Anda di halaman 1dari 14

MEMECAHKAN MASALAH DIKELAS

M. Ali Hanafi1 , M. Ari Azhari2 , Ramini3


Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah
Institut Agama IAI Hamzanwadi NW Lombok Timur
Email: alihanafim92@gmail.com

Abstrak: Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya. Pengelolaan kelas merupakan suatu kegiatan atau usaha mengatasi suatu
masalah, yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan suasana kelas yang menunjang
program pembelajaran berjalan dengan efektif.Penulisan makalah ini merujuk/mengadopsi pada
metode penelitian pustaka (LibraryResearch) yang objeknya dicari dengan berbagai informasi
pustaka, seperti buku, jurnal ilmiah, artikel, dokumen, dan website yang berhubungan dengan
pokok pembahasan. Masalah pada dasarnya merupakan suatu hambatan atau rintangan yang
harus disingkirkan, atau pertanyaan yang harus dijawab atau dipecahkan.Pemecahan masalah
atau problem solving merupakan suatu proses untuk menemukan suatu masalah yang dihadapi
berupa aturan aturan baru yang tarafnya lebih tinggi. Masalah merupakan titik tolak proses
pemecahan masalah yang dibahas, dianalisis, disintesi dalam mencari pemecahan atau jawaban.
Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada siswa terlibat aktif dalam
mempelajari, mencari, menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori
dan kesimpulan.
Kata Kunci:Pengelolaan Kelas,Pemecahan Masalah didalam kelas, Masalah

PENDAHULUAN
Proses pendidikan berlangsung dalam suatu interaksi antara peserta didik dengan pendidik
untuk membantu perkembangan peserta didik sehingga menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya yang berkualitas merupakan modal agar suatu negara mampu bersaing
di era globalisasi yang penuh dengan tantangan. Tantangan pada era globalisasi menuntut
manusia untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya baik dalam skala kecil maupun
skala besar. Oleh karena itu kemampuan pemecahan masalah penting dimiliki oleh setiap
manusia baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak, baik dalam usia non produktif maupun
usia produktif termasuk pada usia bekerja dan usia sekolah. 1Kemampuan pemecahan masalah
yang harus dimiliki manusia pada usia sekolah (peserta didik) antara lain kemampuan peserta
didik dalam mengatasi setiap permasalahan terkait pendidikannya termasuk di dalamnya adalah
permasalahan dalam kegiatan belajar. Dalam belajar di sekolah, peserta didik dihadapkan pada
beberapa bidang studi yang harus dipelajari pada setiap jenjangnya.2
1
Suratmi dan Agustina Sri Purnami,Pengaruh Strategi Metakognitif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Ditinjau Dari Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Matematika,(Yogyakarta, UNION: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matemaiika,, 2017), hal.183.
2
Suratmi dan Agustina Sri Purnami,Pengaruh.........hal.185
Kelas adalah tempat berlangsungnya pembelajaran yang di dalamnya terdapat guru yang
menyampaikan materi pada peserta didik dalam waktu yang sama. Kelas merupakan wahana
paling dominan bagi terselenggaranya proses pembelajaran bagi peserta didik di sekolah. Karena
kedudukan kelas yang begitu penting, maka guru harus profesional agar proses pendidikan dan
pembelajaran di kelas terselenggara secara efektif dan efisien.3
Masalah pengajaran merupakan usaha yang secara langsung dapat membantu peserta didik
dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Masalah pengajaran dimaksudkan meliputi masalah
pembuatan rencana pembelajaran, penyajian informasi, pengajuan pertanyaan, pelaksanaan
evaluasi dan masalah-masalah lainnya. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan secara efektif dan efisien.4
Pemecahan masalah dapat dikatakan sebagai suatu metode pembelajaran yang dapat
melatih dan menunjang kemampuan pemecahan masalah dalam kegiatan
pembelajaran.Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan seorang peserta didik
dalam menemukan dan mencari solusi dari sebuah permasalahan yang dia temukan. Kemampuan
pemecahan masalah sangat penting bagi peserta didik, karena peserta didik akan dihadapkan
pada permasalahan yang tidak dapat secara langsung ditemukan penyelesaiannya, baik masalah
yang terdapat di dalam kelas maupun yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.5
Memecahkan masalah di dalam kelas merujuk pada kemampuan guru untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan mencari solusi terhadap berbagai masalah yang mungkin
muncul selama proses pembelajaran dan pengelolaan kelas. Pemecahan masalah di kelas dapat
melibatkan sejumlah isu, termasuk masalah perilaku siswa, konflik antar siswa, kesulitan
pemahaman materi pelajaran, hingga masalah organisasi dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran

METODE PENELITIAN

3
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang,RaSAIL Media Group, , 2008), hal.125
4
Suwardi, ManajemenPembelajaran, (Salatiga,STAIN Salatiga Press,2007), hal. 106- 107.
5
Suratmi dan Agustina Sri Purnami,Pengaruh Strategi Metakognitif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Ditinjau Dari Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Matematika,(Yogyakarta, UNION: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matemaiika,, 2017), hal.186.
Penulisan makalah ini merujuk/mengadopsi pada metode penelitian pustaka
(LibraryResearch) yang objeknya dicari dengan berbagai informasi pustaka seperti buku, jurnal
ilmiah, artikel, dokumen, dan website yang berhubungan dengan pokok pembahasan.
PEMBAHASAN
1. Devinisi Pemecahan Masalah
Masalah adalah hal yang tidak dapat kita hindari, karena kehidupan memang selalu
menawarkan problematika baru yang perlu kita hadapi dan selesaikan. Dikarenakan masalah
hadir untuk diselesaikan, maka munculah istilah yang dinamakan pemecahan masalah atau
problem solving. Pemecahan masalah adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara mendefinisikan masalah, menentukan
penyebab utama dari suatu permasalahan, mencari sebuah solusi dan alternatif untuk
pemecahan masalah, dan mengimplementasikan solusi tersebut sampai masalah benar-benar
dapat terselesaikan.
Menurut Robert L. Solso mengatakan "pemecahan masalah adalah suatu pemikiran
yang terarah secara langsung untuk menentukan solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah
yang spesifik”.6 Pemecahan masalah merupakan suatu usaha untuk menemukan jalan keluar
dari suatu kesulitan dan mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kecakapan atau potensi yang dimiliki siswa
dalam menyelesaikan permasalahan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
suatu persoalan yang membutuhkan proses berpikir dan bertindak sehingga tercapai
kemampuan pemecahan masalah yang baik.
Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk
menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut dapat
mengetahui cara penyelesaiannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai masalah. Sesuatu dianggap masalah bergantung kepada orang yang menghadapi
masalah tersebut disamping secara implisit suatu soal bisa memiliki karakteristik sebagai
masalah. Seseorang dianggap sebagai pemecah masalah yang baik jika ia mampu

