Anda di halaman 1dari 18

BAB 5

HARGA POKOK BERBASIS ATIVITAS DAN


MANAJEMEN BERBASIS AKTIVITAS

Bab ini membahas penentuan harga pokok tradisional, keterbatasan harga pokok produk
tradisional, tahap-tahap dalam sistem penentuan Harga Pokok Berbasis Aktivitas (HPBA).
menghitung harga pokok produk berbasis aktivitas, menjelaskan manajemen berbasis aktivitas,
dan membedakan biaya bernilai tambah dan biaya tidak bernilai tambah

A. PENDAHULUAN

Penerapan biaya tradisional yang membebankan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif
tunggal telah lazim digunakan dalam sistem harga pokok proses dan harga pokok pesanan.
Penggunaan sistem biaya tradisional tersebut sudah tidak mencukupi untuk digunakan dalam
bisnis saat ini. Sistem tradisional di samping kurang mampu untuk mengendalikan biaya, sistem
tersebut juga tidak dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan manajemen untuk
menjalankan usaha dalam cara yang lebih menguntungkan. Harga pokok biaya berbasis aktivitas
menawarkan cara untuk membantu manajemen mendesain, merencanakan, dan bersaing lebih
baik dari sebelumnya.

B. HARGA POKOK TRADISIONAL

Dalam harga pokok tradisional diasumsikan bahwa yang menyebabkan timbulnya biaya
adalah produk atau jasa. Dalam penentuan harga pokok tradisional, biaya bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dapat dengan mudah dibebankan ke produk
berdasarkan penelusuran langsung. Sementara biaya overhead dibebankan ke produk
berdasarkan Tarif Overhead Ditentukan Dimuka (TODD). TODD ditentukan pada awal periode
akuntansi dengan menggunakan basis aktivitas tertentu (Peraga 5.1). Adapun basis aktivitas yang
biasa digunakan adalah biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, dan jam mesin.
Contoh:
Entitas Antariksa memproduksi dua jenis produk berupa Produk A dan Produk B. Tiap
produk membutuhkan jam tenaga kerja yang berbeda. Produk A memerlukan 1,5 jam dan Produk
B memerlukan 0,8 jam. Volume produksi per tahun untuk Produk A dan Produk B masing-
masing 12.000 unit dan 40.000 unit. Biaya bahan baku langsung Rp28.000 untuk Produk A dan
Rp20.000 untuk Produk B. Estimasi biaya overhead pabrik untuk satu tahun adalah
Rp3.000.000.000.

Berdasar informasi di atas, jumlah jam tenaga kerja langsung untuk tiap unit produk dapat
ditentukan:

Produk A memerlukan 18.000 jam (12.000 unit x 1,5 jam) dan Produk B 32.000 jam
(40.000 unit x 0,8 jam). Jumlah jam untuk kedua produk tersebut adalah 50.000 jam (18.000 jam
+32.000 jam).

Perhitungan TODD untuk kedua produk adalah:

TODD = Rp3.000.000.000
50.000 jam
= Rp60.000 per jam

Berdasarkan perhitungan TODD di atas maka biaya overhead per unit untuk Produk A
adalah Rp90.000 (1,5 jam x Rp60.000) dan Rp48.000 untuk Produk B (0,8 jam x Rp60.000).
Perhitungan harga pokok per unit untuk masing-masing produk dapat dihitung sebagai berikut:
C. KETERBATASAN HARGA POKOK TRADISIONAL

Harga pokok tradisional mengasumsikan bahwa biaya tenaga kerja langsung merupakan
biaya terbesar dari biaya manufaktur. Dengan kata lain, korelasi antara tenaga kerja langsung
dengan biaya overhead tinggi. Penggunaan asumsi tersebut untuk saat ini tidak lagi relevan,
karena alasan berikut:

a. Menurunnya penggunaan tenaga kerja langsung dalam entitas Proses produksi yang
sebelumnya menggunakan tenaga manusia telah berganti menggunakan mesin modern yang
otomatis. Hal ini menyebabkan menurunnya biaya tenaga kerja langsung dan meningkatnya
biaya overhead. Contoh peningkatan biaya overhead adalah biaya penyusutan, biaya
perbaikan dan pemeliharaan mesin akan meningkat secara signifikan. Otomatisasi tersebut
menyebabkan penggunaan basis alokasi tenaga kerja langsung tidak lagi relevan untuk
digunakan. Korelasi antara tenaga kerja langsung dengan biaya overhead lemah atau bahkan
dapat dikatakan tidak ada korelasi.
b. Meningkatnya kompleksitas proses manufaktur Dalam proses manufaktur terdapat berbagai
aktivitas yang berbeda. Dalam salah satu proses, pekerja entitas melakukan aktivitasnya
menggunakan peralatan tertentu. Pekerja sepenuhnya memegang kendali atas proses tersebut
dan peralatan hanya sebagai alat bantu bagi pekerja. Dalam proses yang lain, aktivitas
sepenuhnya dilakukan oleh peralatan, pekerja hanya mengawasi, dan mengambil tindakan
jika diperlukan. Kedua proses tersebut menyerap biaya yang berbeda. proses pertama biaya
tenaga kerja langsung lebih mendominasi, sementara dalam proses kedua biaya overhead
lebih mendominasi. Proses yang berbeda ini memerlukan pembebanan biaya dengan
pendekatan yang berbeda. Penggunaan hanya satu basis alokasi maka akan terjadi kesalahan
dalam pembebanan biaya yang lebih lanjut menyebabkan ketidakakuratan perhitungan biaya
produksi per unit.

