Anda di halaman 1dari 10

Online Shop Dalam Perspektif Ekonomi Islam

Yeti Patmawati
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Quran Bogor
Email: fatmafath44@gmail.com

Rachmad Risqy Kurniawan, SEI, MM


Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an Mulia, Bogor
Email: rah.rizqy@gmail.com

Abstract: This study aims to further discuss the problems caused by the existence of
online buying and selling transactions in online shops in the perspective of Islamic
economics based on the Al-Quran Surah An-Nisaa verse 29 and Al-Mutaffifin verse 1.
library research with interpretive methods used in this research are maudu'i (thematic)
research methods and tahlili (analytic) interpretation methods. Based on the results of
this study, it can be concluded that an Online shop or online buying and selling place
is allowed in an Islamic economic perspective as long as it is based on the principle of
consensual or voluntary consent from both parties, namely from the seller and the buyer
and there is no cheating or fraud, so that each party gets what they want. rights that
should be accepted in full are not reduced and their rights are harmed or oppressed.
Keyword: Online shop, Islamic Economic
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membahas lebih jauh masalah-masalah yang
ditimbulkan dengan keberadaan transaksi jual beli secara daring yang ada di online
shop dalam perspektif ekonomi Islam berdasarkan Al-Quran Surat An-Nisaa Ayat 29
dan Al-Mutaffifin ayat 1. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library
research) dengan metode penafsiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian maudu‘i (tematik) dan metode penafsiran tahlili (analitik).
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa online shop atau tempat jual
beli online dibolehkan dalam perspektif ekonomi Islam selama didasarkan pada prinsip
suka sama suka atau kerelaan dari kedua belah pihak yaitu dari penjual maupun pembeli
dan tidak ada kecurangan ataupun penipuan, sehingga setiap pihak mendapatkan apa
yang semestinya diterima secara penuh tidak terkurangi haknya dan dirugikan atau
terdzolimi.
Keyword: Online shop, Ekonomi Islam

Pendahuluan
Modernisasi telah membawa perubahan-perubahan perilaku manusia
disebabkan kemajuan teknologi internet. Dengan perkembangan teknologi internet
membuat internet menjadi salah satu fasilitas yang tidak hanya digunakan untuk
berkomunikasi saja, namun internet memunculkan fenomena baru dalam proses
transaksi jual beli barang. Dengan menggunakan internet, para calon pembeli sudah
dapat melihat produk yang ditawarkan kemudian memesan. Kemudahan dalam
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


mengakses internet tersebut melahirkan online shop yang saat ini sudah menjadi pilihan
alternatif dalam berbelanja. Hal ini membuktikan bahwa saat ini teknologi internet telah
berhasil memegang peranan penting dan signifikan bagi manusia sehingga proses
bertransaksi atau jual beli kian mudah dan cepat.1

Online shop atau toko daring sama halnya dengan toko tradisional atau modern
yang ada di dunia nyata namun perbedaannya hanyalah pada cara bertransaksi atau
proses jual belinya dengan menggunakan jaringan internet. Keunggulan online shop ini
prosesnya dapat dengan mudah dilakukan cukup dengan membuka situs maupun media
sosial yang menyediakan fitur toko online atau online shop.2

Online shop sebagai salah satu sarana manusia untuk saling memenuhi
kebutuhan satu sama lain, sehingga online shop memiliki posisi penting dalam
kehidupan manusia dan menjadi bukti bahwa manusia adalah makhluk sosial yang
dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya membutuhkan keterlibatan manusia lain.3

Sebagai seorang muslim, aktifitas kita sudah diatur sedemikian rupa didalam
Al-Quran dan As-Sunnah. Sungguh sangat penting bagi seorang muslim menjalankan
aktivitas sesuai dengan jalan yang di ridhoi Allah SWT. Begitupun dalam hal jual beli
Allah telah mengaturnya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 275
berikut:

ّٰ َّ‫واَحل‬
ِّ ‫اللهَّ الْبَ ْي ََّع َو َحرََّم‬
َّ‫الربّٰوا‬ َ َ
Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Hal yang menarik dari ayat tersebut adalah adanya pelarangan riba yang
didahului oleh penghalalan jual beli termasuk jual beli online atau Online shop selama
dilakukan dengan benar sesuai dengan syariah Islam.4 Tidak bisa terelakkan bahwa
fenomena online shop telah tumbuh menjamur di tengah-tengah masyarakat,
masyarakat menggunakan Online shop untuk melakukan transaksi jual-beli apapun.5
Seiring dengan perkembangan transaksi online shop, ternyata turut pula
menimbulkan berbagai permasalahan. Beberapa permasalahan yang dapat muncul
dalam transaksi online shop adalah (a) kualitas barang yang dijual, hal ini karena
pembeli tidak melihat secara langsung barang yang akan dibeli. Pembeli hanya melihat
tampilan gambar yang akan dijual; (b) potensi penipuan yang sangat tinggi, dimana
ketika pembeli sudah melakukan pembayaran namun barang tidak kunjung diantar

1
Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syari’ah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 198 dan Lisa Octaviani,
Fenomena Perilaku Belanja Online Sebagai Alternatif Pilihan Konsumsi Di Kalangan Mahasiswa
Universitas Negeri Surabaya, Paradigma. Volume 04 Nomer 03 Tahun 2016
2
Haning Dwi Pratiwi, Online Shop Sebagai Cara Belanja Di Kalangan Mahasiswa Unnes, (Universitas:
Semarang, 2013), h. 3.
3
Nurhayati, S,. Wasilah,. Akuntansi syariah di Indonesia Edisi 4 Jakarta: Penerbit Salemba Empat,
(2015) dalam Misbahul Ulum, Prinsip-Prinsip Jual Beli Online Dalam Islam Dan Penerapannya Pada E-
Commerce Islam Di Indonesia Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, 17 (01) Maret 2020, 49-64
4
Tira Nur Fitria, Bisnis Jual Beli Online Dalam Hukum Islam Dan Hukum Negara, STIE-AAS
Surakarta,Vol.03 No.01, Maret 2017
5
Tira Nur Fitria, Bisnis Jual Beli Online Dalam Hukum Islam Dan Hukum Negara, STIE-AAS
Surakarta,Vol.03 No.01, Maret 2017
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


kepada pembeli; (c) potensi gagal bayar dari pembeli, dimana ketika penjual sudah
mengirimkan barang kepada pembeli namun pembayaran tidak kunjung dilakukan oleh
pembeli.6
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti ingin mengkaji lebih mendalam
bagaimanakah jual beli online yang diperbolehkan (dihalalkan) menurut syariat Islam.
Untuk membatasi masalah dalam penelitian ini maka penelitian ini akan membahas
online shop dalam perspektif ekonomi Islam berdasarkan sumber utamanya yaitu Al-
Quran dan tafsirnya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research)
dengan menggunakan literatur (kepustakaan) sebagai sumber antara lain kitab tafsir dan
artikel ilmiah pendukung lainnya, metode penafsiran yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian maudu‘i (tematik) dan metode penafsiran tahlili (analitik).
Penafsiran maudu‘i (tematik) adalah penulisan karya tafsir yang struktur pemaparannya
mengacu pada tema tertentu atau pada ayat, surat atau juz tertentu yang ditentukan oleh
penafsir sendiri. Sedangkan metode penafsiran tahlili (analitik) adalah metode
menafsirkan Al-Quran yang berusaha menjelaskan Al-Quran dengan menguraikan
berbagai seginya dan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Al-Quran.
Online shop Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Sebelum membahas online shop dalam perspektif ekonomi Islam, secara
bahasa, online shop dalam bahasa indonesia dapat diartikan dengan tempat/toko/pasar
yang menyediakan transaksi jual-beli dalam jaringan internet (daring) atau terhubung
dengan internet. Perkataan jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu jual dan beli. Kata
jual berarti menunjukkan adanya perbuatan menjual, sedangkan beli adalah adanya
perbuatan membeli.7
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jual beli adalah persetujuan saling
mengikat antara penjual, yakni pihak yang menyerahkan barang, dan pembeli sebagai
pihak yang membayar harga barang yang dijual.8
Sedangkan jika menggunakan istilah syariah, jual beli dapat dipadankan dengan
istilah buyu’ dari segi tashrif berasal dari kata ba’ahu artinya dia menjualnya.
Masdarnya bai’atan dan mabi’an. Ism maf’ul-nya mabyu’atau mabi’ (sesuatu yang
dijual). Al-Biya’ah artinya komoditi. Ibta’tuhu artinya aku menawarkan untuk
menjualnya. Ibta’uhu artinya aku membelinya.9
Kemudian kata online adalah istilah saat kita terhubung dengan internet atau
dunia maya.10 Sehingga dapat disimpulkan online shop adalah jual beli barang dan jasa
melalui media elektronik, khususnya melalui internet atau secara online. 1112

6
M.Nur Rianto Al Arif, Penjualan On-line Berbasis Media Social Dalam Perspektif Ekonomi Islam,
Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Volume 23, No.1, Tahun 2013 (Juni
2013),hlm.34.
7
Suhrawardi lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika offset: Jakarta, 2000
8
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Jakarta: Balai Pustaka, 2017
9
Meida Lutfi Samawi, Jual Beli Online Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Ad-Deenar: Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam Vol 4, No 01 (2020)
10
Munir Salim, Jual Beli Secara Online Menurut Pandangan Hukum Islam, Al- Daulah Vol. 6 No. 2
Desember 2017
11
Tira Nur Fitria. Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) dalam Hukum Islam dan Hukum Negara.
Surakarta: STIE AAS, 3(1) (2017). Hlm. 54
12
Ade Manan Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Berdasarkan pengertian diatas, penelitian ini hanya akan membahas jual beli
dengan media elektronik yang tersambung internet bukan membahas bentuk-bentuk
akad-akad yang digunakannya seperti yang sudah dibahas dalam penelitian lain yaitu
dalam bentuk akad jual beli salam/salaf13 dan/atau ishtishna’14, karena online shop
juga berkembang lebih jauh jika ditinjau dari akad-akadnya yaitu dapat berbentuk
reseller/agen/membership yang dapat menggunakan akad wakalah15 maupun akad
bai’al-ajal16 dan/atau dropshipper yang dapat menggunakan akad samsaroh17. Online
shop juga sudah jauh berkembang dengan model cash on delivery (COD) yang dapat
menggunakan akad mutlak yaitu bayar tunai ketika barang diantar bisa juga dengan
cara dicicil dengan menggunakan akad taqsith serta Online shop juga sudah ada fitur
tawar menawar dengan menggunakan akad jual beli al-musawamah.18 Sehingga
menurut peneliti sudah tidak relevan lagi membahas aspek bentuk akad-akadnya.
Maka, jika ditinjau dari masalah-masalah yang biasanya terjadi dalam praktik
online shop sebagaimana dijelaskan dalam pendahuluan, penelitian ini akan membahas
aspek masalah yang ditimbulkan dari memindahkan jual beli dari sebelumnya hanya
dalam transaksi offline kepada transaksi melalui media internet atau online. Masalah-
masalah tersebut antara lain disebabkan tidak bisa melihat langsung barang yang
diperjual belikan sehingga kerap kali menjadi masalah antara pembeli maupun penjual
karena adanya perbedaan antara barang yang dibeli dan barang yang diterima, selain
itu masalah lain adalah seringkali pembayaran sudah dilakukan namun barang tidak
kunjung diterima sebaliknya barang sudah diterima namun belum juga dibayar.
Berdasarkan masalah diatas maka berdasarkan metode tafsir tematik, Allah
SWT secara tegas jual beli harus berdasarkan prinsip suka sama suka atau kerelaan
kedua belah pihak baik penjual maupun pembeli sebagaimana dalam firman Allah SWT
dalam Surat An-Nisaa Ayat 29 berikut ini:

َّ‫َّوََلَّتَُْ لوا‬ ِّ ِّ ‫واََّلَّتَأْكلواَّأَموالَكمَّب ي نكمَّبِّالْب‬


ََّ ً‫اط ِّلَّإَِّلَّأَ ْنَّتَكو َنَّتِّ َج َارة‬ ِّ
َ َّ‫َّع ْنَّتَ َراٍَّم ْنك ْم‬ َ ْ َ َْ ْ َ ْ َ ‫َّآمن‬
َ ‫ين‬
َ ‫يَاَّأَيُّ َهاَّالذ‬
‫يما‬ ِّ ‫أَنْ فسكمََّّإِّنَّاللهَّ َكا َنَّبِّكم‬
ً ‫َّرح‬ َْ َ ْ َ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

13
Akad jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-
syarat tertentu (Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 5/DSN-MUI/IV/2000)
14
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’) (Fatwa
Dewan Syari’ah Nasional No: 6/DSN-MUI/IV/2000)
15
Akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan
(Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 10/DSN-MUI/IV/2000)
16
Akad jual beli tidak secara tunai (Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 04/DSN-MUI/IV/2000)
17
Akad jasa perantara untuk menjual barang, di mana Perantara (Simsar/Broker) berhak memperoleh
pendapatan atas kelebihan harga jual dari harga yang disepakati sebelumnya (Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional No: 93/DSN-MUI/IV/2014)
18
Akad jual beli dengan harga ditentukan melalui tawar menawar (Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No:
110/DSN-MUI/IX/2017)
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Berdasarkan ayat diatas maka semua transaksi jual beli atas dasar suka sama
suka dibolehkan oleh Allah SWT termasuk juga jual beli kredit jika berdasarkan prinsip
kerelaan kedua pihak atau suka sama suka, terkait prinsip suka sama suka ini menjadi
satu syarat penting dalam transaksi jual beli kredit, karena harga yang dibayarkan
dengan diansur atau kredit selalu lebih mahal dari pada jika dibayarkan secara tunai,
maka harga dalam jual beli kredit harus disepakati dengan suka sama suka sehingga
tidak ada pihak yang dirugikan.
ِّ ٍ‫إَِّل َّأَ ْن َّتَكو َن َّتِّجارةً َّعن َّتَرا‬
Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, firman Allah ‫َّم ْنَّك َّْم‬ َ َْ َ َ
“kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kalian.”
Ditafsirkan bahwa jangan melakukan usaha-usaha yang haram dalam mendapatkan
harta, akan tetapi ambilah dari perniagaan yang berdasarkan kerelaan dari kedua belah
pihak.19 Maka sesungguhnya ayat ini menegaskan bahwa jual beli batil yang dilarang
Allah SWT itu sangat spesifik diatur, sehingga kaidah dalam bermuamalah itu bukan
mencari apa yang dihalalkan namun apa saja yang diharamkan, karena sesungguhnya
dalam muamalah itu semua dibolehkan kecuali yang dilarang sesuai dengan kaidah َّ‫أن‬
‫األصلَّفيَّالعْودَّوالمعامالتَّاإلباحةَّوَلَّيحرمَّمنهاَّإَلَّماَّوردَّالشرعَّبُحريمه‬.20
Dari ayat yang ini, Imam syafi’i berhujjah bahwa jual beli tidak sah kecuali
dengan adanya penerimaan. Karena itu menunjukan kerelaan kedua belah pihak. 21
Dalam kitab tafsir As-Sa’di, kerelaan itu dari kedua belah pihak, dan adanya
opsi untuk membatalkan atau mengembalikan barang atau harga yang diperdagangkan
jika ditemukan kesalahan dikemudian hari, untuk itu maka pengetahuan yang lengkap
terhadap barang dan harga menjadi syarat utama mendapatkan kerelaan kedua belah
pihak, supaya tidak terjadi ‫( ببيعَّالْمار‬gambling) atau asymmetric information ‫بيعَّالغرر‬.22

Menurut al-Baghwy dalam tafsirnya, kerelaan tersebut dapat ditunjukkan


dengan kebaikan jiwa kedua belah pihak, yang mana tidak ada unsur ingin menipu
maupun berkhianat.23

19
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim (Beirut : Daar al-Fikr, 1923)
20
Kaidah ini adalah kaidah yang disepakati oleh jumhur ulama dari 4 madzhab yaitu hanafiyah,
malikiyah, syafiiyah, dan hanabilah sebagaimana ditulis dalam sumber utama 4 madzhab tersebut antara
lain dalam )َّ66َّ‫األشباهَّوالنظائرََّلبنَّنجيمَّ(َّص‬, )َّ111َّ/َّ1َّ(َّ‫الذخيرةَّللْرافي‬, َّ/َّ3َّ(َّ‫َّ)َّاألم‬646َّ(َّ‫َّ)َّف‬232َّ‫الرسالةَّلإلمامَّالشافعيَّ(َّص‬
َّ2dan )َّ326َّ/َّ22َّ(َّ‫مجموعَّفُاوىَّابنَّتيمية‬
21
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim (Beirut : Daar al-Fikr, 1923)
22
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di . Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan. Cet. I;
Baerut: Dar Ibn Hazm, 2003.
23
Al-Baghawiy, Al-Husain bin Masúd. Ma’alim al-Tanzil,. Jilid. 1. Riyad: Dar al-Taybah, 1409.

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


ِّ ٍ‫ عن َّتَرا‬adalah unsur
Menurut al-Qurthubi yang dimaksud dengan ‫َّم ْنك َّْم‬ َ َْ
persetujuan kedua belah pihak yang meliputi adanya kebolehan untuk memilih dan ada
kompromi setelah pilihan diputuskan.24

ِّ ٍ‫ عن َّتَرا‬adalah
Adapun menurut ath-Thabary, yang dimaksud dengan ‫َّم ْنك َّْم‬ َ َْ
kerelaan kedua belah pihak atas keuntungan yang didapatkan penjual, sehingga
pengetahuan harga dari barang serta keuntungan menjadi syarat kerelaan tersebut. 25

Dalil Al-Quran ini diperkuat dengan penjelasan melalui hadist Rasulullah


SAW. Dari Abu Sa'id Al Khudriy Al Anshariy, Rasulullah SAW bersabda:

ٍَّ‫إنماَّالبيعَّعنَّتَرا‬
Artinya: Sesungguhnya jual beli dengan saling suka sama suka (Sunan Ibnu
Majah hadis nomor 2176).26

Lebih lengkap dijelaskan dengan hadist dalam shahih muslim no, 1512 berikut:

َّ ‫َّوالْمنَابَ َذةَِّّفيَّالبَ ْي ِّع‬،


ََّ ‫س ِّة‬ ِّ ‫َّاللهَّصلىَّاللهَّعليهَّوسلمَّعنَّب ي عُ ي ِّن‬ ِّ ‫نَهانَاَّرسول‬
َ ‫ىَّع ِّنَّالم َال َم‬
َ ‫َّنَ َه‬،‫سَُ ْي ِّن‬
َ ‫َّول ْب‬،
َ ْ ََ ْ َ َ َ َ َ َ َ
َّ‫َّأَ ْنَّيَ ْنبِّ َذَّالرجلَّإلى‬:‫َّوالْمََّّنَابَ َذة‬، َ ‫َّوََلَّيَْلِّبهَّإَل‬،
َ ‫َّبذلك‬ َ ‫ار‬ِّ ‫َّأ َْوَّبالن َه‬،‫َّاآلخ ِّرَّبيَ ِّدهَِّّبالل ْي ِّل‬
َ ‫ب‬ َ ‫َّل َْمسَّالرج ِّلَّثَ ْو‬:‫سة‬
َ ‫َوالْم َال َم‬
.ٍَّ‫َّوََلَّتَ َرا‬ ِّ ‫ماَّم‬ ِّ ‫َّذلكَّب ي عه‬ ِّ َ ‫َّوي ْنبِّ َذ‬،‫الرج ِّلَّبثَوبِّ ِّه‬
َ ‫نَّغيرَّنَظَر‬ َ ْ َ َ ‫َّويَكون‬ َ ‫َّاآلخرَّإل َْيهَّثَ ْوبَه‬ ََ ْ
Artinya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang dua traksaksi dan dua
pakaian, beliau melarang Mulamasah dan Munabadzah dalam jual beli, Mulamazah
ialah seseorang menyentuh pakaian penjual di siang atau malam hari dan tidak
membolak-baliknya dengan teliti, sedangkan Munabadzah ialah seseorang
melemparkan kainnya kepada orang lain, dan ia melempar kainnya kepada orang
tersebut, maka dengan begitu terjadilah jual beli tanpa meneliti dan tanpa adanya
persetujuan."27

Imam Ibnu Katsir menegaskan kembali dengan menukil hadist mursal dalam
kitab tafsirnya tafsir al-quran al-adzim, Rasulullah SAW bersabda:

‫َّمسلما‬ ِّ ِّ ِّ ِّ
ً ‫البَ ْيعَّعنَّتَ َراٍَّوالخيارَّبع َدَّالص ْف َْةَّوَلَّيَح ُّلَّلمسلمَّأ ْنَّيَ ْغش‬

24
Al-Qurthubi, (al)Ahmad Muhammad bin. Al-Jāmi’ Li Ahkām Al-Qur’an. Bairut-Libnan: Muassasah
al-Risālah, 2006.
25
Al-Ṭhabarī , Abu Ja‟far Muḥammad Ibn Jarīr Ibn Yazīd Ibn Kathir Ibn Gālib . Jāmi’u al-Bayān fī
Ta`wīli al-Qur`ān (Beirut: Daarul Kitab, 1412 H/1992 M)
26
Ibnu Majah, Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwainy, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar el.
Fikr, 2008
27
Muslim, Abi al-Husaini Muslim bin al-Hujaj al-Qasyiri al-Nasaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-
Kutub al-'Ilmiyah, 1998
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Artinya, “Jual beli harus dengan suka sama suka, dan khiyar adalah sesudah
transaksi, dan tidak halal bagi seorang muslim menipu muslim lainnya.”28

Dalam kitab shahih al-bukhori no. 2933 dijelaskan soal khiyar ini sebagai syarat
prinsip suka sama suka, Rasulullah SAW bersabda:

.‫َمَّيَ ْفَُ ِّرقا‬ ِّ ‫عان‬


ِّ ‫َّبالخ‬ ِّ ِّ‫الب ي‬
ْ ‫يارَّماَّل‬ َ
Artinya: Penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar)
selama keduanya belum berpisah.
Dengan matan lebih lengkap dari shahih bukhari 2079 dan shahih muslim 1532
berikut:

َّ‫َّوإ ْنَّ َكَُما‬،‫ور ََّكَّلهماَّفيَّبَ ْي ِّع ِّهما‬


ِّ ‫َّص َدقاَّوبَيناَّب‬ ِّ ‫عان‬
ِّ ‫َّبالخ‬ ِّ ِّ‫الب ي‬
َ ‫َّفإ ْن‬-‫َّحُىَّيََُ َفرقا‬:‫َّقال‬
َ ‫ ْأو‬-َّ‫يارَّماَّل َْمَّيََُ َفرقا‬ َ
ِّ ْ َْ ‫وَك َذباَّم ِّح‬
.‫تَّبَ َرَكةَّبَ ْيع ِّهما‬

Penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama


keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka
keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila
keduanya berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan
pada transaksi mereka berdua” (HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532).29

Berdasarkan hadist-hadist diatas maka untuk mewujudkan prinsip saling suka


sama suka dibutuhkan waktu untuk kedua pihak untuk memilih barang yang akan
dibeli, setelah ditentukan barang yang akan dibeli kemudian penjual menawarkan
harganya jika disepakti oleh pembeli maka jual beli tersebut dapat diselesaikan. Namun
jika tidak ada kesempatan untuk memilih, artinya dalam keadaan harus
segera/medesak/terpaksa yang kemudian merugikan salah satu pihak dikemudian hari
bahkan menjadi faktor perselisihan, maka jual beli itu dilarang, dan tidak sah secara
hukum Islam.
Lalu bagaimana jika ditemukan catat/kerusakan setelah jual beli diselesaikan
bagaimana penyelesaiannya dalam syariah Islam? Sesuai dengan sifat universalnya
Islam telah berbicara panjang lebar tentang konsep garansi. Meskipun dalam Islam
tidak dikenal istilah garansi, namun subtansi maksud konsep garansi dapat ditemukan
dalam Islam, yaitu konsep khiyar. Fungsi dari konsep garansi adalah mencapai
kemaslahatan bersama di antara kedua belah pihak. Dengan adanya garansi kedua belah
pihak dapat mewujudkan maksud dari pelaksanaan transaksi jual beli sesuai dengan
keinginan mereka tanpa ada penzaliman dan penipuan kepada pihak lain serta
terlindunginya hak-hak mereka. Pelaksanaan garansi mesti menjunjung tinggi nilai
dasar mu'amalah yaitu keadilan, yaitu kesamaan dan kesetaraan dimata hukum,

28
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim (Beirut : Daar al-Fikr, 1923)
29
Muslim, Abi al-Husaini Muslim bin al-Hujaj al-Qasyiri al-Nasaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-
Kutub al-'Ilmiyah, 1998 dan al Bukhari, Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih al Bukhari, Juz V,
(Beirut : Dar al Kitab al. 'Ilmiyyah, 1992
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


terpenuhinya hak, tanpa ada pihak yang dirugikan serta terwujudnya keseimbangan
dalam semua aspek kehidupan.30

Dalil diatas diperkuat dengan larangan berbuat curang yang akan merusak
prinsip suka sama suka atau kerelaan diatas, sebagaimana dalam firman Allah surat Al-
Mutaffifin ayat 1 sebagai berikut:
ۡ
َّ‫َو ۡي ٌلَّلِّلمطَِّف ِّف ۡي َن‬
Artinya: Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan
menimbang)!
Menurut ath-Thabary, celaka dalam ayat ini adalah neraka jahannam bagi
mereka yang berlaku curang, curang dalam jual beli, baik dalam ukuran, timbangan,
takaran maupun dalam hal lainnya yang terkait dengan barang yang diperjualbelikan
dan/atau harga yang disepakati. Prinsipnya adalah mengurangi hak orang lain sehingga
orang lain merugi dan terdzolimi. Berdasarkan tafsir ini, maka potensi pelaku jual beli
online yang mencurangi dan atau mengurangi hak orang lain baik dalam barang
maupun dalam harga atau pembayaran sehingga ada salah satu pihak yang dirugikan
dan didzolimi maka praktik ini dilarang dan diganjar dengan siksaan neraka
jahannam.31

Menurut al-Qurthubi, kecurangan ini mencakup seluruh aspek dalam jual beli,
yaitu tindakan merugikan salah satu pihak baik penjual maupun pembeli, menurut Ibnu
Abbas ayat ini diturunkan kepada orang yang paling buruk dalam timbangan dan
takaran ketika Rasulullah SAW tiba di madinah, ayat ini termasuk ayat yang pertama
kali diturunkan ketika Rasulullah tiba di madinah dan menyaksikan praktik curang di
madinah, dengan turunnya ayat ini maka Rasulullah segera memperbaiki timbangan
dan takaran di madinah sehingga tidak ada lagi praktik curang di madinah, masih
diriwayatkan dari ibnu abbas ra, curang dalam ayat ini adalah mengurangi hak yang
semestinya diterima orang lain, sehingga jual beli yang dibolehkan dalam Islam yaitu
jual beli yang memenuhi hak-hak yang semestinya diterima oleh pembeli maupun
penjual.32

Menurut Ibnu Katsir, kondisi madinah sebelum ayat ini turun adalah seburuk-
buruknya pasar karena marak terjadi kecurangan, yaitu mengurangi timbangan dan
takaran sehingga apa yang diterima tidak sama dengan apa yang dibeli, sehingga
pembeli merugi, dengan turunnya ayat ini, Rasulullah memperbaiki kondisi pasar ini
dengan menyesuaikan timbangan dan takaran yang berlaku dan menerapkan hukuman
yang tegas bagi orang yang masih mengambil keuntungan dari kerugian orang lain.33

30
Hidayat, Taufiq, Garansi Dan Penerapannya Perspektif Hukum Islam, Al-Mawarid Edisi XV Tahun
2006
31
Al-Ṭhabarī , Abu Ja‟far Muḥammad Ibn Jarīr Ibn Yazīd Ibn Kathir Ibn Gālib . Jāmi’u al-Bayān fī
Ta`wīli al-Qur`ān (Beirut: Daarul Kitab, 1412 H/1992 M)
32
Al-Qurthubi, (al)Ahmad Muhammad bin. Al-Jāmi’ Li Ahkām Al-Qur’an. Bairut-Libnan: Muassasah
al-Risālah, 2006.
33
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim (Beirut : Daar al-Fikr, 1923)

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Berdasarkan tafsir diatas maka jual beli termasuk jual beli online tidak boleh
melanggar prinsip suka sama suka atau kerelaan diantara kedua belah pihak dan tidak
boleh menjalankan praktik kecurangan/penipuan yang merugikan orang lain dalam
apapun bentuknya yang mengurangi hak orang lain baik dalam barang yang diperjual
belikan maupun dalam harga dan pembayaran.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan online shop atau
jual beli online dibolehkan dalam perspektif ekonomi Islam selama didasarkan pada
prinsip suka sama suka atau kerelaan dari kedua belah pihak yaitu dari penjual dan
pembeli dan tidak ada kecurangan ataupun penipuan, sehingga setiap pihak
mendapatkan apa yang semestinya diterima secara penuh tidak terkurangi haknya dan
dirugikan atau terdzolimi.

Daftar Pustaka

al Bukhari, Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih al Bukhari, Juz V, (Beirut : Dar
al Kitab al. 'Ilmiyyah, 1992
Al-Baghawiy, Al-Husain bin Masúd. Ma’alim al-Tanzil Jilid. 1. Riyad: Dar al-Taybah,
1409.
Al-Qurthubi, (al)Ahmad Muhammad bin. Al-Jāmi’ Li Ahkām Al-Qur’an. Bairut-
Libnan: Muassasah al-Risālah, 2006.
Al-Ṭhabarī , Abu Ja‟far Muḥammad Ibn Jarīr Ibn Yazīd Ibn Kathir Ibn Gālib . Jāmi’u
al-Bayān fī Ta`wīli al-Qur`ān (Beirut: Daarul Kitab, 1412 H/1992 M)
Arif, Nur Rianto Al, Penjualan On-line Berbasis Media Social Dalam Perspektif
Ekonomi Islam, Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan,
Volume 23, No.1, Tahun 2013 (Juni 2013),hlm.34.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima,
Jakarta: Balai Pustaka, 2017
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 04/DSN-MUI/IV/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 10/DSN-MUI/IV/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 110/DSN-MUI/IX/2017
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 5/DSN-MUI/IV/2000

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 6/DSN-MUI/IV/2000
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 93/DSN-MUI/IV/2014
Fitria, Tira Nur., Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) dalam Hukum Islam dan Hukum
Negara. Surakarta: STIE AAS, 3(1) (2017). Hlm. 54
Fitria, Tira Nur., Bisnis Jual Beli Online Dalam Hukum Islam Dan Hukum Negara,
STIE-AAS Surakarta,Vol.03 No.01, Maret 2017
Hidayat, Taufiq, Garansi Dan Penerapannya Perspektif Hukum Islam, Al-Mawarid
Edisi XV Tahun 2006
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim (Beirut : Daar al-Fikr, 1923)
Ibnu Majah, Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwainy, Sunan Ibnu Majah,
Beirut: Dar el. Fikr, 2008
Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syari’ah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 198
Lisa Octaviani, Fenomena Perilaku Belanja Online Sebagai Alternatif Pilihan
Konsumsi Di Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Paradigma.
Volume 04 Nomer 03 Tahun 2016
Lubis, Suhrawardi,. Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika offset: Jakarta, 2000
Muslim, Abi al-Husaini Muslim bin al-Hujaj al-Qasyiri al-Nasaburi, Shahih Muslim,
(Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1998
Nurhayati, S,. Wasilah,. Akuntansi syariah di Indonesia Edisi 4 Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, (2015)
Pratiwi, Haning Dwi., Online Shop Sebagai Cara Belanja Di Kalangan Mahasiswa
Unnes, (Universitas: Semarang, 2013), h. 3.
Salim, Munir., Jual Beli Secara Online Menurut Pandangan Hukum Islam, Al- Daulah
Vol. 6 No. 2 Desember 2017
Samawi, Meida Lutfi., Jual Beli Online Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Ad-Deenar:
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Vol 4, No 01 (2020)
Suherman, Ade Manan., Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di . Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil
Mannan. Cet. I; Baerut: Dar Ibn Hazm, 2003.
Ulum, Misbahul., Prinsip-Prinsip Jual Beli Online Dalam Islam Dan Penerapannya
Pada E-Commerce Islam Di Indonesia, Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis,
17 (01) Maret 2020, 49-64

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

Anda mungkin juga menyukai