6
Mawaddah, Siti, Anisah, Hana, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pembelajaran
Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Generatif (Generatif Learning) di SMP, (FKIP Universitas
LambungMangkurat. 2015).
memperlihatkan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi dengan memilih dan
menggunakan berbagai alternatif strategi sehingga mampu mengatasi masalah tersebut. 7
Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang harus memiliki
banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. 8Jika kita bermaksud mengajarkan
pemecahan masalah, maka beberapa seting kelas yang mungkin dikembangkan antara lain
model klasikal, dengan mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil
(smallgroupcooperationlearning) dan model belajar individual atau bekerja sama dengan anak
lainnya (berdua). Aktivitas yang dikembangkan melalui kelompok besar (klasikal) dapat
dilakukan terutama jika kita bermaksud mengembangkan strategi pemecahan masalah baru
dan mencoba berbagai strategi untuk memecahkan soal yang sama. Untuk melakukannya, kita
dapat memfokuskan perhatian anak pada bagian-bagian permasalahan yang dihadapi,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan (probing) untuk mengarahkan siswa pada strategi atau
pada penyelesaian yang dituju, mengarahkan mereka untuk mencoba strategi penyelesaian
lain, dan mendorong siswa untuk memperoleh suatu generalisasi atau kesimpulan umum.
Membahas soal pemecahan masalah mungkin kurang begitu baik jika dilakukan secara
individual karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Diskusi tentang
pemecahan masalah mungkin lebih baik jika dilakukan melalui kelompok besar, akan tetapi
proses pemecahan masalahnya akan efektif bila dilakukan melalui kelompok kecil.9
Dengan mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil memberi peluang
bagi mereka untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi, saling tukar ide antar siswa, dan
memperdebatkan alternatif pemecahan masalah yang bisa digunakan. Selain itu, dalam
kelompok kecil, siswa dimungkinkan untuk mampu menyelesaikan masalah yang lebih baik
dibanding kalau mereka bekerja sendiri-sendiri. Walaupun dengan bekerja bersama mungkin
bisa memakan waktu lebih lama, akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
bekerja secara kelompok, siswa mampu menunjukkan kemampuan lebih baik dalam
memahami permasalahan secara lebih mendalam.
2. Masalah Pengelolaan Kelas
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah
individual dan masalah kelompok. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif
7
Dindin Abdul Muiz Lidinillah, Strategi PembelajaranPemecahan Masalah Di Sekolah Dasar, (2014), hal.1
8
Tatang Herman,StrategiPemecahan Masalah (Problem-Solving)Dalam PembelajaranMatematika, Jurusan
Pendidikan Matematika FPMIPA UPI, hal.2
9
Ibid
apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi,
sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula. 10
Dua kegiatan pokok dalam proses belajar mengajar, yaitu kegiatan pengajaran
(instruction) dan pengelolaan kelas. Kegiatan pengajaran menunjuk pada semua kegiatan
yang secara langsung diarahkan untuk pencapaian tujuan-tujuan pengajaran, sedangkan
kegiatan pengelolaan kelas menunjuk pada kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.
Kegiatan pengelolaan kelas menjadi suatu hal wajib yang dilakukan oleh guru disesuaikan
dengan kondisi lingkungan suatu kelas dan karakteristik siswanya. Dalam melakukan kegiatan
pengelolaan kelas tentu saja terdapat masalah-masalah yang akan meliputinya. Beberapa
masalah pengelolaan kelas yaitu sebagai berikut:11
a. Masalah Peserta Didik
Tingkah laku anak didik bervariasi seperti yang telah kita ketahui manusia memiliki
perbedaan sifat pada masing-masingnya. Variasi perilaku anak merupakan permasalahan
bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas. Masalah pada tingkah laku anak di dalam kelas
dapat berakibat pada ketidakoptimalan proses pembelajaran. 12Masalah-masalah
pengelolaan kelas berpacu pada masalah peserta didik di kelas yaitu:
1) Kurangnya kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok, grup-grup dan
pertentangan jenis kelamin. Hal ini menyebabkan perpecahan dalam suatu kelas.
Dengan adanya pertentangan berkelompok ini tentunya ketika guru ingin
memberlakukan sistem diskusi atau kerja kelompok dengan siswa yang heterogen
akan sulit dilakukan. Sebab kerja sama tidak akan terbentuk karena mereka tidak ingin
bersatu. Tidak hanya itu, masalah ini juga mempengaruhi afektif siswa untuk saling
bergotong royong dan saling menyayangi sesama karena adanya kelompok-kelompok
tersebut.
2) Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap,
pergi ke sana-kemari dan menolak untuk bekerja sama dengan guru. Hal tersebut
menimbulkan rasa frustasi sang guru dan memungkinkan mengubah iklim ruang kelas
menjadi buruk. Pelanggaran yang berulang kali terhadap panduan perilaku seperti