D. HARGA POKOK BERBASIS AKTIVITAS (ABC SYSTEM)

Harga Pokok Berbasis Aktivitas (HPBA) atau Activity Based Costing System (ABC
system) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang
dikerjakan dalam suatu organisasi dan membebankan biaya ke produk berdasarkan aktivitas yang
dikonsumsi oleh produk tersebut. HPBA sebagai sistem yang dapat menyajikan informasi biaya
yang akurat dan tepat waktu mengenai aktivitas yang menyerap sumber-sumber (biaya aktivitas)
untuk mencapai tujuan.

HPBA sebagai jawaban atas tuntutan akurasi perhitungan biaya produk. Terdapat beberapa
manfaat yang dihasilkan HPBA, yaitu:

1. Membantu manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat
keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik.
2. Perbaikan akurasi informasi biaya produksi dari sistem biaya tradisional karena penggunaan
biaya tradisional dinilai tidak akurat seperti pengalokasian jumlah biaya overhead
didasarkan pada unit.
3. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan karena HPBA menyediakan informasi
perhitungan biaya yang lebih akurat.
4. Manajemen melakukan perbaikan terus-menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya
overhead. HPBA mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkannya.

HPBA memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk
memproduksi dan mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan. Pembebanan
biaya HPBA didasarkan pada tiga proses. Penjelasan ketiga proses tersebut sebagai berikut:

1. Produk atau jasa menyebabkan munculnya aktivitas. Begitu entitas menerima pesanan
produk atau jasa dari konsumen, selanjutnya entitas melakukan aktivitas untuk memenuhi
pesanan tersebut, misalnya aktivitas pemesanan bahan baku, penanganan bahan yang
diterima dari pemasok, dan aktivitas yang terkait dengan produksi.
2. Aktivitas memerlukan sumber daya (uang). Aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi
pesanan konsumen di atas memerlukan sumber daya, sedangkan sumber daya memerlukan
biaya (uang).
3. Biaya dibebankan ke produk berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi. Biaya yang dikonsumsi
aktivitas tersebut, selanjutnya dibebankan ke produk tertentu berdasarkan aktivitas yang
dikonsumsi setiap produk atau jasa.

Pembebanan biaya HPBA yang didasarkan pada tiga proses di atas dapat dijelaskan pada
Peraga 5.2 berikut:
Penentuan harga per unit dengan metode HPBA dapat ditentukan dengan melalui dua tahap
penting. Tahap pertama, biaya dibebankan ke aktivitas. Tahap kedua, biaya dibebankan ke
produk berbasis aktivitas. Kedua tahap tersebut, dijelaskan secara lebih lanjut ke dalam lima
tahap, yaitu: (1) mengidentifikasi aktivitas, (2) membebankan biaya overhead ke setiap aktivitas,
(3) menentukan dasar pemicu biaya yang digunakan, (4) menentukan tarif overhead berbasis
aktivitas, dan (5) membebankan biaya ke produk berdasarkan tarif.

Contoh:

PT Nadira melakukan perhitungan HPBA. Berikut proses penerapan perhitungan HPBA


dengan menggunakan proses di atas pada PT Nadira:

1. Mengidentifikasi Aktivitas

PT Nadira memiliki tiga aktivitas utama yaitu penyetelan mesin, pengoperasian mesin, dan
penanganan bahan. Hasil wawancara dengan bagian produksi dan penelusuran data biaya ke
bagian akuntansi menunjukkan bahwa biaya overhead pabrik terkait dengan ketiga aktivitas
tersebut adalah:
2. Menentukan Dasar Pemicu Biaya yang Digunakan

Penentuan pemicu biaya dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melakukan
pengamatan langsung terhadap aktivitas yang dilakukan dan wawancara dengan pegawai yang
terlibat dalam aktivitas. Berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, dapat ditentukan pemicu
biaya dari ketiga aktivitas tersebut, yaitu:

