Anda di halaman 1dari 81

PEDOMAN PENULISAN

KARYA TULIS AKADEMIS


STFT JAKARTA

Edisi Revisi

Panduan ini dibuat berdasarkan Kate L. Turabian,


A Manual for Writers of Research Papers, Theses,
and Dissertations: Chicago Style for Students and
Researchers. 9th edition. Rev. Wayne C. Booth et
al. (Chicago: Chicago University Press, 2018)

Diterbitkan oleh
Unit Teknologi Informasi dan Publikasi
Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta
2022
PEDOMAN PENULISAN
KARYA TULIS AKADEMIS
STFT JAKARTA
Edisi Revisi

Disusun oleh
Dr. Rebecca Blair Young
Prof. Joas Adiprasetya, Th.D.

UTIP STFT Jakarta


Jakarta, 2022
Katalog dalam terbitan (KDT)

Young, Rebecca Blair


Adiprasetya, Joas

Pedoman penulisan karya tulis akademis / oleh Rebecca B. Young & Joas
Adiprasetya—Cet ke-3 (revisi)— Jakarta: UTIP STFT Jakarta, 2022.
vi + 75 hal.; 5.7 x 8.1 inch

1. Pedoman 2. Karya Tulis Akademis 3. Makalah 4. Skripsi


5. Tesis 6. Disertasi
I. Judul.

ISBN 978-979 -99815-8-5

PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS AKADEMIS

Diterbitkan oleh:
UTIP STFT Jakarta, Jl. Proklamasi 27, Jakarta 10320
Email: publikasi@stftjakarta.ac.id — http://www.stftjakarta.ac.id

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang Cetakan ke-2: 2015 (revisi)


Cetakan ke-3: 2022 (revisi oleh Writing Center STFT Jakarta)

Layout dan rancangan sampul:


Danniel Fransiskus
Nicholas Banjarnahor
DAFTAR
ISI

SATU: PENDAHULUAN..................................................................1
1.1 Tentang Buku Ini......................................................................1
1.2 Pengertian Karya Tulis.............................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Karya Tulis..................................................3

DUA: SUSUNAN KARYA TULIS....................................................4


2.1 Struktur Utama.........................................................................4
2.2 Persyaratan Untuk Bagian Awal..............................................5
2.3 Persyaratan Untuk Bagian Utama..........................................12
2.4 Persyaratan Untuk Bagian Akhir...........................................17

TIGA: TATA CARA PENGUTIPAN..............................................18


3.1 Pengertian..............................................................................18
3.2 Dua Model Pengutipan..........................................................19
3.3 Contoh Pemakaian Kedua Model Pengutipan.......................24
EMPAT: TATA CARA PENULISAN.............................................35
4.1 Pengaturan Awal....................................................................35
4.2 Marjin dan Nomor Halaman..................................................37
4.3 Jenis Huruf dan Kalimat........................................................38
4.4 Penulisan Bab dan Bagian.....................................................40
4.5 Tabel (Daftar) dan Gambar....................................................45
4.6 Bilangan dan Satuan..............................................................46
4.7 Bahasa....................................................................................46
4.8 Penulisan Nama.....................................................................49
4.9 Singkatan................................................................................50
4.10 Penulisan Kitab, Pasal, dan Ayat Alkitab...............................51

APENDIKS SATU: LAPORAN BUKU.........................................52


A.1 Pendahuluan...........................................................................52
A.2 Informasi Awal.......................................................................53
A.3 Pengantar Umum...................................................................53
A.4 Gagasan Buku........................................................................54
A.5 Evaluasi dan Refleksi Kritis...................................................56
A.6 Rangkuman............................................................................57
A.7 Beberapa Catatan Umum.......................................................58
A.8 Pranala (Hipertaut atau Hyperlink) Luar................................59

APENDIKS DUA: PLAGIARISME..............................................60


B.1 Pendahuluan...........................................................................60
B.2 Tipe-tipe Plagiarisme.............................................................61
B.3 Beberapa Contoh....................................................................63
B.4 Beberapa Catatan Penting......................................................67

APENDIKS TIGA: PERATURAN MENGENAI PLAGIARISME........69


C.1 Pendahuluan...........................................................................69
C.2 Isi Peraturan tentang Plagiarisme...........................................71
SATU
PENDAHULUAN

1.1 TENTANG BUKU INI

Buku ini dimaksudkan sebagai sebuah panduan bagi seluruh anggo-


ta sivitas akademika STFT Jakarta, baik dosen maupun mahasiswa
di semua strata, dalam menulis sebuah karya tulis akademis. Karya
tulis akademis yang dimaksud meliputi makalah, skripsi tingkAt sar-
jana, tesis tingkat magister, dan disertasi tingkat doktoral.
Panduan semacam ini dibutuhkan untuk membantu dosen
dan mahasiswa menyusun karya-karya tulis mereka dengan format
penulisan yang konsisten di sepanjang karya tulis mereka. Selain
itu, dengan dipergunakannya panduan ini, sekolah kita dapat mem-
pertahankan mutu karya-karya tulis yang dihasilkannya, yang salah
satunya ditandai dengan penulisan karya tulis yang tertib dan kon-
sisten.
Pada prinsipnya, panduan penulisan makalah sama dengan
panduan penulisan karya tulis akademis lainnya. Namun, ada be-

1
berapa pengecualian yang akan diberikan tersendiri.
Semua karya tulis akademis tersebut harus mengikuti kaidah
yang dijelaskan di dalam buku panduan ini, kecuali dosen yang ber-
sangkutan menuntut persyaratan lain yang akan dikomunikasikan
secara terpisah.
Sekalipun panduan penulisan ini ditujukan bagi dosen dan
mahasiswa, dalam banyak bagian pengaturan khusus bagi maha-
siswa menempati porsi lebih banyak.
Secara umum, buku panduan ini memakai standar yang dise-
but Turabian Style, berdasarkan buku panduan Kate L. Turabian,
A Manual for Writers of Research Papers, Theses, and Disserta-
tions: Chicago Style for Students and Researchers. 9th edition. Rev.
Wayne C. Booth et al. (Chicago: Chicago University Press, 2018),
yang dapat ditemukan di perpustakaan STFT Jakarta. Buku pan-
duan ini selain berisi ringkasan Turabian Style, juga berisi peruba-
han di sana-sini, serta ditambah dengan beberapa panduan (antara
lain, seluk-beluk plagiarisme), agar lebih sesuai dengan kebutuhan
STFT Jakarta.

1.2 PENGERTIAN KARYA TULIS

Karya tulis teologi adalah satu karangan ilmiah tentang pokok yang
penting dalam suatu bidang studi teologi sebagai hasil penelitian
pustaka/lapangan yang dilakukan, baik oleh dosen maupun maha-
siswa, berdasarkan penugasan dari Sekolah Tinggi Filsafat Theologi
Jakarta. Karya tulis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
Susunan teratur, mencakup semua unsur yang diperlukan se-
bagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan dalam Bab Dua, Bab
Tiga, dan Bab Empat.
Bentuk yang baik, sebagaimana disyaratkan bagi setiap ka-
rangan ilmiah dalam tata tulis yang lazim di perguruan tinggi.
Pembuktian mengenai sesuatu hal secara sistematis atau
pembuatan serangkaian kesimpulan secara logis berdasarkan ba-
han-bahan/buah pikiran yang telah dipaparkan.

2
1.3 TUJUAN PENULISAN KARYA TULIS

Sebagai kegiatan penelitian, penyusunan karya tulis bertujuan


memberikan kesempatan kepada dosen dan mahasiswa untuk mem-
praktikkan pengetahuannya mengenai metodologi penelitian dalam
bidang teologi.
Sebagai kegiatan pendidikan, penyusunan karya tulis diarah-
kan agar dosen dan mahasiswa yang akan mengakhiri program stu-
dinya mampu menguraikan suatu pokok permasalahan, menganalisis,
dan menyatupadukan semua pengetahuan dalam disiplin teologi yang
telah dipelajari.
Sebagai kegiatan pemikiran, penyusunan karya tulis dimak-
sudkan sebagai sarana pembuktian tertinggi dari dosen dan maha-
siswa kepada publik akademis, termasuk STFT Jakarta, mengenai
kemampuan berpikir secara ilmiah dan kecerdasan mereka sebagai
akademisi.
Sebagai kegiatan komunikasi, penyusunan karya tulis di-
harapkan menghasilkan karangan ilmiah yang memuat buah pikiran
dosen dan mahasiswa yang cukup bernilai untuk disampaikan kepa-
da dan dibaca oleh pihak lain, dalam hal ini gereja dan masyarakat
pada umumnya.

3
DUA
SUSUNAN KARYA TULIS

2.1 STRUKTUR UTAMA

2.1.1 Bagian Awal


1. Halaman Judul
2. Halaman Pengesahan
3. Halaman Pernyataan Orisinalitas/Pernyataan Bebas Plagiarisme
4. Kata Pengantar/Ucapan Terima Kasih
5. Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk
Kepentingan Akademis
6. Abstrak/Abstract (dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris)
7. Daftar Isi
8. Daftar Tabel/Diagram (jika diperlukan)
9. Daftar Gambar (jika diperlukan)
10. Daftar Singkatan (jika diperlukan)
11. Daftar Istilah dan Lambang (Glossarium) (jika diperlukan)
12. Daftar Lain (jika diperlukan)
13. Daftar Lampiran (jika diperlukan)

4
2.1.2 Bagian Utama
1. Bab Pendahuluan
a. Latar Belakang dan Konteks Permasalahan
b. Perumusan Masalah
c. Pembatasan Masalah
d. Hipotesis
e. Alasan Pemilihan Pokok Bahasan, Manfaat Penulisan dan
Kebaruan Penelitian (novelty). Bagian ini dapat diawali
dengan paparan atas berbagai penelitian terdahulu yang
telah ada sebelumnya (state of the art)
f. Metodologi Penelitian: Bahan atau materi penelitian, jalan
penelitian, dan keaslian penelitian
g. Sistematika Penulisan
2. Bab-bab Pemaparan dan Pembahasan Seluruh Isi
3. Bab Kesimpulan dan Saran

2.1.3 Bagian Akhir


1. Daftar Acuan (atau Daftar Pustaka)
2. Lampiran (jika ada)

2.2 PERSYARATAN UNTUK BAGIAN AWAL

Yang disebut sebagai Bagian Awal adalah semua halaman sebelum


Bab Pendahuluan. Terdapat persyaratan yang harus diikuti setiap
elemen di Bagian Awal ini.

2.2.1 Halaman Judul


Judul karya tulis, maksud karya tulis, lambang STFT Jakarta, nama
program, nama mahasiswa, NIM, kota, bulan, dan tahun penyele-
saian karya tulis. Kalimat di dalam halaman judul memakai spasi
tunggal. Lihat format Halaman Judul pada gambar 1.
Satu kesalahan yang sering terjadi adalah ukuran logo STT
Jakarta yang tidak proporsional antara panjang dan lebarnya, selain
juga terlalu besar atau terlalu kecil. Ukuran yang disarankan adalah
sekitar 6x4 cm.
5
2.2.2 Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan ini memuat tanda tangan pembimbing dan para
penguji, serta tanggal ujian. Halaman pengesahan berfungsi menja-
min keabsahan karya ilmiah atau pernyataan tentang penerimaanya
oleh STFT Jakarta. Kalimat di dalam halaman judul memakai spasi
tunggal. Lihat format Halaman Pengesahan pada gambar 2.

2.2.3 Halaman Pernyataan Orisinalitas/ Pernyataan Bebas


Plagiarisme
Halaman ini berisi pernyataan tertulis dari penulis bahwa tugas
akhir yang disusun adalah hasil karyanya sendiri dan ditulis dengan
mengikuti kaidah penulisan ilmiah. Bagian akhir halaman ini
memuat tanda tangan penulis di atas materai. Kalimat-kalimat di
dalam halaman ini memakai spasi tunggal. Lihat format Halaman
Pernyataan Orisinalitas/Bebas Plagiarisme pada gambar 3.

2.2.4 Kata Pengantar


Kata pengantar mengandung uraian singkat tentang maksud karya
tulis, penjelasan-penjelasan dan ucapan terima kasih. Sekalipun di
dalam kata pengantar tidak terdapat uraian yang bersifat ilmiah,
penulis dianjurkan untuk memakai kalimat dan ungkapan yang se-
rius dan santun.

2.2.5 Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya


Ilmiah untuk Kepentingan Akademis
Halaman ini berisi pernyataan dari mahasiswa penyusun tugas akhir
yang memberikan kewenangan kepada STFT Jakarta untuk menyim-
pan, mengalih-media/formatkan, merawat, dan memublikasikan tu-
gas akhirnya untuk kepentingan akademis, sedangkan hak cipta tetap
pada penulis. Lihat format Halaman Pernyataan Persetujuan Publika-
si Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis pada gambar 4.

2.2.6 Abstrak/Abstract
Abstrak merupakan uraian singkat dan lengkap tentang permasala-
han, tujuan, metode, cakupan, dan hasil penelitian yang bermaksud
memperkenalkan isi karya tulis kepada pembaca. Program studi
6
M.Th. dan D.Th. menuntut abstrak (abstract) dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris. Panjang abstrak untuk setiap versi bahasa dibata-
si sekitar 300─500 kata yang dipaparkan dalam satu paragraf. Jika
memungkinkan, kedua versi abstrak ditulis di halaman yang sama.
Abstrak ditulis dengan memakai spasi tunggal dengan ukuran huruf
yang sama dengan teks naskah. Di bagian akhir abstrak dicantumkan
5─7 kata kunci (keywords).

2.2.7 Daftar Isi


Daftar isi ini dimaksudkan untuk memberikan suatu gambaran sing-
kat tentang isi karya tulis dan sebagai petunjuk bagi pembaca yang
ingin melihat suatu bab atau subbab. Di dalam daftar isi tertera uru-
tan judul, subjudul, dan anak subjudul disertai nomor halamannya.
Bagian ini ditulis dengan spasi tunggal. Tata cara penomoran diatur
pada bagian lain dari pedoman ini.

2.2.8 Daftar-Daftar Lainnya


Jika diperlukan, terdapat beberapa daftar lainnya yang mungkin
dipergunakan.
• Daftar Tabel/Diagram: bilamana karya tulis memuat daftar
tabel atau diagram, maka perlu disajikan daftar tabel/diagram
yang memuat urutan judul tabel/diagram beserta dengan nomor
halamannya.
• Daftar Gambar: bilamana karya tulis memuat sejumlah gambar,
maka diperlukan daftar gambar yang berisi urutan judul gam-
bar beserta dengan nomor halamannya.
• Daftar Lampiran: bilamana karya tulis memuat sejumlah lam-
piran, maka perlu dibuat daftar lampiran. Daftar ini memuat
urutan judul lampirannya dengan nomor halamannya.
• Daftar Singkatan: bilamana karya tulis memuat sejumlah sing-
katan, maka perlu dibuat daftar singkatannya.
• Daftar Istilah dan Lambang (Glossarium): bilamana karya tulis
memuat sejumlah istilah asing atau daerah dan lambang-lambang
tertentu, maka perlu dibuat daftar yang menjelaskan artinya.
Penulisan nama tabel, gambar, dan sebagainya menggunakan huruf
kapital di awal kata (Title Case).
7
Gambar 1. Contoh Halaman Judul

8
Gambar 2. Contoh Lembar Pengesahan

9
Gambar 3. Contoh Pernyataan Bebas Plagiarisme

10
Gambar 4. Contoh Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
untuk Kepentingan Akademis

11
2.3 PERSYARATAN UNTUK BAGIAN UTAMA

Yang disebut sebagai Bagian Utama adalah semua halaman yang


dimulai dengan Pendahuluan sampai dengan bab terakhir sebelum
Daftar Pustaka dan Lampiran.

