Anda di halaman 1dari 16

Model dan Tahapan Permodelan

Bahan diambil dari Modul 4 PWKL4402


yang ditulis oleh:
Dr. Ir. H. Kholil, M.Kom
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S.

Model-model sistem dibangun untuk menangkap esensi dari suatu


permasalahan yang dihadapi tanpa perlu menjelaskan secara detail. Namun
demikian, mengimplementasikan model sistem dalam memecahkan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari tidaklah mudah, sehingga perlu ada tahapan, desain,
dan analisis sistem. Berikut ini akan dibahas lebih rinci tentang pengertian model,
tahapan permodelan dan analisis

A. Pengertian Model

Model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah


obyek atau situasi aktual. Ada juga yang mendefinisikan model sebagai
penyederhanaan (abstraction) dari sesuatu atau merupakan perwakilan dari
sejumlah objek atau aktivitas yang disebut dengan entitas (entity). Biasanya
seorang manajer atau disebut problem solver menggunakan model untuk
memecahkan suatu masalah. Gambar 1 menunjukkan model tanaman dari
penyederhanaan dunia nyata dari kebun yang berisi tanaman Jagung melalui
pendekatan sistem.

1
(a) (b)

Gambar 1. Semi dunia nyata tanaman (a) dan penyederhanaan dunia nyata dengan
melalui pendekatan sistem (b)

Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak


langsung serta kaitan timbal-balik dalam istilah sebab-akibat. Oleh karena suatu
model adalah abstraksi dari realitas, pada wujudnya kurang kompleks daripada
realitas itu sendiri. Jadi, model adalah suatu penyederhanaan dari suatu realitas
yang kompleks. Model dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek
dari realitas yang sedang dikaji.

Dari uraian diatas dapat dipelajari bagaimana perbedaan antara sistem dan
model. Suatu sistem adalah suatu kumpulan dari komponen atau unsur yang
dianggap sebagai penyusun dari bagian dunia nyata yang dipertimbangkan dan
unsur tersebut berhubungan satu sama lainnya dan dikelompokkan untuk tujuan
studi dari bagian dunia nyata tersebut. Seleksi dilakukan terhadap unsur penyusun
sistem berdasarkan tujuan studi karena sistem hanya merupakan wakil dari
bentuk sederhana realita.

Sedangkan model dapat dibatasi sebagai konsep (matang atau masih dalam
tahap pengembangan) dari sistem yang disederhanakan. Jadi, model dianggap
sebagai substitusi untuk sistem yang dipertimbangkan dan digunakan apabila
lebih mudah bekerja dengan substitusi tersebut dari sistem yang sesungguhnya.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari tidak luput dari penggunaan model seperti
kapal terbang terbuat dari kertas.

2
Model dapat dikategorikan menurut jenis, fungsi, tujuan pokok pengkajian
atau derajat keabstrakannya. Menurut kategori umum jenis model yang pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi:

(1) Model Ikonik

Model ikonik adalah perwakilan fisik dari beberapa hal baik dalam bentuk
ideal ataupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik mempunyai
karakteristik yang sama dengan hal yang diwakili, dan terutama amat
sesuai untuk menerangkan kejadian pada waktu yang spesifik. Model ikonik
dapat berdimensi dua (foto, peta, cetak biru) atau tiga dimensi (prototip
mesin, atau alat). Apabila model berdimensi lebih dari tiga dimensi maka
tidak mungkin lagi dikonstruksi secara fisik sehingga diperlukan kategori
model simbolik

(2) Model Analog (Model Diagramatik)

Model analog dapat mewakili situasi dinamik, yaitu keadaan yang berubah
menurut waktu. Model ini lebih sering dipakai daripada model ikonik
karena kemampuannya untuk mengetengahkan karakteristik dari kejadian
yang dikaji. Model analog banyak berkesesuaian dengan penjabaran
hubungan kuantitatif antara sifat dan klas-klas yang berbeda. Dengan
melalui transformasi sifat menjadi analognya, maka kemampuan membuat
perubahan dapat ditingkatkan. Contoh model analog ini adalah kurva
permintaan, kurva distribusi frekuensi pada statistik, dan diagram alir.
$
$