3. Menentukan Tarif Overhead Berbasis Aktivitas

Tarif overhead berbasis aktivitass ditentukan dengan membagi estimasi overhead per
aktivitas dengan pemicu biaya per aktivitas. Formula untuk perhitungantarif tersebut adalah:

Tarif overhead berbasis aktivitas = Estimasi overhead per aktivitas


Pemicu biaya per aktivitas
Berdasarkan formula di atas, tarif biaya overhead per aktivitas untuk kedua produk dapat
dihitung:
4. Menentukan Konsumsi Pemicu Biaya Untuk Tiap Produk

Pembebanan biaya ke tiap produk, terlebih dahulu harus ditentukan pemakaian pemicu
biaya untuk tiap produk. Volume produksi untuk Produk A lebih rendah dibandingkan Produk B
maka Produk A memerlukan waktu penyetelan dan penanganan bahan yang lebih sedikir
dibanding Produk B.

5. Membebankan Biaya Overhead Ke Dalam Produk

Pembebanan biaya overhead ke Produk A maupun Produk B dilakukan dengan mengalikan


pemakaian pemicu biaya untuk tiap produk dengan tarif overhead berbasis aktivitas. Tabel
berikut menyajikan perhitungan biaya overhead untuk Produk A dan Produk B.
Berdasarkan perhitungan biaya overhead per produk, harga pokok per unit untuk masing-
masing produk dapat ditentukan yaitu Rp112.500 untuk Produk A dan Rp41.250 untuk Produk
B. Perbandingan dengan harga pokok tradisional, untuk Produk A harga pokok berbasis aktivitas
lebih tinggi Rp22.000 dibandingkan harga pokok tradisional. Sebaliknya, Produk B harga pokok
tradisional lebih tinggi Rp6.750 dibanding harga pokok berbasis aktivitas.

PENERAPAN HPBA PADA ENTITAS JASA

Pada dasarnya konsep HPBA dikembangkan pada entitas manufaktur, tetapi juga
ditetapkan pada entitas jasa seperti hotel, konsultan, rumah sakit, perbankan. Hal ini juga terbukti
banyaknya hasil penelitian penerapan HPBA pada rumah sakit dan bank. Tujuan penerapan
HPBA pada entitas jasa yaitu mengidentifikasi aktivitas yang terjadi dalam rangka mengolah
biaya dan menentukan berapa banyak aktivitas yang dilakukan untuk setiap jasa yang diberikan.

E. KETERBATASAN HARGA POKOK BERBASIS AKTIVITAS

HPBA diyakini mampu menyediakan informasi harga pokok yang lebih akurat. Namun
dalam penerapannya masih diidentifikasi memiliki beberapa keterbatasan:
1. Terdapat biaya yang masih dialokasikan secara arbitrer Meskipun biaya dapat dibebankan ke
produk dengan menggunakan berbagai macam dasar aktivitas, tetapi masih terdapat
beberapa biaya yang pengalokasiannya dilakukan secara arbitrer. Hal ini dikarenakan faktor
pemicu yang menyebabkan biaya tersebut sulit untuk ditentukan. Contoh: biaya untuk
membersihkan pabrik dan fasilitas umum pabrik yang lain.
2. Penerapannya memerlukan biaya yang mahal Sistem HPBA memerlukan sistem yang lebih
kompleks dibanding dengan sistem tradisional. Perubahan secara signifikan terhadap sistem
yang sedang berlaku perlu dilakukan agar aktivitas dan pemicu biaya dapat ditentukan
secara akurat. Penerapan sistem HPBA memerlukan waktu yang cukup lama.
3. Tidak memasukkan biaya tertentu Terdapat beberapa aktivitas yang tidak dimasukkan dalam
perhitungan biaya per unit. Aktivitas tersebut tidak dimasukkan karena prinsip akuntansi
yang diterima umum mengharuskan biaya tersebut dimasukkan dalam biaya dalam periode
yang bersangkutan (biaya periodik). Contoh: aktivitas pemasaran, periklanan, penelitian dan
pengembangan.

F. MANAJEMEN BERBASIS AKTIVITAS (MBA)

Pengertian Manajemen Berbasis Aktivitas

Beberapa definisi MBA yang sering digunakan adalah (1) pendekatan yang terintegrasi
yang memfokuskan perhatian manajemen pada kegiatan-kegiatan dengan tujuan memperbaiki
nilai pelanggan, dan (2) aktivitas berkaitan dengan identifikasi dan pemilihan aktivitas untuk
memaksimumkan nilai aktivitas dan meminimumkan biaya aktivitas dari sudut pandang
konsumen akhir. Pada dasarnya MBA adalah metode yang digunakan untuk memperbaiki
aktivitas dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai pelanggan dan keuntungan perusahan.
Informasi HPBA dapat digunakan untuk dua hal, yaitu: (1) HPBA Operasi (operating activity
based management) bahwa informasi HPBA dipergunakan untuk menunjukkan aktivitas-
aktivitas apa saja yang dilakukan entitas secara tidak efisien yang menimbulkan biaya tinggi dan
pada akhirnya mengurangi profitabilitas. (2) HPBA Strategi (Strategic activity based
management) bahwa informasi HPBA dipergunakan untuk melakukan pengambilan keputusan
stratejik yang lebih baik (akurat) karena entitas dapat mengetahui produk atau pelanggan yang
merugikan atau menguntungkan.