2.3.1 Pendahuluan
Pendahuluan memuat komponen-komponen berikut dan tidak diberi
nomor bab.

a. Latar Belakang dan Konteks Permasalahan


Latar belakang berisi gambaran pemahaman menyeluruh mengenai
latar belakang judul dan konteks permasalahan yang menjadi fokus
penelitian penulis. Walaupun butir ini belum memuat rumusan
permasalahan secara akurat, di dalamnya sudah harus disinggung
pokok permasalahan yang akan dikaji.

b. Perumusan Masalah
Perumusan masalah memuat rumusan yang jelas dan tajam mengenai
pokok permasalahan yang hendak dikaji. Masalah harus dirumuskan
dalam bentuk kalimat pernyataan yang memperlihatkan adanya
problem yang lahir dari hubungan beberapa faktor. Sehubungan
dengan itu, dalam perumusan masalah ada beberapa hal yang perlu
dikemukakan:

• Teori-teori yang sudah pernah dihasilkan dan dibukukan


menyangkut pokok yang dikaji. Dengan kata lain perlu
diperlihatkan kerangka teoritis dari kajian tersebut.
• Penelitian atau tulisan yang pernah dihasilkan menyangkut
pokok yang dikaji, sejauh informasi mengenai hal itu dapat
diperoleh (state of the art). Lalu dikemukakan perbedaan tu-
lisan tersebut dengan tulisan-tulisan lain sebelumnya itu (sudut
pandang/perspektif, metode penelitian dan penulisan, cakupan/
batasan pengkajian, dan sebagainya); perkembangan ataupun
ketidakcocokan dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya
sehingga ada kebaruan (novelty) yang ditawarkan.
12
• Data empirik dan pengalaman (bisa dari orang lain, bisa dari
diri sendiri) yang memperlihatkan perkembangan ataupun keti-
dakcocokan dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya.
Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa:
• Pokok permasalahan yang sedang/hendak dikaji dikenal dan
dipahami betul.
• Sedikit-banyak penulis telah mengetahui pendekatan-pendeka-
tan yang pernah dilakukan dan kesimpulan-kesimpulan yang
pernah dihasilkan oleh orang lain sebelumnya.
• Tidak mengkaji sesuatu yang persis sama dengan yang sudah
pernah ditulis orang lain.
• Hasil kajian tersebut menyumbangkan sesuatu yang baru menge-
nai pokok yang dikaji (metode pendekatannya, data empiriknya,
atau kesimpulannya).
Bagian Perumusan Masalah ini diakhiri dengan sebuah atau be-
berapa pertanyaan penelitian (research questions) yang akan di-
jawab dalam bab-bab selanjutnya. Jumlah pertanyaan penelitian
berkorelasi dengan jumlah hipotesis dan jumlah bab yang diren-
canakan dalam sistematika.

c. Pembatasan Masalah
Butir ini memuat uraian tentang batasan pokok pembahasan karya
tulis dengan cara:
• Membatasi bidang cakup kajian. Misalnya: etika kerja warga
gereja: apakah hal itu menyangkut penggunaan waktu, peng-
hargaan terhadap materi, pembinaan relasi dengan rekan seker-
ja, dan sebagainya.
• Membatasi wilayah dan sampel penelitian: di beberapa gereja/
jemaat, lokasi atau lembaga tertentu, dengan sampel atau respon-
den dari segmen usia tertentu.
• Membatasi kurun waktu (periode). Suatu masalah yang hendak
dikaji bisa saja sudah sangat lama berlangsung. Perlu diberi
batasan kurun waktu mana yang secara khusus akan dikaji.
• Membatasi penggunaan data dan informasi. Kita tergoda untuk
memasukkan semuanya dalam tulisan kita. Namun demikian,
tidak semua itu harus dimasukkan karena menulis karya tulis
13
akademis tidak sama dengan menumpuk bahan. Seleksilah
semua itu sesuai dengan relevansi dan aktualitasnya terhadap
pokok bahasan.

d. Hipotesis
Hipotesis merupakan rumusan singkat berupa suatu jawaban semen-
tara terhadap masalah yang dihadapi dan masih harus dibuktikan ke-
benarannya melalui penelitian. Hipotesis menjadi semacam penuntun
untuk melakukan penelitian, pengumpulan bahan, dan penyusunan
tulisan. Oleh karena itu. hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk
pernyataan; bukan pertanyaan, dan bukan pula nasihat, saran, anju-
ran, ataupun pengandaian. Dengan demikian, dalam rumusan hipote-
sis tidak boleh ada kata-kata: ‘kiranya’, ‘hendaknya’, ‘perlu/memer-
lukan’, ‘mestinya’, ‘diharapkan’, ‘harus’, ‘dapat’, ‘jika … maka …’
dan sebagainya. Hipotesis harus menyatakan rumusan sementara dari
hubungan antar-variabel yang dielaborasi.

CATATAN
Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia tidak dikenal pembedaan
antara hipotesis (tunggal) dan hipotesa
(jamak). Namun demikian, di beberapa
kamus Bahasa Indonesia lainnya
pembedaan tersebut dikenal dan
diberlakukan. Penulis disarankan untuk
tetap memakai baik hipotesis (tunggal)
maupun hipotesis-hipotesis (jamak)
sesuai dengan KBBI.

e. Alasan Pemilihan Judul dan Manfaat Penulisan


Butir ini berisikan penjelasan tentang alasan mengapa judul itu di-
angkat menjadi pokok penulisan dan apa manfaatnya baik secara
langsung maupun tidak langsung yang disumbangkan bagi perkem-
bangan teologi, pelayanan gereja, masyarakat, dan bangsa. Oleh
karena itu, dalam butir ini Anda harus memperlihatkan kebutuhan
untuk menjawab suatu permasalahan dan kemanfaatan bagi banyak
orang untuk menjawab atau memecahkan masalah itu.
14
f. Metodologi Penelitian
Metodologi adalah penalaran teoretis terhadap pertanyaan-per-
tanyaan penelitian, yang bermuara pada penentuan data primer
untuk mengisi setiap hipotesis dengan bukti-bukti faktual maupun
teoretis, Oleh karena itu, metodologi penelitian mengandung uraian
sebagai berikut.
• Bahan atau materi penelitian yaitu uraian tentang sumber data
yang harus dikemukakan dengan jelas serta disebutkan spesi-
fikasinya atau sifat-sifat yang harus ditentukan. Menyangkut
sumber data, ada dua metode penelitian pokok yaitu penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan.
• Jalan penelitian memuat suatu uraian yang cukup terinci ten-
tang cara melaksanakan penelitian dan pengumpulan data. Jika
pokok kajian adalah pokok yang aktual dalam kehidupan gere-
ja dan atau masyarakat, maka penelitian lapangan (berupa ob-
servasi, survei, penyebaran angket/kuesioner, wawancara, dan
sebagainya) perlu dilakukan. Jika data yang hendak dijaring
itu berupa data kuantitatif (angka, statistik), maka di samping
memeriksa dokumen-dokumen, perlu juga disiapkan dan dise-
barkan kuesioner dengan menyiapkan daftar pertanyaan yang
dilampirkan di bagian akhir karya tulis. Jika data yang hendak
dijaring berupa data kualitatif (gagasan, pendapat, sikap, dan
sebagainya), maka perlu juga dilakukan wawancara dengan
menyiapkan pertanyaan terbuka yang dilampirkan di bagian
akhir karya tulis. Naskah kuesioner, tabulasi, ataupun daftar
pertanyaan wawancara, hendaknya dilampirkan pada draf final
karya tulis.
• Analisis data memuat uraian singkat tentang model dan cara
menganalisis data, termasuk hasil wawancara. Perlu diantisi-
pasi sejak awal bahwa metode dan hasil penelitian itu memiliki
keterbatasan dan kelemahan. Hal itu dilakukan dalam rangka
kejujuran ilmiah sekaligus membuka peluang bagi orang lain
untuk melanjutkan penelitian dengan menggunakan metode
lain.

15
g. Sistematika Penulisan
Bagian ini memuat uraian mengenai langkah-langkah yang akan
ditempuh di sepanjang penulisan. Secara singkat dijelaskan
mengenai garis besar isi dari masing-masing bab/subbab dan
bagaimana hubungan antara bab yang satu dengan bab yang lain.

2.3.2 Bab-Bab Pemaparan dan Pembahasan Seluruh Isi


Hasil penelitian dan pembahasan memuat hasil penelitian dan pem-
bahasan yang sifatnya terpadu. Pembahasan terhadap hasil peneli-
tian akan berupa penjelasan teoretis, baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif. Sebaiknya hasil penelitian dibandingkan dengan
aliran, pandangan teolog, dan hasil penelitian terdahulu yang seje-
nis. Bab-bab isi dimulai dengan Bab Satu (atau Bab 1).

2.3.3 Bab Kesimpulan dan Saran


Bab yang berisi kesimpulan dan saran ini harus diberi nomor bab
dengan melanjutkan nomor bab sebelumnya.

a. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan uraian singkat dan tepat yang dijabarkan
dari pembahasan yang mencakup isi semua bab untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis dan hal-hal pokok menyangkut per-
masalahan. Harus dipahami bahwa bagian Kesimpulan tidak sama
dengan rangkuman atau ringkasan karya tulis.

b. Saran
Saran dibuat berdasarkan pertimbangan dan pengalaman penulis
yang ditujukan kepada para peneliti, baik di bidang sejenis dan/atau
kepada gereja maupun kalangan lain, yang dipandang relevan.

CATATAN
Dulu, lazimnya bab terakhir berisi
kesimpulan, refleksi, dan saran. Pada
panduan ini, elemen “refleksi” tidak
diwajibkan muncul di dalam bab terakhir
ini. Prinsip dasarnya adalah seluruh
karya tulis akademis adalah sebuah
karya teologis, sehingga seluruh refleksi
16 terlihat dari awal
teologis seharusnya
hingga akhir karya tulis tersebut. Tentu
saja, penulis dapat memutuskan—bagi
mahasiswa, berdasarkan percakapan
diwajibkan muncul di dalam bab terakhir
ini. Prinsip dasarnya adalah seluruh
karya tulis akademis adalah sebuah
karya teologis, sehingga seluruh refleksi
teologis seharusnya terlihat dari awal
hingga akhir karya tulis tersebut. Tentu
saja, penulis dapat memutuskan—bagi
mahasiswa, berdasarkan percakapan
dengan dosen pembimbing—untuk tetap
memasukkan refleksinya di bab
akhir ini.

2.4 PERSYARATAN UNTUK BAGIAN AKHIR

2.4.1 Daftar Acuan (atau Daftar Pustaka)


Daftar Acuan atau Daftar Pustaka harus memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut.
• Jumlah minimal literatur: Makalah: ditentukan oleh dosen;
Skripsi: 20 literatur; Tesis: 30 literatur; Disertasi: 70 literatur.
• Jumlah minimal literatur berbahasa asing (dari jumlah di atas):
Makalah: ditentukan oleh dosen; Skripsi: 35%; Tesis: 50%;
Disertasi: 65%
• Yang dimaksud dengan literatur adalah buku, artikel jurnal, ma-
jalah, atau surat kabar, baik dalam bentuk cetak maupun digital.
Yang tidak termasuk di dalam kategori literatur adalah blog,
wawancara, kamus dan ensiklopedia. Ada kalanya, sumber dari
kamus dan ensiklopedia yang berupa artikel yang panjang perlu
dicantumkan ke dalam Daftar Acuan atau Daftar Pustaka.
• Semua literatur yang dimasukkan di dalam Daftar Acuan atau
Daftar Pustaka disusun berurutan berdasarkan abjad. Jika Anda
ingin membuat kategori jenis Daftar Acuan atau Daftar Pusta-
ka, Anda harus memberikan penjelasan mengapa Anda melaku-
kannya.

2.4.2 Lampiran (jika ada)


Lampiran dipakai untuk melengkapi uraian yang telah disajikan
dalam bagian utama karya tulis. Lampiran yang disertakan dapat
dikelompokkan menurut jenisnya, antara lain: jadwal, tabel, daftar
pertanyaan, verbatim, dsb.

17
TIGA
TATA CARA PENGUTIPAN

3.1 PENGERTIAN

3.1.1 Tujuan Pengutipan


Tugas pertama seorang peneliti di bidang teologi adalah untuk mem-
peroleh gagasan secara tepat dan tugas kedua adalah untuk mengin-
formasikan kepada para pembacanya dari mana gagasan tersebut
diperoleh.1 Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi seorang peneliti
untuk memiliki keterampilan yang memadai dalam menunjukkan
secara jelas “dari mana gagasan tersebut diperoleh.” Itulah perlu-
nya mengutip secara tepat sumber yang dipergunakan. Di bawah
ini adalah empat alasan khusus yang diberikan oleh buku panduan
Turabian, mengapa kita mengutip sumber.2

1
Lih. Kate L. Turabian, A Manual for Writers of Research Papers, Theses, and Disser-
tations: Chicago’s Style for Students and Researchers, 9th ed., rev. Wayne C. Booth et
al. (Chicago and London: The University of Chicago Press, 2018), 139.
2
Ibid., 140.

18
Pertama, kita mengutip sumber untuk memberi kredit atau
pengakuan bagi mereka yang telah melakukan penelitian sebelum-
nya, sehingga hasilnya kita pergunakan bagi penelitian kita sendiri.
Dalam kaitan dengan ini, plagiarisme merupakan sebuah pelang-
garan etis di dalam dunia penelitian akademis, sebab melaluinya
kita tidak mengakui bahwa gagasan tertentu yang kita kemukakan
sebenarnya bukanlah gagasan asli kita (lihat “Apendiks Dua” dan
“Apendiks Tiga”).
Kedua, pengutipan sumber lain juga bertujuan untuk me-
mastikan kepada pembaca mengenai akurasi data dan gagasan kita.
Sumber yang kita kutip menjadi “jendela” bagi para pembaca un-
tuk menguji apakah hasil penelitian kita sungguh-sungguh dapat
diandalkan.
Ketiga, pengutipan sumber dapat menghubungkan para
pembaca dengan tradisi dan jejaring penelitian-penelitian lain di
bidang kita.
Keempat, pengutipan sumber dapat membantu pembaca
mengerjakan dan melanjutkan penelitian mereka sendiri. Dengan
cara itulah kita berpartisipasi ke dalam usaha mengembangkan
dunia akademis di bidang yang kita tekuni.
Untuk memenuhi keempat tujuan di atas, dunia akademis su-
dah menentukan banyak sekali sistem untuk mencatat sumber- sum-
ber secara konsisten dan jelas. Salah satunya adalah sistem Turabian
yang mulai dikembangkan oleh Kate L. Turabian sejak tahun 1937
dan diterbitkan pertama kali oleh the University of Chicago Press
pada tahun 1947 dan yang hingga kini telah direvisi berulang kali
hingga edisi ke-9 (2018).

3.2 DUA MODEL PENGUTIPAN

Turabian edisi ke-9 memberi dua model pengutipan yang dapat


dipergunakan. Kedua model tersebut adalah “daftar acuan dengan
catatan perut” (reference list with parenthetical citations atau author-
date style) dan “daftar pustaka dengan catatan kaki” (bibliography
with footnotes atau notes style).
19
Anda bebas memilih satu dari kedua model tersebut, tetapi
yang terpenting adalah memakai satu model tersebut secara konsisten
di sepanjang karya tulis akademis Anda. Dengan kata lain, kita tidak
diizinkan mencampuradukkan kedua model tersebut dalam sebuah
karya tulis. Misalnya, jika Anda memakai catatan perut, maka Anda
harus memakai daftar acuan, atau, jika Anda memakai catatan kaki,
maka Anda juga harus memakai daftar pustaka.
Akhir-akhir ini, di lingkungan akademis yang memakai sistem
Turabian terdapat kecenderungan untuk semakin banyak memakai
model yang pertama, mungkin karena model tersebut lebih sederhana,
mudah, dan jelas. Kecenderungan tersebut juga terjadi di lingkungan
STFT Jakarta. Namun demikian, sekalipun model yang pertama lebih
disarankan di sekolah ini, Anda bebas untuk juga memakai model yang
kedua. Ingatlah bahwa yang terpenting adalah konsistensi.

CATATAN
Banyak buku dalam berbagai bahasa
mencantumkan beberapa penanda buku,
misalnya: penyunting, penerjemah, tanpa
tahun, atau tanpa penerbit. Kami
mengusulkan agar semua data tambahan
tersebut dicantumkan dengan memakai
singkatan Bahasa Indonesia. Misalnya:
peny. (penyunting), t.t. (tanpa tahun),
t.p. (tanpa penerbit), t.t.p (tanpa tempat
penerbit).

3.2.1 Daftar Acuan dengan Catatan Perut


Dalam catatan perut, sumber dicatat dengan membubuhkan nama mar-
ga/nama akhir penulis, tahun terbit, tanda koma, dan halaman di da-
lam tanda kurung sesudah kutipan langsung, parafrasa atau ide yang
dipakai. Contoh: “Bhinneka Tunggal Ika merupakan warisan bangsa
Indonesia” (Sukarno 1947, 123). Dalam hal penulis berasal dari sebuah
suku di Indonesia yang tidak mengenal marga, Anda dapat memakai
nama yang lazim dipakai untuknya. Contoh: (Soeharto 1995, 28).
Dalam hal pengarang dan tahun sumber sama, catatan perut

20
menambahkan huruf yang berbeda secara urut pada tahun terbit. Misal-
nya, untuk buku yang pertama dipergunakan (Sukarno 1947a,70)
dan untuk buku yang kedua (Sukarno 1947b, 23).
Untuk penulisan catatan perut setelah kutipan blok (block quo-
tation), catatan perut diletakkan setelah titik terakhir dari kutipan blok
tersebut. Contoh:

Selain dapat merumuskan visi bersama, seorang PJT mesti mampu


mengilhamkan umat agar bergerak bersamanya demi pencapaian visi
bersama. Di sini PJT tampil baik sebagai pembawa atau pemegang
“impian” (baca: visi bersama) maupun sebagai pendorong perubahan.
Untuk itu, PJT mesti menjadi seorang yang terus-menerus belajar
agar ia semakin akurat membaca perubahan, mengantisipasi masa de-
pan, dan mempengaruhi serta menggerakkan umat yang dipimpinnya.
(Sendjaja 2009)

Pada bagian akhir karya tulis, sebelum lampiran, semua sum-


ber didaftarkan secara alfabetis dalam Daftar Acuan. Daftar tersebut
terdiri atas sumber-sumber yang dicatat dengan catatan perut dan
sumber lain yang dipakai, tetapi tidak dikutip atau dicatat.
Jika sistem acuan dengan catatan perut dipakai, catatan kaki
tetap dapat digunakan hanya bila ada informasi lain yang hendak
disampaikan/ditambahkan, lebih dari sekadar informasi mengenai
sumber yang diacu. Dalam hal ini, jika Anda tetap ingin mengacu
pada sebuah sumber setelah informasi tersebut diberikan di dalam
sebuah catatan kaki, Anda tetap harus memakai catatan perut (lihat
contoh di bawah).

________________
30
Gagasan serupa pernah juga diajukan oleh seorang ahli Perjanjian Baru
bernama Willie Marxsen, sekalipun dalam konteks yang berbeda (Marxsen 1994,
175).

CATATAN
Walaupun diizinkan, terlalu banyaknya
catatan kaki yang bersifat substantif
dapat dengan mudah membuat pembaca
mengabaikannya begitu saja, sebab dapat
dipertanyakan, mengapa hal penting
tidak dimasukkan ke dalam teks utama
dan mengapa hanya ditempatkan di
21
dalam catatan kaki.

Catatan kaki harus diindentasi dengan


jarak yang sama dengan paragraf utama,
mengabaikannya begitu saja, sebab dapat
dipertanyakan, mengapa hal penting
tidak dimasukkan ke dalam teks utama
dan mengapa hanya ditempatkan di
dalam catatan kaki.

Catatan kaki harus diindentasi dengan


jarak yang sama dengan paragraf utama,
yaitu 0,5 inchi. Jarak antarbaris untuk
catatan kaki adalah satu spasi, sementara
antar-catatan kaki adalah dua spasi.

3.2.2 Daftar Pustaka dengan Catatan Kaki


Dalam catatan kaki, sumber dicatat dengan membubuhkan nama
lengkap, judul, data penerbitan, dan halaman. Untuk buku, data pe-
nerbitan diletakkan dalam tanda kurung.
Pada bagian akhir karya tulis (sebelum lampiran), semua
sumber didaftarkan secara alfabetis dalam Daftar Pustaka. Daftar itu
terdiri atas sumber-sumber yang dicatat dengan catatan kaki, juga
sumber lain yang dibaca dan dipakai tetapi tidak dikutip atau dicatat.
Jika sebuah sumber dipakai lebih dari satu kali, ada dua cara
yang bisa dipakai:
• Kita bisa memberikan informasi mengenai sumber yang diulang
itu dengan dipersingkat (shortened notes), yaitu dengan mencan-
tumkan nama akhir, judul singkat sebanyak maksimal empat kata
kunci pertama dari judul lengkap, dan halaman.
• Cara lain untuk mengacu sumber yang dipakai lebih dari satu
kali adalah dengan mempergunakan ibid. (singkatan ibidem yang
berarti “di tempat yang sama”), yang hanya dipakai untuk jika
sumber tersebut telah dipakai tepat di atasnya.
ᵒ Kata ibid. dimulai dengan huruf besar jika diletakkan di
awal kalimat dan tidak boleh memakai huruf miring.
ᵒ Jika halaman yang diacu sama dengan catatan kaki di
atasnya, tanda koma dan nomor halaman setelah ibid. tidak
perlu dicantumkan.
ᵒ Singkatan-singkatan Latin lainnya (op.cit., loc.cit.) tidak
lagi dipergunakan.

22
Contoh:

__________________
30
Serene Jones, Trauma and Grace: Theology in a Ruptured World (Louisville, KY: Westminster
John Knox Press, 2009), 11.
31
Ibid.
32
Ibid., 24.

3.2.3 Panduan Penyusunan Daftar Acuan dan Daftar Pustaka


Untuk membuat Daftar Acuan atau Daftar Pustaka, lihat contoh
penulisan di bawah. Untuk penjelasan lebih lanjut, lihat panduan
Turabian edisi ke-9.
Daftar Acuan dan Daftar Pustaka dapat dibagi menjadi be-
berapa kategori, misalnya:

• Kamus, Ensiklopedi, Alkitab


• Buku dan Artikel (yang sudah diterbitkan)
• Tulisan-tulisan yang tidak/belum diterbitkan (makalah, doku-
men, laporan, dan sebagainya)
• Tulisan-tulisan dan sumber elektronik lainnya dari internet (ter-
masuk video atau rekaman seminar yang ditayangkan di media
elektronik)
• Narasumber wawancara (tidak termasuk obrolan informal
dengan dosen)

Untuk tiap kategori di atas, literatur yang diacu disusun se-


cara alfabetis menurut nama belakang penulisnya.
Bila ada lebih dari satu tulisan dari penulis yang sama, un-
tuk tulisan kedua dan seterusnya pakailah 3-em dash (atau enam
buah tanda – yang membentuk satu garis) untuk menggantikan
nama yang sama di atasnya. Dalam Daftar Acuan, urutan tulisan
dari penulis yang sama didasarkan pada urutan tahun terbit, mulai
dari terbitan terbaru. Sementara itu, dalam Daftar Pustaka, urutan
tulisan dari penulis yang sama disusun secara alfabetis berdasarkan
judul (tanpa memperhitungkan kata sandang atau artikel, seperti si,
sang, a, the)

23
• Daftar Acuan
Abineno, J.L. Ch. 1982. Pelayanan pastoral kepada yang berduka.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
––––––. 1980. Gerakan karismatik: Apakah itu?. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
––––––. 1972. Pelayanan pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

• Daftar Pustaka
Abineno, J.L. Ch. Gerakan Karismatik: Apakah Itu?. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1980.
––––––. Pelayanan pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1972.
––––––. Pelayanan pastoral kepada yang berduka. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

3.3 CONTOH PEMAKAIAN KEDUA MODEL PENGUTIPAN

Di bawah ini adalah beberapa contoh pemakaian kedua model


pengutipan yang berbeda sesuai dengan jenis sumber yang diper-
gunakan.
Jika Anda tidak menemukan sumber jenis lain di dalam daftar
contoh di bawah, atau jika Anda menemukan kesulitan lain, silakan
mencari penyelesaiannya di dalam buku panduan Turabian edisi ke-9.

DA: Daftar Acuan DP: Daftar Pustaka


CP: Catatan Perut CK: Catatan Kaki

3.3.1 Buku, Satu Penulis


DA Toer, Pramoedya A. 1980. Bumi manusia. Jakarta: Hasta Mitra.
CP (Toer 1980, 27)
DP Toer, Pramoedya A. Bumi Manusia. Jakarta: Hasta Mitra,
1980.
CK Pramoedya A. Toer, Bumi Manusia (Jakarta: Hasta Mitra, 1980),
27.

24
3.3.2 Buku, Lebih dari Satu Penulis
DA Adiprasetya, Daud, dan Joas Adiprasetya. 2011. Dilarang
kencing di sini: Khayal dan perenungan dua pendeta dari dua
generasi. Jakarta: Grafika KreasIndo.
CP (Adiprasetya dan Adiprasetya 2011, 19)
DP Adiprasetya, Daud, dan Joas Adiprasetya. Dilarang Kencing
di Sini: Khayal dan Perenungan Dua Pendeta dari Dua Generasi.
Jakarta: Grafika KreasIndo. 2011.
CK Daud Adiprasetya dan Joas Adiprasetya, Dilarang Kencing di
Sini: Khayal dan Perenungan Dua Pendeta dari Dua Generasi
(Jakarta: Grafika KreasIndo, 2011), 19.

3.3.3 Bab dalam Buku


DA Sutanto, Trisno S. 2009. Dalam horison keterbatasan:
Nietzsche, nihilisme dan kita. Dalam Agama-agama di
tengah-tengah budaya global, peny. Erick J. Barus, 74-93.
Jakarta: Bidang Marturia-PGI.
CP (Sutanto 2009, 86)
DP Sutanto, Trisno S. “Dalam Horison Keterbatasan: Nietzsche,
Nihilisme dan Kita.” Dalam Agama-agama di Tengah-tengah
Budaya Global, peny. Erick J. Barus, 74-93. Jakarta: Bidang
Marturia-PGI, 2009.
CK Trisno S. Sutanto, “Dalam Horison Keterbatasan: Nietzsche,
Nihilisme dan Kita,” dalam Agama-agama di Tengah-tengah
Budaya Global, peny. Erick J. Barus (Jakarta: Bidang Marturia
PGI, 2009), 86.

CATATAN
Dalam Daftar Acuan, semua nama
penulis harus dicatat, entah berapa pun
jumlahnya. Semua nama dicatat seperti
biasa, kecuali nama penulis pertama yang
dimulai dengan nama belakang,
bubuhi tanda koma antara setiap nama;
kata penghubung ‘dan’ perlu
dicantumkan sebelum nama penulis
yang terakhir.

Dalam Catatan25 Perut, jika terdapat lebih


dari tiga pengarang, nama pengarang
yang pertama saja yang dicatat, dengan
menambahkan kata ‘dkk.’ atau ‘et al.’
dicantumkan sebelum nama penulis
yang terakhir.

Dalam Catatan Perut, jika terdapat lebih


dari tiga pengarang, nama pengarang
yang pertama saja yang dicatat, dengan
menambahkan kata ‘dkk.’ atau ‘et al.’
(dari bahasa Latin et alii yang berarti
‘dan kawan-kawan’). Ingat, setelah kata
et tidak boleh ada tanda titik.

Pada prinsipnya, Daftar Acuan memakai


format kalimat dengan huruf pertama
pada judul dan subjudul memakai huruf
besar. Namun demikian, Anda harus juga
memakai huruf besar pada nama negara,
nama agama, nama orang, nama pulau,
dan sebagainya, sekalipun kata tersebut
berada di tengah kalimat.

3.3.4 Buku yang Diedit


DA Rambe, Ati H., peny. 2006. Teologi bencana: Pergumulan
iman dalam konteks bencana alam dan bencana sosial.
Makassar: Oase Intim.
CP (Rambe 2006, 159)
DP Rambe, Ati H., peny. Teologi Bencana: Pergumulan Iman
dalam Konteks Bencana Alam dan Bencana Sosial.
Makassar: Oase Intim, 2006.
CK Ati H. Rambe, peny. Teologi Bencana: Pergumulan Iman
dalam Konteks Bencana Alam dan Bencana Sosial
(Makassar: Oase Intim, 2006), 159.

3.3.5 Buku yang Diterjemahkan


DA Nolan, Albert. 2005. Yesus bukan orang Kristen?
Terjemahan I. Suharyo. Yogyakarta: Kanisius.
CP (Nolan 2005, 78)
DP Nolan, Albert. Yesus Bukan Orang Kristen? Terjemahan I.
Suharyo. Yogyakarta: Kanisius, 2005.
CK Albert Nolan, Yesus Bukan Orang Kristen? terjemahan I.
Suharyo (Yogyakarta: Kanisius, 2005), 78.

26
3.3.6. Artikel dari Jurnal atau Majalah
DA Syaifuddin, Helmi. 2006. Sastra Al-Qur’an di tengah aliran
sastra Indonesia. Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 1, no.
2 (Desember): 19-77.
CP (Syaifuddin 2006, 65)
DP Syaifuddin, Helmi. “Sastra Al-Qur’an di Tengah Aliran Sastra
Indonesia.” Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 1, no. 2
(Desember 2006): 19-77.
CK Helmi Syaifuddin, “Sastra Al-Qur’an di Tengah Aliran Sastra
Indonesia,” Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 1, no. 2
(Desember 2006): 65.

CATATAN
Jika Anda mengacu kepada artikel jurnal
yang diakses secara daring, cantumkan
URL atau DOI (Digital Object Identifier
yang bersifat permanen) pada Daftar
Acuan/Daftar Pustaka/Catatan Kaki.

3.3.7 Artikel dari Jurnal atau Majalah Elektronik


(e-Journal dan e-Magazine)
DA Fernandez, Patricio A. Practical reasoning: Where the
action is. Ethics 126, no. 4 (July 2016): 869–900. https://
doi.org/ 10.1086/685998.
CP (Fernandez 2016, 885)
DP Fernandez, Patricio A. “Practical Reasoning: Where the
Action Is.” Ethics 126, no. 4 (July 2016): 869–900. https://
doi.org/ 10.1086/685998.
CK Patricio A.Fernandez, “Practical Reasoning: Where the
Action Is,” Ethics 126, no. 4 (July 2016): 885. https:// doi.
org/ 10.1086/685998..

3.3.8 Artikel dalam Koran


DA Karman, Yonky. 2004. Robohnya kesalehan sosial. Kompas
14 Juni.
CP (Karman 2004)
27
DP Karman, Yonky. “Robohnya Kesalehan Sosial.” Dalam
Kompas 14 Juni 2004.
CK Yonky Karman, “Robohnya Kesalehan Sosial,” Kompas 14 Juni
2004.

CATATAN
Menurut panduan Turabian edisi ke-9,
artikel koran pada umumnya dapat
dihilangkan dari dalam Daftar Pustaka/
Daftar Acuan dan hanya muncul di
dalam Catatan Kaki/Catatan Perut.
Namun, Anda dapat memasukkan
beberapa artikel koran yang sangat
penting bagi karya tulis Anda di dalam
Daftar Pustaka/Daftar Acuan dengan
aturan seperti artikel dalam jurnal atau
majalah.

Untuk kedua model pengutipan, nomor


halaman artikel koran tidak perlu
dimasukkan.

3.3.9 Makalah Seminar


DA Tule, Philipus. 1991. Bermisi dalam semangat dialog
dengan Islam. Ceramah, STFT Widya Sasana, Malang. 4
Desember.
CP (Tule 1991, 5)
DP Tule, Philipus. “Bermisi dalam Semangat Dialog dengan
Islam.” Ceramah, STFT Widya Sasana, Malang, 4 Desember
1991.
CK Philipus Tule, “Bermisi dalam Semangat Dialog dengan
Islam” (ceramah, STFT Widya Sasana, Malang, 4 Desember
1991).

3.3.10 Skripsi, Tesis, atau Disertasi yang Belum Diterbitkan


DA Vourloumis, Hypatia. 2007. Alternations: Performing
Indonesian communicability. Disertasi Ph.D., New York
University.
28
CP (Vourloumis 2007, 281)
DP Vourloumis, Hypatia. “Alternations: Performing Indonesian
Communicability.” Disertasi Ph.D., New York University,
2007.
CK Hypatia Vourloumis, “Alternations: Performing Indonesian
Communicability” (disertasi Ph.D., New York University,
2007), 281.

CATATAN
Menurut panduan Turabian edisi ke-9,
jika acuannya berupa dokumen
elektronik dari skripsi, tesis, atau
disertasi yang belum diterbitkan,
maka cantumkan URL (Uniform
Resource Locator, yaitu alamat sumber
Internet) setelah nomor halaman atau
cantumkan nama repositori/pangkalan
data tersebut, misalnya: ProQuest
Dissertation & Theses Global.

3.3.11 Skripsi, Tesis, atau Disertasi yang Belum Diterbitkan


DA Navarro-Garcia, Guadalupe. Integrating social justice
values in educational leadership: A study of African
American and Black University Presidents.” Disertasi PhD.,
University of California, Los Angeles, 2016. ProQuest
Dissertations & Theses Global
CP (Guadalupe 2016, 44)
DP Navarro-Garcia, Guadalupe. “Integrating Social Justice Values
in Educational Leadership: A Study of African American and
Black University Presidents.” Disertasi PhD., University
of California, Los Angeles, 2016. ProQuest Dissertations &
Theses Global
CK Guadalupe Navarro-Garcia, “Integrating Social Justice Values
in Educational Leadership: A Study of African American and
Black University Presidents” (disertasi PhD., University of
California, Los Angeles, 2016), 44, ProQuest Dissertations &
Theses Global.

29
3.3.12 Website di Internet
DA Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta. “Sejarah Singkat
STFT Jakarta.” Diakses 22 Juli, 2022. https://stftjakarta.
ac.id/home-2/sejarah-singkat-stft-jakarta/
CP (Website STFT Jakarta 2022)
DP Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta. “Sejarah Singkat
STFT Jakarta.” https://stftjakarta.ac.id/home-2/sejarah-
singkat-stft-jakarta/
CK “Sejarah Singkat STFT Jakarta,” Sekolah Tinggi Filsafat
Theologi Jakarta, diakses 22 Juli, 2022, https://stftjakarta.
ac.id/home-2/sejarah-singkat-stft-jakarta/

CATATAN
Oleh karena internet sangat tidak stabil,
Anda tidak boleh memakai URL
(Uniform Resource Locator, yaitu alamat
sumber Internet) saja sebagai identifikasi
sumber yang dikutip. Jadi, yang
dibutuhkanadalah informasi yang
selengkap mungkin agar pembaca dapat
mencari sendiri sumber tersebut tanpa
URL, misalnya dengan search engine
seperti Google. Artikel di portal berita
dapat diacu seperti layaknya artikel
koran/majalah.

Sumber internet tersebut berupa


karangan dengan penulis yang jelas,
maka catatan yang mirip dengan buku
harus dimasukkan: nama penulis
(kalau ada), judul tulisan, tanggal, dan
penerbit, kemudian URL dan
tanggal diakses, tanpa jam diakses.

Entry di dalam Wikipedia atau situs


sejenis tidak boleh dipergunakan sebagai
acuan, dikarenakan karakternya yang
sangat labil. Namun demikian,
artikel-artikel yang baik di situs
Wikipedia lazimnya mencantumkan
sumber literatur yang dipakai sebagai
30
acuan. Anda dapat mencari literatur
yang diacu tersebut untuk keperluan
Anda sendiri.
acuan, dikarenakan karakternya yang
sangat labil. Namun demikian,
artikel-artikel yang baik di situs
Wikipedia lazimnya mencantumkan
sumber literatur yang dipakai sebagai
acuan. Anda dapat mencari literatur
yang diacu tersebut untuk keperluan
Anda sendiri.

3.3.13 Wawancara
DA Yudhoyono, Susilo Bambang. 2009. Wawancara oleh penulis.
Jakarta, Indonesia, 31 Oktober.
CP (Yudhoyono 2009)
DP Yudhoyono, Susilo Bambang. Wawancara oleh penulis.
Jakarta, Indonesia, 31 Oktober 2009.
CK Susilo Bambang Yudhoyono, wawancara oleh penulis,
Jakarta, Indonesia, 31 Oktober 2009.

CATATAN
Menurut panduan Turabian edisi ke-9,
wawancara yang tidak dipublikasikan
(termasuk yang dilakukan sendiri oleh
penulis) umumnya hanya muncul di
dalam Catatan Kaki. Namun, Anda dapat
memasukkan beberapa wawancara yang
sangat penting bagi karya tulis Anda di
dalam Daftar Pustaka. Jika Anda tidak
dapat memasukkan nama narasumber
yang diwawancara karena alasan
kerahasiaan, jelaskan pada Catatan Kaki.

3.3.14 Ensiklopedi atau Kamus


DA Sunquist, Scott, peny. 2001. A dictionary of Asian Christianity.
Grand Rapids: Wm.B. Eerdmans, s.v. Indonesia (Th. van den
End).
CP (Dictionary of Asian Christianity, s.v. “Indonesia”)
DP Sunquist, Scott, peny. A Dictionary of Asian Christianity. Grand
Rapids: Wm.B. Eerdmans, 2001. S.v. Indonesia (Th. van den
End).
CK Dictionary of Asian Christianity, s.v. “Indonesia”.

31
CATATAN
Jika ensiklopedi atau kamus yang
terkenal dipakai, seperti Encyclopedia
Britannica atau Kamus Besar Bahasa
Indonesia, judul ensiklopedi atau kamus
tersebut umumnya tidak perlu
dicantumkan di dalam Daftar Acuan
atau Daftar Pustaka, tetapi cukup
dicantumkan pada Catatan Perut atau
Catatan Kaki dengan memakai nama
sumber dan “s.v.” (singkatan sub verbo,
yang berarti “di bawah kata”). Jika yang
diacu adalah dokumen daring, maka
perlu dicantumkan URL-nya.

3.3.15 Sumber yang Dikutip di Sumber Lain


DA Zukofsky, Louis. 1931. Sincerity and objectification. Poetry
37 (February): 269. Dikutip dalam Bonnie Costello, Marianne
Moore: Imaginary possessions. Cambridge, MA: Harvard
University Press, 1981.
CP (Zukofsky 1931, 269)
DP Zukofsky, Louis. “Sincerity and Objectification.” Poetry 37
(February 1931): 269. Dikutip dalam Bonnie Costello,
Marianne Moore: Imaginary Possession (Cambridge, MA:
Harvard University Press, 1981).
CK Louis Zukofsky, “Sincerity and Objectification,” Poetry 37
(February 1931): 269, dikutip dalam Bonnie Costello,
Marianne Moore: Imaginary Possessions (Cambridge, MA:
Harvard University Press, 1981), 78.

3.3.16 Sumber yang Tidak Mencantumkan Tahun Penerbitan


DA Ary,D., L.C. Jacobs, dan A. Razavieh. t.t. Pengantar penelitian
pendidikan. Terjemahan Arief Furchan. Surabaya: Usaha
Nasional.
CP (Ary, Jacobs dan Razavieh t.t., 17)

32
DP Ary, D., L.C. Jacobs, dan A. Razavieh. Pengantar Penelitian
Pendidikan. Terjemahan Arief Furchan. (Surabaya: Usaha
Nasional, t.t.)
CK D. Ary, L.C. Jacobs, dan A. Razavieh, Pengantar Penelitian
Pendidikan, terjemahan Arief Furchan (Surabaya: Usaha
Nasional, t.t.), 84.

3.3.17 Sumber dengan Edisi Lain


DA Eneste, Pamusuk. 2005. Buku pintar penyuntingan naskah.
Ed. ke-2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
CP (Pamusuk 2005, 158)
DP Eneste, Pamusuk. Buku Pintar Penyuntingan Naskah.
Ed. ke-2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
CK Pamusuk Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah, ed. ke-2
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), 158.

3.3.18 Sumber dengan Dua Penerbit atau Lebih


DA Messinger, Lisa M. 1992. Abstract expressionism: Works on
paper, selections from the Metropolitan Museum of Art.
New York: Metropolitan Museum of Art & Atlanta: High
Museum of Art.
CP (Messinger 1992, 121)
DP Messinger, Lisa M. Abstract Expressionism: Works on
Paper, Selections from the Metropolitan Museum of Art. New
York: Metropolitan Museum of Art & Atlanta: High Museum
of Art, 1992.
CK Lisa M. Messinger, Abstract Expressionism: Works on
Paper, Selections from the Metropolitan Museum of Art (New
York: Metropolitan Museum of Art & Atlanta: High Museum
of Art, 1992), 121.

3.3.19 Sumber Elektronik Lainnya(video, audio, dsb.)


DA Donner, Fred. 2011. “How Islam Began.” Alumni Weekend
2011, University of Chicago, 3 Juni. Video ceramah. https://
youtu.be/5RFK5u51khA.
CP (Donner 2011, 10:30─11.02)

33
DP Donner, Fred. “How Islam Began.” Alumni Weekend 2011,
University of Chicago, 3 Juni, 2011. Video ceramah,
10:30─11.02. https://youtu.be/ 5RFK5u51khA.
CK Fred Donner, “How Islam Began,” Alumni Weekend 2011,
University of Chicago, 3 Juni, 2011, video ceramah, https://
youtu.be/5RFK5u51khA

34
EMPAT
TATA CARA PENULISAN

4.1 PENGATURAN AWAL

4.1.1 Kertas
Jika naskah akhir perlu dicetak, maka kertas yang dipergunakan
adalah berukuran A4 (21,5 cm x 29,7 cm), dengan bahan HVS 80
gram, berwarna putih dan tidak bolak-balik. Jika naskah tersebut
berjumlah lebih dari satu, naskah asli dapat digandakan melalui fo-
tokopi, tetapi harus dengan kualitas yang baik.
Pakailah sampul dari kertas buffalo atau yang sejenis dan
sedapat-dapatnya diperkuat dengan karton dan dilapisi dengan plas-
tik. Tulisan yang terdapat pada sampul sama dengan yang terdapat
pada halaman judul.
Namun, dalam rangka program nirkertas (paperless) dan
mendukung visi ekologis, Rapat Senat 8 Maret 2022 memutuskan
bahwa bagi mahasiswa STFT Jakarta dengan perolehan nilai un-

35
tuk skripsi/karyatama/tesis/disertasi di atas A minus (A-), hanya
menyerahkan softfile saja sebagai koleksi perpustakaan.

4.1.2 Panjang Karya Tulis


Panjang karya tulis berlainan, sesuai dengan jenjang studi:

• Skripsi maksimal 100 halaman


• Tesis 100─200 halaman
• Disertasi 200─300 halaman

Panjang tersebut tidak termasuk Bagian Awal (Halaman


Judul, Lembaran Pengesahan, Pernyataan Bebas Plagiarisme, Kata
Pengantar atau Ucapan Terima Kasih, Pernyataan Persetujuan
Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis, Daftar Isi,
Daftar Tabel, Daftar Singkatan) dan Lampiran.
Karya tulis yang panjangnya melampaui ketentuan di atas
harus mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing.
Panjang makalah bergantung pada permintaan masing-
masing dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan.

4.1.3 Pengisian Ruangan


Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh,
artinya pengetikan harus dimulai dari batas tepi kiri sampai ke batas
tepi kanan dan jangan sampai ada ruangan yang kosong, kecuali
bila akan dimulai dengan alinea baru, persamaan, daftar gambar,
subjudul atau hal-hal yang khusus.

4.1.4 Kesalahan Ketik dan Tata Bahasa


Naskah yang diserahkan sedapat mungkin bebas dari kesalahan
ketik. Jumlah kesalahan ketik (termasuk salah membubuhkan tan-
da baca) dan tata bahasa maksimal 10 buah per bab. Dosen berhak
mengembalikan draf karya tulis akademis Anda, bila salah ketik
melebihi jumlah tersebut.
Jika jumlah kesalahan ketik pada draf akhir yang dikumpul-
kan masih melewati batas maksimal tersebut, dosen berhak mengu-
rangi nilai.
36
4.2 MARJIN DAN NOMOR HALAMAN

4.2.1 Marjin
Marjin adalah jarak antara tepi kertas dan batas pengetikan di
setiap sisinya. Pengaturan marjin adalah sebagai berikut:
• Marjin atas 1 inci
• Marjin bawah 1 inci
• Marjin kiri 1 inci
• Marjin kanan 1 inci

Catatan:
• Jarak 1 inci dihitung bukan dari teks utama, melainkan dari no-
mor halaman.
• Seandainya naskah akan dijilid, marjin kiri berjarak 1,5 inci.
• Contoh pengaturan marjin dapat dilihat di gambar 3 dan 4.

4.2.2 Nomor Halaman


Bagian awal naskah sampai dengan halaman terakhir sebelum
Pendahuluan diberi nomor halaman dengan angka romawi kecil (i,
ii, iii, iv, dst.) dan diletakkan di bagian bawah dan di tengah (cen-
tered). Halaman Judul tidak memakai nomor halaman, sekalipun
tetap diperhitungkan sebagai halaman dengan angka romawi terse-
but.
Bagian utama dan bagian akhir mulai dari Pendahuluan
sampai halaman terakhir diberi nomor halaman dengan angka Arab
(1, 2, 3, 4, dan seterusnya).
• Khusus untuk halaman pertama setiap bab, marjin bawah ada-
lah 1,5 inci, dengan nomor halaman pertama diletakkan di ba-
gian bawah (footer), di tengah (centered), berjarak 1 inci dari
tepi kertas.
• Untuk halaman berikutnya, nomor halaman diletakkan di ba-
gian atas (header), di bagian kanan, berjarak 1 inci dari tepi
kanan-atas kertas.

37
4.3 JENIS HURUF DAN KALIMAT
Semua karya tulis akademis diketik dengan komputer agar mudah
direvisi.

4.3.1 Jenis dan Ukuran Huruf (Font dan Pitch)


Huruf yang dipakai adalah tipe serif (dengan lengkungan) seperti
Times New Roman, Cambria, Palatino Linotype atau New Century
Schoolbook. Hindarilah pemakaian font serif yang terlalu ornamen-
tal karena menyulitkan pembacaan dan mengesankan sebuah karya
tulis yang kurang serius. Penggunakan font sans-serif, seperti Arial,
Calibri dan sebagainya atau font monospaced, seperti Courier atau
Courier New, tidak dianjurkan sama sekali.
Oleh karena ukuran masing-masing font di atas berbeda-be-
da, maka berikut panduan yang bisa dipergunakan beserta contoh
ukuran aktualnya.

1. Times New Roman ukuran 12pt.


2. Cambria ukuran 12pt.
3. Palatino Linotype ukuran 11pt.
4. New Century Schoolbook ukuran 11pt.

Secara konsisten, pakailah font atau jenis huruf yang sama, dengan
ukuran (pitch) yang sama pula, sepanjang karya tulis akademis
Anda. Pitch yang lebih kecil digunakan hanya untuk bagian- bagian
ini:

• Catatan kaki (dari 12pt menjadi 10pt, atau dari 11pt menjadi
9pt, tergantung jenis font yang dipakai);
• Kutipan blok atau block quotation (dari 12pt menjadi 11pt, atau
dari 11pt menjadi 10pt, tergantung jenis font yang dipakai);
• Judul tabel, grafik atau gambar (dari 12pt menjadi 10pt, atau
dari 11pt menjadi 9pt, tergantung jenis font yang dipakai).

4.3.2 Spasi
Skripsi, tesis, dan disertasi memakai spasi ganda (double space).
Makalah memakai spasi 1,5, demi penghematan kertas.
38
Beberapa bagian dalam karya tulis memakai spasi tunggal,
tetapi dengan sebuah baris kosong di antara bagian-bagian tersebut:

• Beberapa bagian di halaman depan seperti Daftar Isi, Daftar


Tabel dan Daftar Singkatan.
• Catatan kaki
• Kutipan blok (block quotation)
• Daftar Pustaka atau Daftar Acuan

4.3.3 Indentasi dan Pemotongan Kata


Teks utama dan catatan kaki karya tulis akademis selalu menggu-
nakan align text left (rata kiri dan tidak rata kanan). Pemakaian full
justified (rata kiri dan kanan) tidak diizinkan.
Kutipan panjang yang diindentasi tidak perlu diberi tanda
petik.
Pemotongan kata (hyphenation) dibolehkan, sekalipun tidak
dianjurkan. Akan tetapi, pemakaiannya harus sesuai dengan tata
cara pemotongan kata dalam tata bahasa Indonesia. Misalnya: po-
tong-an; bukan poto-ngan.

4.3.4 Alinea
Alinea yang baru dimulai 0,5 inci dari batas tepi kiri.
Alinea berupa kutipan blok (block quotation) diindenta-
si dengan jarak 0,5 inci dari batas tepi kiri, tanpa indentasi di tepi
kanannya.
Sementara kutipan blok memakai spasi tunggal, jarak antara
kutipan dan teks utama sebelum dan sesudahnya adalah 2 spasi.

4.3.5 Permulaan Kalimat


Bilangan, lambang atau rumus logika yang memulai suatu kalimat
harus dieja. Misalnya: Sepuluh …, Sama dengan …

4.3.5 Daftar dalam Kalimat


Jika Anda membuat sebuah daftar sederhana (yang berisi satu kata
saja), pakailah kata sambung ‘dan’ sebelum kata terakhir. Jika rin-
cian lebih dari dua unsur, bubuhi tanda koma di depan kata ‘dan’:
39
• “Kesukaan warna gadis itu adalah merah, kuning, dan biru.”

Jika Anda ingin membuat sebuah daftar dengan poin yang


masing-masing unsurnya memiliki lebih dari satu kata, pakailah
tanda titik dua sebelum daftar, kemudian beri nomor poin dalam
tanda kurung, dan taruh kata ‘dan’ sebelum poin terakhir. Antara
tiap poin bisa dipergunakan tanda koma atau tanda titik-koma, ter-
gantung panjangnya poin-poin tersebut. Selain itu, bentuk atau cara
menulis tiap poin harus dibuat sejajar satu dengan yang lain, misal-
nya, semua adalah kata kerja dengan objek atau kata benda dengan
frasa.
• Sekretarisnya memberi alasan untuk mengapa ketua tidak hadir
pada rapat itu: (1) sakit kepala, (2) habis bensin, dan (3) deras
hujan.
• Dalam rapat panitia, para anggota menyetujui beberapa hal: (1)
biaya keanggotaan harus dinaikkan menjadi 50.000 Rupiah; (2)
tiap anggota harus menghadiri rapat bulanan minimal sepuluh
kali setiap tahun; dan (3) anggota boleh mengundang satu teman
kepada setiap rapat.

4.3.7 Penomoran Catatan Kaki


Catatan kaki dimulai dengan nomor 1 (satu). Penomoran harus di-
ulangi dari nomor 1 (satu) jika Anda memasuki bab yang baru.

4.4 PENULISAN BAB DAN BAGIAN


Lazimnya, skripsi, tesis dan disertasi dibagi menjadi beberapa bab
dan masing-masing bab terdiri atas bagian-bagian tertentu yang ter-
struktur.

4.4.1 Bab
Pengaturan penulisan bab adalah sebagai berikut (lihat gambar 3):
• Cantumkan kata Bab diikuti dengan nomor bab (entah dengan
angka arab (misalnya: Bab 2) atau nomor yang dieja (misalnya:
Bab Satu).
• Tempatkan judul bab di bawah bab setelah diberi satu baris
40
• kosong berjarak satu spasi. Jika judul bab melebihi satu baris,
jarak antar-baris adalah 1 spasi.
• Baik bab maupun judul bab memakai format headline, diletak-
kan di tengah (centered) dengan cetak tebal (bold). Jenis dan
ukuran huruf yang dipakai sama dengan teks utama.
• Setelah baris terakhir judul berilah dua baris kosong berjarak 1
• spasi sebelum mulai dengan baris pertama teks.
• Hindari pemakaian catatan kaki di dalam atau setelah judul bab.

41
Gambar 5. Contoh Pengaturan Jarak pada Halaman Judul Bab

42
Gambar 6. Contoh Pengaturan Jarak pada Halaman Isi Bab

43
4.4.2 Bagian
Karya tulis yang panjang lazimnya dibagi menjadi beberapa ba-
gian dan setiap bagian terkadang dibagi lagi menjadi sub-bagian.
Seluruh penyusunan bagian dan sub-bagian membentuk sebuah
struktur dengan level yang berbeda-beda.
Khusus di STFT Jakarta, diizinkan untuk memakai dua model
strukturisasi bagian-bagian karya tulis. Yang terpenting adalah Anda
memilih satu dari kedua model dan memakainya secara konsisten di
sepanjang karya tulis Anda.

CATATAN
Level pertama yang dimaksud tidak
termasuk judul bab dalam karya tulis.
Untuk membedakan, judul bab ditulis
dengan huruf kapital semua dan cetak
tebal (ALL CAPS). Untuk level pertama
hingga keempat, berilah satu baris
kosong setelah penulisan sub-bagian
yang bersangkutan.

• Model pertama sudah tidak lagi memakai nomor untuk bagian


dan sub- bagian. Penulisannya adalah sebagai berikut:

Level Pertama: Terpusat, Tebal, Format Headline

Level Kedua: Terpusat, Tidak Tebal, Format Headline

Level Ketiga: Kiri, Tebal, Format Headline

Level keempat: kiri, tidak tebal, format kalimat

Level kelima: Dimulai di awal paragraf (tanpa satu baris kosong),


cetak tebal (bold) atau miring (italic), format kalimat, diakhiri titik.

• Model kedua sama seperti model pertama, hanya saja Anda


diizinkan untuk memberikan nomor untuk setiap bab secara
urut dan konsisten. Penulisannya adalah sebagai berikut:
44
1. Level Pertama: Terpusat, Tebal, Format Headline

Level Kedua: Terpusat, Tidak Tebal, Format Headline

2.1.2. Level Ketiga: Kiri, Tebal, Format Headline

1.3.2. Level keempat: kiri, tidak tebal, format kalimat

1.3.2.1. Level kelima: Dimulai di awal paragraf (tanpa satu baris


kosong), cetak tebal (bold) atau miring (italic), format kalimat,
diakhiri titik.

4.5 TABEL (DAFTAR) DAN GAMBAR

4.5.1 Tabel (Daftar)


Tabel diberi nomor urut dengan angka Arab. Nomor tabel (daftar)
yang diikuti dengan judul ditempatkan simetris di atas tabel (daftar)
tanpa diakhiri dengan titik.
Tabel (daftar) tidak boleh dipenggal, kecuali jika memang
panjang sehingga tidak mungkin diketik dalam satu halaman. Pada
halaman lanjutan tabel (daftar) dicantumkan nomor tabel (daftar)
dan lanjutan isi tabel tanpa judul.
Kolom-kolom diberi nama dan dijaga agar pemisahan antara
satu dengan yang lainnya cukup tegas.

4.5.2 Gambar
Gambar diberi nomor urut dengan angka Arab.
Bagan, grafik, peta dan foto semuanya disebut gambar (tidak
dibedakan). Gambar tidak boleh dipenggal.
Nomor gambar yang diikuti dengan judulnya diletakkan si-
metris di bawah gambar tanpa diakhiri dengan titik.
Keterangan gambar dituliskan pada tempat-tempat yang
lowong di dalam gambar dan jangan pada halaman lain.

45
4.6 BILANGAN DAN SATUAN

Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan di-
pakai secara berurutan, seperti lambang perincian dan pemaparan.
Misalnya:

• Matius menonton drama itu sampai tiga kali.


• Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
• Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang ti-
dak setuju, dan 5 orang memberikan suara blanko.

Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.


Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak
dapat dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:

• Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.


• Pak James mengundang 250 orang tamu.

Bilangan desimal ditandai dengan koma, bukan dengan titik


(misalnya: 50,5).
Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa titik di be-
lakangnya (misalnya: m, kg).
Kita dapat menuliskan lambang bilangan tingkat melalui tiga
cara, yaitu: dengan angka Romawi, tanda hubung antara ‘ke-’ jika
dilanjutkan dengan angka Arab, atau dengan tanda hubung antara
‘ke’ dengan dirangkai langsung jika dinyatakan dengan angka yang
dieja dengan huruf. Misalnya, penulisan yang benar adalah: “abad
X” atau “abad ke-10” atau “abad kesepuluh.”

4.7 BAHASA

4.7.1 Bahasa yang Dipakai


Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia yang baku dengan laras
ilmiah, antara lain ada subjek dan predikat serta agar lebih sempurna
46
ditambah dengan objek dan keterangan.
Penulis dapat memasukkan istilah berbahasa asing, khususnya
yang tidak memakai huruf arab, baik dalam bentuk aslinya maupun
dalam bentuk transliterasi.

CATATAN
Di internet tersedia banyak font gratis
yang dapat dipakai untuk menulis huruf
non-arab. Beberapa yang popular adalah
font Unicode dan Gentium.

4.7.2 Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan V


(EYD V)
Panduan resmi yang digunakan adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengem-
bangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebu-
dayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Nomor 0424?I/
BS.00.01/2022) dan “Pedoman Umum Pembentukan Istilah” (Surat
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 146/U/2004, 12
November 2004). Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
dapat diakses secara daring di: https://ejaan.kemdikbud.go.id/

4.7.3 Bentuk Kalimat


Perlu dihindari kalimat yang panjang karena akan mengaburkan
maksud yang terkandung di dalamnya. Setiap kalimat hendaknya
memiliki subjek dan subjek kalimat tidak didahului kata depan atau-
pun kata sambung.

4.7.4 Istilah
Istilah yang dipakai adalah istilah Indonesia atau yang sudah di-
indonesiakan. Jika terpaksa harus memakai istilah asing, gunakan
cetak miring pada istilah itu.
Untuk memastikan cara penulisan suatu istilah (termasuk
pengindonesiaan istilah asing, lihatlah Kamus Umum Bahasa In-
donesia), Kamus Besar Bahasa Indonesia (carilah edisi yang terba-
ru), Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, atau
47
akses “Senarai Padanan Istilah Asing Indonesia di Ruang Publik”
(spai.kemdikbud.go.id). Beberapa kesalahan umum antara lain:

• merelevansikan (mestinya: merelevankan)


• mengaktualisasikan (mestinya: mengaktualkan)
• respon (mestinya: respons)

Setiap istilah harus benar-benar dipahami artinya agar pembaca


tidak salah memahami. Jangan menggunakan istilah yang tidak dipa-
hami artinya.
Huruf miring hanya dipergunakan untuk istilah dari baha-
sa asing, bahasa daerah, judul buku, atau istilah teknis yang perlu
ditekankan. Dalam kasus semacam itu, frasa atau istilah yang telah
memakai format huruf miring tidak boleh diberi “tanda kutip” lagi.
Pengecualian berlaku jika Anda mengutip secara langsung kalimat
berbahasa asing dari buku; frasa atau kalimat tersebut tidak
perlu diketik dalam huruf miring. Nama diri, seperti nama
orang, lembaga, organisasi, atau merek dagang dalam bahasa asing
atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
Pemakaian huruf besar dipergunakan di tengah kalimat ha-
nya untuk nama orang, nama agama, nama kitab suci, gelar kehor-
matan/keturunan/keagamaan/akademik yang diikuti nama orang
atau dipakai sebagai sapaan, nama bangsa/suku bangsa, nama ta-
hun/bulan/hari raya, nama peristiwa sejarah, nama geografis nama
lembaga/organisasi/dokumen.

4.7.5 Hindari Kesalahan yang Sering Terjadi


Berikut beberapa kesalahan yang sering terjadi dan perlu dihindari:
• Kata penghubung intrakalimat, seperti ‘sehingga’, ‘sedang-
kan’, ‘dan’, ‘karena’, tetapi’, tidak boleh dipakai memulai
suatu kalimat.
• Kata depan, misalnya: ‘pada’, sering dipakai tidak pada tem-
patnya, misalnya diletakkan di depan subjek (merusak susunan
kalimat).
• Awalan ke─ dan di─ harus dibedakan dengan kata depan ke
dan di.
48
• Tanda baca harus digunakan dengan tepat.
• Hindarkan pleonasme (penggunaan kata-kata secara berlebih-
an); misalnya: adalah merupakan, membicarakan tentang, ber-
dasarkan pada, agar supaya, dan sebagainya.
• Gunakan prinsip “ekonomi kata,” yaitu menggunakan kata-
kata sehemat mungkin. Ini juga sehubungan dengan pem-
batasan jumlah halaman karya tulis.
• Tidak pernah ada spasi antara kata dan tanda baca yang sesu-
dahnya; misalnya: “lima tahun,” “tidak relevan;” “sebagai beri-
kut:” “sudah selesai.” “(bermakna luas)” dan sebagainya.

4.8 PENULISAN NAMA

4.8.1 Nama Penulis yang Diacu dalam Uraian


Penulis yang tulisannya diacu dalam uraian hanya disebutkan
namanya saja, tanpa perlu mencantumkan gelar. Jika kalau lebih
dari dua orang, hanya nama penulis pertama yang dicantumkan
diikuti dengan dkk. atau et al.

4.8.2 Nama Penulis Lebih dari Satu Kata


Jika nama penulis terdiri atas dua kata atau lebih, cara penulisannya
pada Daftar Pustaka ialah nama akhir diikuti dengan koma, singka-
tan nama depan, tengah dan seterusnya, yang semuanya diberi titik
atau nama akhir diikuti dengan suku kata nama depan, tengah dan
seterusnya. Contoh: “Donald Fitzgerald Othmer” ditulis “Othmer,
D.F.”

4.8.3 Nama dengan Garis Penghubung


Kalau nama penulis dalam sumber aslinya ditulis dengan garis peng-
hubung di antara dua katanya, maka keduanya dianggap sebagai satu
kesatuan (dapat juga kalau nama sendiri diikuti atau dilengkapi nama
suami). Contoh: “Sulastin-Sutrisno” ditulis “Sulastin-Sutrisno.”

49
4.8.4 Nama yang Diikuti dengan Singkatan
Singkatan yang mengikuti sebuah nama dianggap menjadi satu
dengan kata yang di depannya. Contoh: William D. Ross Jr. Pada
Daftar Pustaka ditulis Ross Jr., W. D.

4.8.5 Derajat Kesarjanaan dan Gelar-Gelar


Derajat kesarjanaan dan gelar-gelar (misalnya Pdt., Prof., Dr.,
KH., dst.) tidak boleh dicantumkan termasuk pada catatan kaki
dan Daftar Pustaka.

4.8.6. Nama Tokoh atau Pengarang


Jika sebuah nama disebut pertama dalam dalam karya tulis, cantum-
kan seluruh nama lengkapnya. Jika nama yang sama disebut kemba-
li, cukup mempergunakan nama akhirnya saja.
Beberapa pengarang memiliki nama yang khas (misalnya:
Thomas van den End, Kwok Pui-lan dan sebagainya). Temukanlah
tata cara penulisan nama mereka di Turabian edisi ke-9. Secara khu-
sus, untuk nama-nama Belanda, seperti Th. van den End, maka di
dalam Daftar Acuan atau Daftar Pustaka harus dipergunakan “End,
Th. van den.” Demikian juga, di dalam catatan perut dipergunakan
(End 1980, 12).

4.9 SINGKATAN

Setiap singkatan (kecuali singkatan nama lembaga atau literatur)


dibubuhi tanda titik; misalnya: dll., dsb., sbb., bnd., al., dan se-
bagainya.
Singkatan nama tulisan dalam Alkitab juga diakhiri dengan
titik misalnya: Kej., Luk.. Tata cara menyingkatnya lihat pada Al-
kitab TB edisi 1996 ke atas. Judul tulisan dalam Alkitab disingkat
kalau ditulis di dalam kurung, tetapi ditulis lengkap kalau ditulis di
luar tanda kurung.
Tata cara penulisan singkatan-singkatan lain lihat juga dalam
D.L. Baker & B.H. Situmorang: Pedoman Penulisan Makalah dan
Karangan (Jakarta: Persetia, 1998).

50
4.10 PENULISAN KITAB, PASAL, DAN AYAT ALKITAB
Nama kitab dalam Alkitab sebaiknya ditulis lengkap jika dipergu-
nakan di dalam sebuah kalimat.
Jika teks Alkitab yang dikutip diletakkan di dalam tanda ku-
rung, pakailah singkatan nama kitab sebagaimana telah diatur di da-
lam salah satu halaman awal Alkitab terbitan LAI. Contoh:

• Kita harus memuliakan Allah melalui segala sesuatu yang kita


lakukan (lih. 1Kor. 10:31),
• Di dalam Matius 6:33, Yesus menyatakan bahwa kita harus
mengutamakan Allah.

51
APENDIKS SATU
LAPORAN BUKU

A.1 PENDAHULUAN
Salah satu modal dasar seorang mahasiswa, entah itu tingkat sar-
jana, magister atau doktoral, adalah keterampilan membaca buku-
buku ilmiah di bidang keilmuannya. Di STFT Jakarta, pembacaan
buku-buku teologi ilmiah, khususnya pada program-program studi
pascasarjana, diformalisasi melalui tugas-tugas laporan buku, khu-
susnya di tahap studi konsentrasi. Selama tahap ini, seorang ma-
hasiswa pascasarjana dituntut untuk melaporkan bacaannya atas
serangkaian buku, kemudian memberikan tinjauan kritisnya atas
buku-buku tersebut.
Pada dasarnya, sebuah laporan buku harus merangkum ga-
gasan utama dan menganalisis struktur sebuah buku. Sebenarnya,
book report berbeda dengan book review. Keduanya melakukan tu-
gas yang sama (merangkum gagasan utama dan menganalisis struk-
tur sebuah buku). Namun, book review juga berisi evaluasi kritis
mahasiswa atas buku tersebut. Di STFT Jakarta, apa yang dimak-

52
sud dengan laporan buku sesungguhnya adalah book review/ulasan
buku. Untuk kesepahaman bahasa, kita tetap memakai istilah “lapo-
ran buku.” Berikut ini panduan sederhana bagi mahasiswa untuk
membuat sebuah laporan buku yang baik dan benar.

A.2 INFORMASI AWAL

A.2.1 Informasi tentang Mahasiswa


Tentu, pertama-tama, Anda harus memberikan informasi mengenai
diri Anda dan dalam rangka apa karya ini ditulis. Anda tidak perlu
mengkhususkan satu halaman cover seperti pada sebuah karya tulis
akhir. Cukup tulis di bagian atas nama Anda, nama tugas (misal-
nya: Laporan Buku 1, Konsentrasi 2) dan nama dosen. Penambahan
nama program studi tentu saja diperbolehkan.

CATATAN
Anda tidak perlu menulis gelar atau
jabatan kependetaan Anda atau dosen
Anda. Namun, jika Anda memang ingin
menulis gelar dosen Anda, jangan salah
menuliskannya; apalagi salah menulis
nama atau gelarnya.

A.2.2 Informasi tentang Buku


Semua laporan buku harus diawali dengan INFORMASI BIBLI-
OGRAFIS dari buku yang dilaporkan dan dievaluasi tersebut. Tu-
liskan nama pengarang, judul buku dan sub-judulnya (huruf miring),
editor atau penerjemah (jika ada), tempat, penerbit, tahun, edisi, dan
jumlah halaman. Seluruh informasi ini diletakkan di bawah judul
laporan buku.

A.3 PENGANTAR UMUM

Pada umumnya, laporan buku dilanjutkan dengan PENGANTAR


UMUM, yang berisi pandangan umum Anda atas buku yang dilapor-
kan, tujuan (aim) buku, siapa pembaca yang diharapkan (audience)
dan pendekatan yang dipakainya (approach). Formulasi 3A (aim,
53
audience and approach) ini merupakan tiga karakter utama yang ha-
rus jelas sejak awal. Ada baiknya Anda menuliskan ulang judul buku
(huruf miring).
Di paragraf-paragraf awal ini pulalah Anda perlu memberi-
kan INFORMASI LATAR-BELAKANG yang meletakkan buku
tersebut di dalam konteks disiplin keilmuan tertentu; seberapa jauh
buku tersebut berusaha menjawab pertanyaan tertentu atau isu yang
ditinggalkan oleh penulis lain, serta hal-hal lain yang terkait dengan
kontribusi buku itu bagi bidang keilmuannya. Sebaiknya juga Anda
memberikan latar belakang penulis buku tersebut serta kompetensi
penulis apakah yang membuat buku tersebut layak untuk dibaca.

A.4 GAGASAN BUKU

A.4.1 Pernyataan Tesis


Pada bagian inilah Anda memberikan RANGKUMAN GAGASAN
UTAMA si pengarang buku. Secara umum, sangat disarankan agar
bagian ini diawali dengan sebuah pernyataan tesis (thesis statement)
yang berisi pandangan penulis buku dalam satu kalimat.

A.4.2 Rangkuman Gagasan Utama


Barulah setelah itu, kalimat-kalimat selanjutnya berisi rangkuman
gagasan utama yang sudah tertuang di dalam pernyataan tesis terse-
but.
Kesalahan yang paling sering dilakukan adalah mengambil
kalimat-kalimat penting di dalam buku yang dilaporkan, lalu dima-
sukkan ke dalam laporan buku, tanpa menunjukkan bahwa kalimat
tersebut adalah sebuah kutipan langsung, lengkap dengan referen-
sinya. Cara ini tentu dapat digolongkan sebagai sebuah plagiarisme.
Alhasil, kalimat dengan kalimat tidak mengalir dan tersendat alur
pemikirannya. Terdapat tiga jenis kalimat/paragraf yang bisa Anda
tuliskan:

• Anda dapat menangkap ide dasar penulis kemudian merangkum-


nya dengan kalimat Anda sendiri, dengan proporsi yang jauh lebih
singkat. Lazimnya, sebuah buku yang baik menyuarakan satu ga-
54
gasan ke dalam satu paragraf. Anda harus menangkap dan meru-
muskan-ulang gagasan tersebut ke dalam kalimat Anda sendiri.
• Ada kalanya Anda harus menangkap ide dasar penulis yang leb-
ih kompleks, yang terdiri atas argumen-argumen turunan. Cara
berpikir dan argumentasi penulis tersebut kemudian mengali-
matkan-ulang ide tersebut dengan kalimat Anda sendiri, dengan
proporsi yang kurang lebih sama. Inilah yang disebut parafrasa.
• Anda dapat mengutip kata per kata dengan memberikan tanda
kutip dan referensi yang tepat (atau block quotation jika kali-
mat yang dikutip panjangnya melebihi empat baris).

CATATAN
Rangkuman gagasan utama ini
merupakan bagian utama karya tulis
Anda yang paling panjang. Akan tetapi,
Anda perlu berkonsultasi pada dosen
Anda, seberapa mendetil bagian ini harus
ditulis. Ada dosen yang menghendaki
rangkuman yang sangat umum, ada pula
yang menghendaki rangkuman yang
lebih mendetil, bahkan hingga bab
demi bab.

Sangat baik jika Anda memberi penanda


halamanpada kalimat-kalimat penulis
buku yang Anda paparkan.

A.4.3 Analisis Struktur Buku


Di dalam bagian ketiga ini, Anda juga harus dapat MENGANALISIS
STRUKTUR buku yang Anda bahas seobjektif mungkin. Analisis atas
struktur ini penting agar pembaca laporan buku Anda dapat memiliki
gambaran yang utuh mengenai alur berpikir penulis buku tersebut.

55
A.5 EVALUASI DAN REFLEKSI KRITIS

Laporan buku diakhiri dengan bagian EVALUASI DAN RE-


FLEKSI KRITIS. Pada bagian ini, Anda harus menunjukkan ke-
mampuan akademis Anda dalam menganalisis dan memberikan
refleksi teologis atas buku yang Anda laporkan. Argumentasi Anda
dalam mengevaluasi seharusnya mendalam dan mendasar. Perha-
tian: di STFT Jakarta terdapat sebuat semangat umum untuk mem-
buat refleksi yang bersifat kontekstual. Secara khusus mahasiswa di
STFT Jakarta diharapkan dapat menilai sebuah buku, yang sangat
mungkin ditulis dari konteks yang berbeda dengan konteks Indone-
sia, dari kacamata konteks mahasiswa yang bersangkutan. Beberapa
pertanyaan berikut ini dapat membantu Anda memberikan penilaian
kritis:
• Seberapa berhasilkah buku tersebut mencapai tujuannya? Apa
yang tidak terjawab di dalam buku ini?
• Adakah gagasan-gagasan penulis yang sangat penting bagi stu-
di Anda secara umum?
• Apakah ada perspektif baru yang ditawarkan oleh penulis?
Bagaimana Anda menilainya? Bagaimana perspektif tersebut
Anda letakkan di dalam konteks diskursus ilmiah di bidang-
nya?
• Seberapa jauh pandangan penulis buku memengaruhi tema stu-
di Anda secara menyeluruh?
• Bagaimana pandangan penulis buku dapat bersifat relevan bagi
konteks Indonesia pada umumnya dan konteks yang Anda teliti
pada khususnya?

Akhirilah karya laporan buku Anda dengan sebuah paragraf


berisi pernyataan-pernyataan yang menunjukkan kemampuan Anda
berisi KESIMPULAN DARI EVALUASI KRITIS Anda atas buku
yang dilaporkan.

56
CATATAN
Ada kalanya Anda merasa perlu untuk
mengutip pandangan penulis lain. Jika
Anda harus melakukannya, pandangan
penulis lain tersebut tidak boleh lebih
dominan dari pandangan Anda sendiri.
Yang ingin dibaca oleh dosen adalah
pandangan Anda, bukan pandangan
penulis lain. Selain itu, jangan lupa
mengutip pandangan penulis lain
tersebut dengan cara yang benar.

Sering juga pandangan penulis buku


yang Anda laporkan tersebut telah
memunculkan diskusi yang hangat di
bidangnya. Ada kalanya Anda perlu
menyampaikan pandangan penulis
lain tentang buku yang Anda laporkan,
kemudian Anda bisa menyampaikan
pandangan kritis Anda terhadap
pandangan penulis lain tersebut.
Misalnya, ketika membahas buku
Karl Barth, Anda bisa menyampaikan
bagaimana beberapa penulis melihat
pemikiran Barth terlalu kristosentris,
bahkan kristomonis. Anda bisa
menyampaikan ketidaksetujuan Anda
dengan menunjukkan bahwa pemikiran
Barth sesungguhnya lebih bersifat
Trinitaris.

A.6 RANGKUMAN

Laporan Buku merupakan sebuah pemaparan yang berisi rangku-


man gagasan utama, analisis struktur serta evaluasi dan refleksi kri-
tis atas sebuah buku. Secara umum, sebuah laporan buku berisi:
• Informasi bibliografis;
• Pengantar, yang menginformasi Aim, Audience and Approach
penulis buku, selain juga latar belakang buku serta latar be-

57
lakang penulis buku;
• Rangkuman gagasan utama dan analisis struktur buku;
• Evaluasi dan refleksi kritis atas buku yang dilaporkan;
• Kesimpulan.

A.7 BEBERAPA CATATAN UMUM

(beberapa catatan berikut diinspirasi oleh http://homeworktips.


about.com/od/writingabookreport/ht/10step.htm)

• Sekalipun isi laporan buku sangat baik, jika laporan buku Anda
disajikan dengan tata bahasa yang buruk, kesalahan ketik yang
mengganggu serta pengaturan halaman yang tidak rapi, karya
tulis Anda sudah dapat dipastikan tidak akan memberi impresi
yang baik kepada dosen yang membaca. Seorang dosen lazim-
nya memiliki waktu yang terbatas untuk membaca karya Anda.
Jangan sibukkan dosen Anda dengan urusan teknis yang meng-
ganggu, seperti salah-ketik, tata bahasa yang buruk, hasil cetak
yang tidak memadai atau pengaturan/tata letak halaman yang
tidak rapi.
• Miliki tujuan penulisan laporan yang menuntun pembacaan
buku.
• Jangan menulis laporan buku tanpa menyelesaikan pembacaan
buku seluruhnya. Jika perlu, bacalah buku tersebut beberapa
kali.
• Buatlah catatan-catatan atas bagian-bagian penting dari buku.
Pakailah kertas khusus, perangkat-lunak note-taking, atau
sticky- note flags. Jangan pernah sekadar memakai “catatan
mental.”
• Jika perlu beri tanda pada buku tersebut (asal buku milik Anda
dan bukan buku milik perpustakaan).
• Buatlah outline sebelum membuat laporan buku.
• Secara khusus perhatikan bagian Pendahuluan, yang harus sangat
impresif, tepat-sasaran dan diartikulasikan secara sangat jelas.

58
A.8 PRANALA (HIPERTAUT ATAU HYPERLINK) LUAR

A.8.1 Tentang Book Report and Book Review

• https://library.concordia.ca/help/writing/book-report.php
• https://writing.wisc.edu/handbook/assignments/crinonfiction/
• https://writingcenter.unc.edu/tips-and-tools/book-reviews/
• https://owl.purdue.edu/owl/general_writing/common_writing_
assignments/book_reviews.html
• https://owl.purdue.edu/owl/general_writing/common_writing_
assignments/book_reports.html

A.8.2 Daftar Note-Taking Sofwares


http://en.wikipedia.org/wiki/Comparison_of_notetaking_ software

59
APENDIKS DUA
PLAGIARISME

B.1 PENDAHULUAN
STFT Jakarta, dalam “Peraturan mengenai Plagiarisme” yang di-
sahkan dalam satu Rapat Senat VIII tanggal 2 Maret 2010, men-
definisikan plagiarisme sebagai “sebuah kecurangan yang dilaku-
kan seorang mahasiswa melalui penyajian gagasan-gagasan atau
kata- kata orang lain yang diklaim sebagai milik dari mahasiswa
tersebut, tanpa mengutip sumber yang dipakainya, sehingga dapat
menggiring pembaca atau pendengar untuk memercayai bahwa ga-
gasan-gagasan atau kata-kata tersebut berasal dari penelitian maha-
siswa tersebut” (B.2.).
Dengan demikian, plagiarisme sebenarnya adalah tanda
dilanggarnya kejujuran dan integritas ilmiah, yang justru menjadi
tonggak utama lembaga pendidikan mana pun, termasuk STFT Ja-
karta.
Menyadari seriusnya pelanggaran ini, di samping keprihati-
nan kita pada merebaknya isu plagiarisme di Indonesia, Senat STFT

60
Jakarta menetapkan diri untuk menangani kasus-kasus plagiarisme
secara serius. Mereka yang terbukti melakukan plagiarisme sudah
dapat dipastikan minimal akan gagal dalam mata kuliah yang ber-
sangkutan, jika tidak dikeluarkan dari STFT Jakarta .(Lihat Kitab
Peraturan Studi STFT Jakarta 2022─2026, Bagian Kedua, poin V)

B.2 TIPE-TIPE PLAGIARISME

Terdapat berbagai tipe plagiarisme dengan derajat keseriusan yang


berbeda. Namun, semuanya tetap dianggap sebagai pelanggaran
yang serius.

B.2.1 Kolusi
Kolusi terjadi ketika seorang mahasiswa membuat sebuah karya
dan mengizinkan mahasiswa lain untuk menyontek karya tersebut.
Kedua mahasiswa akan mendapat penalti jika keduanya menyerah-
kan karya mereka tersebut. Kolusi berbeda dengan karya kelompok.
Beberapa mata kuliah menghendaki para mahasiswa untuk menger-
jakan karya kelompok dengan menghasilkan satu karya bersama.

CATATAN
Hati-hati dalam menjaga Password Anda
(baik di dalam flashdisk atau drive).
Kecerobohan Anda dalam menyimpan
dokumen digital dapat membuat
mahasiswa lain mengambil karya Anda.
Dalam hal ini, baik pemilik asli makalah
dan si penyontek dianggap bersalah.
Dosen tidak bisa memastikan dokumen
tersebut diambil dengan atau tanpa
sepengetahuan Anda. pasti adalah bahwa
kedua makalah dianggap sebagai hasil
kolusi.

61
B.2.2 Copy & Paste
Berkat berkembangnya internet, sejumlah besar data tersedia di dunia
maya. Namun, bersamaan dengan itu menguat juga praktik Copy &
Paste yang tetap dianggap sebagai plagiarisme, baik dengan mengu-
bah kata-katanya maupun tidak.

B.2.3 Plagiarisme Penuh


Plagiarisme penuh terjadi ketika seorang mahasiswa mengadopsi
sepenuhnya makalah lain yang bukan karangannya sendiri dan diakuinya
sebagai karyanya sendiri.

B.2.4 Plagiarisme Parsial


Plagiarisme parsial terjadi ketika seorang mahasiswa mengadop-
si beberapa paragraf dari sumber lain, tanpa referensi, dan diin-
tegrasikan ke dalam makalahnya. Lazimnya, plagiarisme tipe ini
mengubah satu-dua kata untuk membuat paragraf curian tersebut
mengalur dengan baik dengan seluruh tulisan.

B.2.5 Parafrasa Tanpa Referensi


Melakukan parafrasa merupakan salah satu ketrampilan mendasar
yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa. Namun ketika Anda
membuat sebuah parafrasa, Anda tetap harus mencantumkan sum-
ber aslinya. Tanpa itu, Anda tetap dinilai telah melakukan plagia-
risme.

B.2.6 Pencurian Gagasan


Pencurian gagasan juga merupakan sebuah plagiarisme, yaitu keti-
ka Anda memakai gagasan orisinal seseorang tanpa memberi kredit
atau referensi apapun di dalam makalah Anda. Hal ini harus dibe-
dakan dengan common knowledge yang tidak dianggap sebagai
plagiarisme (misalnya, Indonesia merdeka 17 Agustus 1945; Yesus
lahir di Bethlehem dan tersalib di bukit Golgota).

62
B.2.7 Menerjemahkan Tanpa Referensi
Menerjemahkan hasil karya orang lain juga merupakan sebentuk
plagiarisme, jika tidak diberi referensi selengkapnya dan ditulis
dengan tanda kutip (“ … “).

B.2.8 Auto-Plagiarism atau Self-Plagiarism


Auto-plagiarism terjadi ketika seseorang memakai makalah yang
ditulisnya sendiri (yang sudah mendapat kredit setelah dinilai atau
dipublikasikan) sebagai makalah baru untuk memperoleh kredit
atau nilai lain.

B.3 BEBERAPA CONTOH

B.3.1 Contoh Pertama


Sumber asli: Hendri M. Sendjaja, “Melayani dengan Cakap,”
http://teologikristiani.blogspot.com/2009/01/melayani-dengan-
cakap_05.html, 2009 (diakses 17 Agustus 2010).

Selain dapat merumuskan visi bersama, seorang PJT mesti mam-


pu mengilhamkan umat agar bergerak bersamanya demi pencapa-
ian visi bersama. Di sini PJT tampil baik sebagai pembawa atau pe-
megang “impian” (baca: visi bersama) maupun sebagai pendorong
perubahan. Untuk itu, PJT mesti menjadi seorang yang terus-menerus
belajar agar ia semakin akurat membaca perubahan, mengantisipasi masa
depan, dan mempengaruhi serta menggerakkan umat yang dipimpinnya.

• Plagiarisme: Copy & Paste dan Modifikasi (baris 76─81)

63
Seorang pendeta yang baik haruslah mampu merumuskan visi jemaatnya
bersama- sama dengan seluruh anggota jemaat. Inilah ketrampilan pertama
yang harus dimiliki oleh seorang pendeta jemaat. Selain dapat merumus-
kan visi bersama, seorang pendeta mesti mampu mengilhamkan anggota
jemaat agar bergerak bersamanya demi pencapaian visi bersama. Di sini
pendeta tampil baik sebagai pembawa atau pemegang “impian” (baca: visi
bersama) maupun sebagai pendorong perubahan. Untuk itu, pendeta mesti
menjadi seorang yang terus- menerus belajar agar ia semakin akurat memba-
ca perubahan, mengantisipasi masa depan, dan mempengaruhi serta meng-
gerakkan jemaat yang dipimpinnya. Hanya dengan cara itulah, sebuah je-
maat dapat berkembang dan hidup bermakna bagi lingkungan sekitarnya.

Dapat dilihat bahwa baris 76-81 adalah kata-kata asli sum-


ber dengan pengubahan beberapa istilah penting agar sesuai dengan
makalah yang hendak dibuat. Jika Anda memang ingin memakai
pandangan Hendri M. Sendjaja tersebut, maka ada beberapa cara
yang bisa ditempuh:

• Bukan Plagiarisme #1: Parafrasa dengan referensi (lihat baris


93─98)

Seorang pendeta yang baik haruslah mampu merumuskan visi jemaatnya ber-
sama-sama dengan seluruh anggota jemaat. Inilah ketrampilan pertama yang
harus dimiliki oleh seorang pendeta jemaat. Yang kedua, seorang pendeta
harus mampu mendorong dan menginspirasi anggota jemaatnya untuk
mencapai visi bersama tersebut. Pentingnya kemampuan mengilhami
anggota jemaat ini ditegaskan oleh Hendri M. Sendjaja, dalam tulisan
nya, “Melayani dengan Cakap” (2009). Ia percaya bahwa kemampuan
ini hanya mungkin muncul ketika seorang pendeta terus- menerus bela-
jar membaca tanda-tanda zaman, mengantisipasi masa depan dan mem-
beri pengaruh bagi anggota jemaatnya. Hanya dengan cara itulah, sebuah
jemaat dapat berkembang dan hidup bermakna bagi lingkungan sekitarnya.

64
• Bukan Plagiarisme #2: Kutipan Blok (lihat baris 107─112)

Seorang pendeta yang baik haruslah mampu merumuskan visi je-


maatnya bersama- sama dengan seluruh anggota jemaat. Inilah
ketrampilan pertama yang harus dimiliki oleh seorang pende-
ta jemaat. Hendri M. Sendjaja mengusulkan ketrampilan kedua
yang harus dimiliki oleh seorang pendeta, ketika ia menulis,

Selain dapat merumuskan visi bersama, seorang PJT mesti mampu mengilhamkan
umat agar bergerak bersamanya demi pencapaian visi bersama. Di sini PJT tampil
baiksebagaipembawaataupemegang“impian”(baca:visibersama)maupunsebagai
pendorong perubahan. Untuk itu, PJT mesti menjadi seorang yang terus-menerus
belajar agar ia semakin akurat membaca perubahan, mengantisipasi masa depan,
dan mempengaruhi serta menggerakkan umat yang dipimpinnya. (Sendjaja 2009)

Hanya dengan cara itulah, sebuah jemaat dapat berkem-


bang dan hidup bermakna bagi lingkungan sekitarnya.

• Bukan Plagiarisme #3: Tanda Kutip (lihat baris 120─125)

Seorang pendeta yang baik haruslah mampu merumuskan visi jemaatnya


bersama- sama dengan seluruh anggota jemaat. Inilah ketrampilan pertama
yang harus dimiliki oleh seorang pendeta jemaat. Hendri M. Sendjaja
mengusulkan ketrampilan kedua yang harus dimiliki oleh seorang pen-
deta, yaitu kemampuan “mengilhamkan umat agar bergerak bersama
demi pencapaian visi bersama” (Sendjaja 2009). Akan tetapi, Sendjaja
melanjutkan, kemampuan ini baru mungkin muncul ketika seorang
pendeta, atau yang disebutnya sebagai PJT (Pemimpin Jemaat Tertah-
bis) senantiasa belajar untuk “semakin akurat membaca perubahan,
mengantisipasi masa depan, dan mempengaruhi serta menggerakkan
umat yang dipimpinnya” (Sendjaja 2009). Hanya dengan cara itulah, sebuah
jemaat dapat berkembang dan hidup bermakna bagi lingkungan sekitarnya.

65
B.3.2 Contoh Kedua
Sumber asli:
Greg Ogden, Unfinished Business: Returning the Ministry to the
People of God (Grand Rapids, MI: Zondervan 2003), 20.

The charismatic movement reintroduced to us the hidden mem-


ber of the Trinity, the Holy Spirit. Experience-starved people
came to realize that a direct encounter with a living God was pos-
sible, that the Christian life was more than ethical respectability.

• Plagiarisme: Terjemahan Tanpa Rujukan (baris 139─142)

Gerakan karismatik memperkenalkan kepada kita anggota tersem-


bunyi dari Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus. Umat yang lapar
dengan pengalaman telah mulai menyadari bahwa sebuah per-
jumpaan langsung dengan Allah yang hidup adalah mungkin,
bahwa kehidupan Kristiani lebih daripada kehormatan etis.

• Plagiarisme: Terjemahan dengan Rujukan Parsial (baris 146-


147)

Sangat penting bagi gereja masa kini untuk belajar dari beberapa gerakan
Kristen modern. Misalnya, gerakan karismatik memperkenalkan kepada
kita anggota tersembunyi dari Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus. Greg
Ogden dalam hal ini benar ketika ia menulis, “Umat yang lapar dengan
pengalaman telah mulai menyadari bahwa sebuah perjumpaan langsung
dengan Allah yang hidup adalah mungkin, bahwa kehidupan Kristiani
lebih daripada kehormatan etis” (Ogden 2003, 20). Itu berarti, gereja masa
kini harus sungguh-sungguh peka pada kehadiran dan suara Roh Kudus.

66
B.4 BEBERAPA CATATAN PENTING

• Memberi kutipan yang sah bukanlah tanda bahwa Anda bukan


mahasiswa yang baik. Justru sebaliknya. Jangan pernah malu
mengutip pandangan orang lain, karena kita memang berada di
dalam komunitas ilmiah yang menghargai kejujuran, penghar-
gaan pada karya orang lain, dan integritas pribadi. Mengutip
secara benar justru menunjukkan bahwa Anda sudah melaku-
kan riset dan mampu mengintegrasikan pandangan orang lain
ke dalam karya tulis Anda.
• Tentu saja, jika Anda sangat banyak mengutip dan tidak mem-
berikan pendapat pribadi apa pun, makalah Anda tidak bernilai
lebih, karena tidak memberi sumbangan signifikan bagi ko-
munitas ilmiah di bidang teologi. Namun, ini tetap lebih baik
daripada pandangan cemerlang yang Anda sampaikan ternyata
adalah pandangan orang lain yang Anda plagiasi.
• Anda tetap dianggap melakukan plagiarisme sekalipun sudah
memberi kutipan sepenuhnya atas tokoh tertentu, tetapi tidak
mengutip pandangan tokoh tersebut di kalimat lainnya.
• Salah satu penyebab seseorang melakukan plagiarisme adalah
karena ia memasukkan sebuah kutipan yang diambilnya dari
satu sumber tanpa langsung menuliskan sumbernya. Di kemu-
dian hari, orang tersebut lupa lokasi kutipan tersebut dan akhirnya
melakukan plagiarisme. Untuk itu, memiliki kebiasaan mencatat
sumber merupakan sebuah keharusan. Saat ini sudah ada be-
berapa piranti lunak (software) atau aplikasi yang dapat di-
gunakan untuk membantu dalam pengelolaan dokumen refe-
rensinya. Reference Management Software (RMS) yang dapat
digunakan antara lain: Mendeley dan Zotero.
• Jika Anda ingin melakukan parafrasa, ingat baik-baik untuk
memulai kalimat Anda dengan informasi tentang sumber (“Sen-
jaja mengatakan …” atau “Menurut Borrong, dalam bukunya
yang berjudul …”) dan mengakhirinya dengan referensi yang
dimaksud.
• Jangan pernah memakai alasan “lupa” atau “tidak tahu” keti-
ka Anda terbukti melakukan plagiarisme. Sebagian orang me-
67
mang sungguh-sungguh lupa atau tidak tahu bahwa ia sudah
melakukan plagiarisme. Namun, seorang dosen hanya menilai
apakah sebuah karya melakukan plagiarisme dari karya terse-
but. Dosen tidak bisa melihat “memori” atau isi kepala dan hati
kita.
• Hati-hati dengan sumber dari internet (misalnya dan khusus-
nya blog). Anda tidak pernah tahu apakah sumber tersebut
orisinal. Sekalipun Anda mengutip sumber tersebut secara be-
nar, bisa jadi sumber yang Anda kutip itu sendiri adalah sebuah
karya plagiat. Secara khusus, jangan pernah mengambil wiki-
pedia sebagai referensi.
• Jika Anda ragu-ragu apakah satu bagian makalah Anda meru-
pakan plagiarisme atau bukan, tanyakanlah kepada dosen yang
bersangkutan.
• Laporkanlah kepada dosen atau BAA jika Anda mengetahui
mahasiswa lain melakukan plagiarisme atau kecurangan lain.
Apa yang dilakukannya sangat tidak adil bagi Anda dan meru-
sak komunitas STFT Jakarta.
• Ingatlah karir, reputasi, masa depan dan integritas Anda!
Catatan plagiarisme Anda akan terekam terus di BAA. Bahkan
gelar Anda bisa dicabut jika beberapa tahun kemudian Anda
kedapatan melakukan plagiarisme.

CATATAN
Terdapat ratusan software yang tersedia,
baik gratis maupun berbayar, online
maupun offline, yang dapat membantu
Anda untuk melakukan pencatatan.
Carilah di http://www.google.com
dengan kata-kata kunci seperti:
take note free software. Atau lihat daftar
sebagian program tersebut di
http://en.wikipedia.org/wiki/
Comparison_of_notetaking_software.

68
APENDIKS TIGA
PERATURAN MENGENAI PLAGIARISME

C.1 PENDAHULUAN
Peraturan ini merupakan penjabaran dari 3 (tiga) peraturan yang
berlaku:

1. Statuta STFT Jakarta Tahun 2020, Bab IX


Pasal 48

h. Menjaga integritas sivitas akademika dengan mempertahankan


kehormatan dan kewibawaan serta nama baik STFT Jakarta.

2. Kode Etik STFT Jakarta Tahun 2021


Bagian 1, Bab 1, Pasal 2 (Kode etik mahasiswa)

1. Menjunjung tinggi kewibawaan dan nama baik STFT Jakarta


9. Bersikap terbuka dan menjunjung tinggi kejujuran akademik

69
Bagian 2, Bab 1, Pasal 2 (Kode etik dosen)
1. Menjunjung tinggi kewibawaan dan nama baik STFT Jakarta
15. Menegakkan integritas keilmuan, kejujuran, objektivitas,
keadilan, dan sikap apresiatif terhadap anggota sivitas akademika
lainnya

Bagian 1, Bab 1, Pasal 3 (Kode etik mahasiswa)


7. (Mahasiswa dilarang untuk: ) Melakukan kecurangan akademik
dalam bentuk plagiarisme dan bentuk-bentuk pemalsuan yang ber-
kaitan dengan tugas perkuliahan;

Bagian 2, Bab 1, Pasal 2 (Kode etik dosen)


7. (Dosen dilarang untuk: ) Melakukan kecurangan akademik dalam
bentuk plagiarisme dan bentuk-bentuk pemalsuan dalam pelaksa-
naan Tridharma;

3. Kitab Peraturan Studi STFT Jakarta 2022


Bagian Kedua, Bab V


Pasal 10
Bentuk-bentuk kecurangan:
1. Mencontoh jawaban peserta ujian lain, membawa dan menggu-
nakan catatan dalam ben­tuk apapun dalam ujian akhir semester
yang tidak memakai sistem buku terbuka atau tugas online;
2. Bekerja sama dalam bentuk apapun dan atau membahas soal
yang diujikan dengan peser­ta ujian lain pada saat ujian sedang
berlangsung.

Pasal 11
Setiap kecurangan yang dilakukan oleh peserta ujian akan ditindak-
lanjuti melalui lang­kah-langkah sebagai berikut.

1. Pengawas mencatat kecurangan yang telah dilakukan oleh peserta ujian.


2. Kertas jawaban dan atau berkas-berkas kecurangan, terutama yang ter-
tangkap tangan, disita oleh pengawas untuk dijadikan bukti dan dilampir-
kan pada berita acara.
70
3. Pelaku kecurangan wajib menandatangani surat pernyataan yang ber-
isi pengakuan bahwa yang bersangkutan telah melakukan kecurangan
di hadapan Panitia Ujian dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan
tersebut.
4. Tindakan kecurangan yang dilakukan akan ditindaklanjuti oleh Penga-
was (termasuk Dosen Pengampu) dan Wakil Ketua 1 Bidang Akademik.

Pasal 12
Setiap peserta ujian yang melakukan kecurangan sebagaimana
disebutkan dalam pasal 10 pera­turan ini dikenakan sanksi akade-
mik oleh Tim Pemimpin Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Ja­karta,
dhi. Wakil Ketua 1 Bidang Akademik, bersama staf pengajar mata
kuliah yang bersang­kutan, sesuai berita acara berdasarkan bobot ke-
curangan yang dilakukan setelah memperoleh laporan dari Panitia
Ujian. Peserta ujian tersebut harus menandatangani Surat Pernyata-
an Per­tanggungjawaban Perbuatan yang disediakan oleh Bagian
Administrasi Akademik.

Pasal 13
1. Peserta ujian yang melakukan kecurangan sebagaimana diatur
dalam pasal 10 peratur­an ini dapat dikenakan satu dan/atau lebih
sanksi sebagaimana diatur dalam Pedoman Kehidupan Persekutu-
an Warga STFT Jakarta, butir B. Kehidupan sebagai Masyarakat
Ilmiah (1 dan 2).
2. Bentuk-bentuk kecurangan berupa plagiarisme dan sanksinya
diatur dalam Peraturan mengenai Plagiarisme.

C.2 ISI PERATURAN TENTANG PLAGIARISME

Kitab Peraturan Studi STFT Jakarta 2022


Bagian Kedua, poin V: Peraturan Mengenai Plagiarisme

1. Gelar dan nilai yang dikeluarkan oleh STFT Jakarta diberi-


kan sebagai pengakuan atas prestasi mahasiswa dalam melak-
sanakan studi dan penelitian atas dasar usahanya sendiri.
2. Plagiarisme merupakan sebuah kecurangan yang dilakukan
seorang mahasiswa melalui penyajian gagasan-gagasan atau
71
kata-kata orang lain yang diklaim sebagai milik dari ma­hasiswa
tersebut, tanpa mengutip sumber yang dipakainya, sehingga
dapat menggiring pembaca atau pendengar untuk mempercayai
bahwa gagasan-gagasan atau kata-kata tersebut berasal dari pe-
nelitian mahasiswa tersebut.
3. Plagiarisme dapat muncul dalam beberapa bentuk, seperti:
a. Menjiplak kata-demi-kata karya orang lain tanpa memakai
tanda kutip dan mencantumkan sumber asli;
b. Mengalimatkan ulang (paraphrasing) gagasan orang lain
tanpa mencantumkan sumber asli;
c. Menjiplak karya mahasiswa lain atau catatan kelas;
d. Menerjemahkan karya atau gagasan orang lain (termasuk
yang diperoleh dari internet) tanpa mencantumkan sumber
asli;
e. Memasukkan karya tulis (makalah, laporan, skripsi, dan
lain-lain) yang disusun oleh orang lain;
f. Memakai seluruh atau sebagian karya tulis yang pernah
dibuat sendiri di masa lalu dan menyerahkannya sebagai
karya tulis yang berbeda (auto-plagiarism);
g. Melakukan tindakan-tindakan lain sejauh sesuai dengan
definisi yang diberikan pada butir 2 di atas.
4. Dalam sebuah situasi di mana seorang mahasiswa tidak dapat
memutuskan apakah yang ditulisnya merupakan sebuah plagia-
risme atau bukan, mahasiswa tersebut sangat disa­rankan untuk
mencantumkan sumber yang dirujuknya.
5. Berdasarkan prinsip kejujuran dan integritas ilmiah, setiap
mahasiswa wajib melaporkan kepada ketua program tindakan
plagiarisme yang dilakukan oleh mahasiswa lain. Pengab­aian
terhadap kewajiban ini merupakan pelanggaran terhadap pera-
turan mengenai pla­giarisme ini. Identitas dari mahasiswa pelapor
akan dirahasiakan.
6. Penjelasan mengenai peraturan ini dan pelatihan untuk meng-
hindari plagiarisme diberi­kan kepada setiap mahasiswa baru
dari semua program, yang pelaksanaannya diatur oleh ketua
program. Penjelasan dan pelatihan ini terbuka juga bagi ma-
hasiswa lama.

72
7. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk menandatangani formulir
Pernyataan Menolak Plagiarisme, bersamaan dengan pendaftaran
ulang yang dilakukan setiap awal semester. Seorang mahasiswa
tidak diizinkan untuk mengikuti perkuliahan selama belum
menan­ datangani formulir Pernyataan Menolak Plagiarisme
tersebut.
8. Penyerahan draf akhir karyatama, tesis atau disertasi disertai
juga dengan lembaran Per­nyataan Bebas Plagiarisme, yang
ditandatangani di atas materai.
9. Penanganan atas sebuah kasus plagiarisme dilakukan dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
a. Dosen yang menemukan terjadinya tindakan plagiarisme
oleh mahasiswa harus melaporkannya kepada ketua pro-
gram studi secara tertulis, dengan memakai formulir yang
disediakan oleh Bagian Administrasi Akademik, yang
mencan­tumkan nama mahasiswa, nama karya tulis, mata
kuliah, dan semester maha­siswa. Bersamaan dengan karya
tulis yang dilampirkan, sedapat mungkin diser­takan juga
salinan sumber yang asli yang dijiplak.
b. Ketua program studi, setelah menerima laporan dari dosen
yang bersangkutan, mempelajari kasus tersebut dan mem-
berikan rekomendasi keputusan kepada Rapat Senat.
c. Jika plagiarisme terbukti terjadi, Rapat Senat dapat memu-
tuskan sanksi bagi mahasiswa yang melakukan plagia-
risme, sebagai berikut.
i. Mahasiswa yang belum pernah melakukan plagia-
risme akan memperoleh nilai E atau “Gagal” un-
tuk karya tulis yang bersangkutan, dan mendapat
Peringatan Keras.
ii. Mahasiswa yang pernah satu kali melakukan pla-
giarisme sebelumnya akan memperoleh nilai E
atau “Gagal” untuk mata kuliah yang bersangku-
tan, ser­ta mendapat Peringatan Sangat Keras.
iii. Mahasiswa yang terbukti melakukan plagiarisme
untuk ketiga kalinya akan diberhentikan studinya.
iv. Bagian Administrasi Akademik akan mendoku-

73
mentasi seluruh bukti pe­ langgaran ini, berikut
surat-surat peringatan yang diterbitkan. Pada seti-
ap awal semester Bagian Administrasi Akademik
memberikan kepada Rapat Senat daftar nama para
mahasiswa aktif yang telah mendapatkan peringa-
tan keras dan peringatan sangat keras atas kasus
plagiarisme.
d. Keputusan pemberian nilai E (Gagal) untuk mata kuliah
yang bersangkutan di­cantumkan dalam transkrip nilai ma-
hasiswa tersebut.
e. Hasil keputusan Rapat Senat tersebut disampaikan secara
tertulis dan juga lisan (oleh ketua program studi) kepada
mahasiswa yang bersangkutan.
f. Mahasiswa yang telah terbukti melakukan plagiarisme
dan telah menerima hasil keputusan secara tertulis dapat
mengajukan banding secara tertulis paling lama satu bulan
setelah tanggal surat keputusan. Rapat Senat dapat mem-
bicarakan ulang keputusan sebelumnya atas dasar surat
banding tersebut. Banding tidak dapat dilakukan untuk
ketiga kalinya untuk satu kasus plagiarisme yang sama.
10. Peraturan mengenai Plagiarisme ini berlaku untuk semua pro-
gram studi di STFT Jakarta.

74
75

Anda mungkin juga menyukai