Anda di halaman 1dari 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN BANTUAN

MEDIA PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN HURUF


HIRAGANA DAN KATAKANA SMKN 1 SINGARAJA

OLEH :

KADEK MIRAHANA SENA MUTIARA

NIM 2112061010

KLS : 5_A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

JURUSAN BAHASA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB I PENDAHULUAN 2

1.1 Latar Belakang Masalah 5

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Pembatasan Masalah 6

1.4 Rumusan Masalah .6

1.5 Tujuan Penelitian 6

1.6 Manfaat Hasil Penelitian 7

BAB II 8

KAJIAN TEORI 8

2.1 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan 8

2.2 Landasan Teori 10

2.3 Media Pembelajaran 14

2.4 Kerangka Berpikir 14

2.5 Hipotesis Tindakan 15

2.6 Hipotesis Penelitian 15

BAB III METODE PENELITIAN 17

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 17

3.2 Metode Pengumpulan Data 17

1
3.3 Subjek Penelitian 18
3.4 Skala Pengukuran Variabel 18

3.5 Prosedur penelitian 19

2
BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan sebuah media yang menjadi dasar terjadinya suatu komunikasi antar
manusia. Akan tetapi banyaknya variasi bahasa antar suku maupun Negara menjadi penghambat
terjadinya interaksi yang komunikatif. Ditambah lagi ketika kita ingin berkomunikasi serta
mengetahui informasi penting dari belahan Negara yang berbeda. Sehingga mempelajari bahasa
asing merupakan senjata utama untuk menaklukan permasalahan komunikasi serta mengikuti arus
globalisasi yang memaksa kita untuk mengetahui informasi dari seluruh belahan dunia.
Salah satu bahasa asing yang penting untuk dipelajari adalah bahasa Jepang. Di Indonesia,
Bahasa Jepang dipelajari secara formal dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Bahasa ini dianggap penting untuk dipelajari, khususnya kaum
remaja, karena pasar pariwisata Indonesia salah satunya adalah Jepang serta Jepang sendiri banyak
membuka lapangan kerja bagi warga Negara Indonesia. Namun dilihat secara jelas, penggunaan
dan orang yang mampu berbahasa Jepang secara fasih dapat dikatakan sangat minim dibandingkan
dengan bahasa asing yang lain seperti Bahasa Inggris. Hal yang menjadikan minimnya
kemampuan bahasa jepang tersebut dikarenakan kurangnya motivasi dalam mempelajari bahasa
tersebut. Hal ini selaras dengan pendapat Liu (2018) yang pada penelitiannya menemukan motivasi
belajar bahasa Jepang sangat minim karena guru hanya menekankan pada kemampuan kognitif
siswa melalui pemberian teori dan tes dengan nilai standar yang tinggi. Sehingga, siswa enggan
untuk mempelajari bahasa jepang baik secara tertulis maupun lisan.
Dalam pembelajaran bahasa, pemahaman siswa mengenai huruf hiragana maupun
katakana memang penting dipelajari oleh siswa. pembelajaran teori yang cenderung pasif dan
kurang menarik minat siswa perlu mendapatkan inovasi sehingga motivasi siswa meningkatkan.
Seperti bahasa lainnya, bahasa Jepang memiliki beberapa karakteristik seperti sistem pengucapan,
penggunaan huruf, kosa kata, dan tata bahasa. Salah satu karakteristik bahasa Jepang yang
dipelajari oleh siswa ialah pengunaan huruf baik huruf hiragana maupun katakana.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa siswa di Indonesia akan


menemukan kesulitan dalam mempelajari huruf Jepang baik hiragana dan katakana . Karena cara
penulisan berbeda dengan huruf di bahasa Indonesia. Oleh sebab itu huruf Jepang penting untuk

3
dipelajari oleh siswa agar tidak terjadi kesalahan dalam menulis nantinya. Dan dalam proses
pembelajaran ini dibutuhkan metode pembelajaran yang interaktif dan inovatif untuk menciptakan
suatu interaksi antara guru dan siswa. Serta peralihan metode pembelajaran yang monoton dan
tradisional (teacher centre) akan membantu guru untuk meningkatkan ketertarikan dan motivasi
siswa dalam mempelajari bahasa Jepang. Salah satu metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi siswa adalah metode pembelajaran Discovery Learning.
Discovery Learning merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk
bertanya dan merumuskan jawaban tentatif mereka sendiri berdasarkan contoh atau pun
pengalaman praktis Hanafi (2016). Hal ini juga selaras dengan pernyataan yang diungkapkan oleh
Krisnawati (2015) discovery learning adalah metode yang terjadi ketika seorang guru menetapkan
melakukan eksperimen, bertindak sebagai pelatih, dan memberikan petunjuk di sepanjang jalan
untuk membantu siswa datang ke sololusi. Denngan cara ini, guru menyediakan siswa dengan alat-
alat tertentu untuk belajar suatu konsep, dan siswa memahami alat-alat tersebut. Dengan metode
pembelajaran ini, peserta didik didorong untuk belajar mandiri, berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, mengevaluasi, menggunakan cara pandang induktif atau proses deduktif untuk
merumuskan hipotesis, mencari kebenaran, dan melakukan pengamatan dan ekstrapolasi.

Peran guru dalam metode pembelajaran dicovery learning adalah membina dan
memotivasi peserta didik dengan memfasilitasi minat belajar dan memotivasi peserta didik. Dalam
pengajaran penemuan, guru tidak menyajikan materi di kelas secara langsung, tetapi siswa
memiliki kesempatan untuk menemukan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajarinya.
Guru juga harus merencanakan pelajaran sehingga pelajaran fokus pada isu-isu yang tepat bagi
siswa untuk mengeksplorasi.
Metode pembelajaran dicovery learning ini dipandang tepat sasaran untuk
diimplementasikan di SMKN 1 Singaraja , khususnya untuk siswa kelas XI UPW. Dimana
berdasarkan hasil observasi awal terhadap siswa kelas XI di SMKN 1 Singaraja di jurusan UPW
(Usaha Perjalanan Wisata) ditemukan banyaknya penurunan hasil belajar dan minat siswa dalam
mempelajari bahasa Jepang khususnya menulis huruf hiragana dan katakana. Hal tersebut
dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi siswa itu sendiri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kompetensi pengetahuan siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal menurut
Susanto (2016) .Faktor internal merupakan faktor yang ada dan bersumber pada diri siswa tersebut
yaitu kecerdasan dan minat siswa dalam belajar. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor

4
yang mempengaruhi kompetensi pengetahuan siswa yang bersumber dari luar diri siswa tersebut
seperti keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat di rumahnya. Adapun faktor eksternal yang
mempengaruhi penurunan hasil belajar siswa dikarenakan metode pembelajaran yang monoton
dan tradisional (teacher centre), data ini diperoleh dari beberapa wawancara singkat dari beberapa
siswa Kelas XI UPW SMKN 1 Singaraja.

Penerapan metode pembelajaran Dicovery Learning ini diharapkan mampu meningkatkan


motivasi belajar siswa dan dari inovasi metode pembelajaran ini guru tidak hanya merangsang
siswa untuk aktif mengembangkan pengetahuan dan sikap, namun juga merangsang peningkatan
keterampilan menulis hiragana dan katakana siswa. Sehingga pengetahuan siswa tidak sebatas
memahami konsep yang ada pada mata pelajaran Bahasa Jepang, khususnya menulis hiragana dan
katakana , namun juga terampil dalam menulis dan menyusun kata-kata dengan baik dan benar
sesuai kaidah. Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakannya penelitian dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Dicovery Learning Denngan Media Picture and Picture terhadap penguasaan
huruf Hiragana dan Katakana Kelas XI UPW SMKN 1 Singaraja”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka identifkasi masalah dari
penelitian ini adalah sebagi berikut:

Hasil observasi awal menunjukan, , kemampuan siswa kelas XI UPW SMKN 1 Singaraja
dalam mengingat dan menulis huruf Hiragana masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukan berupa:

1. Pemilihan metode pembelajaran Discovery Learning belum pernah diterapkan dalam


pembelajaran bahasa Jepang di sekolah khususnya dikelas XI UPW.
2. Siswa kurang belajar secara mandiri dan kurang berpartisipasi aktif.
3. Kurangnya motivasi siswa dalam mempelajari huruf hiragana dan katakana

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini dibatasi hanya pada :

5
1. Penagrauh model pembelajaran Dicovery learning picture and picture terhadap penguasaan
huruf hiragana kelas XII UPW SMKN 1 Singaraja.