Klasifikasi Aktivitas

Dalam konsep harga pokok dan manajemen berbasis aktivitas, aktivitas dapat
diklasifikasikan ke dalam empat golongan. Empat golongan aktivitas tersebut, yaitu:

a. Aktivitas level unit (Unit level activites)


Aktivitas yang berkaitan dengan tiap unit produk. Semakin banyak atau sedikit biaya
didasarkan pada jumlah unit yang diproduksi. Contoh aktivitas level unit: biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Aktivitas level kelompok (Batch level activites)
Aktivitas yang dilaksanakan untuk setiap kelompok produk. Banyak atau sedikit aktivitas
tidak didasarkan pada banyak unit yang diproduksi atau dijual tetapi berdasarkan jumlah
batch aktivitas. Contoh: biaya inspeksi, biaya penanganan bahan, dan biaya penyetelan
mesin.
c. Aktivitas level produk (Product level activites)
Aktivitas yang mendukung lini produk.Aktivitas semakin banyak dilakukan jika semakin
banyak jenis produkya. Contoh: biaya pengujian produk dan biaya desain produk. Aktivitas
pengujian produk akan semakin banyak jika semakin banyak jenis produknya.
d. Aktivitas level fasilitas (Facility level activites)
Aktivitas yang dilakukan untuk mendukung keseluruhan proses produksi dan tidak terkait
langsung dengan produk. Contoh: biaya asuransi mesin pabrik dan biaya depresiasi.

Analisis Aktivitas

Aktivitas dalam entitas dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu: aktivitas
bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah. Aktivitas bernilai tambah merupakan
aktivitas yang perlu dipertahankan dalam bisnis. Aktivitas bernilai tambah apabila memenuhi
tiga kriteria, yaitu: 1) aktivitas yang menghasilkan perubahan, 2) perubahan tersebut tidak dapat
dicapai aktivitas sebelumnya, 3) aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain untuk dilakukan.
Biaya nilai tambah adalah biaya untuk melakukan aktivitas nilai tambah dengan efisiensi yang
sempurna. Aktivitas tidak bernilai tambah merupakan aktivitas yang tidak dapat memenuhi salah
satu dari ketiga kondisi yang didefinisikan sebelumnya. Biaya tak bernilai tambah adalah biaya
yang disebabkan oleh aktivitas tidak bernilai tambah atau kinerja yang tidak efisien dari aktivitas
bernilai tambah.

Tujuan manajemen berbasis aktivitas yang penting adalah mengidentifikasi dan menghapus
biaya dan aktivitas tidak bernilai tambah. Suatu aktivitas diklasifikasikan sebagai aktivitas tidak
bernilai tambah jika jawaban atas pertanyaan berikut adalah "tidak", sebaliknya jika jawaban atas
pertanyaan berikut adalah "ya" maka aktivitas tersebut dikategorikan sebagai aktivitas bernilai
tambah.
1. Apakah aktivitas tersebut terkait dengan kebutuhan konsumen?
2. Apakah konsumen bersedia untuk membayar aktivitas tersebut?
3. Apakah aktivitas tersebut membawa entitas satu tahap lebih dekat ke produk akhir?

Contoh:
Pengerjaan ulang atas produk cacat merupakan aktivitas tidak bernilai tambah. Pengerjaan ulang
produk disebabkan adanya produk cacat yang ditemukan selama proses inspeksi berlangsung.
Pengerjaan ulang bukan suatu aktivitas yang menambah nilai bagi pelanggan karena aktivitas
tersebut tidak terkait dengan kebutuhan konsumen, sehingga konsumen tidak mau membayar
biaya yang timbul atas aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut juga memperlama penyelesaian suatu
produk dan menyebabkan keterlambatan penyampaian produk ke konsumen akhir.

