Anda di halaman 1dari 6

‫ُه ًد ْل ُم َّت َن‬ ‫ْل َٰت اَل‬ ‫َٰذ‬

‫ِل َك ٱ ِك ُب َر ْيَب ۛ ِف يِه ۛ ى ِّل ِق ي‬


2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa,
 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Alquran itu adalah kitab yang agung yang tidak ada keraguan bahwasanya ia datang dari sisi
Allah, maka tidak benar bila ada seseorang yang ragu-ragu terhadap nya karena begitu jelasnya
alquran itu. Dimana orang-orang yang bertaqwa dapat mengambil manfaat dengannya berupa
ilmu yang bermanfaat dan amal sholeh dan mereka itu adalah orang-orang yang takut kepada
Allah dan mengikuti hukum-hukum-Nya.

 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan


Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)
2. Al-Qur`ān yang agung itu tidak ada keraguan di dalamnya, baik dari segi proses turunya
maupun lafal dan maknanya. Al-Qur`ān adalah firman Allah yang membimbing orang-orang
bertakwa ke jalan yang menghantarkan mereka kepada-Nya.

 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman


Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
‫ْل َت‬ ‫َٰذ‬ ‫اَل‬
2. ‫ ِل َك ا ِك اُب‬yakni al-Qur’an ini yang tinggi derajatnya ‫ ۛ َر ْيَب ۛ ِف ي "ِه‬tidak ada keraguan bahwa ia
datang Allah Ta’ala ‫( ُهًدى ِلْلُم َّت ِقيَن‬sebagai hidayah bagi orang-orang yang bertaqwa). Makna dari (
‫ )الهدى‬adalah dalil yang mengantarkan pada tujuan. Pendapat dari Ibnu Abbas dalam kalimat (‫هدى‬
‫)للمتقين‬: yakni orang-orang yang takut pada hukuman dari Allah karena meninggalkan hidayah
yang mereka ketahui dan mengharapkan rahmat-Nya dengan meyakini apa yang datang dari-
Nya. Dari Abu Hurairah disebutkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepadanya: apa itu taqwa?
Dia pun menjawab: apakah kamu pernah berjalan di jalan yang berduri? Lelaki itu menjawab:
Pernah. Abu Hurairah membalasnya: Lalu apa yang kau lakukan ketika itu?. Dia menjawab: jika
aku melihat duri aku berbelok, memanjangkan langkahku agar melewatinya, atau memendekkan
langkah agar tidak mengenainya. Abu Hurairah berkata: maka demikianlah takwa.

 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan


Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas
syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
‫َط ُمْل َت‬ ‫َن‬
1 ). Tatkala seorang hamba berucap dengan taufiq Tuhannya : { ‫} اْه ِد ا الِّص َر ا ا ْس ِق يَم‬, dikatakan
‫ْل َت اَل‬ ‫َٰذ‬
kepadanya : { ‫ } ِل َك ا ِك اُب َر ْيَب ۛ ِف ي "ِه‬itulah permintaanmu, yang dialamnya segala keperluan dan
‫ْل َّت َن‬
kebutuhanmu tertulis, itulah jalan yang lurus bagimu : { ‫ } ُه ًد ى ِل ُم ِق ي‬petunjuk bagi orang-orang
‫َط ُمْل َت‬ ‫َن‬
bertaqwa yang berkata : { ‫ } اْه ِد ا الِّص َر ا ا ْس ِق يَم‬, dan mereka takut dari keadaan orang-orang yang
dimurkai dan tersesat.
2 ). Sesungguhnya hanya orang yang mau menerima hidayah lah yang akan mendapatkan
hidayah itu, dan mereka adalah orang yang bertaqwa tidak bagi semua orang.
3 ). Sebagaimana halnya al-Qur'an adalah sebaik-baiknya ucapan baik derajat ataupun makna,
maka tempat yang tepat untuknya adalah tempat yang suci dan terang ( dan dalam hal ini adalah
‫ْل َّت َن‬
hati orang-orang yang bertaqwa ), oleh karena itu Allah berfirman : { ‫ } ُه ًد ى ِل ُم ِق ي‬kemudian
‫َن‬ ‫ْلَغ‬
disebutkan dalil kepastiannya, yaitu bahwasanya para muttaqien { ‫ ; } ِب ا ْي ِب َو ُي ِق يُم و‬maka
sesungguhnya perkara ini adalah hasil dari sikap optimis hati terhadap petunjuk al-Qur'an dan
ketaqwaan manusia.
4 ). Jika hati senantiasa dihidupkan dengan taqwa seorang hamba akan mengambil lebih banyak
dari al-Qur'an, seperti halnya dengan hujan yang turun dari langit, jika mendapatkan tanah yang
baik, akan datang musim semi yang menakjubkan semua mata, tidakkah kamu membaca hakikat
kebenaran ini pada ayat yang ada di awal al-Qur'an ? perhatikanlah : { ‫ ;} ُه ًد ى ِلْلُم َّت ِقيَن‬dengan ini
akan terungkan sebab banyaknya manusia yang tidak mengambil manfaat dari al-Qur'an.

 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan
tafsir negeri Suriah
Inilah Al-Qur’an yang agung, yang tidak diragukan lagi bahwa itu (diturunkan) dari sisi Allah
SWT. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah petunjuk dan pembimbing menuju kebaikan. Al-Qur’an
membimbing orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka dengan menaati printah-
perintahNya, menjauhi larangan-laranganNya dan meninggalkan kemaksiatan, kemudian mereka
mengambil manfaat darinya. Itu adalah tiga gambaran tentang Al-Qur’an

 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh


Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir
Univ Islam Madinah
{Kitab (Al-Qur’an) itu} Al-qur’an {tidak ada keraguan di dalamnya} tidak ada keraguaan di
dalamnya; {(merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa} bagi orang-orang yang
menjaga diri mereka dari adzab Allah dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi
larangan-laranganNya.

 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir


abad 14 H
2. FirmanNya , “kitab itu” , yakni kitab suci yang agung ini dalam arti hakiki, yang mengandung
hal-hal yang tidak dikandung oleh kitab-kitab terdahulu maupun sekarang berupa ilmu yang
agung dan kebenaran yang nyata, ”tidak ada keraguan padanya”, dan juga tidak ada
kebimbangan padanya dalam bentuk apapun. Meniadakan keraguan dari kitab ini mengharuskan
apa yang bertentangan dengannya, di mana hal yang bertentangan dengan hal itu adalah
keyakinan, maka kitab ini mengandung ilmu keyakinan yang menghapus segala bentuk keraguan
dan kebimbangan.
Ini merupakan suatu kaidah yang menunjukkan bahwa peniadaan disini maksudnya adalah
pujian yang harus melingkupi hal yang bertentangan dengannya yaitu kesempurnaan, karena
peniadaan adalah suatu yang tidak ada, sedangkan hal yang tiada secara murrni itu tidak ada
pujian padanya.
Dan karena kitab suci ini mengandung keyakinan sedangkan hidayah itu tidaklah akan dapat
diperoleh kecuali dengan keyakinan, maka Allah berfirman, ”petunjuk (hidayah) bagi mereka
yang bertakwa.” Hidayah itu adalah suatu yang memberikan hidayah dari kesesatan dan
kesamaran, dan (sebaliknya) membimbing untuk menempuh jalan yang berguna.
Allah berfirman di sini, ”petunjuk’’ dan tidak merinci bentuk petunjuknya, Dia tidak berfirman
“petunjuk untuk kemaslahatan ini atau untuk kepentingan begini, ” karena yang dimaksud
adalahn keumuman (mencakup semua maslahat dan kebaikan), dan bahwasanya ia adalah
petunjuk untuk seluruh kemaslahatan kedua negeri, ia adalah pembimbing bagi hamba dalam
masalah-masalah ushul (pokok) dan masalah-masalah furu’ (cabang), pemberi penjelasan untuk
kebenaran dari kebatilan, dan yang shahih dari yang lemah, dan pemberi penjelasan bagi mereka
tata cara menempuh jalan yang berguna bagi mereka di dunia dan akhirat mereka.
Allah berfirman pada tempat yang lain,
”petunjuk bagi manusia.” (Al-Baqarah: 185).
Ini juga umum mencakup semua (untuk seluruh manusia), sedangkan pada pembahasan ini dan
yang selainnya adalah ”petunjuk bagi mereka yang bertakwa, ” karena sesungguhnya dalam hal
itu sendiri telah bermakna petunjuk bagi seluruh manusia, sedangkan orang-orang yang celaka
tidak memperhatikan hal itu dan mereka tidak menerima petunjuk Allah, maka dengan petunjuk
ini, hujjah telah ditegakkan atas mereka, dan nereka tidak mengambil manfaat dengannya,
dikarenakan mereka adalah orang-orang celaka.
Orang-orang yang bertakwa ialah orang-orang yang melakukan sebab yang terbesar demi
memperoleh petunjuk yaitu ketakwaan, yang mana hakikatnya adalah menjalankan perkara yang
dapat melindungi dari kemurkaan Allah dan azabNya dengan cara mengerjakan perintah-
perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, lalu mereka mengambil petunjuk dengan itu
dan mengambil manfaat darinya dengan sebenar-benarnya.
Maka orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang mengambil manfaat dengan ayat-ayat al-
Qur’an dan ayat-ayat kauniyah, juga karena hidayah itu ada dua macam;hidayah penjelasan dan
hidayah taufik. Maka orang-orang yang bertakwa mendapatkan kedua hidayah tersebut
sedangkan selain dari mereka tidak mendapatkan hidayah taufik, karena hidayah penjelasan
tanpa mendapat hidayah taufik untuk mengamalkannya bukan merupakan hidayah secara hakiki
dan sempurna.
Kemudian Allah menggambarkan ciri orang-orang yang bertakwa tersebut, yaitu memiliki
keyakinan-keyakinan dan amalan-amalan batin serta amalan-amalan lahir, karena ketakwaan
memang mencakup semua itu.

 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di


Masjid Nabawi
Makna kata :
Dzaalika arti sebenarnya adalah itulah, akan tetapi di sini diartikan dengan “inilah”. Pergeseran
arti dari “itulah” ke “inilah” karena huruf Lam menunjukkan isyarat kepada sesuatu yang jauh,
dan itu memberikan kesan tingginya kedudukan dan derajat al-Qur’an.
Al-Kitaab yaitu Al-Qur’anul Kariim yang dibaca oleh Rasulullah g kepada seluruh manusia.
Laa Raiba artinya tidak ada keraguan sedikitpun bahwa Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah dan
kalamNya yang diwahyukan kepada rasulNya.
Fiihi Hudan yakni di dalamnya ada petunjuk untuk meniti jalan yang menghantarkan kepada
kebahagiaan dan kesempurnaan di dunia dan akhirat.
Lil muttaqiin adalah orang-orang yang menjaga dirinya dari adzab Allah dengan melakukan
ketaatan, yaitu dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.
Makna ayat :
Allah Ta’ala memberitahukan bahwa Al-Qur’an yang diturunkan kepada rasulNya merupakan
kitab yang agung, tidak ada keraguan sedikitpun, dan tidak ada kemungkinan bahwa al-Qur’an
itu bukanlah wahyu Allah, sebagai bentuk mukjizat. Kemudian kandungan Al-Qur’an yang
berupa petunjuk dan cahaya bagi orang beriman dan bertakwa, dapat menerangi mereka untuk
meniti jalan keselamatan, kebahagiaan dan kesempurnaan.
Pelajaran dari ayat :
1. Penguatan keimanan kepada Allah Ta’ala, kitabNya, dan rasulNya. Serta motivasi untuk
senantiasa meminta petunjuk dari al-Qur’an.
2. Penjelasan mengenai keutamaan takwa dan orang-orang yang bertakwa.

 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi


Surat Al-Baqarah ayat 2: Allah mengabarkan bahwa Al-Qur’an ini tiada keraguan dan
kebimbangan padanya, Allah telah menurunkan hidayah bagi mereka yang bertaqwa yang
mereka bersegera mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Dan firman-Nya dzalika adalah isyarat akan keagungan dan ketinggian kedudukannya serta
mulia urusannya.
Dan telah diketahui bahwa setiap kitab yang ditulis akan didapati penulisnya memiliki
kekurangan padanya, dan mereka (para penulis) akan senantiasa meminta maaf dan udzur kepada
pembacanya atas kekeliruan dan kekurangan. Adapun Al-Qur’an maka tidak ada keraguan,
kebimbangan, kekosongan dan juga perselisihan di dalamnya. Ini merupakan mukjizat dari Allah
dan sebagai tantangan bagi yang menolak dari orang-orang kafir dan mereka yang tersesat dari
quraisy, di mana mereka menyombongkan diri dan menolak akan penyampaian Al-Qur’an, dan
mereka menolak menerima Al-Qur’an di mana tidak seorangpun dapat memaksa mereka.

 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa,


M.Pd.I
Allah Ta'ala menamakan Al Qur'an dengan Al kitab berarti "yang ditulis", sebagai isyarat bahwa
Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
Yakni tidak ada keraguan bahwa ia berasal dari Allah Ta'ala, sehingga tidak benar masih
meragukannya karena jelas sekali buktinya.
Orang-orang yang bertakwa mengambil manfaat darinya, menjadikannya sebagai petunjuk dan
ilmu yang bermanfaat serta membuat mereka dapat beramal shalih. Mereka memperoleh dua
hidayah; hidayah irsyad (ilmu/petunjuk) dan hidayah taufiq (bisa beramal). Al Qur’an meskipun
sesungguhnya petunjuk bagi semua manusia, namun hanya orang-orang yang bertakwa yang
mau mengambilnya sebagai petunjuk dan melaksanakan isinya.
Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya; dan
menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Orang-orang yang bertakwa mengambil manfaat darinya, menjadikannya sebagai petunjuk dan
ilmu yang bermanfaat serta membuat mereka dapat beramal shalih. Mereka memperoleh dua
hidayah; hidayah irsyad (ilmu/petunjuk) dan hidayah taufiq (bisa beramal). Al Qur’an meskipun
sesungguhnya petunjuk bagi semua manusia, namun hanya orang-orang yang bertakwa yang
mau mengambilnya sebagai petunjuk dan melaksanakan isinya.
Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya; dan
menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Kata huda (petunjuk) pada ayat di atas adalah umum, yakni bahwa Al Qur'an merupakan
petunjuk terhadap semua maslahat di dunia dan akhirat, ia merupakan pembimbing manusia
dalam masalah ushul (pokok seperti keyakinan) maupun furu' (cabang), menerangkan yang hak
dan menerangkan kepada mereka jalan yang dapat memberikan manfaat di dunia dan akhirat.

 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 2


Inilah kitab yang sempurna dan penuh keagungan, yaitu Al-Qur'an yang kami turunkan kepada
nabi Muhammad, tidak ada keraguan padanya tentang kebenaran apa-apa yang terkandung di
dalamnya, dan orang-orang yang berakal sehat tidak akan dihinggapi keraguan bahwa Al-Qur'an
berasal dari Allah karena sangat jelas kebenarannya. Al-Qur'an juga menjadi petunjuk yang
sempurna bagi mereka yang mempersiapkan diri untuk menerima kebenaran dengan bertakwa,
yaitu mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya agar terhindar dari
siksa Allah. Meski petunjuk Al-Qur'an diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, hanya orang-
orang bertakwa saja yang siap dan mampu mengambil manfaat darinya. Orang-orang yang
bertakwa itu adalah mereka yang beriman kepada hal-hal yang gaib, yang tidak tampak dan tidak
dapat dijangkau oleh akal dan indra mereka, seperti Allah, malaikat, surga, neraka, dan lainnya
yang diberitakan oleh Allah dan rasul-Nya. Pada saat yang sama, sebagai bukti keimanan itu,
mereka beribadah kepada Allah dengan melaksanakan salat, secara sempurna berdasarkan
tuntunan Allah dan rasul-Nya, khusyuk serta memperhatikan waktu-waktunya, dan mereka juga
menginfakkan di jalan kebaikan sebagian rezeki berupa harta, ilmu, kesehatan, kekuasaan, dan
hal-hal lainnya yang bermanfaat yang kami berikan kepada mereka, semata-mata sebagai bentuk
ketaatan kepada Allah dan mencari keridaan-Nya.1

1
https://tafsirweb.com/177-surat-al-baqarah-ayat-2.html

Anda mungkin juga menyukai