2. Mengetahui hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Dicovery learning


picture and picture pada penguasaan huruf hiragana SMKN 1 Singaraja

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian adalah:

1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Dicovery learning dengan bantuan picture and
picture pada mata pelajaran bahasa Jepang menghapal huruf Hiragana siswa kelas XI UPW
SMKN 1 Singaraja

2. Seberapa besar pengaruh kemampuan siswa XI UPW SMKN 1 Singaraja dalam menghapal dan
mengingat huruf Hiragana siswa SMK N 1Singaraja setelah menggunakan model pembelajaran
dicovery learning picture and picture.

1.5 Tujuan Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Dicovery learning
picture and picture dalam menghapal huruf Hiragana yang dialami siswa kelas XI UPW SMKN 1
Singaraja.

2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan menghapal huruf Hiragana
siswa kelas XI UPW SMKN 1 Singaraja pada mata pelajaran bahasa Jepang menghapal dan
mengingat huruf Hiragana dengan menggunakan model pembelajaran Dicovery learning picture
and picture.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan tambahan pengetahuan terhadap
siswa maupun guru dalam pembelajaran bahasa Jepang serta dapat dijadikan sarana evaluasi dalam
proses pembelajaran.

6
1.6.2 Manfaat praktis
1. Bagi sekolah
Memberikan wawasan baru bagi sekolah untuk menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi sesuai kebutuhan siswa. Serta sebagai tolak ukur bagi sekolah agar terciptanya mutu
pendidikan yang lebih optimal di dalam sekolah.

2. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru
dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya untuk membantu siswa dalam mengelola secara
efektif pembelajarannya sendiri.

2. Bagi siswa
Sebagai referensi belajar yang inovatif dan kreatif dengan mengenal metode-metode
pembelajaran yang bervariatif untuk meningkatkan hasil belajar di sekolah.

3. Bagi peneliti
Sebagai pengalaman bagi peneliti untuk lebih baik dalam menentukan metode pembelajaran. Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam melakukan
penelitian kedepannya.

7
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis


2.1.1 Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang ditulis oleh para ahli sebelumnya,baik itu berupa penelitian
ataupun buku yang relevan dan dikaji dalam hubungannya dengan penelitian ini. Beberapa
penelitian yang relevan akan dijabarkan sebagai berikut :

Hasil penelitian Abner Baransano, Akasamina Maria Yohanita dan Insar Damopolii (2018)
yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Piuture and Picture untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Biologi siswa kelas Xl IPA YABT Manokwari”. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang bersubjek pada siswa kelas Xl IPA menggunakan model kemmis dan tanggart
dengan jumlah siswa 30. Hasil observasi kegiatan/aktivitas siswa siklus I, dari 7 kegiatan siswa
yang diamati terdapat enam (6) kegiatan dengan predikat sangat baik (92-100% tercapai) yaitu
Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, Siswa Disajikan pada Seminar Nasional
MIPA II Universitas Papua "Konservasi, Matematika, Sains dan Teknologi" 12 Juli 2017
Membentuk kelompok, Kemampuan berdiskusi dalam kelompok, Kemampuan menyusun gambar
menjadi urutan yang logis, Kemampuan menyimpukan materi, Mengikuti evaluasi. Dan terdapat
satu (1) kegiatan dengan predikat cukup (66.7% tercapai). Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I
mencapai 90%. Sedangkan hasil observasi kegiatan/aktivitas siswa siklus II, dari 7 kegiatan siswa
yang diamati terdapat tujuh (7) kegiatan dengan predikat sangat baik (100% tercapai) yaitu
Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, Siswa Membentuk kelompok, Kemampuan
berdiskusi dalam kelompok, Kemampuan menyusun gambar menjadi urutan yang logis,
Kemampuan menyimpulkan materi, Mengikuti evaluasi rata-rata aktivitas siswa pada siklus II
mencapai 100%. Hal ini dilihat bahwa ternyata proses pembelajaran yang berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture pada materi sistem reproduksi pada
manusia dapat meningkatkan aktivitas siswa secara keseluruhan sehingga dari siklus I hingga
siklus II mengalami peningkatan secara keseluruhan dengan demikian proses pembelajaran dengan

8
menggunakan model pembelajaran picture and picture juga dapat meningkatkan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran di kelas.

Hasil penelitian Wiwik Yully Widyanti (2019 ) yang berjudul “Keefektifan Model
Pembelajaran Picture and Picture dalam Keterampilan Menulis tingkat Universitas”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran picture and picture efektif atau tidak
dalam meningkatkan hasil tulisan teks recount mahasiswa semester 4 tingkat universitas. Subjek
dalam penelitian ini adalah mahasiswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60.
Sampel dibagi menjadi 2 kelompok terdiri dari 30 kelas experiment dan 30 untuk kelas kontrol.
Penelitian ini menggunakan buku dan tes sebagai sumber data. Dalam hal ini tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes menulis teks recount. Penelitian ini menggunakan metode
quantitative yaitu experiment. Temuan penelitian ini adalah melalui analisis tes yang dilakukan
mahasiswa tentang menulis teks recount. Setelah menganalisis data, hasil dari tes yang diterapkan
kepada mahasiswa yang menggunakan model pembelajaran picture and picture menunjukkan
bahwa nilai tertinggi adalah 92, nilai terendah adalah 56 daripada mahasiswa yang diterapkan
menggunakan metode konvensional. Nilai Rata–ratanya yaitu 81,63 dan median 77,5. jika
dikonsultasikan ke klasifikasi tingkatan nilai menulis, rata-rata kemampuan menulis dikategorikan
bagus. Sebaliknya, hasil dari tes yang diterapkan kepada mahasiswa yang menggunakan teknik
konvensional atau kelas kontrol , menunjukkan bahwa nilai tertinggi adalah 83, nilai terendah
adalah 50. daripada mahasiswa yang diterapkan menggunakan konvensional teknik. Nilai rata–
ratanya yaitu 69,1 dan median 70. jika dikonsultasikan ke klasifikasi tingkatan nilai menulis, rata-
rata kemampuan menulis dikategorikan kurang bagus. Berdasarkan pernyataan diatas, hal ini dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh yang bagus mengenai
penggunaan model pembelajaran picture and picture dalam meningkatkan kemampuan menulis
teks recount. Jadi, model pembelajaran picture and picture sangat efektif dalam meningkatkan
kemampuan menulis.

2.1.2 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Discovery Learning


Tentunya setiap metode pendidikan memiliki prosedur yang perlu diterapkan oleh guru
pada pembelajaran di kelas. Dalam mengaplikasikan method discovery learning dalam
pembelajaran, terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Kurniasih & Sani (2014)
mengemukakan langkah-langkah operasional metode discovery learning yaitu sebagai berikut.

9
1. Langkah persiapan method discovery learning :
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik.
c. Memilih materi pelajaran.
d.Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secar induktif.
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan
sebagainya untuk dipelajari peserta didik akan terjadi dalam proses belajar mengajar.
Dengan demikian, persiapan tahap pembelajaran adalah evaluasi terhadap tindakan yang
akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk menyetel komponen
pelatihan.” Selanjutnya adalah langkah persiapan untuk membuka method pembelajaran umum,
dan dapat digambarkan sebagai.

a. memberikan stimulus kepada peserta didik, (Stimulation )


b. mengidentifikasi permasalahan yang relevan dengan bahan pelajaran, merumuskan masalah
kemudian menentukan jawaban sementara (hipotesis),
c. membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi,
d. memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan pengumpulan data, kemudian mengolahnya untuk
membuktikan jawaban sementara (hipotesis),
e. mengarahkan peserta didik untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatannya, dan
f. mengarahkan peserta didik untuk mengomunikasikan hasil temuannya.

2.2 Landasan Teori


2.2.1. Metode Pembelajaran Discovery Learning
Metode Discovery Learning merupakan inovasi metode pembelajaran yang merangsang
siswa untuk turut aktif untuk mencapai capaian belajarnya di kelas. Metode ini mengajak siswa
untuk menemukan informasi dan memahami konsep pembelajaran secara mandiri dan aktif.
Namun, penerapan metode ini bukan berarti guru tidak mendampingi siswa dalam proses mereka
menemukan informasi yang mereka butuhkan, pada metode ini guru sebagai pendamping dan
membuat skenario belajar yang mendukung sehingga capaian hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode ini tercapai.

10
Metode pembelajaran discovery learning mengharuskan siswa berpartisipasi dalam
membuat banyak keputusan tentang apa, bagaimana, dan kapan sesuatu harus dipelajari dan
bahkan memainkan peran utama dalam membuat keputusan. Diharapkan siswa harus
mengeksplorasi contoh dan dari mereka 'menemukan' prinsip atau konsep, yang harus dipelajari.
Bruner (1983) menjabarkan dua target untuk discovery learning: 1) Discovery Learning Theory
harus bertindak sebagai perluasan yang disempurnakan dari teori berbasis luas konstruktivisme
dengan berfokus pada individu. Selain itu, 2). Metode Discovery Learning harus berfungsi sebagai
cara untuk mendefinisikan dan menyediakan struktur dengan cara di mana individu belajar
sehingga bertindak sebagai panduan untuk penelitian pendidikan. Terkait dengan detail Discovery
learning, Bruner, (1986) menyatakan beberapa detail sebagai berikut: Ada empat komponen
Discovery Learning Theory, 1). rasa ingin tahu dan ketidakpastian, 2) Struktur pengetahuan, 3)
Urutan, dan 4) Motivasi. Itu juga menetapkan bahwa ada tiga prinsip yang terkait dengan Metode
Discovery Learning yaitu; 1) Instruksi harus memperhatikan pengalaman dan konteks yang
membuat siswa mau dan mampu belajar (readiness), 2) Instruksi harus terstruktur sedemikian rupa
agar mudah dipahami oleh siswa (organisasi spiral), 3) Instruksi harus dirancang untuk
memfasilitasi ekstrapolasi dan atau mengisi kesenjangan (melampaui informasi yang diberikan).
Bruner juga mengidentifikasi enam indikator atau tolok ukur yang mengungkapkan kognitif
pertumbuhan atau perkembangan yaitu 1) Menanggapi situasi dengan cara yang bervariasi, bukan
selalu dengan cara yang sama, 2) Menginternalisasi peristiwa ke dalam 'sistem penyimpanan' yang
sesuai terhadap lingkungan, 3) Peningkatan kapasitas berbahasa, 4) Interaksi sistematis dengan
tutor (orang tua, guru, atau panutan lainnya), 5) Bahasa sebagai instrumen untuk memesan
lingkungan, dan 6) Meningkatkan kapasitas untuk menghadapi berbagai tuntutan.

2. 2.2 Pengertian Belajar

Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
perkembangan perilaku serta pembentukan pribadi seseorang, pada hakikatnya belajar merupakan
suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk memiliki kemampuan berupa pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) : Belajar merupakan suatu
proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah yang meliputi

11
unsur afektif, dalam matra afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan
penyesuaian perasaan sosial.

Dalam memaknai konsep belajar setiap ahli memiliki batasan yang berbeda, hini dapat dilihat
dari beberapa pendapat diantaranya yaitu:

1. Skinner (dalam Mudjiono dan Dimyati, 2006) : Belajar didefenisikan sebagai suatu
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya, bila ia
tidak belajar maka responnya menurun.
2. Slameto (2010) : Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
3. Sudjana (2010) : Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan,
kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu-individu yang belajar.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses atau usaha
seseorang dalam mengadakan perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman yang telah
dilakukannya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan yang bersifat pemerolehan
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun terkait nilai dan sikap (afektif)
seseorang.

2.2.23. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran secara umum adalah proses interaksi antara peserta didik atau siswa dengan
pendidik atau guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa
yang saling bertukar informasi. Definisi pembelajaran juga bisa diartikan sebagai suatu proses oleh
guru atau tenaga didik untuk membantu murid atau peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Menurut Arifin (2010) Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan siswa, sumber

12
belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan
belajar siswa.
Adapun konsep pembelajaran menurut Sanjaya (2011) Definisi pembelajaran menurut
Sanjaya merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek
yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah
keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan mengenai konsep pembelajaran menurut kedua ahli tersebut dapat
diketahui bahwa pembelajaran dirancang secara sistematik bersifat interaktif dan komunikatif
antara pendidik (guru) dengan siswa,dengan menggunakan kaidah dan cara yang tepat untuk
menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.

2.2.4. Pengertian Metode Pembelajaran.


Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk konkret berupa langkah-langkah
untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu pembelajaran. Pernyataan tersebut diperkuat oleh
pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2011, hlm. 56) yang mengatakan bahwa metode
pembelajaran adalah cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan berbagai kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau ditentukan.Sementara itu, Sutikno
(2014, hlm. 33) berpendapat bahwa pengertian “metode” secara harfiah berarti “cara”, metode
adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara kerja sistematis yang memudahkan
pelaksanaan pembelajaran berupa implementasi spesifik langkah-langkah konkret agar terjadi
proses pembelajaran yang efektif mencapai suatu tujuan tertentu seperti perubahan positif pada
peserta didik.

2.2.5 Metode Pembelajaran Dicovery Learning Picture and picture


Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang diinginkan tercapai. Metode digunakan guna
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Metode merupakan cara, yang di dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain metode pembelajaran adalah teknik
penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada siswa di

13
dalam kelas baik secara individual maupun secara kelompok agar materi dapat diserap, dipahami,
dan dimanfaatkan siswa dengan baik.
Penggunaan suatu metode pembelajaran yang baik harus memperhatikan beberapa hal
berikut:
1. Metode yang digunakan dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.
2. Metode yang digunakan dapat menjamin perkembangan kegiatan siswa.
3. Metode yang digunakan dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh ilmu pengetahuan melalui usaha pribadi.
4. Metode yang digunakan dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai sikap utama
yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaraan discovery learning picture and
picture yaitu cara belajar yang telah direncanakan sebelumnya guna menjalankan pembelajaran
yang efektif dan mudah diterima oleh siswa.

2.3 Media Pembelajaran


Media pembelajaran adalah instrumen yang membantu siswa dalam mendapatkan
pengalaman belajar yang fleksibel dimana siswa dapat menggunakannya baik di dalam maupun
luar kelas (Aruan dkk., 2019). Media pembelajaran dapat berupa media pembelajaran dapat
berbasis teknologi yang digunakan untuk menyampaikan materi dalam proses pembelajaran
(Astuti dkk., 2019; Marini dkk., 2022). Wati (2016) bahkan berpendapat bahwa media
pembelajaran memiliki tujuan untuk mengkontrol efektifitas proses pembelajaran.
Media pembelajaran dapat berbentuk grafik, gambar, audio, maupun audio-visual untuk
menarik minat dan motivasi belajar siswa (Widyaningsih, 2019). Penggunaan media pembelajaran
tidak hanya didasari oleh kebutuhan dan karakteristik siswa tapi juga berdasarkan tampilannya
yang mampu mewujudkan proses pembelajaran dalam lingkungan yang menyenangkan
(Ardaningsih & Adnyayanti, 2022; Wijaya dkk.,2021). Kurniawan dkk., ( 2021) menyatakan
bahwa media pembelajaran adalah gabungan dari teks, grafik, audio, dan animasi yang bersifat
interaktif dan dapat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar maupun kecil.

14
2.4 Kerangka Berpikir

Secara umum mata pelajaran bahasa Jepang khususnya hiragana dan katakana di sekolah
masih menggunakan metode pembelajaran yang umumnya berpusat pada guru. Di sini guru
merupakan satu-satunya sumber informasi bagi siswa, sehingga monoton, membosankan,
membosankan, dan siswa tidak suka belajar. mengingat bahwa mata pelajaran bahasa Jepang,
khususnya hiragana dan katakana, harus menjadi mata pelajaran favorit bagi siswa. Namun
mengingat motivasi belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, selain meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran bahasa Jepang khususnya hiragana dan katakana, peningkatan motivasi
belajar juga sangat diperlukan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar dan memotivasi
siswa dalam mempelajari mata pelajaran bahasa Jepang khususnya hiragana dan katakana, maka
metode pembelajaran yang digunakan guru, khususnya metode pembelajaran yang sesuai harus
diganti dengan metode yang lebih menarik.

Metode pembelajaran Pembelajaran Discovery Learning salah satunya bertujuan untuk


memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Melalui pembelajaran
discovery learning siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong dalam memahami materi
dan tugas belajar yang dihadapi mengeksplorasi konsep dan prinsip, untuk menemukan prinsip
dengan memperoleh dan menghubungkanya dengan pengalaman. Ketika peserta didik
menemukan konsep dan prinsip mereka, maka pengetahuan yang mereka peroleh akan bertahan
lama. Oleh karena itu, perlu adanya media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Penerapan suatu metode picture and picture pada pembelajaran bahasa jepang yaitu menilis huruf
Hiragana merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan peserta didik.
Seseorang pendidik harus memiliki metode pembelajaran yang tepat, efektif, menarik dan tentunya
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Dalam hal ini akan dibuktikan apakah penerapan metode picture and picture dapat
memberi pengaruh positif terhadap hasil belajar dalam meningkatkan penguasaan huruf hiragana
peserta didik kelas XI UPW SMKN 1 Singaraja, dengan menggunakan metode picture and picture
yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI UPW SMK N 1 Singaraja.

15
2.5 Hipotesis Tindakan
Hipotesis ndividu yang diajukan dalam penelitian ini adalah penerapan metode discovery
learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII UPW SMKN 1 Singaraja

2.6 Hipotesis Penelitian

Bardasarkan Teori, penelitian yang relevan dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis
dalam penelitian ini dapat di tuaangkan sebagai berikut : terdapat pengaruh penerapan metode
Discovery learning dengan bantuan Picture and Picture terhadap hasil belajar hiragana siswa kelas
XI UPW SMA N 1 Singaraja.

16
Bab III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini diklasifikasikan sebagai Penelitian Individu kelas (Classroom Action


Research). Menurut (Gunawan et.al, 2014). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
pembelajaran refleksi diri yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan tujuan untuk
meningkatkan efektivitas sebagai guru untuk membantu peserta didik meningkatkan hasil
belajarnya. Penelitian ndividu kelas berasal dari ndivi Inggris classroom action research, yang
berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas. Menurut Hopkins (1993) Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan ndividu
substantif, suatu ndividu yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang
untuk memahami yang terjadi, ndivi terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Menurut Carr & Kemmis dalam McNiff (1991), penelitian ndividu adalah bentuk penyelidikan
reflektif diri yang dilakukan oleh peserta (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi ndivi
(termasuk ndividua ) dalam rangka meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (1) praktik
ndivi atau ndividua mereka (2) pemahaman mereka tentang praktik-praktik dan (3) situasi
(kelembagaan) di mana praktik tersebut dilakukan. Jadi, dapat disimpulkan penelitian ndividu
kelas adalah penelitian yang langsung dilakukan di dalam kelas untuk mengevaluasi dan
menguji coba suatu eksperimen untuk perubahan yang lebih baik.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan
data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang
untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti
(Mardalis: 2008: 66) Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioer, daftar pertanyaannya
dibuat secara 28 berstruktur denan bentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice

17
questions) dan pertanyaan terbuka (open question). Metode ini digunakan untuk memperoleh
data tentang persepsi desain interior dari responden.

2. Metode Wawancara.

Dalam penelitian ini ,pengumpulan data dilaksanakan oleh penulis yaitu melalui kegiatan
wawancara terhadap para siswa kelas X SMA N 2 Singaraja. Metode pengumpulan data ini
dijalankan melalui langkah-langkah berupa mempersiapkan kumpulan pertanyaan yang hendak
disampaikan kepada siswa ,selanjutnya mencatat dan mengumpulkan jawaban-jawaban yang
telah diberikan oleh para mahasiswa tersebut.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI UPW SMKN 1 Singaraja yang
berjumlah 34 orang. Alasan kelas ini dijadikan sebagai subjek penelitian karena dari hasil
observasi sebelumnya dilakukan penelitian hasil belajar Hiragana pada kelas XI UPW SMKN
1 Singaraja masih rendah dan banyak belum mencapai KKM yaitu 70. Dari hasil wawancara
dengan kelas XI UPW SMKN 1 Singaraja bahwa ndividu besar siswa jenuh ndividu sedang
belajar mata pelajaran Hiragana sehingga mempengaruhi hasil belajar.

3.4 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini mengacu pada Skala Likert (Likert Scale),
dimana masing-masing dibuat dengan menggunakan skala 1 – 5 kategori jawaban, yang
masing-masing jawaban diberi score atau bobot yaitu banyaknya score antara 1 sampai 5,
dengan rincian:

1. Jawaban SS sangat setuju diberi score 5.

2. Jawaban S setuju diberi score 4.

3. Jawaban R ragu-ragu diberi score 3.

4. Jawaban TS tidak setuju diberi score 2.

5. Jawaban STS sangat tidak setuju diberi score 1.

18
3.5 Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa siklus sampai suatu ndividua
keberhasilan tugas tercapai. Tindakan dalam setiap siklus meliputi menentukan ndiv masalah,
merencanakan ndividu, mengambil ndividu, serta mengamati, menafsirkan dan merefleksi
(menganalisis dan menafsirkan) dan merencanakan tindak lanjut (jika perlu). Urutan ndividu
pada setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut:

Perencanaan

Refleksi Siklus I Tindakan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Tindakan
Siklus II

Pengamatan

Dan seterusnya
Siklus 1

Sebelum merencanakan tugas Siklus I, peneliti terlebih dahulu melakukan pengamatan awal
untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diatasi. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
bahwa guru masih menerapkan metode pembelajaran tradisional, siswa masih memiliki tingkat
motivasi belajar yang rendah, prestasi belajar siswa juga masih rendah, dan ketuntasan
minimal (KKM) belum tercapai. Untuk memperbaiki situasi ini, kami mengambil langkah-
langkah untuk mengimplementasikan metode pembelajaran penemuan

a. Perencanaan Tindakan
Rencana Tindakan yang harus dilakukan sebelum Tindakan siklus I adalah sebagai
berikut.

19
1) Metode Discovery Learning
2) Menyiapkan materi ndividual
3) Menyiapkan media informasi yang sesuai untuk proses pembelajaran
4) Menyiapkan soal pre-test dan post-test untuk mengetahui hasil belajar siswa
5) Menentukan motivasi belajar siswa Menyiapkan angket untuk mengisi

b. Pelaksanaan Kegiatan
Setelah merencanakan suatu kegiatan, selanjutnya adalah melaksanakannya, dan
pelaksanaan kegiatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Sebelum kegiatan inti kurikulum, siswa terlebih dahulu melakukan tugas tes
pendahuluan.
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan method pembelajaran
discovery.
3) Setelah selesai belajar-mengajar, siswa kembali ke post-test dan membandingkan
tanggapan siswa.

c. Pengamatan/Pengumpulan Data
Langkah ini dilakukan bersamaan dengan observasi. Pada observasi ini hal yang
diamati adalah proses pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan metode
pembelajaran discovery, sesuai dengan rencana pelaksanaan pelatihan yang telah disiapkan.
Pada ndivid ini, hubungan antar siswa dengan proses pembelajaran dan hasil penilaian
pembelajaran yang mempengaruhi mahasiswa akan diamati. Data yang diperlukan dapat
diperoleh melalui angket dan tes yang dilakukan oleh siswa (Rambe, 2020).
Langkah ini dilakukan untuk meninjau semua ndividu yang dilakukan terhadap data
dan mengevaluasi apakah ndividua keberhasilan yang diidentifikasi oleh peneliti pada siklus
pertama telah tercapai. Menurut Rambe (2020), tingkat keberhasilan yang ingin dicapai adalah:

a. Memotivasi setidaknya 80% siswa untuk belajar huruf hiragana/katakana di kelas tertinggi
(≥50).
b. Lebih dari 80% siswa memenuhi Standar Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan
sekolah. Yaitu 70.

Maka apabila ndividua keberhasilan diatas telah tercapai maka siklus I telah berhasil dan
tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Namun apabila masih ditemukan permasalah yang
belum tuntas maka dilakukan proses individu ulang pada siklus berikutnya dengan melalui

20
tahapan yang sama dengan siklus I yaitu mulai dari perencanaan, individu ulang, pengamatan/
pengumpulan data sehingga permasalahan yang ada dapat terselesaikan. Dimana pada siklus II
yang menjadi permasalahan adalah masalah yang belum terselesaikan pada siklus I atau apabila
hasil pada siklus I belum memuaskan dan tidak sesuai ndividua yang diinginkan peneliti maka
akan diselesaikan pada siklus II.
Namun jika hasil penelitian ndividu kelas dianggap telah selesai maka peneliti hanya
tinggal mengolah data yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan beberapa
siklus tersebut.

21
Daftar Pustaka

Abner BaransanoMaria Yohanita, dan Insar DamopoliiAkasamina. ((2017)). “ Penerapan model


Pembelajaran Piuture and picture untuk Meningkatkan hasil belajar Biologi siswa kelas Xl IPA
YABT MANOKWARI”. Jurnal pendidikan.
ArifinMenurut. (2010). Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan siswa, sumber
belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya
tindak.
Bruner, J. (1983). Child’s Talk: Learning to Use Language. Norton.

Bruner, J. (1986). Actual Minds, Possible Worlds. Harvard University Press.

Dimyatidalam Mudjiono danSkinner. (2006). definisi belajar.


Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Open University Press.

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad ke-21. Ghalia
Indonesia.

Liu, L. (2018). Reform of Teaching Methodology of Japanese Integrated Course Based on JF Standard
for Japanese-Language Education. Japanese Language Education Methods, 24(2), 6–7.

MudjionodanDimyati. (2019). pengertian belajar. gurupendidikan.


Sanjaya. (2011). Definisi pembelajaran.
Slameto. (2010). pengertian belajar. gurupendidikan.
Susanto, A. (2016). Teori belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana.

WidyawatiYullyWiwik. (2019). KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND


PICTURE. JURNAL ILMIAH BAHSA DAN SASTRA.

22

Anda mungkin juga menyukai