Aktivitas Tidak Bernilai Tambah

Merupakan suatu aktivitas tidak menambah nilai ke produk atau jasa dari sudut pandang
konsumen. Aktivitas ini memerlukan waktu dan sumber daya yang banyak. Adapun aktivitas
yang dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas tidak bernilai tambah adalah:
1. Menyimpan
Aktivitas untuk menyimpan persediaan barang baik bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi. Manajemen persediaan tradisional menekankan pentingnya entitas untuk
memiliki persediaan dengan tujuan utama mengantisipasi kekurangan persediaan (bahan).
Konsekuensinya diperlukan sumber daya untuk persediaan tersebut. Contoh: kas untuk
pembelian persediaan, gudang untuk penyimpanan barang, dan tenaga kerja untuk
administrasi. Manajemen persediaan seperti just in time menekankan bahwa barang dibeli
jika dibutuhkan. Hal ini mengindikasikan tidak ada lagi persediaan sehingga aktivitas
menyimpan merupakan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
2. Memindahkan
Aktivitas untuk memindahkan barang dari satu departemen ke departemen yang lain atau
dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain. Aktivitas memindahkan memerlukan waktu dan
sumber daya.
3. Menunggu
Aktivitas yang dilakukan untuk menunggu aktivitas berikutnya. Contoh: menunggu
datangnya bahan, menunggu fasilitas yang digunakan untuk memproses barang yang lain.
Aktivitas menunggu meningkatkan sumber daya, seperti barang dalam proses yang
menunggu untuk diproses selanjutnya akan ditempatkan dalam gudang. Hal ini diperlukan
tenaga kerja untuk menjaga dan mencatat barang yang berada di gudang tersebut.
4. Inspeksi
Aktivitas yang dilakukan untuk memastikan bahwa suatu produk telah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. Aktivitas ini mencakup pemeriksaan atas bahan datang
dari supplier, pemeriksaan barang ketika dalam proses, dan pemeriksaan barang jadi. Entitas
yang mendapatkan supplier yang berkualitas yang dapat memasok bahan sesuai dengan
spesifikiasi yang telah ditentukan maka aktivitas inspeksi bahan tidak lagi diperlukan.
5. Memproses Kembali
Aktivitas dilakukan untuk memperbaiki kegagalan dalam proses baik kegagalan yang
ditemukan sebelum produk dikirim ke konsumen (kegagalan internal) dan atau kegagalan
yang ditemukan setelah produk sampai ke tangan konsumen (kegagalan eksternal). Produk
cacat yang ditemukan selama proses berlangsung memerlukan aktivitas perbaikan yang
memerlukan waktu dan sumber daya. Proses pengendalian yang dilakukan secara lebih baik
maka dapat mengurangi aktivitas memproses kembali atau bahkan dapat dihilangkan.

Mengurangi Biaya Aktivitas

Manajemen entitas yang sudah dapat mengidentifikasi aktivitas tidak bernilai tambah maka
tahap berikutnya manajemen harus berusaha untuk mengurangi atau bahkan menghapuskan
aktivitas tersebut. Terdapat empat cara yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya yang
diakibatkan aktivitas tidak bernilai tambah. Berikut penjelasan keempat cara tersebut:

1. Pengurangan aktivitas
Teknik ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu dan sumber daya yang digunakan suatu
aktivitas. Contoh: mengurangi biaya yang berkaitan dengan persediaan. Entitas yang dapat
mengurangi jumlah persediaan secara signifikan maka aktivitas yang terkait dengan
persediaan dapat dikurangi, misalnya aktivitas inspeksi dan aktivitas penyimpanan. Dengan
pengurangan aktivitas maka biaya yang terkait dengan aktivitas tersebut dapat dikurangi.
2. Penghapusan aktivitas
Pendekatan ini digunakan apabila yakin bahwa aktivitas yang akan dihapus memang benar-
benar merupakan aktivitas yang tidak perlu. Contoh: aktivitas inspeksi atas bahan. Aktivitas
ini timbul karena kinerja pemasok yang kurang baik. Entitas yang mampu untuk memilih
pemasok yang berkualitas dan yang mampu memasok barang sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan maka aktivitas ini dapat dihapuskan dan secara otomatis dapat secara
langsung menghapus biaya inspeksi yang selama ini ada.
3. Pemilihan aktivitas
Pendekatan ini dilakukan dengan cara mencari berbagai kemungkinan alternatif aktivitas
yang berbeda, dan kemudian memilih aktivitas yang paling efisien. Contoh: membuat
berbagai macam desain produk atau proses dan kemudian memilih salah satu desain atau
proses yang menyerap biaya paling rendah.
4. Pembagian aktivitas
Teknik yang berusaha mencari cara untuk meningkatkan efisiensi aktivitas dengan
mengkombinasikan fungsi-fungsi. Menggunakan peralatan yang sama untuk beberapa
produk yang berkaitan satu dengan yang lain. Contoh: menggunakan komputer yang sama
untuk memonitor aktivitas produksi untuk produk yang berbeda.