10
M. AunurRofiq, PengelolaanKelas, (Malang, Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hal. 20
11
Aslamiah, PengelolaanKelas, (Depok, PT Raja GrafindoPersada, 2022), hal.21
12
Ibid
contoh di atas menyebabkan sistem pengelolaan dan pembelajaran menjadi rusak dan
mengganggu jalannya kegiatan kelas.
3) Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan
dan merendahkan kelompok yang belum pandai. Dengan adanya reaksi buruk tersebut
tentu saja akan memicu perkelahian antar siswa. Ketika perkelahian terjadi, para siswa
tidak akan ada yang mau memfokuskan diri pada pembelajaran. Sehingga masalah ini
sungguh harus dihindari.
4) Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam belajar ada siswa yang alat
belajarnya kurang, kekurangan uang. Moral yang rendah ini merupakan perilaku buruk
yang harus diperbaiki. Sebab, moral rendah akan membuat siswa yang memiliki
kekurangan kemampuan merasa minder atau terasingkan. Dan lebih buruknya lagi
akan membuat siswa tersebut tidak ingin masuk ke sekolah lagi. Tentu akan
mengakibatkan terhambatnya pembelajaran.
5) Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas
tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru. Ketidakmampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang baru memiliki artian ia tidak mau berada dan melakukan
suatu kegiatan di dalam lingkungan itu. Rasa tidak ingin ini juga mengacu pada
pembelajaran yang berarti adanya keterhambatan.
Variasi perilaku anak didik bukan tanpa sebab. Faktor-faktor penyebab itu
adalah:
a. Pengelompokan (pandai, sedang, kurang pandai), kelompok kurang pandai akan
menjadi sumber negatif, penolakan atau apatis.
b. Karakteristik individual, seperti kemampuan kurang, ketidakpuasan atau dari latar
belakang ekonomi yang rendah yang menghalangi kemampuannya.
c. Kelompok pandai merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak seperti dia.
Kelompok ini sering menolak standar yang diberikan oleh guru. Sering juga
kelompok ini membentuk norma sendiri yang tidak sesuai dengan harapan
sekolah.
Dalam suatu proses pembelajaran diharapkan semua peserta didik tenang dan
bekerja sepanjang jam pelajaran, jika ada interupsi atau interaksi mungkin merasa
tegang atau cemas. Karena perilaku-perilaku menyimpang seorang atau dua orang
siswa masih bisa ditoleransi asal tidak merusak kesatuan kelas.13
b. Masalah Penataan Ruang Kelas
Masalah penataan ruang kelas juga mempengaruhi suatu pengelolaan kelas. Suatu
pengelolaan kelas akan berhasil ketika kelas yang sudah dikelola dapat memunculkan
kegiatan pembelajaran yang optimal. Masalah yang terjadi dan perlu diperhatikan ketika
mengelola penataan ruang kelas yaitu:14
1) Pengaturan tempat duduk yang tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Misalkan,
peserta didik melakukan kerja kelompok sehingga tempat duduk diberlakukan seperti
persegi. Kemudian siswa diminta memperhatikan ke papan tulis. Sedangkan ada
beberapa siswa yang duduk membelakangi papan tulis. Sehingga yang akan terjadi
siswa kesulitan melihat papan tulis dan pembelajaran terhambat.
2) Pengaturan cahaya yang tidak memenuhi standar luminasi. Pencahayaan yang kurang
dapat mengakibatkan rasa kantuk dan bosan pada siswa. Dengan cahaya yang terang,
siswa dapat bersemangat dalam memulai pembelajaran.
3) Penempatan papan tulis dan proyektor yang tidak sesuai. Penempatan papan tulis dan
proyektor ini bergantung pula pada posisi tempat duduk. Misalkan, penempatan
proyektor akan sangat bagus sejajar dengan papan tulis atau menghadap langsung ke
siswa.
4) Lantai ruangan yang tidak bersih. Ruangan yang bersih sudah pasti menjadi tempat
yang nyaman untuk siapa saja. Ketika merasa nyaman, melakukan hal apa pun akan
dapat dilakukan begitu pula dengan belajar.
5) Rusaknya sarana dan prasarana didalam kelas.
3. MengidentifikasiMasalah-Masalah Pengelolaan Kelas
Mengidentifikasi masalah pengelolaan harus dilakukan oleh guru dengan baik dan tepat.
Dalam mengidentifikasi masalah pengelolaan kelas tentu saja harus meliputi pada kondisi
siswa ketika melakukan pembelajaran, apakah sudah optimal dan sesuai kebutuhan siswa apa
belum.sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah
pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran dan masalah
pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas sungguh
13
Diani Ayu Pratiwi, PengelolaanKelas, (Depok, PT Raja GrafindoPersada, 2022), hal.23
14
Ibid
diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan
peserta didik selalu berubah. Hari ini peserta didik dapat belajar dengan baik dan tenang,
tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya
dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk
perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional peserta didik.15
Dalam pelaksanaan pengelolaan kelas perlu kita ketahui hambatan yang datang dari
berbagai wewenang dalam menangani suatu masalah pengelolaan sesuai dengan
wewenangnya, yaitu:
a. Masalah yang Ada dalam Wewenang Guru
Ada sejumlah masalah pengelolaan kelas yang dalam ruang lingkup wewenang seorang
guru untuk mengatasinya. Hal ini berarti bahwa seorang guru yang sedang mengelola
proses belajar mengajar dituntut untuk dapat menciptakan, memperhatikan dan
mengembalikan iklim belajar kepada kondisi belajar mengajar yang menguntungkan kala
ada gangguan. Sehingga peserta didik berkesempatan untuk dapat mengambil manfaat
yang optimal dari kegiatan belajar yang dilakukannya.16
b. Masalah yang Ada Dalam Wewenang Sekolah
Dalam kenyataan sehari-hari di kelas, akan ditemukan masalah pengelolaan yang lingkup
wewenang untuk mengatasinya berada di luar jangkauan guru wali kelas. Masalah ini harus
diatasi oleh sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan. Bahkan mungkin juga ada masalah
pengelolaan yang tidak bisa hanya diatasi satu lembaga pendidikan tetapi menuntut
penanganan bersama antar sekolah.
c. Masalah yang Ada di Luar Kekuasaan Guru dan Sekolah
Masih ada satu masalah pengelolaan yang berada di luar wewenang guru wali kelas atau
sekolah untuk mengatasinya. Dalam mengatasi masalah semacam ini mungkin yang
terlibat adalah orang tua, lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat seperti karang
taruna, bahkan para penguasa dan lembaga pemerintahan setempat. Pihak-pihak tersebut
dituntut untuk turut membina ketertiban melalui pembiasaan yang baik di rumah berupa
penguasaan orang tua, menyediakan fasilitas rekreasi yang sehat bagi peserta didik dan
sebagainya.Juga pada mereka dituntut untuk turut mengatasi berbagai pengelolaan kalau
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh peserta didik.Masalah semacam
15
Aslamiah, PengelolaanKelas, (Depok, PT Raja GrafindoPersada, 2022), hal.31
16
Ibid
ini benar-benar sudah berada di luar jangkauan guru dan sekolah untuk mengatasinya
walaupun sampai batas-batas tertentu usaha pencegahan dan penyembuhan selalu
dilakukan baik oleh guru wali kelas, ataupun sekolah sebagai lembaga pendidikan.
4. Penyebab Timbulnya Masalah Dalam Pengelolaan Kelas
a. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Masalah
Djamarah dalam Afriza mengemukakan beberapa faktor penyebab timbulnya masalah
dalam Pengelolaan kelas, yakni:
1) Pengelompokan, adanya pengelompokan siswa berdasarkan kriteria tertentu.
2) Karakteristik individual siswa.
3) Kelompok pandai merasa terhalangi terhadap kelambanan teman temannya yang tidak
secerdas mereka.
4) Adanya keharusan bagi siswa untuk tenang dan bekerja selama jam pelajaran sehingga
akan menimbulkan ketegangan dan kecemasan.
5) Adanya organisasi kurikulum tentang teamteaching17
Adapun menurut Mulyadi, mengemukakan bahwa timbulnya masalah dalamPengelolaan
kelas dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya:
a. Faktor guru
1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter. Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola
proses belajar mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan
sikap agresif atau pasif dari murid-murid. Kedua sikap murid ini merupakan sumbe
rmasalah Pengelolaan kelas.
2) Format pembelajaran yang monoton. Format belajar mengajar yang monoton akan
menimbulkan kebosanan bagi siswa. Format belajar yang tidak bervariasi dapat
menyebabkan para siswa bosan, kecewa, frustasi dan hal ini merupakan
pelanggaran disiplin.
3) Kepribadian guru. Seorang guru yang berhasildituntutuntukbersikapadil, hangat,
objektif dan fleksibelsehinggaterbinasuasanaemosional yang menyenangkandalam
proses belajarmengajar. Sikap yang
bertentangandengankepribadiantersebutakanmenimbulkanmasalahPengelolaanbagis
iswa.

