Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pulau Miangas adalah pulau terluar di Indonesia. Pulau Miangas merupakan
salah satu pulau yang terletak dalam wilayah kecamatan Nanusa, Kabupaten
Kepulauan Talaud di Sulawesi Utara. Pulau Miangas sendiri hanya memilki luas
wilayah sebesar 3.15 km2. Adapun Pulau Miangas memang memiliki banyak potensi
ekonomi. seperti keindahan pantainya, birunya laut serta melimpah kekayaan alam
dapat kita jumpai di Pulau Miangas.
Sejarah Pulau Miangas diawali pada tahun 1421, kawasan Sulawesi Utara
memiliki pulau besar terkenal yang bernama Sangihe, Talaud dan Sitaro. Menurut ahli
sejarah yang bernama F.Valentijn, kawasan Sangihe, Talaud dan Sitaro dikuasai oleh
dua kerajaan yakni kerajaan Tabukan dan kerajaan Kalongan. Akan tetapi pada tahun
1670, dalam wilayah Sangihe, Talaud dan Sitaro telah terdapat sembilan kerajaan
yaitu kerajaan Kendahe, kerajaan Taruna, kerajaan Kolongan, kerajaan Manganitu,
kerajaan Sawang (saban), dan kerajaan Tamako..
Pada tahun 1677 sampai dengan tahun 1800-an, kawasan Sangihe dan Talaud
berada dalam satu wilayah administrasi yakni berada dibawah kesultanan Ternate.
Akan tetapi dalam praktek pemerintahan sehari-hari, baik kawasan Sangihe maupun
Talaud tetap dipimpin oleh raja-raja lokal di daerah masing-masing. Kemudian pada
tahun 1800-an, saat pemerintah Belanda tengah menguasai wilayah Hindia Belanda
termasuk kawasan Sangihe, Talaud dan Sitaro maka sebagai penguasa wilayah,
pemerintah Belanda pada tahun 1825 telah menetapkan wilayah Sangihe, Talaud dan
Sitaro sebagai bagian wilayah keresidenan Manado namun tetap dalam sistem
gubernemen Ternate. Selanjutnya, pada tahun 1859, kawasan Sangihe, Talaud dan
Sitaro mulai terpisah dari sistem gubernemen Ternate.
Selanjutnya pada tahun 1900-an atau tepatnya pada tahun 1928. pada tanggal 4
April 1928, Pulau Miangas resmi menjadi milik Belanda dan berkat putusan arbiter
intermasional yang benama DR.Max Huber, maka Pulau Miangas sah ditetapkan
menjadi milik Belanda. Sehingga secara otomatis pasca kemerdekaan Indonesia atas
Belanda maka Pulau Miangas resmi menjadi bagian dari wilayah Indonesia. Namun,
berdasarkan peta Spanyol 300 tahun lalu dan traktat Paris tahun 1898, Pulau Miangas
dan Pulau Manoreh merupakan wilayah Filipina, bahkan masalah ini dengan UU
pemerintah Filipina yang baru, kedua pulau ini telah masuk pada peta kepariwisataan

1
Filipina. Pemerintah Filipina mengakui keberadaan pulau Miangas sebagai milikinya
berdasarkan traktat Paris tahun 1898, pada traktat tersebut memuat batas – batas
demarkasi Amerika Serikat setelah menang perang atas Spanyol yang menjajah
Filipina hingga ke Miangas, secara otomatis wilayah kekusaan Filipina jatuh di tangan
Amerika Serikat. Traktat itu sudah dikomunikasikan Amerika Serikat ke Pemerintah
Hindia Belanda, tetapi tidak ada reservasi formal yang diajukan pemerintah Hindia
Belanda terhadap traktat tersebut.
Maka atas beberapa latar belakang diatas haruslah diketahui dahulu apa yang
menjadi pokok permasalahannya yang menimbulkan perselisihan mengenai pulau
Miangas tersebut.

2
PEMBAHASAN
Perebutan wilayah Pulau Miangas sudah ada sejak sebelum adanya Indonesia
dengan Filipina. Sengketa Indonesia dengan Filipina adalah perairan laut antara Pulau
Miangas (Indonesia) dengan pantai Mindanao (Filipina). Disamping itu letak Pulau
Miangas (Indonesia) di dekat perairan Filipina, dimana kepemilikan Pulau Miangas
oleh Indonesia berdasarkan perundingan anatara Amerika Serikat dan Hindia Belanda
diatas kapal Greenphil tanggal 4 April 1928 berkat keputusan arbiter internasional
yang bernama DR.Max Huber, memutuskan pulau Miangas masuk ke wilayah
kekuasan Hindia Belanda karena persamaan budaya dengan masyarakat Taulud.
Semakin dipertegas diresmikannya tugu perbatasan antara Indonesia dengan Filipina
di tahun 1955, dimana Miangas berada di wilayah Indonesia.
Dalam beberapa kesempatan perundingan bilateral Indonesia-Filipina sering
muncul argumentasi yang mempertanyakan kembali status Pulau Miangas. Filipina
masih menggunakan dalil bahwa La Palmas, masuk dalam posisi kotak berdasarkan
Traktat Paris 1898 dan hal ini dikuatkan dengan ditemukannya Pardao (tugu
peringatan) pendaratan Magelhaens di pulu pada tahun 1512. Di samping itu,
konstitusi Filipina masih menyebutkan Las Palmas dalam yuridiksi dan
kedaulatannya. Argumentasi di atas dapat ditepis pemerintah RI berdasarkan
penetapan batas wilayah “Kerajaan Kepulauan Talaud” yang menjadi bagian dan
tradisi masyarakat setempat. Secara historis, pengakuan batas wilayah Kerajaan
Talaud telah terjadi sejak kepulauan Talaud dan Filipina bagian selatan berada di
bawah pengaruh dari Kerajaan Tidore.
Menurut perundingan yang terjadi di atas kapal Greenphill perundingan antara
pemerintah Amerika dan Hindia Belanda telah memutuskan Pulau Miangas termasuk
dalam wilayah kepulauan Nusantara Indonesia sebab ciri budayanya sama dengan
masyarakat Talaud. Setelah proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal
17 Agustus secara tegas dinyatakan bahwa NKRI adalah dari Pulau Sabang sampai
Merauke dan dari Pulau Miangas sampai Timur-Kupang. Hal itu lebih dipertegas lagi
dengan diresmikannya tugu perbatasan antara Indonesia dengan Filipina pada tahun
1955 di Pulau Miangas, dimana Miangas tetap berada dalam wilayah Indonesia.
Bahwa dalam Hukum Internasional dikenal dengan istilah “uti possidetis juris”
atau wilayah suatu negara mengikuti wilayah kekuasaan penjajah atau pendahulunya.
Dari istilah tersebut hakikatnya Pulau Miangas berada di wilayah Indonesia, namun

3
mungkin istilah ini tidak diterapkan dalam wilayah Filipina sehingga terjadilah
sengketa mengenai wilayah Pulau Miangas. Klaim mengenai kepemilikan pulau
Miangas telah tercantum dalam Undang-Undang No.4/Prp/1960, diteruskan juga
dengan Protokol Perjanjian Ekstradisi Indonesia dengan Filipina mengenai wilayah
Indonesia. Protokol perjanjian yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri
Indonesia Adam Malik dan Menteri Luar Negeri Filipina Carlos P.Rmulo pada
tanggal 10 Februari 1976 yang menegaskan bahwa “Indonesia adalah pemilik tunggal
dari pulau yang dikenal dengan nama Pulau Miangas atau Las Palmas sebagai hasil
putusan Mahkamah Arbitrase Internasional.

4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pulau Miangas adalah milik Indonesia didukung dengan bukti bahwa
berdasarkan letak geografis, posisi Pulau Miangas berada di 5° 34' 02'' Lintang Utara
dan 126° 34' 54'' Bujur Timur terdapat pada TD No. 056 dan TR No. 056, telah
terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pulau terluar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan milik sah Pemerintah Republik
Indonesia, serta berdasarkan Protokol Perjanjian Ekstradisi Indonesia-Filipina
mengenai Definisi Wilayah Indonesia pada tanggal 10 Februari 1976 tersebut
menegaskan bahwa “Indonesia adalah pemilik tunggal dari pulau yang dikenal
dengan nama Pulau Miangas atau Las Palmas sebagai hasil putusan Mahkamah
Arbitrase Internasional pada tanggal 4 April 1928”, serta dikuatkan dengan
argumentasi historis-politis dan administrative. Maka dengan dengan bukti-bukti
yang dimiliki oleh Indonesia Pulau Miangas sah menjadi pulau terluar di wilayah
Indonesia. Kejadian ini juga terjadi sebelum adanya Unclos 1982 yang mengatur
tentang batas wilayah suatu negara sehingga dalam kejadian ini masih menggunakan
penyelesaian sesuai dengan bukti – bukti yang dimiliki oleh Indonesia dan Filipina.

B. SARAN
1. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan khususnya mengenai pulau –
pulau terluar yang ada di Indonesia, mengingat bahwa Indonesia merupakan
negara Kepulauan yang memiliki banyak sekali pulau – pulau, sehingga perlu
diperhatikan lagi mengenai pulau yang berada di perbatasan suatu wilayah
negara.

DAFTAR BACAAN
1. http://atmaji-atmaji.blogspot.co.id/2012/05/sengketa-pulau-miangas.html
2. http://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/nasional/pulau_miangas/

5
3. https://jefrihutagalung.wordpress.com/2009/09/06/sejarah-pulau-miangas-
part-1/

Anda mungkin juga menyukai