Laporan Biaya Bernilai Tambah dan Tidak Bernilai Tambah

Untuk memperbaiki kinerja aktivitas membutuhkan penghapusan aktivitas tak bernilai


tambah dan mengoptimalkan aktivitas bernilai tambah. Untuk dapat mengelola aktivitas secara
efektif maka diperlukan identifikasi dan pelaporan biaya bernilai tambah dan tidak bernilai
tambah. Rumus biaya bernilai tambah dan tak bernilai tambah

Biaya bernilai tambah = KSt x HSt


Biaya tak bernilai tambah = (KS-KSt) x HSt

Keterangan:

KST = Kuantitas standar, yaitu tingkat output bernilai tambah dari aktivitas (standar
quantity)
HSt = Harga standar per unit ukuran output aktivitas (standar price)
KS = Kuantitas sesungguhnya, yaitu kuantitas aktual yang digunakan untuk sumber
daya manusia yang fleksibel (activity quantity) atau kapasitas aktivitas praktis yang
dibutuhkan sumber daya yang terkait

Contoh:

PT Merdeka Jaya mengklasifikasikan biaya dalam empat aktivitas. Berikut data aktivitas
dan penggerak aktivitas pada PT Merdeka Jaya:
Berdasarkan data di atas dapat disusun laporan biaya bernilai tambah dan biaya tidak
bernilai tambah sebagai berikut:

Keterangan:
Biaya bernilai tambah
Penggunaan mesin 1.000 x Rp 4.000 = Rp400.000
Pengerjaan ulang 500 x Rp 750 = Rp375.00
Biaya tidak bernilai tambah
Penggunaan mesin (9.000 – 1.000) x Rp4.000 = Rp3.200.000
Pengerjaan ulang (7.000 – 500) x Rp750 = Rp4.875.000
Persiapan (6.000 – 0) x Rp250 = Rp1.500.000
Pengawasan (4.000 – 0) x Rp150 = Rp600.000

Dengan laporan tersebut, manajemen PT Merdeka Jaya dapat menganalisa pada aktivitas
biaya tidak bernilai tambah. Dari empat aktivitas biaya tidak bernilai tambah, pihak manajemen
dapat menganalisa mulai dari aktivitas penggunaan mesin sampai aktivitas pengawasan.
Aktivitas penggunaan mesin dapat dilakukan dengan dua hal, yaitu evaluasi penempatan
karyawan dan peningkatan SDM melalui pelatihan-pelatihan. Aktivitas pengerjaan ulang dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu evaluasi bahan baku yang digunakan dan peningkatan pelatihan
karyawan. Aktivitas persiapan dan pengawasan dengan cara mengevaluasi tahapan atau
prosesnya seperti pemilihan pemasok.

Output Manajemen Berbasis Aktivitas


Organisasi yang mendesain dan menerapkan MBA akan memperoleh output yang dapat
dirinci sebagai berikut:

1. Biaya aktivitas dan proses bisnis


Aktivitas merupakan inti dari suatu bisnis, output dasar dari sistem MBA adalah
menyediakan informasi biaya untuk tiap aktivitas penting. Informasi biaya tentang yang
dilakukan suatu bisnis (misalnya aktivitas) adalah output informasi fundamental dari sistem
MBA.
2. Biaya aktivitas tidak bernilai tambah
Beberapa aktivitas menambah nilai ke produk atau jasa, tetapi beberapa yang lain tidak
menambah nilai. Dalam industri manufaktur, biaya dan waktu yang terkait dengan aktivitas
pemindahan, pengerjaan ulang, dan setup adalah contoh dari aktivitas yang tidak menambah
nilai. Aktivitas ini merupakan suatu pemborosan sehingga harus dihapuskan.
3. Ukuran kinerja berbasis aktivitas
MBA menyediakan informasi dan data tentang kinerja aktivitas. Hanya dengan mengetahui
biaya aktivitas saja tidaklah mencukupi untuk mengukur kinerja aktivitas. Ukuran aktivitas
lain seperti: kualitas, waktu siklus, produktivitas, dan pelayanan konsumen juga diperlukan
untuk menilai kinerja aktivitas.
4. Biaya produk atau jasa yang akurat
Produk atau jasa yang dijual ke konsumen melalui berbagai macam saluran distribusi atau
hubungan kontraktual. Produk atau jasa yang mengkonsumsi sumber daya berbeda maka
biaya produk harus ditentukan secara akurat. Informasi biaya produk atau jasa yang akurat
merupakan informasi kunci bagi sistem MBA.
5. Pemicu biaya
Pemicu biaya adalah setiap faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya aktivitas.
Seperti: kualitas suku cadang yang diterima oleh suatu aktivitas adalah faktor penentu dalam
proses kerja, karena kualitas suku cadang yang diterima mempengaruhi sumber daya yang
diperlukan untuk melaksanakan aktivitas.

Kunci Penerapan Manajemen Berbasis Aktivitas

Terdapat beberapa faktor kunci yang dapat meningkatkan kemungkinan berhasilnya


penerapan MBA. Faktor-faktor kunci tersebut, yaitu:

1. Budaya organisasi
Budaya organisasi adalah nilai yang dikembangkan dalam organisasi yang menjadi pedoman
bagi anggota organisasi untuk berperilaku. Budaya organisasi antara lain mencakup
keterlibatan dan partisipasi pegawai dalam perancangan dan penerapan MBA, komitmen
pegawai untuk menerapkan MBA secara konsisten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
budaya merupakan pondasi dasar berhasilnya penerapan suatu sistem.
2. Dukungan dan komitmen manajemen puncak
Perancangan dan penerapan MBA memerlukan waktu dan sumber daya. Dukungan
manajemen puncak dalam bentuk pemberian semangat dan penyediaan sumber daya sangat
penting bagi kesuksesan penerapan MBA. Manajemen puncak juga harus komitmen
terhadap penerapan MBA untuk memotivasi pegawai yang lain.
3. Pendidikan yang berkelanjutan
Penerapan MBA yang sukses memerlukan keterlibatan semua pegawai. Setiap pegawai
harus mengetahui tujuan dari program MBA, dimana program akan diterapkan, dan
bagaimana program tersebut dilaksanakan. Program MBA harus dilaksanakan dengan sukses
sehingga pegawai harus diberi pelatihan yang cukup dan dilakukan secara terus-menerus.
Pendidikan dan pelatihan memiliki dua tujuan utama, yaitu (1) meningkatkan penerimaan
pegawai terhadap program MBA sehingga diharapkan secara sukarela pegawai mau terlibat
terhadap program tanpa Anda penolakan, dan (2) meningkatkan kemampuan pegawai sesuai
dengan tuntutan program MBA.

RANGKUMAN

Sistem harga pokok tradisional mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk


berdasarkan tarif overhead ditentukan dimuka dengan menggunakan basis aktivitas tunggal,
seperti biaya tenaga kerja langsung dan jam mesin. Dengan semakin kompleksitas sistem
manufaktur maka sistem harga pokok tradisional dianggap kurang relevan. Sistem harga pokok
berbasis aktivitas mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk melalui dua tahap yaitu
pembebanan biaya ke aktivitas dan pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan pemicu
biaya yang dikonsumsi oleh suatu produk. Meskipun harga pokok berbasis aktivitas lebih akurat
dari pada harga pokok tradisional, namun dalam penerapannya identifikasi masih memiliki
beberapa keterbatasan yaitu adanya biaya yang masih dialokasikan secara arbitrer, penerapannya
memerlukan biaya yang mahal, dan tidak memasukkan biaya tertentu.

Untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam dunia global saat ini, banyak entitas
menerapkan sistem manajemen biaya yang baru, salah satunya adalah manajemen berbasis
aktivitas (MBA). MBA memiliki dua dimensi yang penting (1) dimensi biaya, dan (2) dimensi
proses. Dimensi biaya bahwa MBA menyajikan informasi biaya yang dapat digunakan untuk
menentukan harga pokok produk yang akurat. Untuk memperoleh harga pokok yang akurat biaya
sumber daya ditelusuri ke aktivitas dan kemudian biaya aktivitas dibebankan ke produk atau
konsumen. Dalam kaitannya dengan dimensi proses, MBA membantu manajemen mengurangi
biaya dan meningkatkan proses. Dalam MBA aktivitas diklasifikasikan ke dalam aktivitas yang
bernilai tambah dan aktivitas yang tidak bernilai tambah. Biaya aktivitas dapat dikurangi dengan
cara: (1) menghapus aktivitas, (2) mengurangi aktivitas, (3) membagi aktivitas, dan (4)
pemilihan aktivitas.

SOAL LATIHAN

1. Jelaskan perbedaan antara harga pokok tradisional dengan harga pokok berbasis aktivitas!
2. Jelaskan mengapa dalam lingkungan manufaktur terotomasi, harga pokok tradisional kurang
relevan untuk digunakan!
3. Jelaskan tahap-tahap dalam menghitung harga pokok berbasis aktivitas!
4. Apa yang dimaksud dengan pemicu biaya? Jelaskan bagaimana peran pemicu biaya tersebut
dalam harga pokok berbasis aktivitas?
5. Harga pokok berbasis aktivitas diyakini lebih unggul dari harga pokok tradisional, namun
memiliki beberapa keterbatasan. Jelaskan keterbatasan harga pokok berbasis aktivitas!
6. Jelaskan yang dimaksud biaya tidak bernilai tambah! Berikan minimal tiga contoh biaya
tidak bernilai tambah!
7. Jelaskan yang dimaksud manajemen berbasis aktivitas!
8. Jelaskan bagaimana manajemen berbasis aktivitas dapat membantu manajemen dalam
meningkatkan pengendalian biaya!
9. Terdapat beberapa cara untuk mengurangi biaya aktivitas. Jelaskan cara-cara tersebut!
10. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan manajemen
berbasis aktivitas. Jelaskan faktor-faktor tersebut!