17
DjamarahdalamAfriza, ManagemenKelas, (Pekanbaru, Rineka Cipta, 2014), hal. 103
4) Terbatasnyakesempatan guru untukmemahamitingkahlakusiswa dan
latarbelakangnya. Hal inidapatdisebabkankarenakurangnyausaha guru
dengansengajamemahamisiswa dan latarbelakangnya.
5) Terbatasnyapengetahuan guru tentangmasalahPengelolaan dan
pendekatanPengelolaanbaik yang sifatnyateoretismaupunpengalamanpraktis.
6) Kurangnyakedekatan guru dengansemuasiswanya di kelas.
UntukmemudahkandalamPengelolaankelas, seorang guru
harusdekatdengansiswa. Karena dengandekatkepadasiswa guru
tersebutakanmudahmemahamisetiapkaraktersiswa di kelasnya. Selain itu, jika
guru dekatdengansiswasecaraotomatissiswaakanmemiliki Sense of Belonging
and Sense of Responsibility terhadapgurunya, kelas dan pembelajaran.
Sebaliknya, jika rasa kedekatantersebuttidakterjalin,
siswasecaraotomatistidakakanmemiliki rasa
bertanggungjawabterhadapdirinya, guru, kelas dan pelajarannya.
b. Faktor siswa
Kekurangsadaransiswadalammemenuhitugas dan
haknyasebagaianggotakelasdapatmerupakanfaktorutamapenyebabmasalahPengelolaa
nkelas.
c. Faktor keluarga
Kebiasaan yang kurangbaik di lingkungankeluarga, sepertitidakpatuh pada
disiplin, tidaktertib, kebebasan yang
berlebihanataupundikekangberlebihanakanmenyebabkansiswamelanggardisiplin di
kelas.
d. Faktor fasilitas
Ruang kelas yang kecildibandingdenganjumlahsiswa dan
kebutuhansiswauntukbergerakdalamkelasmerupakan salah satuproblema yang terjadi
pada Pengelolaankelas.18
Beberapafaktor di atasmenunjukkanbahwaperan dan tugas guru
sangatlahberatdalammengelolakelasnya, guru haruscerdasuntukmemilih strategi yang
tepat agar faktorpenyebabtimbulnyamasalahjangansampaiterjadi di kelasnya.