40 Distribusi
Frekuensi 40
30 Demand Curve
30
20 a
20
10
10 b

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Unit barang Unit barang
Gambar 2. Model Analog: Kurva Distribusi Frekuensi dan Demand

3
Pada Gambar 2 menunjukkan suatu model analog berbentuk distribusi
frekuensi dari unit barang yang disesuaikan dengan harga barang.
Disamping dalam bentuk distribusi frekuensi juga disajikan dalam bentuk
kurva demand (permintaan) antara barang yang diminta dengan harga
barang tersebut, dimana semakin murah harga barang maka banyak jumlah
barang yang diminta semakin meningkat. Berikut gambar yang
menunjukkan model analog lainnya, yaitu dalam bentuk diagram alir.

Gambar 3. Model Analog: Diagram Alir Penelitian Rantai Pasok

4
(3) Model Simbolik (Model Matematik)

Pada hakekatnya, ilmu sistem memusatkan perhatian kepada model


simbolik sebagai perwakilan dari realitas yang sedang dikaji. Format model
simbolik dapat berupa bentuk angka, simbol, dan rumus. Jenis model
simbolik yang umum dipakai adalah suatu persamaan (equation). Contoh
persamaan dari model simbolik adalah sebagai berikut:

IMPRt= d 0 + d 1 H R IM P t + d 2 P RD B t + d 3 J P D K t + d 4 L S T O K t +d5 LIMPR t

Keterangan:
IMPRt = Jumlah impor beras tahun ke-t (ton)
HRIMPt = Harga riil beras impor Indonesia tahun ke-t (Rp/Kg)
PRDBt = Produksi beras tahun ke-t (ton)
JPDKt = Jumlah penduduk tahun ke-t (juta jiwa)
LSTOKt = Stok beras tahun ke-t-1 (ton)
LIMPRt = Jumlah impor beras tahun ke-t-1 (ton)

Suatu persamaan adalah bahasa universal pada penelitian operasional dan


ilmu sistem, dengan memakai suatu logika simbolis. Permodelan mencakup
suatu pemilihan dari karakteristik dari perwakilan abstrak yang paling
tepat pada situasi yang terjadi.

Pada umumnya, model matematis dapat diklasifikasikan menjadi dua


bagian, yaitu:

(a) Model statik, yaitu model yang dapat memberikan informasi tentang
peubah-peubah model hanya pada titik tunggal dari waktu; dan

(b) Model dinamik, yaitu model yang mampu menelusuri jalur waktu dari
peubah-peubah model. Model dinamik lebih sulit dan mahal
pembuatannya, namun memberikan kekuatan yang lebih tinggi pada
analisis dunia nyata.

Jenis-jenis model lainnya, adalah:

(a) Model Fisik

Merupakan model yang menggambarkan entitas dalam bentuk 3 (tiga)


dimensi. Model fisik ini berukuran lebih kecil dari aslinya dan biasanya
yang digunakan dalam dunia bisnis berupa prototype model baru.
Model fisik membantu suatu tujuan yang tidak dapat dipenuhi oleh

5
benda nyata. Contohnya: investor pusat perbelanjaan dan pembuat
mobil dapat membuat sejumlah perubahan dengan lebih murah melalui
rancangan model fisik dibandingkan dengan produk akhir.

(b) Model Naratif

Merupakan model dengan penggambaran entitas secara lisan atau


tulisan. Semua komunikasi bisnis adalah model naratif, merupakan
model paling populer dan paling sering digunakan oleh pihak
manajemen.

(c) Model Grafik

Merupakan model yang mewakili entitasnya dengan menggunakan


garis, simbol, dan bentuk dengan sedikit penjelasan naratif, misalnya
laporan keuangan ditambah dengan flowchart atau grafik lainnya.

(d) Model Matematis

Yaitu model yang disajikan dengan rumus matematis atau persamaan.


Model ini sering digunakan manajemen untuk kegiatan bisnis, prediksi,
analisis, dan lainnya, karena model ini memiliki ketelitian tinggi namun
relatif tidak disukai karena disajikan dengan rumit, sehingga digunakan
tergantung pada keperluannya.

Pemilihan model tergantung pada tujuan dari pengkajian sistem dan


terlihat jelas pada formulasi permasalahan pada tahap evaluasi kelayakan. Model
yang mendasarkan pada teknik peluang dan memperhitungkan uncertainty disebut
model probabilistik atau model stokastik. Dalam mengkaji suatu sistem, model
ini sering dipakai karena perihal yang dikaji umumnya mengandung keputusan
yang tidak tentu. Kebalikan dari model ini adalah model kuantitatif yang tidak
mempertimbangkan peluang kejadian, dikenal sebagai model deterministik.

Sebuah model bisa dibuat hanya untuk semacam deskripsi matematis dari
kondisi dunia nyata. Model ini disebut model deskriptif dan banyak dipakai untuk
mempermudah penelaahan suatu permasalahan. Model ini dapat diselesaikan
secara eksak serta mampu mengevaluasi hasilnya dari berbagai pilihan data input.
Apabila perbandingan antar alternatif dilakukan, maka model disebut model

6
optimalisasi. Solusi dari model optimalisasi adalah merupakan nilai optimum
yang tergantung pada nilai input, contohnya adalah Non-linear programming.

Model lain yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah


model informal. Seseorang yang akan melakukan pekerjaan selalui didahului
dengan konsep dalam pikiran tentang apa yang akan dilakukan. Khayalan dalam
pikiran adalah representasi sederhana dari sistem kompleks, yang disebut dengan
model mental (mental model). Model ini tidak harus kuantitatif. Senge (1990)
menguraikan model mental sebagai ’generalisasi asumsi yang melekat secara
mendalam (deeply ingrained) atau bahkan gambaran dan bayangan yang
mempengaruhi bagaimana manusia memahami dunia dan bagaimana manusia
bertindak.

B. Tahapan Permodelan

Diatas telah diterangkan pengertian tentang model dengan jenis-jenis atau


tipe-tipe model yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari, yang keseluruhan
model memiliki kegunaan:

(1) Mempermudah pengertian


Suatu model pasti akan lebih sederhana daripada entitasnya. Entitas
lebih mudah dimengerti jika elemen-elemennya dan hubungannya
disajikan secara sederhana.
(2) Mempermudah komunikasi
Suatu model digunakan karena pada umumnya setelah pemecahan
masalah manajer atau problem solver akan mengkomunikasikan hasil
dan keputusannya kepada pihak-pihak yang terhubung maka model
sistem sangat digunakan agar mempermudah jalur komunikasinya.
(3) Memperkirakan masa depan
Khususnya dalam model matematis, model ini dapat memperkirakan
apa yang akan terjadi di masa depan, namun tidak 100 persen akurat
karena banyak data yang dimasukkan kedalam model biasanya
didasarkan atas berbagai asumsi, pertimbangan dan intuisi untuk
mengevaluasi model.

Secara berurutan penjelasan pengertian dan tata laksana tahap-tahap


permodelan abstrak adalah seperti diuraikan berikut ini.

7
(1) Tahap Seleksi Konsep

Tahap awal dari permodelan abstrak adalah melakukan seleksi alternatif


konsepsi dari tahap evaluasi kelayakan. Seleksi dilakukan untuk
menentukan alternatif-alternatif mana yang bermanfaat dan bernilai cukup
untuk dilakukan permodelan abstraknya. Hal ini erat kaitannya dengan
biaya dan kinerja dari sistem yang dihasilkan.

(2) Tahap Rekayasa Model

Langkah mula dari permodelan adalah menetapkan jenis model abstrak


yang akan diterapkan, sejalan dengan tujuan dan karakteristik sistem.
Setelah itu, tugas tahap permodelan terpusat pada pembentukan model
abstrak yang realistik. Dalam hal ini ada dua cara pendekatan untuk
membentuk suatu model abstrak, yang pada beberapa kasus tertentu kedua
pendekatan dapat dipakai secara bersama-sama.

a. Pendekatan Kotak Gelap (black box)


Identifikasi model suatu sistem dilakukan dari informasi yang
menggambarkan perilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan
(past behaviour of the existing system). Melalui berbagai teknik statistik
dan matematik, model diturunkan dimana dicari yang paling cocok (fit)
pada data operasional.
b. Pendekatan Struktur
Metode ini dimulai dengan mempelajari secara teliti struktur sistem
dari teori-teori guna menentukan komponen basis sistem serta
keterkaitannya. Melalui permodelan karakteristik dari komponen
sistem serta kendala-kendala yang disebabkan adanya keterkaitan antar
komponen, maka model keseluruhan secara berantai dibentuk.
Pendekatan struktur banyak dipakai pada rancang bangun dan
pengendalian sistem fisik maupun non fisik.
(3) Tahap Implementasi Komputer

Pada tahap ini, model abstrak diwujudkan pada berbagai bentuk


persamaan, diagram alir, dan diagram blok. Tahap ini seolah-olah
membentuk model dari suatu model, yaitu tingkat abstraksi lain yang
ditarik dari dunia nyata.

8
Hal yang penting disini adalah memilih teknik dan bahasa komputer yang
digunakan untuk implementasi model. Kebutuhan ini akan mempengaruhi:
(a) ketelitian hasil komputasi,

(b) biaya operasi model,

(c) kesesuaian dengan komputer yang tersedia, dan

(d) efektivitas proses pengambilan keputusan yang akan menggunakan


hasil model tersebut.

Selanjutnya membentuk model dari suatu model, yaitu tingkat abstraksi


lain yang ditarik dari dunia nyata. Setelah program komputer dibuat untuk
model abstrak dimana format atau output telah dirancang serta memadai,
selanjutnya adalah tahap pembuktian (verifikasi) bahwa model komputer
tersebut mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji.

(4) Tahap Validasi

Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem tersebut


merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji, yang dapat
dihasilkan suatu kesimpulan yang meyakinkan. Validasi adalah suatu
proses iteratif berupa pengujian berturut-turut sebagai proses
penyempurnaan model komputer.

Umumnya validasi dimulai dengan uji sederhana, seperti:

(a) tanda aljabar,


(b) tingkat kepangkatan dari besaran,
(c) format respons (linear, eksponensial, logaritmik, dan sebagainya),
(d) arah perubahan peubah apabila input atau parameter diganti-ganti, dan
(e) nilai batas peubah sesuai dengan nilai batas parameter sistem.

Setelah uji-uji tersebut, dilakukan pengamatan lanjutan sesuai dengan jenis


model. Pada permasalahan yang kompleks dan mendesak, disarankan
proses validasi partial, yang tidak dilakukan pengujian keseluruhan model
sistem. Hal ini mengakibatkan rekomendasi untuk pemakaian model yang
terbatas (limited application) dan bila perlu menyarankan model pada
pengkajian selanjutnya. Validitas model hanya bergantung pada bermacam

9
teori dan asumsi yang menentukan struktur dari format persamaan pada
model serta nilai-nilai yang ditetapkan pada parameter model.

Model untuk perancangan keputusan dan menentukan kebijakan


operasional akan mencakup sejumlah asumsi, misalnya asumsi tentang
karakteristik operasional dari komponen serta sifat alamiah dari
lingkungan. Asumsi-asumsi tersebut harus dimengerti betul dan dievaluasi
bilamana model digunakan untuk perencanaan atau operasi. Manipulasi
dari model dapat menuju pada modifikasi model untuk mengurangi
kesenjangan antara model dengan dunia nyata. Proses validasi seyogyanya
dilakukan kontinyu sampai pada kesimpulan bahwa model telah didukung
dengan pembuktian yang memadai melalui pengukuran dan observasi.
Suatu model mungkin telah mencapai status validasi (absah) meskipun
masih menghasilkan kekurangbenaran output. Di sini model adalah absah
karena konsistensinya, dimana hasilnya tidak bervariasi lagi.

