TUGAS BESAR
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
KELOMPOK 3
Kevin 2011019
DOSEN:
TUGAS BESAR
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
(TS11046)
Mengetahui,
TUGAS BESAR
(TS11046)
Kelompok : 3 (tiga)
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah. SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, rahmat, serta keberkahan baik waktu, tenaga,
maupun pikiran sehingga dapat menyelesaikan Tugas Besar Perencanaan
Geometrik Jalan ini tepat pada waktunya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR ASISTENSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
paling rendah di sini adalah 30 kilometer per jam. Lebar badan jalan
juga minimal 11 meter serta tiak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
1.2.2 Jalan Kolektor
Dalam UU Nomor 38 Tahun 2004, jalan kolektor merupakan jalan
umum yang ditujukan untuk kendaraan angkutan pembagi atau
pengumpul. Ciri-cirinya adalah kecepatan kendaraan sedang,
pembatasan pada jalan masuk, dan jarak perjalanan sedang. Jalan
kolektor dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu:
a. Jalan Kolektor Primer
Jalan yang menghubungkan kegiatan nasional dengan wilayah.
Kecepatan kendaraan paling rendah 40 kilometer per jam dengan
ukuran lebar badan jalan minimal 9 meter. Tetap ada pemberlakuan
pembatasan pada jalan masuk.
b. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder pertama dengan
Kawasan sekunder kedua dan ketiga. Kecepatan paling rendah 20
kilometer per jam dengan ukuran lebar badan jalan minimal 9 meter.
Jalan tersebut tidak boleh terganggu lalu lintas lambat.
Menurut Oglesby dan Hick (1993), definisi kapasitas ruas jalan dalam
suatu sistem jalan raya adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki
kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut, baik satu
maupun dua arah dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi jalan dan lalu
lintas yang umum. Kapasitas jalan dipengaruhi oleh beberapa kondisi yang
ada yaitu:
1) Sifat fisik jalan seperti lebar, jumlah dan tipe persimpangan, alinyemen
dan kondisi permukaan.
2) Komposisi lalu lintas atau proporsi berbagai tipe kendaraan dan
kemampuan kendaraan.
3) Kondisi lingkungan & dilihat dari cuaca, tingkat aktivitas
pejalan kaki.
BAB II
STANDAR PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA
2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Geometrik Jalan Raya
Perencanaan geometrik adalah tahapan dari perencanaan jalan dimana
yang menjadi fokus utama adalah geometrik atau dimensi nyata jalan beserta
bagian-bagiannya yang disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu
lintas. Perencanaan geometrik jalan merupakan tahap perencanaan jalan yang
sangat penting sehingga sebuah jalan dapat memenuhi fungsi dasarnya yaitu
menyediakan pelayanan yang maksimal pada arus lalu lintas dan sebagai
akses rumah ke rumah dengan efisiensi keamanan serta kenyamanan yang
paling optimal dalam pertimbangan ekonomi yang paling layak.
Umumnya perencanaan geometrik jalan berkaitan dengan aspek
perencanaan jalan seperti lebar, tikungan, landai, jarak pandang, dan juga
kombinasi dari bagian-bagian tersebut. Berikut faktor-faktor yang
mempengaruhi perencanaan geometrik jalan raya.
SMP/hari Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
<3000 6 1,5 4,5 1 6 1,5 4,5 1 6 1 4,5 1
2n x 3,5 ð 2 = 2 jalur, n = jumlah lajur per jalur, n x 3,5 = lebar per jalur
Sumber : Tata cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997
4) Trase Jalan
Untuk membuat trase jalan yang baik dan ideal, maka harus
mempertimbangkan syarat-syarat:
a) Syarat Ekonomis
Penentuan trase jalan yang tidak terlalu banyak memotong garis
kontur, sehingga dapat menghemat biaya khususnya dalam
pelaksanaan pekerjaan galian dan timbunan.
Penyediaan material dan tenaga kerja yang tidak terlalu jauh
dari lokasi proyek, sehingga dapat menekan biaya mobilisasi
material tersebut.
b) Jalan Kolektor
Jalan yang menghubungkan antar kota, dengan ciri – ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan kendaraan rata – rata sedang.
c) Jalan Lokal
Jalan lokal atau jalan umum yang digunakan untuk perjalanan
jarak dekat dengan kecepata rata – rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
Agar lebih mudah dipahami klasifikasi jalan saya cantumkan dalam
tabel berikut:
Perbukitan
2. B 3-25
Pegunungan
3. G >25
Kolektor
60-90 50-60 30-50
Lokal
40-70 30-50 20-30
3) Bahu Jalan
Bahu jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas,
fungsi dari bahu jalan, yaitu:
a) Lajur lalu lintas darurat
b) Tempat berhenti sementara
c) Ruang bebas bagi samping lalu lintas
Kemiringan bahu jalan normal antara 3-5%
4) Pemisah arah/Median
Bagian bangunan jalan yang secara fisik berada di antara dua lajur
yang berlawanan arah, fungsi dari median ini adalah:
a) Memisahkan dua arus lalu lintas yang berlawanan arah
b) Penempatan fasilitas jalan
c) Penghijauan
4) Cuaca
Cuaca merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
keselamatan jalan raya, dikarenakan cuaca tidak dapat dipastikan
iklimnya maka para pengguna jalan wajib mentaati peraturan
atau rambu lalu lintas yang telah dibuat menyesuaikan dengan
keadaan jalan dan kondisi cuaca di tiap – tiap daerah guna
menghindari kecelakaan di jalan raya
2.1.5 Analisa Untung Rugi
Analisa ini dipergunakan dalam pembuatan trase jalan yang
didasarkan atas:
1) Biaya pembangunan
2) Biaya pemeliharaan
3) Biaya operasi kendaraan yang menyangkut bahan bakar
2.2 Jarak Pandang
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang
pengemudi pada saat mengemudi sehingga jika pengemudi melihat suatu
20 20 16
30 35 27 35
40 50 40 50
Kelompok III hal 4
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
50 65 55 65
60 85 75 85
70 105 105
80 130 120 130
90 160 160
100 185 175 185
110 220
120 250 250
130 285
sumber: Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Ruas Jalan
BAB III
PENAMPANG MELINTANG JALAN RAYA
volume lalu lintas yang akan ditampung. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam badan jalan:
a) Permukaan jalan, pada bagian ini harus diusahakan rata tidak licin dan
tidak kasar serta tahan dalam segala cuaca.
3.1.3 Talud
Meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu diluar ruang
manfaat jalan ruang milik jalan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
keluasan kemanan pengguna jalan.
BAB IV
ALINEMEN HORIZONTAL
4.3 Superelevasi
Superelevasi adalah kemiringan melintang jalan pada daerah tikungan. Untuk
bagian jalan lurus, jalan mempunyai kemiringan melintang yang biasa disebut lereng
normal atau normal trawn yaitu diambil minimum 2 % baik sebelah kiri maupun se-
belah kanan AS jalan. Harga elevasi (e) yang menyebabkan kenaikan elevasi ter-
hadap sumbu jalan diberi tanda (+) dan yang menyebabkan penurunan elevasi ter-
hadap jalan diberi tanda (-).
Sedangkan yang dimaksud diagram superlevasi adalah suatu cara untuk
menggambarkan pencapaian superelevasi dan lereng normal ke kemiringan
melintang (Superelevasi). Diagram superelevasi pada ketinggian bentuknya
tergantung dari bentuk lengkung yang bersangkutan.
W
Ls = x m x (en + ed)
2
Keterangan :
Ls = Lengkung peralihan
W = Lebar perkerasan
m = Jarak pandang
en = Kemiringan normal
ed = Kemiringan maksimum
Kemiringan lengkung di role, pada daerah tangent tidak mengalami
kemiringan
TC maks
Jarak kemiringan = 2/3 Ls
CT min
TC
Jarak kemiringan awal perubahan = 1/3 Ls
CT
b. Diagram superelevasi pada Spiral-Circle-Spiral
Disamping itu dari penomoran jalan tersebut diperoleh informasi tentang pan-
jang jalan secara keseluruhan. Setiap STA jalan dilengkapi dengan gambar potongan
melintangnya.
Adapun interval untuk masing-masing penomoran jika tidak adanya pe-
rubahan arah tangen pada alinyemen horizontal maupun alinyemen vertikal
adalah sebagai berikut :
a. Setiap 100 m, untuk daerah datar
b. Setiap 50 m, untuk daerah bukit
c. Setiap 25 m, untuk daerah gunung
Dimana:
Dimana:
em = Superelevasi maksimum
en = Superelevasi normal
Dimana:
LS = Panjang lengkung peralihan (m)
VR = Jari-jari lengkung (m)
Dimana:
a. Full Circle (FC) adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian satu
lingkaran saja, tikungan ini merupakan tikungan berbentuk busur lingkaran
secara penuh. Tikungan FC hanya digunakan untuk jari-jari tikungan yang
besar agar tidak terjadi patahan. Tipe tikungan FC jika diterapkan untuk
jari- jari yang kecil menyebabkan superelevasi bernilai besar. Penentuan
tipe tikungan Full Circle dapat dilihat pada Tabel 4.4 karena tikungan ini
tidak membutuhkan lengkung peralihan. Tikungan Full Circle dinyatakan
pada Gambar 4.2.
Dimana:
Dimana:
titik ST (m)
c. Spiral-Spiral (SS) adalah tikungan yang terdiri dari dua lengkung Spiral,
Dimana:
ketitik ST (m)
Xc = Absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC
TS (m),
BAB V
ALINEMEN VERTIKAL
5.1. Pengertian Umum
Alinyemen vertikal adalah perpotongan antara bidang vertikal dengan
sumbu jalan dan untuk jalan 2 lajur atau 2 arah perpotongang menggunakan
tepi perkerasan masaing masing jalan. Alinyemen vertikal apabila ditinjau
dapat berupa tanjakan (landai positif), turunan (landai negatif), & datar (landai
nol). Pertimbangan perencanaan alinyemen vertikal dapat meliputi sebagai
berikut :
1. Kondisi tanah dasar
2. Kondisi medan
3. Muka Air Tanah
4. Biaya Pembangunan yang tergolong besar
5. Kelandaian yang memungkinkan
5.2 Kelandaian
Kelandaian pada jalan merupakan pengertian dari naik atau turunnya suatu
jalan yang dinyatakan dalam ± %. Kelandaian + ... % berarti jalan itu naik,
sedangkan Kelandaian - ... % berarti jalan itu turun. Kelandaian –
kelandaian tersebut dihubungkan oleh lengkungan vertikal berbentuk parabola
sederhan simetris.
Dimana :
LV = Panjang Lengkung Vertikal
A = Perbedaan Aljabar Landai ( m )
BAB VI
PERENCANAAN DRAINASE
Tujuan Adapun tujuan disusunnya bab buku ini ini adalah sebagai
berikut :
Saluran terbuka berfungsi untuk menyalurkan air yang belum tercemar atau
kualitasnya tidak membahayakan. Lokasinya terletak pada daearh yang masih
tersedia lahan seta tidak pada daerah yang sibuk.
c. Menurut Fungsi
1) Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis
airbuangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya
seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain – lain.
2) Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis
air buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
d. Menurut konstruksi sistem drainase terbuka ini termasuk dalam saluran
terbuka. Saluran terbuka yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air
hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun
untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/
mengganggu lingkungan.
6) Melindungi alam dan lingkungan seperti tanah, kualitas udara dan kualitas
air.
7) Menghidari bahaya, kerusakan materil, kerugian dan beban-beban lain
yang disebabkan oleh amukan limpasan banjir.
8) Memperbaiki kualitas lingkungan.
9) Konservasi sumber daya air.
Pola Jaringan Drainase :
1. Siku dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di
tengah kota.
2. Pararel saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan salu-
ran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila ter-
jadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3. Grid Iron untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga
saluransaluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.
4. Alamiah sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah
lebih besar.
1) Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga
lahan dapat difungsikan secara optimal.
2) Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air / banjir.
3) Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
4) Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
5) Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana
banjir.
6) Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari
genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa kerusakan
infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat.
7) Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya
agar tidak membanjiri/menggenangi kota yang
1. Trapesium Pada umumnya saluran ini terbuat dari tanah akan tetapi tidak
menutup kemungkinan dibuat dari pasangan batu dan beton. Saluran ini
2. Persegi Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton.Bentuk saluran
ini tidak memerlukan banyak ruang dan areal. Berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan
domestik dengan debit yang besar.
4. Setengah Lingkaran Saluran ini terbuat dari pasangan batu atau dari beton
dengan cetakan yang telah tersedia. Berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik dengan debit
yang besar.
5.
b) Selokan samping.
c) Gorong-gorong.
d) Saluran penangkap.
Prinsip-prinsip Umum Perencanaan Drainase :
1. Daya guna dan hasil guna (efektif dan efisien) Perencanaan drainase
haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase sebagai
enampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna
dan berhasil guna.
2. Ekonomis dan aman Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah
mempertimbangkan faktor ekonomis dan faktor keamanan.
3. Pemeliharan Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula
segi kemudahan dan nilai ekonomis dari pemilihan sistem drainase
tersebut.
mengganggu keindahan.saluran ini yang lebih cocok untuk drainase air hujan
yang terletak didaerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk
drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu
lingkungan.
Drainase terbuka memiliki bentuk berupa saluran air yang
terbuka.Biasanya drainase terbuka dipakai untuk mendukung berbagai fungsi
saluran air terutama untuk menampung dan mengalirkan air hujan. Drainase
terbuka yang dibuat di pinggiran kota tidak perlu dilapisi lining. Tetapi
drainase yang dibangun di tengah kota harus dilapisi pelindung seperti beton,
pasangan batu, atau pasangan bata.
Ada beberapa macam bentuk dari saluran terbuka, ada yang bentuknya
trapesium, segi empat, segitiga, setengah lingkaran, ataupun kombinasi dari
bentuk-bentuk tersebut. Sebagai contoh, Anda bisa lihat contoh saluran yang
bentuknya trapesium di bawah ini.
tergantung dari volume dan debit air pada wilayah tersebut. Di pinggiran kota
saluran ini masih alami dan tidak perlu diberi lining (lapisan pelindung). Saluran
ini dibedakan menjadi :
a) Saluran Alam (natural), meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai
besar sampai saluran terbuka alamiah.
3) Terjunan (drop) contohnya got miring dimana perubahan tinggi air terjadi
dalam jangka pendek.
4) Gorong-gorong (culvert) merupakan saluran tertutup (pendek) yang
mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan
lainnya.
5) Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) merupakan selokan tertutup
yang cukup panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus.
6) Bukit/gundukan tanah.
1. Tersier drainage
2. Secondary drainage
3. Main drainage
4. Sea drainage
5. Reklamasi.
1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi
air tanah.
4. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
e. Air hujan harus sedapat mungkin mencapai badan air penerima untuk
menghindari terjadinya genangan atau luapan.
d. Ambang Batas (Free Board) Ambang batas pada saluran dan perlengkapan
adalah jarak vertical dari permukaan saluran/perlengkapan saluran tertinggi
terhadap permukaan air di dalam saluran/perlengkapan saluran tersebut.
Penanganan drainase :
Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase
dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap.
Jenis-jenis drainase :
Land dan smoothing Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan
Land smoothing (Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal la-
han untuk menjamin kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis yang
dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase permukaan. Untuk efektifitas
yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti. ketidak-
seragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan
merupakan tempat aliran permukaan (run off) berkumpul, harus dihi-
langkan dengan bantuan peralatan pengukuran tanah
Pada tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis
melalui :
a. Saluran / parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang
dangkal (shallow random field drains)
b. Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch.
c. Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet
ditch)
Drainase acak (Random Field Drains) Lokasi dan arah dari saluran
drainase disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan
biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan
peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran
yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas,
biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif datar.
manusia ataupun sebaliknya. Sungai dan muara adalah contoh dari saluran
alami, sedangkan pembuatan air yang mengalir sebagian penuh dan
saluran irigasi termasuk dalam kategori saluran buatan.
Suatu saluran yang mempunyai penampang dan kemiringan yang tetap
disebut saluran prismatis (prismatic channel), apabila salah satu
Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi
atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat
berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal.Untuk jalan raya yang lurus, ke-
mungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah
lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau
pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kearah
median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut.
Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua
arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini
menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk
Kelompok III hal 62
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan adanya pipa
nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.
kota dan dalam kota, ketersediaan tataguna tanah: pertumbuhan fisik kota
dan ekonomi pedesaan Lingkungan : topografi. eksisting jaringan
drainase Jalan, sawah. Perkampungan laut, pantai, tataguna tanah,
pencemaran lingkungan, estetika yang mempengaruhi sistem drainase
kota, kondisi lereng dan kemungkinan longsor; untuk daerah datar
diperhitungkan pengelontoran, pengendapan dan pencemaran; untuk
2. Pola jaringan drainase ada Siku, pararel, grid iron, alamiah, radial,
jaringjaring.
3. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain: Untuk
mengurangi kelebihan air, Sebagai pengendali air, Menurunkan
permukaan air tanah, Mengendalikan erosi tanah, Mengeringkan
bagian wilayah kota yang permukaan lahannya
rendah,Mengalirkan kelebihan air, Mengendalikan sebagian air
permukaan, Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian
air tanah, Mengeringkan daerah becek dan genangan air,
Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan,
Mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan bangunan-bangunan.
BAB VII
GALIAN DAN TIMBUNAN
7.1 Pengertian
Galian adalah jumlah volume tanah yang berlebih yang akan dibuang pada
perencanaan geometrik jalan yang bertujuan untuk menghasilkan muka jalan
yang baik dan rata. Pekerjaan galian akan muncul jika muka jalan rencana
berada dibawah muka tanah asli.
Timbunan adalah volume tanah yang harus ditambahkan atau ditimbun
pada perencanaan geometrik jalan yang bertujuan untuk menghasilkan muka
jalan yang baik dan rata. Pekerjaan timbunan akan muncul jika muka jalan
rencana berada diatas muka tanah asli.
7.2 Dasar-Dasar Perhitungan
a. Perhitungan luasan galian dan timbunan
Untuk mencari luasan galian dan timbunan dicari berdasarkan luasan pada
gambar melintang jalan pada kertas milimeter yang tedapat pada lampiran
dengan cara menghitung jumlah bujur sangkar didalam daerah galian atau
timbunan pada gambar melintang jalan raya.
b. Perhitungan Volume galian
Volume galian didapat dari luasan galian rata-rata dari dua stasioning ter-
dekat dikalikan jarak antar stasioning.
c. Perhitungan volume timbunan
Volume timbunan didapat dari luasan timbunan rata-rata dua stasioning ter-
dekat dikalikan jarak antar stasioning.
GALIAN TIMBUNAN
N JARA
STA A RATA- VOLUME A RATA- VOLUME
O K (m) A (m2) A (m2)
RATA (m ) 3
RATA (m3)
180.321
1 0+000 0
8
100 124.6559 12465.59 0 0
2 0+100 68.99 0
100 92.2624 9226.24 0 0
115.534
3 0+200 0
8
138.1513 13815.13
100 0 0
5 5
160.767
4 0+300 0
9
100 104.1576 10415.76 0 0
5 0+400 47.5473 0
100 71.6167 7161.67 0 0
95.686
6 0+500 0
1
136.6944 13669.44
100 0 0
5 5
177.70
7 0+600 0
3
100 0 0 133.2771 13327.71
88.851
8 0+700 0
4
100 0 0 57.55805 5755.805
26.264
9 0+800 0
7
100 0 0 32.8309 3283.09
10 0+900 0 39.397
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
1
100 0 0 53.4671 5346.71
0+100
11 67.5371 0
0
100 77.53205 7753.205 0 0
0+110
12 87.527 0
0
100 71.309 7130.9 0 0
0+120
13 55.091 0
0
100 75.38855 7538.855 0 0
0+130 95.686
14 0
0 1
100 0 0 66.2968 6629.68
0+140 36.907
15 0
0 5
100 0 0 24.78845 2478.845
0+150 12.669
16 0
0 4
100 0 0 27.87275 2787.275
0+160 43.076
17 0
0 1
100 0 0 44.6454 4464.54
0+170
18 46.2147 0
0
100 30.2228 3022.28 0 0
0+180
19 14.2309 0
0
100 7.11545 711.545 0 0
0+190
20 0 0
0
100 17.1104 1711.04 0 0
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
0+200
21 34.2208 0
0
JUMLAH GALIAN 80952.22 TIMBUNAN 57743.1
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Setelah dilaksanakan analisa dari data-data yang ada dan dilakukan
perhitungan, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu:
1. Tujuannya Perencanaan Geometrik Jalan adalah menciptakan hubungan
yang baik antara waktu dan ruang menurut kebutuhan kendaraan,
menghasilkan bagian jalan yang memenuhi persyaratan kenyamanan,
keamanan, serta nilai efisiensi yang optimal. Dalam membangun jalan raya
itu dipengaruhi oleh topografi, sosial, ekonomi dan masyarakatnya.
2. Klasifikasi medan datar
3. Perencanaan alinemen horizontal 3 buah tikungan yaitu : tikungan FC (Full
Circle), tikungan SCS (Spiral Circle Spiral) dan tikungan SS (Spiral-Spi-
ral)
Tikungan
Data Tikungan I Tikungan II
III
Bentuk FC SCS SS
RC 900 m 210 m 115 m
242,1840687
LC 98,893075 m -
m
ES - 19,267426 m 27,264 m
31,5˚2,5'5,4
- 9˚32'57,46"
"
15˚25'4,5" 46˚4'49" 63˚5'10,8"
Xs - 69,80555 m 122,78 m
Ys - 3,8889 m 23,2365 m
K - 34,96798994 m 62,6188 m
P - 0,97897 m 6,2448 m
e 3,4% 5,9% 8,9%
VR 80 km/jam 80 km/jam 80 km/jam
Tc 121,8220668 - -
Kelompok III hal 74
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
m
Ec 8,208168 m - -
242,1840687
Lc - -
m
7 Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Cembung
E PV2 :81.5
Dq :-0.042051282
Titik Sta x x' q y y' Elevasi
a 1165 0 35 -0.04205 -1.47179 0 80.02821
b 1182.5 17.5 17.5 -0.04205 -0.7359 -0.09199 80.67212
PV1 1200 35 0 0 0 -0.36795 81.13205
c 1217.5 17.5 17.5 0 0 -0.09199 81.40801
d 1235 0 35 0 0 0 81.5
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Cekung
E PV3 :74
Dq :0.012222222
Titik Sta x x' q y y' Elevasi
a 1615 0 35 0 0 0 74
b 1632.5 17.5 17.5 0 0 0.12712 74.12712
PV1 1650 35 0 0 0 0.508479 74.50848
c 1667.5 17.5 17.5 0.012222 0.213889 0.12712 74.34101
d 1685 0 35 0.012222 0.427778 0 74.42778
Kelompok III
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan
Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kelompok III
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 1
Gambar 2