. Oleh karena itu pemasaran CNG lebih ekonomis
untuk lokasi-lokasi yang dekat dengan sumber gas alam.
CNG juga perlu dibedakan dari LPG, yang secara umum
merupakan campuran terkompresi dari propana (C3H8) dan
butana (C4H10). Selain itu, komposisi LPG sangat bergantung
pada sumber dan standar yang diberlakukan di suatu negara
referensi :
1. wikipedia indonesia
2. chatgpt AI

Anda mungkin juga menyukai