Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INITIAL ASSESMENT

Guna memunihi tugas mata kuliah kegawat daruratan yang dibimbing oleh :

Ns. Chanif, S.Kep., MNS.

Disusun oleh:

Maylena Desi Permatasari (G2A019081)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2021/2022
Saat ini anda sedang bekerja di sebuah puskesmas, puskesmas yang ada rawat inapnya,
pelayanan igdnya. Saat sedang berjaga didepan puskesmas terjadi kecelakaan.
Seorang pengendara sepeda motor laki laki, mengalami kecelakaan saat berangkat kerja.
Karna musim hujan ada jalan yang rusak dan berlubang sehingga pasien terjatuh saat
mengendarai sepeda motor dan terpental sejauh 3 meter kepala membentur trotoar.
Airways ada suara napas tambahan yaitu suara snoring, pasien tampak sesak ada jejas dibagian
thorak kiri ada lubang. Terdapat Suara mengisap. Ada jejas dibagian kaki terdapat tanda jejak
pada os femur sepertiga medial dextra. Lakukan initial assesment primer dan sekunder.
Jawab :
Initial Assesment adalah bagian terpenting dari semua proses penilaian korban/pasien
dimana kita harus mengenali dan melakukan penanganan terhadap semua keadaan yang
mengancam nyawa korban yang dimulai dari penilaian lokasi kejadian, primary survey
(penilaian terhadap airway, breathing, circulation, disability, expose, folley cateter, gastric tube,
dan heart monitor), setelah itu penilain terhadap secondery survey (pemeriksaan fisik/head to toe,
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan riwayat pasien, dan hand-off reports).
Sebelum menolong korban sebaiknya perhatikan diri sendiri dengan menggunakan
protevtion agar terhindar dari paparan pasien. Seperti memakai masker, sarung tangan/hand
scoon dan lain-lain.
Selanjutnya cek tingkat kesadarannya yaitu penilaian GCS, agar mempermudah Tindakan
selanjutnya.
Selanjutnya yaitu pemeriksaan Airway + control cervical, pemeriksaan ini bertujuan
memastikan bebas dan patennya atau tidak ada obstruksi/hambatan jalan napas. Jika terjadi
gangguan lakukan head tilt chin lift atau jaw thurst, namun bila memiliki peralatan yang lengkap
gunakan oral airway, nasal airway, atau intubasi endotracheal tube atau cricotoroidotomi).
Dalam kasus diatas disebutkan bahwa Airways ada susra napas tambahan yaitu suara
snoring (lidah jatuh kebelakang) yang ini bertanda atau yang artinya bahwa pasien mengalami
obstruksi parsial. Karena sudah menegtahui Airaway obstruksi parsial Tindakan selanjutnya
dilakukan Aiways sementara. Dalam kasus dijelaskan bahwa pasien telah sampai di lokasi
puskesmas yang berarti terdapat peralatan lebih lengkap dan Tindakan uang dilakukan tidak
secara manual(tanpa alat). Tindakan Airway sementara ini aada 2 jenis, yaitu Oropharyngeal
Airway → Tidak Sadar, dan Nasopharygeal Airway → Sadar.
Setelah melakukan pemeriksaan GCS apabila tingkat kesadaran < 10 (tidak sadar) pasien
diberikan Tindakan Teknik Airway Sementara : Oro pharyngeal. Dan apabila GCS pasien > 10
mengalami mual muntah (sadar) Tindakan yang diberikan yaitu Teknik Airway Sementara :
Naso pharyngeal.
Dalam kasus juga disebutkan bahwa pasien sempat terlemar sejauh 3 meter, dan kepala
pasien membentur trotoar. Untuk mengurangi atau meminimalisir ketika menolong korban
sebaiknya memastikan leher tetap dalam posisi nertal (bagi penderita) selama pembebasan jana
nafas dan pemberian ventilasi yang dibutuhkan atau menggunakan neck collar atau penyangga
leher (diindikasikan untuk tanda-tanda trauma kapitis, trauma tumpul cranial dari clavikula,
setiap kasus multi trauma, proses kejadian yang mendukung/biomekanik trauma).
Pasien juga tampak sesak ada jejas dibagian thorak kiri ada lubang, yag artinya pasien
mengalami Tension Pneumothorax. Teknik yang digunakan untuk Tindakan ini ialah Open
Pneumothorax → Kasa 3 Sisi.
Dalam kasus juga disebutkan bahwa pasien ada jejas dibagian kaki terdapat tanda jejak
pada os femur sepertiga medial dextra, diamana diartikan bahwa pasien mengalami pendarahan
internal. Control pendarahan dan perbaiki volume, berikan Infus :
- Dua Jalur
- IV Catheter kaliber besar
- RL 1-2 liter looding
- Cairan di hangatkan
Bila pasien tidak ada respon langsung ketindakan operasi.
Setelah dilakukan Airway, Breathing, dan Circulation selanjutnya dilakukan adalah
memeriksa status neurologi harus dilakukan yang meliputi: tingkat kesadaran dengan
menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). Penilaian tanda lateralisasi: pupil (ukuran, simetris
dan reaksi terhadap cahaya, kekuatan tonus otot (motorik).
Selanjutnya, buka pakaian penderita untuk memeriksa cedera agat tidak melewatkan
memeriksa seluruh bagian tubuh terlebih yang tidak terlihat secara sepintas. Jika seluruh tubuh
telah diperiksa, penderita harus ditutup untuk mencegah hilangnya panas tubuh. Walaupun
penting untuk membuka pakian penderita trauma untuk melakukan penelaian yang efektif,
namun hipoteria tidak boleh dilupakan dalam pengelolaan penderita trauma.
Pemasangan foley cateter adalah untuk evaluasi cairan yang masuk. Input cairan harus
dievaluasi dari hasil output cairan urin. Output urine normal
Dewasa: 0.5 cc/kg bb/jam
Anak: 1 cc /kg bb/jam
Bayi: 2 cc/kg bb/jam
Namun pemasangan cateter tidak dapat dipasang pada penderita dengan adanya
hematoma skrotum, perdaraha di OUE (Orifisium Uretra External), dan pada Rektal Touch (RT)
posisi prostat melayang/tidak teraba.
Dari beberapa pemeriksaan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, kasus diatas ialah
termasuk dalam kategori initial assesment primer. Karena, Dilakukan pemeriksaan
sampai Penderita dalam keadaan Stabil dan melalui pemeriksaan
A. Airway (+C Spine Control )
B. Breathing (+Ventilation )
C. Circulation (+ Kontrol Perdarahan)
D. Disability ( GCS,Tanda Lateralisasi )
E. Exposure

Anda mungkin juga menyukai