18
Afriza, ManagemenKelas, (Pekanbaru, Rineka Cipta, 2014), hal. 103
PidartadalamBadrudinmengemukakanbahwamasalah-masalahPengelolaankelas yang
berhubungandenganperilakupesertadidikadalah:
a. Kurang kesatuan, misalnyadenganadanyakelompok-kelompok, dan
perbedaanjeniskelamin.
b. Tidak terdapatstandarperilakudalambekerjakelompok, misalnya rebut, bercakap-cakap,
pergikesana-kemari, dan sebagainya.
c. Reaksinegatifterhadapanggotakelompok, misalnya rebut, bermusuhan, mengucilkan,
merendahkankelompokbodoh.
d. Kelasmenolerirkekeliruan-kekeliruantemannya, menerima dan
mendorongperilakupesertadidik yang keliru.
e. Mudahmereaksihal-halnegatif, misalnyabiladidatangitamu-tamu,
terjadiperubahaniklim dan sebagainya.
f. Moral rendah, permusuhanagresif, misalnyadalamlembaga yang alat-
alatbelajarnyakurang, kekurangan uang, dan lain-lain.
g. Tidak mampumenyesuaikandenganlingkungan yang berubah, sepertitugas-
tugastambahan, anggotakelas yang baru, situasibaru dan sebagainya.19
5. Kekeliruan yang Perlu Dihindari Guru Dalam Pengelolaan Kelas
Beberapa kekeliruan yang perlu dihindari guru dalam mempraktikkan keterampilan
Pengelolaan kelas, sebagai berikut ini:
a. Campur Tangan Berlebihan
Campur tangan guru yang berlebih anter hadap peserta didik akan memberikan dampak
yang kurang baik, oleh karena itu campur tangan guru dilakukan sesuai dengan tugas,
fungsi, dan tanggung jawabnya di kelas.
b. Kesenyapan
Proses kesenyapan memang diperlukan di dalam kelas, namun kesenyapan tersebut tidak
diperlukan dalam waktu yang lama Karena dapat menimbulkan perilaku yang berlebihan
dari peserta didik (misalnyagaduh, yang disebabkan oleh peserta didik ngobrol) yang akan
mengganggu proses belajar yang sedang berlangsung.
c. Ketidak tepatan Memulai dan Mengakhiri Kegiatan