Soal 5-1

PT Karunia baru saja menerapkan manajemen berbasis aktivitas. Manajemen entitas


meminta bantuan Saudara untuk menganalisis aktivitas berikut:

a. Melakukan pembelian bahan.


b. Melakukan pemeriksaan (inspeksi) barang datang.
c. Menyimpan barang di gudang.
d. Membayar biaya bahan baku kepada pemasok.
e. Memindahkan bahan baku dari gudang ke departemen pemotongan.
f. Memotong bahan baku.
g. Memeriksa dan menguji barang dalam proses.
h. Memproses (memperbaiki) barang cacat yang ditemukan dalam inspeksi.
i. Menyimpan barang dalam proses di gudang.
j. Mengepak barang jadi ke departemen pengiriman.
k. Merancang produk.

Diminta:
Klasifikasikan aktivitas di atas ke dalam aktivitas bernilai tambah dan aktivitas yang tidak
bernilai tambah sertai jawaban Saudara dengan alasan yang memadai.

Soal 5-2

PT Pesona Jaya merupakan entitas yang menjual Tas Laptop untuk para profesional muda.
Berikut informasi terkait dengan biaya overhead untuk tahun 2019:

Manajemen entitas mengalokasikan biaya overhead pabrik berdasarkan jam tenaga kerja
langsung. Diminta:
1. Tentukan tarif overhead ditentukan dimuka.
2. Hitung jumlah biaya overhead yang dibebankan untuk tahun 2019.

Soal 5-3

Entitas Manulang adalah entitas yang memproduksi dua jenis sepatu. Sepatu merek
"Energik" merupakan sepatu yang ditujukan untuk para olahragawan dan sepatu merek
"Dinamis" untuk remaja putri. Selama ini entitas menggunakan harga pokok tradisional
berdasarkan biaya tenaga kerja langsung. Manajemen entitas yang baru saja menghadiri seminar
tentang sistem baru harga pokok berbasis aktivitas telah memutuskan untuk menggunakan sistem
baru tersebut. Berikut adalah data yang terkait dengan perhitungan harga pokok per unit untuk
kedua produk.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap operasi entitas, entitas memiliki tiga
aktivitas utama yaitu aktivitas penyetelan mesin, aktivitas pengoperasioan mesin, dan aktivitas
inspeksi. Biaya overhead pabrik diperkirakan Rp760.000.000. Biaya overhead tersebut
dialokasikan ke aktivitas penyetelan mesin Rp300.000.000, aktivitas pengoperasian mesin
Rp260.000.000, dan aktivitas inspeksi Rp200.000.000.

Diminta:

1. Hitung tarif biaya overhead ditentukan dimuka!


2. Hitung tarif biaya overhead berbasis aktivitas!
3. Tentukan biaya overhead tersebut dialokasikan ke aktivitas penyetelan mesin
Rp300.000.000, aktivitas pengoperasian mesin Rp260.000.000, dan aktivitas inspeksi
Rp200.000.000.

Soal 5-4

Entitas Pelangi memproduksi dua jenis produk kesehatan yang terbuat dari bahan-bahan
alami. Satu produk untuk kebugaran tubuh yang diberi merek Segar Sari dan produk yang lain
untuk melangsingkan tubuh dengan merek Langsing Abadi. Selama ini entitas menerapkan harga
pokok tradisional dengan menggunakan jam tenaga kerja langsung. Pemilik entitas mendengar
informasi tentang harga pokok berbasis aktivitas dari koleganya dan tertarik untuk
menerapkannya. Pemilik telah menugaskan seorang konsultan untuk mengubah dari harga pokok
tradisional ke harga pokok berbasis aktivitas. Berikut data yang telah dikumpulkan konsultan:
Diminta:
1. Tentukan nilai overhead ditentukan dimuka dan hitung jumlah biaya overhead yang
dibebankan ke produk Segar Sari dan Langsing Abadi!
2. Tentukan tarif overhead berbasis aktivitas dan hitung jumlah biaya overhead yang
dibebankan ke produk Segar Asari dan Langsing Abadi!
3. Klasifikasikan aktivitas di atas ke dalam aktivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai
tambah. Lengkapi jawabannya dengan alasan yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai