PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kebutuhan manusia akan menghasilkan kemajuan dalam teknologi dan
sebaliknya, kemajuan teknologi juga akan menciptakan kebutuhan baru. Sebagai contoh,
pertumbuhan jumlah kendaraan yang terus meningkat mendorong perluasan area parkir.
Meskipun demikian, luasnya area parkir dapat menimbulkan tantangan terkait dengan antrian,
keamanan, dan kenyamanan. Oleh karena itu, peningkatan keamanan menjadi salah satu aspek
yang penting dalam merancang sistem manajemen parkir. Definisi parkir sendiri merujuk pada
kondisi dimana kendaraan tidak bergerak secara sementara karena ditinggalkan oleh
pengemudinya.
Seiring dengan pertambahan jumlah jurusan dan program studi di FMIPA UNIMED, tentu
saja akan diikuti dengan bertambahnya jumlah anggota akademis. Berdasarkan pengamatan,
sebagian besar anggota akademis tersebut menggunakan kendaraan pribadi, baik berupa mobil
maupun sepeda motor sebagai sarana transportasi. Situasi ini mengakibatkan meningkatnya
penggunaan kendaraan pribadi di sekitar FMIPA. Peningkatan yang paling mencolok terlihat
pada penggunaan sepeda motor, sementara penggunaan mobil pribadi tidak mengalami
pertumbuhan yang signifikan. Kenaikan jumlah mahasiswa baru setiap tahunnya akan membawa
konsekuensi berupa peningkatan kepemilikan kendaraan yang pada gilirannya meningkatkan
permintaan tempat parkir (Hendro, 2000).
Cara dan jenis parkir dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria, antara lain:
1. Menurut Penempatan
Parkir di luar jalan (off-street parking)
Parkir di badan jalan (on-street parking)
2. Menurut Pengelolaan
Parkir umum
Parkir khusus
Parkir darurat
Parkir taman
Parkir gedung
4. Menurut Tujuan
Parkir penumpang
Parkir barang
5. Penyelenggaraan Parkir
Dalam konteks matematika, teori model merupakan ilmu yang menyajikan konsep-konsep
matematis melalui himpunan atau ilmu tentang model-model yang mendukung suatu sistem
matematis. Teori model dimulai dengan asumsi keberadaan objek matematika, seperti
keberadaan semua bilangan, dan kemudian mencari serta menganalisis operasi, relasi, atau
aksioma yang terkait dengan objek tersebut. Dua hukum matematis yang terkenal, yaitu Aksioma
Pilihan dan Hipotesis Kontinum dari aksioma-aksioma teori himpunan (yang dibuktikan oleh
Paul Cohen dan Kurt Godel), merupakan hasil dari teori model.
Dalam penyelesaian masalah matematika, model matematika yang dihasilkan dari suatu
masalah dipecahkan dengan menggunakan aturan-aturan yang ada. Penyelesaian tersebut perlu
diuji untuk memastikan kevalidan, yang akan menjawab dengan tepat model matematikanya, dan
disebut sebagai solusi matematika. Jika penyelesaian tidak valid atau tidak memenuhi model
matematika, maka solusi masalah belum ditemukan, dan perlu dilakukan revisi pada model
matematikanya.
b) Model prediktif: model ini menunjukkan perkiraan tentang apa yang akan terjadi
jika suatu kejadian tertentu terjadi.
c) Model normatif: model yang memberikan solusi terbaik untuk suatu
permasalahan. Model ini memberikan rekomendasi tindakan yang sebaiknya
diambil.
b. Model Analog: adalah model yang meniru sistem aslinya dengan hanya
mengambil beberapa karakteristik utama dan menggambarkannya dengan
menggunakan benda atau sistem lain secara analog.
Contoh : aliran lalu lintas di jalan dianalogkan dengan aliran air dalam
sistem pipa.
c. Model Simbolis: merupakan suatu representasi sistem yang dianalisis
menggunakan simbol-simbol, biasanya menggunakan simbol-simbol
matematika. Dalam hal ini, variabel-variabel yang mewakili karakteristik
sistem yang sedang dianalisis digambarkan dengan simbol-simbol tertentu.
Dalam penelitian ini, model yang akan dikembangkan termasuk dalam kategori Model
Simbolis, yang menggambarkan sistem yang sedang dianalisis menggunakan simbol-simbol,
terutama simbol-simbol matematika. Dalam konteks ini, variabel-variabel yang mencerminkan
karakteristik sistem tersebut diwakili oleh simbol-simbol tertentu.
Pemodelan dapat dianggap sebagai deskripsi menyeluruh tentang suatu sistem dari sudut
pandang tertentu atau sebagai bentuk penyederhanaan dari elemen dan komponen yang
kompleks, tujuannya adalah mempermudah pemahaman informasi yang dibutuhkan.
Proses pemodelan matematika melibatkan usaha untuk memahami matematika melalui
konteks dunia nyata. Dalam pemodelan matematika, masalah nyata yang seringkali dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari perlu diwakili dalam bentuk model matematika agar solusinya dapat
dicari dengan lebih mudah. Proses pembentukan model matematika melibatkan tahapan abstraksi
dan idealisasi, di mana prinsip-prinsip matematika yang relevan diterapkan untuk menghasilkan
model matematika yang diinginkan.
Beberapa hal yang kritis agar model yang dibuat sesuai dengan konsep masalah antara lain
memahami karakteristik masalah dengan baik, menyusun formulasi model, melakukan validasi
model dengan cermat, menginterpretasikan solusi model yang diperoleh, dan menguji kebenaran
hasilnya. Metodologi dasar dalam proses penentuan model matematika, atau yang sering disebut
sebagai pemodelan matematika, melibatkan beberapa tahapan seperti tahap masalah,
karakterisasi masalah, formulasi model matematika, analisis, validasi, perubahan, dan
pengembangan model yang memadai.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Model Metode Simpleks Program Linear Optimalisasi Penggunaan Lahan Parkir
kriteria sasaran dan kendala. Berdasarkan data yang telah di peroleh, maka variabel
keputusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
b) Fungsi Tujuan
Maximize Z = C1X1 + C2 X2
Dengan ci (i=1,2) adalah 1 kendaraan roda dua dan 1 kendaraan roda empat yang
parkir
c) Fungsi Kendala
a 11 x 1 +a 12 x 2 ≤ b1
a 21 x 1 ≥ b2
a 31 x 2 ≥ b3
Dengan
a 1i=luas parkiran yang disediakan satu kendaraan roda dua , dan rodaempat
a 2i =Jenis kendaraan rodadua
a 3i =Jenis kendaraan rodaempat
b 1=Jumlah luas area parkir untuk kendaraan rodadua danroda empat
b 2=minimum jumlah kendaraan parkir kendaraan roda dua
b 3=minimum jumlah kendaraan parkir kendaraan roda empat
x1 , x2 ≥ 0
4.2 Model Metode Simpleks Program Linear Optimalisasi Penggunaan Lahan Parkir
Fungsi tujuan Z=2 x 1 +5 x 2
a. Permasalahan pertama dilahan parkir didepan gedung Matematika dengan kendala
2 x1 +5 x 2 ≤ 60
x1≥ 0
x2≥0
x1 , x2 ≥ 0
2 x1 +9 x 2 ≤ 372
x1≥ 0
x2≥9
x1 , x2 ≥ 0
Temukan koefisien variabel dalam fungsi tujuan yang memiliki nilai paling negatif.
Variabel ini akan menjadi variabel masukan pada iterasi berikutnya.
Tentukan variabel keluar dengan menggunakan aturan minimum rasio. Hitung rasio antara nilai
pada kolom solusi (b) dan nilai pada kolom variabel masukan yang sesuai. Pilih variabel dengan
rasio minimum sebagai variabel keluar.
Lakukan operasi baris elemen untuk membuat 1 di pivot dan 0 di kolom lainnya.
Perbarui baris fungsi tujuan dengan mengurangkan atau menambahkan baris yang dikalikan
dengan koefisien yang sesuai.
Ulangi Langkah-langkah:
Ulangi langkah-langkah di atas sampai tidak ada koefisien negatif di baris fungsi tujuan.
Mari terapkan aturan ini pada tabel simpleks awal yang telah kita buat:
Iterasi X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
0 2 5 0 0 0 z
1 2 5 1 0 0 60
2 -2 -5 0 1 0 0
3 0 0 0 0 1 0
Tabel 4.1 Tabel Simpleks
Dalam kasus ini ,mari asumsikan bahwa variabel x1 memiliki koefisien paling negatif pada baris
fungsi tujuan.Oleh karena itu ,x1 akan menjadi variabel masukan.Selanjutnya,kita perlu memilih
variabel keluar menggunakan aturan minimum rasio.
Kolom Solusi
Rasio=
KolomVariabel masukan
60
1.Rasio untuk baris 1: =30
2
2.Rasio untuk baris 2: Tidak berlaku karena koefisien variabel masukan (x1) adalah 0
Lakukan operasi baris elemen pada baris 2 untuk membuat 1 di pivot dan 0 di kolom
lainnya. Operasi tersebut melibatkan pembagian setiap elemen baris 2 dengan elemen
pada kolom variabel keluar (yaitu, 2).
Perbarui baris lainnya dengan mengurangkan atau menambahkan baris 1 yang dikalikan
dengan koefisien yang sesuai.
Setelah melakukan operasi tersebut, tabel simpleks baru akan terlihat seperti ini:
Iterasi X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
0 0 5 15 0 0 Z
1 1 2,5 0,5 0 0 30
2 0 -2,5 -1,5 1 0 -60
3 0 0 1 0 1 30
Tabel 4.2 iterasi 0
Selanjutnya, kita bisa melihat bahwa tidak ada koefisien negatif pada baris fungsi tujuan. Oleh
karena itu, kita telah mencapai solusi optimal. Fungsi tujuan maksimum z dapat dibaca dari
kolom Solusi pada baris fungsi tujuan:
z=0+ 5(30)=150
Fungsi tujuan :
z=c 1 x1 +c 2 x2
Karena prioritas diberikan pada mobil,kita asumsikan c 1=1 dan c 2=2 untuk
memberikan bobot lebih tinggi pada kendaraan roda empat
Fungsi Kendala:
2 x1 +9 x 2 ≤ 372
x1≥ 0
x2≥9
Batasan non negatif
x1 , x2 ≥ 0
Iterasi X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
0 1 2 0 0 0 z
1 2 9 1 0 0 372
2 1 0 0 1 0 0
3 0 1 0 0 1 9
Variabel masukan akan dipilih berdasarkan koefisien yang paling negatif pada baris
fungsi tujuan. Dalam tabel simpleks yang telah diperbarui, variabel masukan berikutnya
adalah x1.
Lakukan operasi baris elemen pada baris 3 untuk membuat 1 di pivot dan 0 di kolom
lainnya. Operasi tersebut melibatkan pembagian setiap elemen baris 3 dengan elemen
pada kolom variabel keluar (yaitu,1).
Perbarui baris lainnya dengan mengurangkan atau menambahkan baris 3 yang dikalikan
dengan koefisien yang sesuai.
Iterasi X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
0 1 2 0 0 0 z
1 2 9 1 0 0 372
2 1 0 0 1 0 0
3 0 1 0 0 1 9
Setelah itu lanjutkan iterasi berikutnya
Variabel masukan akan dipilih berdasarkan koefisien yang paling negatif pada baris
fungsi tujuan. Dalam tabel simpleks yang telah diperbarui, variabel masukan berikutnya
adalah x1.
Lakukan operasi baris elemen pada baris 2 untuk membuat 1 di pivot dan 0 di kolom
lainnya. Operasi tersebut melibatkan pembagian setiap elemen baris 2 dengan elemen
pada kolom variabel keluar (yaitu,9).
Perbarui baris lainnya dengan mengurangkan atau menambahkan baris 3 yang dikalikan
dengan koefisien yang sesuai.
Iterasi X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
0 1 2 0 0 0 z
1 0 1 1 0 0 4
9
2 1 0 −2 1 0 0
9
3 0 1 2 0 1 1
9
Setelah itu lanjutkan iterasi berikutnya
Variabel masukan akan dipilih berdasarkan koefisien yang paling negatif pada baris
fungsi tujuan. Dalam tabel simpleks yang telah diperbarui, variabel masukan berikutnya
adalah x1.
Lakukan operasi baris elemen pada baris 1 untuk membuat 1 di pivot dan 0 di kolom
lainnya. Operasi tersebut melibatkan pembagian setiap elemen baris 1 dengan elemen
pada kolom variabel keluar (yaitu,2).
Perbarui baris lainnya dengan mengurangkan atau menambahkan baris 1 yang dikalikan
dengan koefisien yang sesuai.
Iterasi X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
0 1 2 0 0 0 z
1 0 1 1 0 0 4
9
2 1 0 −2 1 0 0
9
3 0 1 2 0 1 1
9
Tabel iterasi 2
Selanjutnya, kita bisa melihat bahwa tidak ada koefisien negatif pada baris fungsi tujuan. Oleh
karena itu, kita telah mencapai solusi optimal. Fungsi tujuan maksimum z dapat dibaca dari
kolom Solusi pada baris fungsi tujuan:
z=x 1 +2 x 2=0+2(1)=2
Solusi optimal dari permasalahan parkir adalah ( x 1=30) (jumlah kendaraan roda dua) dan ( x 2=0
) (jumlah kendaraan roda empat), dengan nilai maksimum ( z=90 ). Hal ini menunjukkan bahwa
untuk memaksimalkan jumlah kendaraan yang diparkir dengan memberikan prioritas lebih tinggi
pada kendaraan roda dua, solusi optimalnya adalah tidak memarkirkan kendaraan roda empat.
Solusi optimal dari permasalahan mobil di basement gedung matematika adalah ( x 2=0) dan (
x 2=1), dengan nilai maksimum ( z=2). Hal ini menunjukkan bahwa untuk memaksimalkan
jumlah kendaraan yang diparkir dengan memberikan prioritas lebih tinggi pada kendaraan roda
empat, solusi optimalnya adalah memarkirkan satu kendaraan roda empat dan tidak memarkirkan
kendaraan roda dua.
Dengan demikian, dalam konteks parkir di Unimed FMIPA, solusi optimal memberikan prioritas
pada kendaraan roda dua, sedangkan dalam konteks parkir di basement gedung matematika,
solusi optimal memberikan prioritas pada kendaraan roda empat.
5.2 SARAN
Penelitian ini menggunakan cara manual belum menggunakan software seperti QM,Matlab,dan
software lainnya yang bisa mengoptimalkan tujuan penelitian ini untuk mengurangi kesalahan.