19
Badrudin, Dasar-Dasar Management, (Bandung, Alfabeta 2014), hal.104
Kegiatan di awal dan akhirmerupakanhal yang sangat krusialbagi guru.
Kegiatanawaladalahpembukajalandalammengorganisasikanpikiranpesertadidikuntukmene
mukan dan melakukanberbagaihal di kelasterkaitdenganbelajar yang dialaminya,
terutamakaitannyadengantugasnya.Pemahaman guru atasberbagaikegiatan dan
kegiatanlanjut yang akandilaksanakanpesertadidik di masa yang akandatang.
d. Penyimpangan
Bentukperilaku yang menyimpangbaiksecara individual
maupunkaitannyadalampelaksanaanpembelajaran.
e. Bertele-tele
Penggunaan kata ataukalimat yang bertele-tele dalamkegiatan yang bertele-tele
akanmenimbulkankebosanan dan ketidaknyamananbagipesertadidikketikahalitutertuju
pada satu orang sajaatau pada satupokokbahasansaja.
f. PengulanganPenjelasan yang Tidak Perlu
Banyak hal yang barubagipesertadidik yang dapatdisampaikan, dan banyakhallainnya yang
juga memerlukanpengulangan. Prinsip yang harusdipahamiadalahbahwaketikaterjadi
proses pengulanganadalahbentukuntukmengaitkanpokokbahasan, menegaskan, dan
mencontohkan. Karena pengulangandapatmemunculkanpersepsi yang
kurangbaikbagipesertadidiksehinggaakanmunculanggapanbahwa guru
tidakdapatmengajardenganbaik.20
Tindakan Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru akan efektif apabila guru dapat
mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapinya, sehingga dapat
disajikan solusi yang tepat.
6. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Kelas
a. Langkah-langkah Penyelesaian Masalah Pengelolaan Kelas
1) Identifikasi masalah siswa, Pada langkah ini guru melakukan kegiatan untuk mengenal
dan mengetahui masalah-masalah kelas yang muncul di dalam kelas. Disini guru harus
mengetahui karakteristik siswa yang ada di kelas, mengetahui apakah ada perkelahian
antar siswanya dan lain-lain. Saat guru mengetahui masalah-masalah yang muncul di
dalam kelasnya, guru dapat mencarikan solusi terbaik agar masalahtersebut tidak
berkepanjangan dan membuat suasana kelas menjadi sangat tidak nyaman.