(5) Analisa Sensitivitas


Tujuan utama analisis ini pada proses permodelan adalah untuk
menentukan peubah keputusan mana yang cukup penting untuk ditelaah
lebih lanjut pada aplikasi model. Peubah keputusan ini dapat berupa
parameter rancang bangun atau input peubah keputusan. Analisis ini
mampu menghilangkan faktor yang kurang penting sehingga pemusatan
studi lebih dapat ditekankan pada peubah keputusan kunci serta
menaikkan efisiensi dari proses pengambilan keputusan.
(6) Analisis Stabilitas

Sistem dinamik sudah seringkali ditemukan memiliki perilaku tidak stabil


yang destruktif untuk beberapa nilai parameter sistem. Analisis untuk
identifikasi batas kestabilan dari sistem diperlukan agar parameter tidak
diberi nilai yang mengarah pada perilaku tidak stabil apabila terjadi
perubahan struktur dan lingkungan sistem. Perilaku tidak stabil ini dapat
berupa fluktuasi acak yang tidak mempunyai pola ataupun nilai output yang
eksplosif sehingga besarannya tidak realistik lagi. Analisis stabilitas dapat
menggunakan teknik analitis berdasar nilai keseimbangan atau

10
menggunakan simulasi secara berulang kali untuk mempelajari batasan
stabilitas sistem.

(7) Aplikasi Model

Para pengambil keputusan merupakan tokoh utama dalam tahap ini dimana
model dioperasikan untuk mempelajari secara mendetail kebijakan yang
dipermasalahkan. Mereka berlaku sebagai pengarah pada proses kreatif-
interaktif ini yang mencakup pula para analis sistem serta spesialis dari
berbagai bidang keilmuan. Apabila tidak ada kriteria keputusan yang khas
seperti maksimisasi atau minimisasi, proses interaktif ini dapat menuju
pada suatu kajian normatif yang bertalian dengan trade-off antar peubah-
peubah sistem. Lebih jauh, dapat diterapkan pula kebijakan untuk secara
efisien menilai kombinasi antar beberapa output sistem. Banyak teknik
optimasi yang tersedia untuk memecahkan masalah praktis dan beberapa
diantaranya dapat diterapkan langsung sebagai simulasi model.

Hasil dari proses permodelan abstrak ini adalah gugus mendetail dari
spesifikasi manajemen. Informasi yang timbul setelah proses ini dapat merupakan
indikasi akan kebutuhan untuk pengulangan kembali proses analisis sistem dan
permodelan sistem. Pada kasus tertentu, pengulangan itu bisa hanya mengubah
asumsi model namun pada hal lain dapat juga berarti merancang suatu model
abstrak yang baru sama sekali. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa pendekatan
sistem dalam suatu lingkungan dinamik, adalah suatu proses berkesinambungan,
mencakup penyesuaian dan adaptasi melalui lintasan waktu.

Namun, secara umum terdapat 3 (tiga) tahapan utama dalam


pengembangan sistem, yaitu :
a. Analisis,
b. Desain, dan
c. Implementasi
Ketiga tahapan pengembangan sistem ini dilakukan dibawah kontrol sistem
analis.

11
C. Analisis dan Implementasi Sistem

Analisis sistem sangat bergantung pada teori sistem umum sebagai sebuah
landasan konseptual. Terdapat banyak pendekatan untuk analisis sistem dan pada
dasarnya semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memahami sistem yang
rumit kemudian melakukan modifikasi dengan beberapa cara. Hasil modifikasi
dapat berupa sub-sistem baru, komponen baru atau serangkaian transformasi
baru dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk memperbaiki berbagai fungsi didalam
sistem agar lebih efisien, untuk mengubah sasaran sistem, untuk mengganti
output, untuk mencapai tujuan yang sama dengan seperangkat input yang lain atau
untuk melakukan beberapa perbaikan serupa.

Tahapan dalam menganalisis sistem, antara lain:

(1) Definisikan masalahnya.

Bagian sistem yang mana yang tidak memuaskan? Apakah input telah
mengalami perubahan bentuk, harga atau ketersediaannya? Apakah output
kurang memuaskan? Apa tujuan usaha dengan analisis sistem?

(2) Pahami sistem tersebut dan buat definisinya.

Karena sistem mempunyai hirarki (terdapat subsistem didalam sistem yang


lebih besar, seperti telah dipelajari pada modul 1) dan saling berhubungan
dengan lingkungannya, maka akan sulit untuk dapat merumuskan secara
tepat apa saja komponen sistem yang sedang dipelajari. Tindakan ini
selanjutnya dapat diperinci lebih lanjut dengan mengajukan beberapa
pertanyaan berikut untuk mendapatkan pemahaman tentang sistem.

a. Apa yang menjadi variabel-variabel (komponen sistem)?

b. Bagaimana tiap variabel tersebut saling berhubungan dan juga dengan


lingkungan?

c. Apa yang menjadi batasan sistem, yaitu dimana sistem akan berakhir
serta apa rumusan pengembangannya?

(3) Alternatif apa saja yang tersedia untuk mencapai tujuan dengan
memperhatikan modifikasi sistem tersebut? Pilihan apa saja yang

12
tersedia untuk memperbaiki sistem, berapa biayanya serta apakah hal
tersebut dapat diterapkan dengan mudah?

(4) Memilih salah satu alternatif yang telah dirumuskan pada tahap
sebelumnya.

(5) Menerapkan alternatif yang sudah dipilih tersebut.

(6) Jika memungkinkan, harus mengevaluasikan dampak dari perubahan


yang telah dilakukan terhadap sistem.

Selanjutnya melakukan desain sistem. Tahap perancangan atau desain


sistem bertujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi pengguna (users) yang diperoleh dari pemilihan
alternatif sistem yang terbaik.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap desain sistem secara garis
besar terdiri dari 3 tahapan, yaitu Tahap pertama adalah menentukan keluaran
(output) sistem, yang berupa bentuk-bentuk laporan dan dokumennya. Tahap
kedua adalah menentukan masukan (input) sistem, yang dapat berupa data
maupun informasi. Tahap ketiga adalah menentukan bentuk-bentuk file yang
dibutuhkan dalam sistem.

Setelah membuat desain sistem, selanjutnya adalah mengimplementasikan


sistem. Tahap implementasi memiliki tujuan untuk mengetahui dan melaksanakan
kegiatan spesifik berdasarkan rancangan logika kedalam kegiatan yang
sebenarnya (riil) dalam sistem yang akan dibangun atau dikembangkan, dan
mengimplementasikan sistem yang baru dibangun, serta menjamin bahwa sistem
yang baru dapat berjalan secara optimal.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam tahap implementasi meliputi


pemrograman dan uji coba sistem, pelatihan penggunaan sistem, serta perubahan
sistem. Tahap pemrograman dan uji coba sistem bertujuan untuk
mengkonversikan perancangan logika kedalam kegiatan operasi coding dengan
menggunakan bahasa pemograman tertentu, dan melakukan uji coba terhadap
semua program serta memastikan semua fungsi dari modul program dapat
berjalan secara benar. Tahap pelatihan penggunaan sistem bertujuan untuk
mempersiapkan para pengguna (users) sistem agar dapat menggunakan sistem

13
yang dikembangkan dengan benar. Tahap perubahan sistem dilaksanakan apabila
pengguna memerlukan perubahan ataupun penyempurnaan dari sistem yang
selama ini telah ada.

Dalam mengimplementasikan sistem analisis tersebut perlu diketahui tugas


dan tanggung jawab dari seorang sistem analis dan programer. Sistem analis
adalah orang yang menganalisis sistem dengan mempelajari masalah-masalah
yang timbul dan menentukan kebutuhan-kebutuhan pemakai serta
mengidentifikasi pemecahan yang memiliki alasan logis. Sedangkan programer
adalah orang yang menulis kode program untuk suatu aplikasi tertentu
berdasarkan rancangan yang dibuat oleh sistem analis.

Tugas dan tanggung jawab seorang sistem analis adalah:

a. Tanggungjawab sistem analis pada jalannya sistem secara keseluruhan, tidak


hanya pada pembuatan program komputer saja.

b. Pengetahuan sistem analis harus luas, tidak hanya pada teknologi komputer,
tetapi juga pada bidang aplikasi yang ditanganinya.

c. Pekerjaan sistem analis dalam pembuatan program terbatas pada


pemecahan masalah secara garis besar.

d. Pekerjaan sistem analis melibatkan hubungan dengan banyak orang, tidak


terbatas pada sesama sistem analis dan para programer tetapi juga pemakai
sistem (users) dan stakeholders terkait.

Sedangkan tugas dan tanggung jawab seorang programer adalah:

a. Tanggungjawab pemrogram terbatas pada pembuatan program komputer.

b. Pengetahuan programer boleh terbatas pada teknologi komputer, sistem


komputer, utilitas dan bahasa-bahasa program yang diperlukan.

c. Pekerjaan programer sifatnya teknis dan harus tepat dalam pembuatan


instruksi-instruksi program.

d. Pekerjaan programer tidak menyangkut hubungan dengan banyak orang,


melainkan terbatas pada sesama pemrogram dan sistem analis yang
mempersiapkan rancang bangun (spesifikasi) program.

14
Dalam proyek pengembangan sistem yang kecil dan sederhana,
kemungkinan hanya ada seorang analis sistem yang merangkap sebagai
pemrogram (analis/pemrogram) atau seorang programer yang merangkap sebagai
analis sistem (pemrogram/analis). Akan tetapi untuk proyek pengembangan
sistem yang besar atau komplek, pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh sejumlah
orang dalam bentuk tim. Anggota dari tim pengembangan sistem ini tergantung
dari besar kecilnya ruang lingkup proyek yang akan ditangani.

Tim ini secara umum dapat terdiri dari personil-personil sebagai berikut:

1. Manajer analis sistem.

Manajer analis sistem disebut juga sebagai koordinator proyek dan


mempunyai tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:

a. Sebagai ketua atau koordinator tim pengembangan sistem

b. Mengarahkan, mengontrol dan mengatur anggota tim pengembangan


sistem lainnya.

c. Membuat jadual pelaksanaan proyek pengembangan sistem yang akan


dilakukan.

d. Bertanggungjawab dalam mendefinisikan masalah, studi kelayakan,


disain sistem dan penerapannya.

e. Memberikan rekomendasi-rekomendasi perbaikan sistem.

f. Mewakili tim untuk berhubungan dengan pemakai sistem dalam


perundingan-perundingan dan pemberian-pemberian nasehat kepada
manajemen dan pemakai sistem.

g. Membuat laporan-laporan kemajuan proyek (progress report).

h. Mengkaji ulang dan memeriksa kembali hasil kerja dari tim.

2. Ketua analis sistem (lead systems analyst)

Ketua analis sistem biasanya menjabat sebagai wakil dari manajer analis
sistem. Tugasnya adalah membantu tugas dari manajer analis sistem dan
mewakilinya bila manajer analis sistem berhalangan.

15
3. Analis sistem senior (senior systems analyst), merupakan analis sistem yang
sudah berpengalaman.

4. Analis sistem junior (junior systems analyst)

Analisis sistem junior merupakan analis sistem yang belum berpengalaman


dan masih membutuhkan bimbingan-bimbingan dari analis sistem yang
lebih senior. Analis sistem junior ini sering juga disebut dengan analis
sistem yang masih dilatih (systems analyst trainee).

5. Programer aplikasi senior (senior applications programmer)

Programer aplikasi senior merupakan pemrogram komputer yang sudah


berpengalaman dengan tugas merancang spesifikasi dari program aplikasi
dan mengkoordinasi kerja dari pemrogram lainnya. Pemrogram aplikasi
senior kadang-kadang juga disebut dengan pemrogram/analis.

6. Programer aplikasi (application programmer)

Programer aplikasi merupakan programer komputer yang cukup


berpengalaman dan dapat melakukan tugasnys tanpa harus dibimbing
secara langsung lagi.

7. Programer aplikasi yunior (junior applications programmer)

Programer aplikasi yunior merupakan pemrogram komputer yang belum


berpengalaman dan masih dibawah bimbingan langsung dari pemrogram
yang lebih senior. Programer aplikasi yunior biasanya hanya dilibatkan
pada pembuatan modul-modul program yang sederhana, seperti misalnya
pembuatan bentuk-bentuk I/O. Pemrogram aplikasi yunior ini sering juga
disebut dengan pemrogram aplikasi yang masih dilatih (applications
programmer trainee).

16

Anda mungkin juga menyukai