Disusun oleh:
Muhammad Abil Huwaizza
215060407111017
SEMESTER 2 (GENAP)
TAHUN AJARAN : 2021/2022
Tugas Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan ini diberikan kepada :
Nama : Muhammad Abil Huwaizza
NIM : 215060407111017
Tanggal : 16 April 2022
Mengetahui,
Menyetujui,
Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan
Dr.Eng. Riyanto Haribowo, S.T., M.T., IPM. Jadfan Sidqi Fidari, S.T., M.T.
NIP. 19770424 200312 1 001 NIP. 19860305 201504 1 001
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan petunjuk dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan laporan Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan. Penyusunan laporan
ini merupakan prasyarat yang harus ditempuh untuk melengkapi tugas-tugas dalam mata
kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan di Departemen Teknik Pengairan Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya Malang.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan ini
tentu saja banyak pihak yang turut membantu, untuk itu kami ingin berterima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Eng. Ir. Riyanto Haribowo, ST., MT., IPM. dan Bapak Jadfan Sidqi Fidari,
ST., MT. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan.
2. Mochammad Fikri Raihan Firdausy selaku asisten Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan
Pemetaan yang senantiasa memberi bimbingan dari awal hingga akhir.
3. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya Laporan Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah
dan Pemetaan ini yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna
sehingga kritik dan saran sangatlah penyusun harapkan.
Akhir kata semoga Laporan Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
iv
BAB III PERALATAN YANG DIPAKAI ................................................................... 27
3.1. Peralatan Utama .......................................................................................... 27
3.1.1. Macam Peralatan Utama .................................................................... 27
3.1.2. Bagian dan Fungsi Peralatan Utama .................................................. 28
3.2. Peralatan Bantu ........................................................................................... 30
3.2.1. Macam dan Fungsi Peralatan Bantu .................................................. 30
3.3. Persiapan Pelaksanaan Ilmu Ukur Tanah .................................................. 33
3.4. Membuat Skema Pengukuran dan Pemasangan Patok .............................. 35
3.5. Pengukuran Sipat Datar ............................................................................. 36
3.6. Persiapan Pelaksanaan Pemetaan .............................................................. 38
3.6.1. Alat – alat yang digunakan .............................................................. 38
3.6.2. Formulir Pengukuran ....................................................................... 44
3.7. Pengukuran di Lapangan ........................................................................... 46
BAB IV PENGOLAHAN DATA .................................................................................. 48
4.1. Data Hasil Praktikum Long Cross .............................................................. 48
4.2. Perhitungan-Perhitungan ............................................................................ 50
4.2.1. Perhitungan Jarak ............................................................................... 50
4.2.2. Perhitungan Beda Tinggi ................................................................... 52
4.2.3. Perhitungan Elevasi ........................................................................... 53
4.2.4. Perhitungan Slope Dasar Saluran....................................................... 56
4.3. Penggambaran ............................................................................................ 57
4.3.1. Penggambaran Potongan Memanjang Saluran .................................. 57
4.3.2. Penggambaran Potongan Melintang Saluran ..................................... 57
4.4. Perhitungan Dimensi Saluran Rencana ...................................................... 57
4.5. Perhitungan Volume Tanah ........................................................................ 60
4.5.1. Perhitungan Luas Galian dan Timbunan............................................ 60
4.5.2. Perhitungan Volume Galian dan Timbunan ...................................... 62
4.6. Perhitungan Data Hasil Pratikum Pemetaan............................................... 63
4.6.1. Perhitungan Benang Tengah Rerata................................................... 63
4.6.2. Perhitungan Jarak Titik ...................................................................... 66
4.6.2.1. Perhitungan Jarak Titik Utama ............................................. 66
4.6.2.2. Perhitungan Jarak Titik Detail ............................................. 67
v
4.6.3. Perhitungan Beda Tinggi Titik Utama .............................................. 69
4.6.4. Perhitungan Elevasi Titik Utama ...................................................... 70
4.6.5. Perhitungan Elevasi Titik Detail........................................................71
4.6.6. Perhitungan Koordinat Titik ............................................................. 73
4.6.6.1. Perhitungan Koordinat Titik Utama ..................................... 73
4.6.6.2. Perhitungan Koordinat Titik Bantu ...................................... 76
4.6.7. Perhitungan Jarak Kontur ................................................................. 78
4.6.8. Perhitungan Luas Poligon ................................................................. 87
4.6.9. Perhitungan Luas Gedung ................................................................. 88
4.7. Penggambaran............................................................................................ 89
4.7.1. Penggambaran Poligon, Gedung, dan Garis Kontur ........................ 89
4.7.2. Penggambaran Potongan .................................................................. 89
BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 90
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 90
5.2. Saran .......................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4.4. Penampang Saluran di Titik D ...................................................................... 61
Gambar 4.5. Penampang Saluran di Titik E ...................................................................... 62
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Ilmu Ukur Tanah adalah disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana menyatakan posisi
suatu titik atau posisi di permukaan bumi dengan menggunakan metode pengukuran.
Geodesi adalah ilmu yang lebih luas yang mencakup pengetahuan ini. Ilmu Geodesi
memiliki dua maksud, yaitu maksud ilmiah dan maksud praktis. Maksud ilmiah, memiliki
tujuan untuk menentukan bentuk permukaan bumi, dan maksud praktis, memiliki tujuan
untuk membuat bayangan pada sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi. Dari
segi Ilmu Ukur Tanah dipisahkan menjadi dua bagian: geodesi rendah, juga dikenal sebagai
Ilmu Ukur Tanah Plane Surveying, dan geodesi tinggi yang juga dikenal sebagai Geodetical
Surveying.
Dalam hal ini, kita akan mempelajari ilmu geodesi dengan maksud praktis. Ilmu geodesi
yang kita pelajari berfokus pada peta. Yang akan mencoba mencari tahu bagaimana
melakukan pengukuran di atas permukaan bumi, yang memiliki bentuk tidak beraturan yang
khas karena perbedaan ketinggian dari satu lokasi ke lokasi lain.
Geodesi tinggi, yang sering digunakan untuk mengukur sejumlah besar tanah dan
merupakan bidang melengkung, termasuk penempatan lokasi astronomis. Titik pengukuran
ini diproyeksikan pada referensi di atas permukaan bumi. Karena penampang bumi yang
tidak beraturan maka berlaku ketentuan sebagai berikut :
1. Pada pengukuran suatu bidang dianggap datar bila memiliki ukuran lebih kecil atau
sama dengan 50 km.
2. Bidang bola bila bidang tersebut mempunyai ukuran terbesar 100 km.
3. Bidang elipsoide apabila daerah tersebut meliputi wilayah lebih dari 5500 km.
Geodesi memiliki beberapa tujuan tertentu, yaitu menentukan bentuk dan ukuran bumi,
yang terkait dengan disiplin ilmu lain. Dengan tujuan tersebut, geodesi dengan maksud
praktis dapat melakukan pengukuran di permukaan bumi, serta perhitungan pengukuran
yang diperlukan untuk pemetaan yang akurat.
Peta memiliki peran yang sangat penting di berbagai kebutuhan hidup manusia.
Memetakan suatu wilayah atau lahan menjadi tuntutan yang saat ini semakin lama semakin
banyak. Peta tersebut memiliki tujuan untuk merencanakan atau merekayasa suatu wilayah,
perencanaan tata letak kota dan regional, pengolahan sumber daya alam, konstruksi
1
2
Sehingga diperlukan suatu usaha untuk mengetahui bentuk permukaan tanah pada suatu
daerah tertentu. Pekerjaan ukur mengukur tanah secara teknis merupakan salah satu usaha
3
untuk mengetahui bagaimana bentuk permukaan tanah pada suatu daerah tertentu yang
berkenaan dengan membuat proyek-proyek teknis pengairan, jalan raya, agraris,
transmigrasi dan bidang-bidang lainnya.
Mahasiswa teknik pengairan yang merupakan salah satu praktisi ilmu ukur tanah dan
pemetaan berkewajiban untuk melakukan praktek ilmu tersebut, agar penerapan teori di
perkuliahan dapat teraplikasikan dalam praktikum ilmu ukur tanah dan pemetaan ini.
Praktikum yang bertujuan merencanakan saluran drainase ini, diperlukan ketelitian dalam
pengukuran ilmu tanah dan pemetaan, sehingga hasil yang diperoleh tidak mengalami
kesalahan. Oleh karena itu perlu dilakukan praktik langsung untuk lebih memahami cara-
cara dalam pengukuran tanah dan pemetaan.
1.3 Batasan Masalah
Agar dapat lebih fokus dalam materi dan permasalahan yang dipelajari, maka
masalah yang akan dibahas dalam laporan ini akan dibatasi pada :
1. Perhitungan jarak antar pesawat ukur (sipat datar dan theodolite) dengan titik
pengukuran.
2. Perhitungan beda tinggi antara titik pengukuran.
3. Perhitungan elevasi masing-masing titik pengukuran.
4. Perhitungan potongan memanjang dan melintang saluran.
5. Perencanaan dimensi saluran rencana.
6. Perhitungan volume galian dan timbunan akibat perencanaan saluran.
7. Perhitungan koordinat (titik utama dan titik detail).
8. Perhitungan kontur dan kontur bangunan.
9. Perhitungan luas (poligon dan gedung).
10. Penggambaran peta kontur dan potongannya.
Skema pengukuran pada titik-titik di lapangan berbentuk poligon, yang akan
kembali ke titik awal pengukuran. Batas pengukuran dalam praktikum ini adalah
pembacaan bak muka belakang, dan pembacaan sudut horizontal titik utama dan
titik bantu. Spesifikasi alat yang digunakan adalah theodolite meski daerah
pengukurannya tergolong sempit.
4
5
6
dapat terjadi dikarenakan adanya kelalaian dalam sistem dari pelaksanaan pengukuran sipat
datar secara langsung.
Terdapat beberapa macam dari alat ukur penyipat datar berdasarkan konstruksinya
antara lain:
1. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Pada alat ukur penyipat
datar ini, nivo tetap ditempatkan diatas teropong, sedang teropong hanya dapat
diputar dengan sumbu ke satu sebagai sumbu putar.
2. Alat ukur penyipat datar dengan Nivo Reversi dan ditempatkan pada teropong. Pada
alat ukur penyipat datar ini, dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan
sumbu kesatu sebagai sumbu putar, dapat pula diputar pada suatu sumbu yang
arahnya searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakn sumbu “mekanis”
teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
3. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu mekanis, tetapi
Nivo tidak diletakkan pada teropong melainkan di bawah lepas dari 56 teropong.
Pada alat ukur penyipat datar ini, teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat
ukur penyipat datar.
4. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu mekanis, tetapi
Nivo tidak diletakkan pada teropong melainkan di bawah lepas dari teropong. Pada
alat ukur penyipat datar ini, teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur
penyipat datar.
Dalam berbagai macamnya, terdapat beberapa syarat untuk perhitungan alat sipat datar
yang harus dipenuhi dalam mengukur, antara lain:
a. Garis bidik teropong harus tepat sejajar dengan garis arah nivo. Pada alat ukur
waterpass diperlukan adanya garis bidik mendatar. Untuk mengetahui apakah garis
bidik sudah betul-betul mendatar atau belum dapat digunakan nivo tabung yang
berfungsi jika gelembung nivo seimbang, garis arah nivo pasti mendatar. Dengan
demikian, jika kita bisa membuat garis bidik sejajar dengan garis arah nivo, garis
arah nivo pasti mendatar. Jarak bidik optimum waterpass berkisar antara 40-60 m.
b. Garis bidik arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu. Mengatur garis arah nivo
tegak lurus sumbu pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit,
syarat ini penting sekali. Namun pada alat dengan skrup ungkir, syarat ini agak
sedikit longgar karena apabila ada sedikit pergeseran nivo dalam pengukuran dapat
diseimbangkan dengan skrup ungkir ini. Adapun maksud dari persyaratan ini adalah
7
apabila sumbu I telah dibuat vertikal, kemana pun teropong diputar, gelembung nivo
akan tetap seimbang. Ini berarti garis bidik selalu mendatar karena garis bidik telah
dibuat sejajar dengan garis arah nivo
c. Garis mendatar diafragma (unting-unting) harus tegak lurus pada sumbu kesatu. Pada
umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah dibuat tegak
lurus sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat ukur.Dalam pengukuran
menggunakan waterpass mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
pengukuran waterpass adalah mampu melakukan pengukuran beda tinggi dengan
cepat, centering lebih cepat karena hanya centering nivo kotak dan memiliki
ketelitian yang tinggi. Sedangkan kelemahannya adalah gerakan teropong sipat datar
yang terbatas mengakibatkan kurang mampunya membidik pada area yang curam
(daerah yang memiliki sudut).
2.1.1 Pengukuran Penyipat Datar (Waterpassing)
Pada umumnya, alat sipat datar memiliki fungsi dan konstruksi mekanis yang hampir
sama dengan theodolite, namun ada perbedaan dalam keterbatasan pada Gerakan di
bidang vertikal yang hanya dapat digunakan oleh alat theodolite. Dalam pengukuran
penyipat datar, terdapat cara dari membaca benang yang terdapat di lensa.
Bagian-bagian alat sipat datar:
1. Lensa dan teropong
2. Alatvisir
3. Niveau (nivo)
4. Konstruksi sumbu, penggerak halus dan klem (pengunci)
5. Alat-alat pembaca kunci
6. Statif (kaki tiga)
Cara mengatur alat:
Dalam mengatur alat sipat datar, garis arah nivo harus tegak lurus terhadap
sumbu I, cara mengatur tegak lurus dari arah nivo adalah dengan menggunakan
ketiga sekrup penyetel. Penyimpangan dapat dihindari dengan sekrup koreksi nivo.
Benang silang horizontal tegak lurus sumbu I, diperiksa dengan mengarah ke suatu
titik pada tembok dan ujung kiri benang silang dibuat berimpit dengan titik ini. Jika
benang silang ini tegak lurus sumbu I, maka alat ukur ini akan selalu berimpit dengan
titik tersebut, jika teropong diputar dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
8
T
B
Keterangan:
S = Jarak alat dengan titik yang dituju
R = jari-jari bumi
Penentuan Elevasi dengan Garis Bidik
Alat di titik sudah diketahui elvasinya:
Tgb =El. A + hA…………………………………………………………….(4)
Keterangan:
HA = Tinggi alat di A
Tgb = Tinggi garis bidik
10
X4 X2 X1 X3
Luas A :
1
= 2 (𝑋1 𝑌2 − 𝑋1 𝑌1 + 𝑋2 𝑌2 − 𝑋2 𝑌1 + 𝑋2 𝑌3 − 𝑋2 𝑌2 + 𝑋3 𝑌3 − 𝑋3 𝑌2 + 𝑋1 𝑌4 −
𝑋1 𝑌1 + 𝑋4 𝑌4 − 𝑋4 𝑌1 + 𝑋3 𝑌3 − 𝑋3 𝑌4 + 𝑋4 𝑌3 − 𝑋4 𝑌4 )
1
𝐴 = {(𝑋1 𝑌2 + 𝑋2 𝑌3 + 𝑋3 𝑌4 + 𝑋4 𝑌1 ) − (𝑌1 𝑋2 + 𝑌2 𝑋3 +. . . +𝑌4 𝑋1 )}
2
Dari perhitungan tersebut, maka diperoleh
1
𝐴 = 2 ∑ 𝑌𝑀−1 (𝑋𝑀−1 + 𝑋𝑀+1 )
Sumbu diambil pada dasar saluran atau muka jalan. Pada penampang yang terdiri
dari galian dan timbunan, perhitungan harus dilakukan sendiri-sendiri. Sumbu vertikal dari
perpotongan dasar jalan dan lereng, dan digunakan untuk menghitung luas penampang yang
digali, dan bagian yang ditimbun. Jika galian hasil hitungannya negatif, dan jika timbunan
hasil hitungannya positif.
Metode Prismoida
Prisma adalah suatu benda padat yang dibatasi dua bidang sejajar pada bagian-
bagian atas dan bawahnya serta dibatasi beberapa bidang data di sekelilingnya.
13
h
Volume prisma adalah 𝑉 = 6 (𝐴1 + 4𝐴𝑚 + 𝐴2) atau,
𝐿(𝐴1+𝐴2)
𝑉= 2
1. Membagi daerah dalam bentuk segiempat, segitiga, dan lain-lain disesuaikan dengan
bentuk daerahnya.
2. Mengukur elevasi pada tiap titik potong sebagai elevasi tanah.
3. Membuat patok-patok referensi yang tidak terganggu selama penggalian.
4. Setelah penggalian selesai, membuat lagi patok-patok dalam susunan yang sama
dengan patok-patok semula.
5. Menghitung volume dengan prinsip luas penampang kali tinggi. Sebagai contoh
diambil pias satu : Luas = L x L1 = A
6. Beda tinggi antara elevasi muka tanah dengan kedalaman galian masing-masing h1,
h2, hg, h10.
7. Menghitung harga rata-rata kedalaman :
ℎ1 +ℎ2 +ℎ𝑔 +ℎ10
ℎ=
4
4
I I
A1
I A2 1
h II A3 2 h
III
15
Vol = A rata-rata x h
Dimana :
A = luas yang dibatasi garis kontur
h = interval kontur
Dengan menggunakan metode ini maka tiap bagian dihitung dengan metode potongan
V1+V2
melintang rata-rata: 𝑉= 2
Dalam dunia survei pengukuran tanah dan pemetaan, sudah terdapat banyak sekali alat
dengan tujuan untuk mengukur tinggi sebuah bidang atau tanah. Beberapa diantara mereka
yaitu alat sipat datar dan theodolite. Alat sipat datar dan theodolite memiliki fungsi
penggunaan yang hamper sama, yaitu sebagai alat ukur tanah. Namun, kedua alat ini dapat
dibedakan dengan perbedaan kemampuan mereka dalam mengukur. Alat sipat datar hanya
terbatas dengan pengukuran bidang horizontal atau mendatar, sedangkan theodolite
memiliki kemampuan lebih yaitu mengukur bidan horizontal atau mendatar dan juga vertical
atau tegak. Dengan perbedaan fungsi ini, dapat kita simpulkan jika alat theodolite merupakan
alat ukur tanah yang paling modern dalam dunia survei pada saat ini.
Secara umum, theodolite merupakan alat ukur digital yang berfungsi sebagai pengukur
tinggi tanah dengan sudut horizontal atau mendatar dan vertical atau tegak dalam
menentukan elevasi pada tanah maupun bangunan. Selain itu, theodolite juga dapat
menentukan sudut dari ruangan atau lapangan. Sudut-sudut yang dicari bberfungsi sebagai
penentu jarak mendatar dan tegak antara dua buah titik lapangan. Tingkat akurasi yang dapat
diukur oleh theodolite ini merupakan yang paling modern pada masa ini yaitu dengan satuan
detik. Theodolite biasa digunakan sebagai penentu peil pada dasar bangunan dalam awal
pelaksanaan proyek. Theodolite juga dapat digunakan sebagai penentu as balok, kolom, plat
lantai, dsb. Pada masa modern ini, theodolite sudah cukup berkembang untuk digunakan
dalam bidang meteorologi dan peluncuran roket.
Sistem sumbu atau poros pada theodolite:
1. Theodolite Reiterasi
Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara theodolite optis
dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada pembacaan skala
lingkaran tidak menggunakan system lensa dan prisma lagi, melainkan menggunkan sistem
sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima gelombang
elektromagnetis). Hasil pertama sistem analog dan kemudian harus ditransfer ke system
angka digital. Proses penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD)
dalam angka desimal.
Konstruksi theodolite
Konstruksi instrumen theodolite ini secara mendasar dibagi menjadi 3 bagian, yakni:
• Bagian bawah terdiri dari satu pelat dasar dan tiga pelat penyetel horizontal, pada pelat
bawah terdapat tiga sekrup penyetel yang menopang tabung sumbu dan satu pelat
penyetelan horizontal berbentuk lingkaran. Di pinggir lingkaran dibuat pengunci
limbus.
• Bagian tengah terdiri dari sebuah sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan
diletakkan di bagian bawah. Sumbu ini ialah sumbu yang tegak lurus pertama. Di atas
sumbu pertama ditempatkan pelat lingkaran yang memiliki jari-jari plat di bagian
bawah. Pembaca nonius dibuat di dua tempat di tepi lingkaran. Pada pelat tidak berpori
ini, ditempatkan 2 kaki untuk menopang sumbu horizontal atau sumbu kedua, dan
ditempatkan tabung nivo sehingga sumbu pertama tegak lurus. Lingkaran itu terbuat
dari kaca dan permukaannya terdapat garis pembagian skala dan angka. Dibandingkan
dengan goresan pada logam, garisnya sangat tipis dan tajam. Lingkaran dibagi dalam
derajat seksagesimal yaitu sebuah lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades
sentisimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400g.
• Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu
kedua. ada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan
dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang
berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.
Bagian Theodolite dan Fungsinya
19
2.4 Poligon
Dalam penggambaran polygon titik-titik control, metode-metode yang dipakai untuk
meletakkan posisi detail pada peta tergantung pada prosedur yang dipakai untuk menentukan
lokasinya, dan bentuk dimana data itu berada. Bila catatan lapangan adalah sudut dan jarak,
pusat batas dan titik-titik penting diatas dimana pekerjaan konstruksi sudah terjadi
tergantung padanya, digambar dengan metode koordinat. Sedang untuk jarak digambar
dengan skala dari puncak, untuk menggambar detail jelasnya tentang cara-cara membuat
detail dengan busur.
Satu titik yang telah diketahui koordinat dan sudut jurusannya terdapat pada ujung
awalnya. pada pengukuran di lapangan data yang diambil adalah data sudut mendatar dan
jarak mendatar di samping itu diperlukan juga penentuan sudut jurusan dan satu titik yang
telah diketahui koordinatnya karena untuk menentukan koordinat titik yang lain diperlukan
sudut mendatar dan jarak mendatar.
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik kontrol perlu diukur di
lapangan. Data ukuran tersebut, harus bebas dari sistematis yang terdapat (ada alat ukur)
sedangkan salah sistematis dari orang atau pengamat dan alam di usahakan sekecil mungkin
bahkan kalau bisa ditiadakan.
Polygon dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuknya, yaitu :
a. Poligon berdasarkan visualnya :
1. Poligon terbuka
Keterangan :
21
Keterangan :
αap = sudut arah awal polygon
αaq = sudut
P = titik ikat awal
Q = titik ikat akhir
A = titik awal dan akhir poligon
S0 s/d S5 = sudut terukur
d0 s/d d5 = panjang sisi polygon
Titik awal dan titik akhir merupakan suatu titik yang sama. Panjang garis dan sudut-
sudut dapat diukur dan pengukuran sudut sudut tersebut dilakukan searah jarum jam. Kita
dapat melakukan kontrol atau koreksi dari pengukuran karena telah diketahui jumlah sudut
luar dari segi banyak atau sama dengan (n+2)180°, dimana n adalah jumlah titik. Jadi jumlah
sudut pada gambar tersebut adalah (7 + 2)180° = 1620°.
b. Poligon berdasarkan geometriknya :
o poligon terikat sempurna
o poligon terikat sebagian
o poligon tidak terikat
22
Untuk mendapatkan nilai sudut - sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak jarak
mendatar antara titik-titik polygon, diperoleh atau diukur di lapangan menggunakan alat
pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi. Poligon digunakan apabila titik -
titik yang akan dicari koordinatnya terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak
(poligon). Metode poligon merupakan bentuk yang paling baik dilakukan pada bangunan
karena memperhitungkan bentuk kelengkungan bumi yang pada prinsipnya cukup ditinjau
dari bentuk fisik di lapangan dan geometriknya.
Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk
medan pemetaan dan keberadaan titik – titik rujukan maupun pemeriksa. Tingkat ketelitian
sistem koordinat yang diinginkan dan kedaan medan lapangan pengukuran merupakan faktor
- faktor yang menentukan dalam menyusun ketentuan poligon kerangka dasar. Tingkat
ketelitian umum dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan.
Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan
pengukuran menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan
dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik.
2.4.1 Dasar Perhitungan Koordinat Titik
Sejumlah titik yang diketahui koordinatnya dalam suatu sistem koordinat tertentu
merupakan definisi dari kerangka dasar horizontal. Sistem koordinat kartesian bidang
datar adalah sistem koordinat yang dimaksud. Macam-macam metode yang digunakan
untuk menentukan posisi horizontal dikelompokkan ke dalam metode penentuan satu
titik dan metode penentuan banyak titik. Metode-metode yang termasuk dalam metode
penentuan satu titik, yaitu :
• Metode polar
• Metode perpotongan ke belakang
• Metode perpotongan ke muka
• Metode polygon
• Metode triangulasi
• Metode trilaterasi
23
Contoh :
Peta dibuat pada skala 1 : 5000, sehingga 20 cm = 1 km, maka i = 25/20 = 1.5 meter.
Peta dibuat skala S = 1 : 5000 dan a = 45⁰, maka i = 6.0 meter.
b. Indeks kontur
Indeks kontur menunjukkan garis kontur dengan kelipatan tertentu. Misalnya
setiap kelipatan 1 meter, 5 meter, dan seterusnya. Dalam menentukan indeks kontur ini
maka dapat digunakan rumus penentuan indeks kontur sebagai berikut: i = (25/panjang
1 km di peta) meter.Contoh :
24
Pada peta dengan skala 1 : 1000, maka indeks kontur yang ditunjukkan dalam peta
adalah 1 km, pada peta dengan skala 1 : 1000 = (1 km/1000 cm) = (100000 cm/1000 cm)
= 100 meter. Maka i = (25/100) = 0.25 m
2.5.1. Sifat dan Karakteristik Garis Kontur Kontur
Dalam menggambarkan bentuk permukaan tanah atau membuat peta topografi dan
ketinggian pada suatu peta garis kontur sangat berguna untuk memproyeksikan kedua
pola tersebut. Menurut seorang ahli, garis kontur memiliki sifat dan karakteristik sebagai
berikut ini :
• Garis kontur yang menunjukkan tingkat kerapatan yang lebih besar
menandakan sudut kemiringan atau lereng yang sangat curam;
• Garis kontur yang disajikan selalu disesuaikan dengan skala peta yang
dibuat;
• Garis kontur memiliki sajian indeks yang berbeda-beda mengikuti posisi
topografi suatu wilayah;
• Garis kontur hanya diperuntukkan satu sudut ketinggian tertentu;
• Garis kontur yang bernilai lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang
bernilai lebih tinggi;
• Garis kontur yang bertanda huruf U selalu menunjukkan punggung pegunungan
atau gunung;
• Garis kontur yang bertanda huruf V selalu menandakan suatu lembah atau
jurang;
• Garis kontur yang tingkat kerapatannya jarang menandakan keadaan
permukaan tanah yang landau;
• Garis kontur selalu bersifat horizontal, tidak bercabang, dan
tidak berpotongan;
• Garis kontur selalu berkelok-kelok dan mengikuti sudut kemiringan atau
lereng dari suatu lembah;
• Garis kontur selalu tegak lurus terhadap aliran air yang mengalir di
permukaan tanah;
• Garis kontur berbentuk kurva tertutup;
• Garis kontur selalu menjorok ke hulu jika melewati aliran sungai;
• Garis kontur selalu menjorok ke arah jalan jika melewati permukaan jalan;
25
27
28
2. Unting-unting
9. Alat Tulis
satu ke yang lain. Apabila selisih tinggi dari dua titik dapat diketahui maka tinggi titik kedua
dan seterusnya dapat dihitung setelah titik pertama diketahui ketinggiannya.
Alat ini dapat digunakan untuk mengukur panjang, jarak, sampai dengan
tinggi alat survey topografi yang dipasang di atas tanah. Pita survey juga berguna
untuk mengukur, membuat sudut dan membuat lingkaran.
4. Theodolite
Theodolite adalah suatu instrumen dalam survey topografi dan pemetaan
yang digunakan untuk mengukur sudut datar (horizontal) dan sudut tegak (vertikal).
Hasil pengukuran sudut dengan theodolite ini nantinya akan berperan untuk
menentukan jarak dari dua titik di lapangan.
5. Total Station
41
Total station digunakan untuk mengukur sudut dan jarak serta terintegrasi
dengan satu unit komponen pengukur jarak elektronik.
6. Waterpass
Waterpass atau automatic level merupakan alat yang berfungsi untuk
mengukur perbedaan ketinggian pada titik acuan satu menuju ke titik acuan
berikutnya. Proses pengukuran dengan waterpass dalam survey tersebut biasa disebut
sebagai waterpassing atau levelling.
7. Klinometer
alat ini digunakan untuk mengukur panjang atau tinggi objek dengan
menggunakan sudut elevasi.
42
8. Prisma
prisma dapat beragam sesuai dengan jenis dan posisi peletakannya. Untuk
prisma yang diletakkan di atas tripod berfungsi untuk menentukan titik utama.
Sedangkan prisma yang diletakkan di yalon (tempat untuk meletakkan prisma
detail) digunakan untuk pengukuran detail.
1. Tripod
2. Rambu Ukur
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.2 Perhitungan-Perhitungan
● Untuk perhitungan elevasi, diketahui di titik E adalah + 449,000
● Untuk perhitungan dimensi saluran rencana :
● Debit Rencana (Q) = 0,62 m3/dt
● b/h =1
●n = 0,016
●m = 0,333
● Data praktikum (terlampir)
● Tabulasi data (terlampir)
D = (Ba-Bb) x 100
Contoh Perhitungan :
Data diketahui bak A (belakang) : Ba = 1,565 m
Bt = 1,515 m
Bb = 1,465 m
Jarak optis = (Ba - Bb) x 100
= (1,565 – 1,465) x 100
= 10,00 m
51
● Jarak Kumulatif
Contoh perhitungan :
Diketahui :
Jarak titik optis A-B = (jarak optis A belakang + jarak optis B muka)
= (10,00 + 10,00)
= 20 m
Jarak titik metris A-B = (jarak metris A belakang + jarak metris B muka)
= (10,00 + 10,00)
= 20,00 m
Contoh perhitungan :
Perhitungan beda tinggi titik A dan B pada pembacaan.
Diketahui :
Bt A (belakang) = 1,515 m
Bt B (muka) = 1,574 m
Maka beda tinggi A-B = Bt A – Bt B
= 1,515 – 1,574
= - 0,059 m
Contoh perhitungan :
Diketahui elevasi titik E = +449,000 m
Elevasi titik D = Elevasi E - beda tinggi
= 449,000 + 0,028
= +448.972 m
Elevasi titik detail
Perhitungan elevasi pada titik-titik detail menggunakan Tinggi Garis Bidik
(TGB). TGB diperoleh dari penjumlahan elevasi akhir/elevasi rata-rata dengan
benang tengah pada titik-titik utama.
Contoh perhitungan :
TGB pada titik A :
Diketahui : Elevasi awal pada titik E = + 449,000
Benang tengah E = 1,462 m
Maka TGB di E = 449,000 + 1,462
= 450,462 m
Cara di atas berlaku juga untuk mencari TGB di titik-titik yang lain. Jika TGB telah
diketahui maka kita dapat mencari elevasi titik-titik detail dengan :
h = benang tengah
54
Contoh perhitungan :
Mencari titk detail di E1, E2, E3, E5, E6, E7, E8, E9
Diketahui :
TGB di E = + 450,462
h.E1 = 1,601 m
h.E2 = 1,950 m
h.E3 = 1,570 m
h.E4 = 1,462 m
h.E5 = 1,352 m
h.E6 = 1,471 m
h.E7 = 1,519 m
h.E8 = 2,567 m
h.E9 = 1,583 m
E2 = TGB – h. E2
= 450,462 – 1,950
= + 448,512
E3 = TGB – h.E3
= 450,462 – 1,570
= + 448,892
E4 = TGB – h.E4
= 450,462 – 1,462
= + 449,000
E5 = TGB – h.E5
= 450,462 – 1.352
= + 449,110
55
E6 = TGB – h.E6
= 450,462 – 1,471
= + 448,991
E7 = TGB – h.E7
= 450,462 – 1,519
= + 448,943
E8 = TGB – h.E8
= 450,462 – 2,567
= + 447,895
E9 = TGB – h.E9
= 450,462 – 1,583
= + 448,879
C1 1.647 448.806
C2 2.030 448.423
C3 1.635 448.818
C4 1.438 449.015
C C5 1.358 450.453 449.095
C6 1.524 448.929
C7 1.555 448.898
C8 2.562 447.891
C9 1.581 448.872
D1 1.698 448.774
D2 1.992 448.480
D3 1.602 448.871
D4 1.500 448.972
D D5 1.407 450.472 449.065
D6 1.482 448.990
D7 1.568 448.905
D8 2.565 447.907
D9 1.605 448.867
E1 1.601 448.861
E2 1.950 448.512
E3 1.570 448.892
E4 1.462 449.000
E E5 1.352 450.462 449.110
E6 1.471 448.991
E7 1.519 448.943
E8 2.567 447.895
E9 1.583 448.879
S =
0.03
= 20
= 0.0016
57
Rata-Rata 0.0019
Sumber: Data Perhitungan 2022
4.3 Penggambaran
4.3.1 Penggambaran Potongan Memanjang Saluran
( lihat pada lampiran )
4.3.2 Penggambaran Potongan Melintang Saluran
( lihat pada lampiran )
1. Luas Penampang
A = (b + mh)h
= (h + 0,33.h)h
= 1,33 h2
P = b+
= h + 2h√1 + 0,332
= h + 2h . 1,054
= 3,108 h
R =
1,33ℎ2
=
3,108ℎ
= 0,429 h
V =
1
= 2/3 x (0,0019)1/2
0,014 x (0,429h)
= 1,782
h2/3
h8/3 = 0,27
h muka air = 0,608 m
W =
= x 0,608
= 0,203 m
59
F = h+W
= 0,608 + 0,203
= 0,810 m
8. Nilai Talut
Talut =mxh
= 0,33 x 0,810
= 0,270
9. Lebar Saluran
B =h
= 0,608 m
● Titik B
● Titik C
● Titik D
● Titik E
= 9,920 m3
• Volume timbunan penampang A – B
( luas timbunan A + luas timbunan B )
V= x jarak rerata A - B
2
( 0,084+0,0,019 )
= x 20,00
2
= 1,030 m3
63
Setiap penembakan awal dari tiap titik (A, B, C, D, E) sudut horisontal diset
00°00'00" dan sudut vertikal 90°00'00". Sebagai acuan awal pengukuran adalah
arah utara (U) azimut bumi. Arah pengukuran adalah searah jarum jam.
▪ ba = 0,908 cm
▪ bt = 0,863 cm
▪ bb = 0,763 cm
(ba + bb )
+ bt
▪ Benang tengah rerata (Btr) di B = 2
2
(0,908+0,763)
+0,863
2
= { }
2
= 0,849 m
64
▪ ba = 2,269 cm
▪ bt = 2,1975 cm
▪ bb = 2,126 cm
(ba + bb )
+ bt
▪ = 2
Benang tengah rerata (Btr) di A
2
(2,269+2,126)
+2,1975
2
={ }
2
= 2,198 m
ba = 0,908 m
bt = 0,863 m
bb = 0,763 m
dukur (jarak metris ) = 14,55 m
doptis (jarak optik) = (ba - bb) x 100
= (0,908– 0,763) x 100
= 14,50 m
Diketahui :
Alat di titik B ( titik bidik di A )
ba = 2,269 m
bt = 2,1975 m
bb = 2,126 m
dukur ( jarak metris ) = 14,55 m
doptis (jarak optik ) = (ba - bb) x 100
= (2,269 – 2,126) x100
= 14,30 m
doptisA − B + dukurA − B + doptisB − A + dukurB − A
Drata-rata =
4
= (14,55 + 14,50 + 14,55 + 14,30) : 4
= 14,475 m
Hasil perhitungan lain jarak titik-titik utama dapat dilihat pada tabel.
67
= 5,50
68
Contoh perhitungan :
Mencari beda tinggi dari A ke B
• Tinggi alat di A = 1,355 m
• Benang tengah rata-rata (btr) dititik B = 0,849
• Tinggi alat di B = 1,300 m
• Benang tengah rata – rata (btr) ditik A = 2,198
Beda tinggi A – B = Tinggi alat di A – Btr di B
= 1,355 – 0,849
= 0,5058 m
Beda tinggi B – A = Tinggi alat di B – Btr di A
= 1,300 – 2,198
= -0,8975 m
70
= - 0,1959 m
Beda tinggi koreksi = beda tinggi rata-rata AB+ beda tinggi rata-rata BA
= - 0,5058 + (-0,8975)
= 0.0022
Hasil perhitungan beda tinggi titik utama yang lain dapat dilihat pada tabel.
Maka :
Elevasi di D = 478,000 - (0,0201)
= 477,980
Hasil perhitungan yang lain dapat dilihat pada tabel 5.12
A 477.999
0.0022
B 478.001
-0.0137
C 477.987
-0.0072
D 477.980
0.0201
E 478.000
-0.0013
A 477.999
Sumber : Hasil Perhitungan 2022
B A 2.198 477.103
1.300 B1 2.144 477.157
I 1.494 477.807
B2 1.786 477.515
478.001 479.301
II 1.476 477.825
B3 1.531 477.770
III 1.466 477.835
C 1.550 477.751
C B 1.462 477.814
1.289 C1 1.494 477.782
II 1.435 477.841
C2 1.438 477.839
477.987 479.276
III 1.403 477.873
IV 1.437 477.839
C3 1.123 478.153
D 1.156 478.121
D C 1.909 477.436
1.365 D1 1.943 477.402
III 1.816 477.529
IV 1.832 477.513
477.980 479.345
D2 1.861 477.484
I 1.840 477.505
D3 2.105 477.240
E 2.195 477.150
Elevasi
Alat di
Titik Titik Bidik BTr TGB Elevasi
Titik
Utama
1.355 IV 1.193 478.162
E1 1.053 478.302
I 1.203 478.152
E2 1.190 478.165
II 1.205 478.151
E3 1.678 477.677
A 1.919 477.436
Sumber: Hasil Perhitungan 2022
4.6.6 Perhitungan Koordinat Titik
4.6.6.1 Perhitungan Koordinat Titik Utama
Dari data dihitung S0, S1, S2, S3, S4, S5
Titik A
0o S0 = 87o 31’ 40”
P
270o 90o
B
180o
Titik B
0o S1 = 228o 25’ 8”
A
270o 90o
180o C
Titik C
B 0o S2 = 266o 52’ 8”
D
270o 90o
180o
Titik D
E 0o S3 = 269o18’ 53”
270o 90o
C
180o
74
Titik E
Titik A
270o 90o
E
180o
BAE = 106o 37' 20''
● Menghitung akhir :
= 40o 30' 20" + 87o 31’ 40” + 106o 37' 20'' + 41o 49’ 10”
= 276 28'
20"
B 228.419
1.525 179.503
C 264.869
1.525 265.897
D 269.315
1.525 356.738
E 236.393
1.525 414.656
A 41.819
1.525 638.000
Q 276.475
Jumlah 1128.342 235.969
FK 7.627 900.000
Jumlah
1135.969 1135.969
terkoreksi
Sumber : Hasil Perhitungan 2022
αA = αE + S1 – fα/n – 180o
• Perhitungan Koordinat
Jika diketahui koordinat titik E (Xe , Ye) = (106,000 ; 58,000)
Koordinat di titik E :
Titik E ke A = turun = ditambah (+)
Koordinat Xa = Xe + d sinα e + Ʃfα /5 = 106 + (10,706) + (0,141) = 116,847
Koordinat Ya = Ye + d cosα e + Ʃfα /5 = 58 + (-0,966) + (-0,051) = 65,541
76
Koordinat titik A – I :
X = XE + d sin α = 106,000 + (-5,439) = 111,946
Y = YE + d cos α = 58,000 + (-5,017) = 52,983
Hasil perhitunga n lain dapat dilihat pada tabel berikut.
80.000
70.000
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
60.000 70.000 80.000 90.000 100.000 110.000 120.000 130.000 140.000
1. Keterangan :
A : titik awal
h : beda tinggi A - B
A’ : elevasi kontur
Contoh perhitungan :
Diketahui : Elevasi di A = +477,999
Elevasi di P = +477,691
Jarak A – P = 5,500 m
Beda tinggi A – P = 477,999 – 477,691
= 0,308
Karena dengan interval 0,05 m maka sebagai contoh diambil 1 elevasi
kontur yaitu : 477,700
5,500𝑥(477,799−477,700)
Mencari jarak kontur = = 5,3 m
0,308
Luas Poligon =
X n .Yn+1 − X n+1.Yn
2
= 8436,159 / 2
= 4218,079 m2
Dari perhitungan didapat :
88
A 116.8474 65.5412
1823.893
B 128.1486 56.2710
3030.972
C 128.4934 32.7704
489.167
D 107.3894 31.1951
2921.907
E 106.0000 58.0000
170.221
A 116.8474 65.5412
Total 8436.159
Luas Poligon 4218.079
Sumber : Hasil Perhitungan 2022
Luas gedung =
X n .Yn+1 − X n+1.Yn
2
= 5241,720 / 2
= 2620,860 m2
Dari perhitungan didapat :
89
I 111.314 52.914
572.595
II 122.302 52.993
2246.171
III 122.429 34.682
393.944
IV 111.654 34.847
2029.010
I 111.314 52.914
Total 5241.720
Luas Gedung 2620.860
Sumber : Hasil Perhitungan 2022
4.7 Penggambaran
4.7.1 Penggambaran Poligon, Gedung dan Garis Kontur
(lihat pada lampiran)
4.7.2 Penggambaran Potongan
(lihat pada lampiran)
90
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum Pengukuran Tanah dengan menggunakan waterpass yang
dilaksanakan di Kampus II UB Dieng, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pratikum Ilmu Ukur Tanah
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa saluran yang berada di Kampus II UB Dieng
tidak layak karena tidak mampu menampung debit air yang ada. Maka dari itu, diperlukan
upaya normalisasi saluran yaitu berupa mendesain ulang dimensi saluran tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah kami lakukan, dengan debit rencana sebesar
0,62 m3/dt, maka didapatkan dimensi saluran eksisting (B) = 0,608 m dan hrencana = 0,810 m,
kemiringan talud sebesar 0,270 m, dan slope dasar saluran sebesar 0,0019. Dengan dimensi
tersebut diperlukan :
Total volume galian : 37,0699 m3
Total volume timbunan : 5,2240 m3.
Dengan demikian, perencanaan ulang saluran dari debit sebesar 0,63 m3/dt di sepanjang
Kampus II UB Dieng dapat berjalan dengan baik.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnya ketepatan data ini adalah
karena faktor kesalahan yang tidak dapat dihindari dalam pembuatan data ini. Faktor
kesalahan itu antara lain :
• Kesalahan pada alat yang digunakan.
• Ini disebabkan pada pengaturan alat bidik yang sudah berubah. Hal ini terjadi pada
bak ukur.
• Kesalahan pengamatan.
• Kesalahan ini sangat tergantung pada individu dan kemampuan menggunakan alat,
seperti menyetel nivo, pembacaan garis bidik, serta cara meletakkan bak ukur.
• Kesalahan faktor alam.
2. Pratikum Pemetaan
Dengan menggunakan sudut dan jarak di lapangan kita dapat menentukan rangkaian
titik-titik koordinat yang membentuk suatu rangkaian kerangka peta (poligon). Kerangka
peta suatu daerah tertentu, sangat dipengaruhi oleh pembacaan besar sudut jurusan atau
91
azimuth. Dan sudut jurusan itu selanjutnya untuk menentukan koordinat titik-titik poligon. Dari
sini diperoleh angka-angka koreksi dari kesalahan yang ditemukan dalam perhitungan baik untuk
menentukan sudut azimut maupun titik utama poligon.
Berdasarkan elevasi yang diketahui dapat dihitung elevasi titik-titik yang lain, baik titik
utama poligon maupun titik bantunya. Sehingga kemudian dapat dihitung elevasi kontur yang
sangat diperlukan untuk penggambaran peta kontur yang berguna untuk melengkapi daerah
poligon pengukuran.
Luas daerah pengukuran dapat dihitung berdasarkan titik utama poligon maupun dengan
cara pengukuran luas yang menggunakan alat yang disebut Planimeter. Kemungkinan sedikit
terjadi perbedaan hasil antara kedua metode tersebut, hasil ini disebabkan adanya faktor koreksi
untuk kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat perhitungan luas baik dengan metode
perhitungan berdasarkan koordinat.
Dari praktikum pemetaan ini, ternyata ada sedikit penyimpangan gambar yang hasilnya
tidak sesuai dengan keadaaan sebenarnya. Hal ini menunjukkan kesalahan yang terjadi baik dalam
pelaksanaan praktikum maupun dalam pengolahan data, kesalahan yang tejadi dan tidak dapat
dihindari antara lain :
• Pembacaan sudut/ ketelitian pembacaan baak.
• Pembulatan angka dalam perhitungan yang mungkin cukup mempengaruhi dalam hasil
akhir.
• Kurangnya ketelitian dalam penggambaran.
Dari hasil perhitungan didapat :
Luas poligon : 4218,079 m2
Luas gedung : 2620,860 m2 .
5.2 Saran
Dari pengalaman praktikum yang penyusun lakukan, perlu kiranya untuk sedikit memberi
saran guna peningkatan mutu praktikum khususnya untuk tahun-tahun mendatang.
Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :
• Alat praktikum supaya dilengkapi, agar praktikum berjalan lancar.
• Mahasiswa yang melakukan pengamatan, hendaknya benar-benar memahami
bagaimana cara menggunakan alat ukur.
• Dalam pengukuran sebaiknya digunakan peralatan yang sifatnya relatif baru, sehingga hasil
pengukuran dapat menjadi lebih tepat
DAFTAR PUSTAKA