20
Priansa, ManajemenPeserta Didik dan Model Pembelajaran (Bandung, Alfabeta, 2015), hal.150
2) Membuat rencana penanggulangan terhadap masalah siswa, Saat guru sudah
mengetahui masalah yang terdapat di dalam kelas, guru sudah menyiapkan rencana
penanggulangan atau solusi yang akan diberikan guru kepada siswa yang bermasalah
tersebut.
3) Menetapkan waktu pertemuan dengan siswa yang bermasalah dengan persetujuan kedua
pihak tentang waktu dan tempat pertemuan itu sendiri. Bila saatnya bertemu dengan
siswa, jelaskan maksud pertemuan tersebut dan jelaskan pula manfaat yang mungkin
diperoleh, baik oleh siswa ataupun oleh sekolah.
4) Tunjukkan kepada siswa bahwa guru pun bukan orang yang sempurna dan tidak terlepas
dari kekurangan dalam hal ini. Tetapi yang penting antara guru dan siswa harus ada
kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki diri, saling mengingat bagi
kepentingan bersama.
5) Guru berusaha untuk membawa siswa kepada masalahnya yaitu pelanggaran terhadap
peraturan yang berlaku di sekolah dengan sikap yang sabar sehingga menumbuhkan
kesadaran siswa secara perlahan.
6) Bila pertemuan yang diadakan ternyata siswa tidak responsif, maka guru dapat
mengajak siswa untuk melaksanakan diskusi pada waktu yang lain tentang masalah
yang dihadapinya. Tentukan waktu diskusi tersebut atas dasar persetujuan antara guru
dan siswa. Pertemuan tersebut bisa diadakan di dalam kelas pada waktu istirahat atau
pada waktu pulang sekolah.
7) Pertemuan guru dan siswa harus sampai pada pemecahan masalah dan sampai pada
kontrak individual yang diterima siswa dalam rangka memperbaiki tingkah laku siswa.
8) Melakukan tindak lanjut dengan mengikuti perkembangan siswa setelah penyelesaian
masalah (monitoring) agar masalah tersebut tidak terulang lagi. Masalah-masalah yang
terjadi di dalam kelas harus segera diselesaikan agar gangguan terhadap pelaksanaan
pembelajaran tidak berlangsung lama.21

KESIMPULAN
Pemecahan masalah merupakan suatu usaha untuk menemukan jalan keluar dari suatu
kesulitan dan mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera. Kemampuan pemecahan

21
Mulyadi, Akuntansi Managemen, ( Yogyakarta, Raja Grafindo Persada) hal. 33
masalah merupakan kecakapan atau potensi yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan
permasalahan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah
individual dan masalah kelompok. Juga dalam mengidentifikasi masalah pengelolaan harus
dilakukan oleh guru dengan baik dan tepat. Dalam mengidentifikasi masalah pengelolaan kelas
tentu saja harus meliputi pada kondisi siswa ketika melakukan pembelajaran, apakah sudah
optimal dan sesuai kebutuhan siswa apa belum.
Ada empat paktor timbulnnya masalah dalam pengelolaan kelas yaitu faktor guru, faktor
siswa, faktor keluarga dan faktor fasilitas. Sehingga guru perlu menghindari sikap yang
berlebihan terhadap murid, kesenyapan, ketidak tepatan dalam memulai dan mengakhiri
pelajaran, penimpangan,bertele-tele, maupun pengulangan penjelasan yang tidak perlu. SEhingga
hal-hal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi terhadap siswa, membuat rencana
penanggulangan terhadap masalah siswa, mendapat waktu pertemuan dengan siswa yang
bermasalah dengan persetujuan kedua belah pihaktetang waktu dan tempat dan masih banyak hal
lainnya lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai