Edisi Revisi
Diterbitkan oleh
Unit Teknologi Informasi dan Publikasi
Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta
2022
PEDOMAN PENULISAN
KARYA TULIS AKADEMIS
STFT JAKARTA
Edisi Revisi
Disusun oleh
Dr. Rebecca Blair Young
Prof. Joas Adiprasetya, Th.D.
Pedoman penulisan karya tulis akademis / oleh Rebecca B. Young & Joas
Adiprasetya—Cet ke-3 (revisi)— Jakarta: UTIP STFT Jakarta, 2022.
vi + 75 hal.; 5.7 x 8.1 inch
Diterbitkan oleh:
UTIP STFT Jakarta, Jl. Proklamasi 27, Jakarta 10320
Email: publikasi@stftjakarta.ac.id — http://www.stftjakarta.ac.id
SATU: PENDAHULUAN..................................................................1
1.1 Tentang Buku Ini......................................................................1
1.2 Pengertian Karya Tulis.............................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Karya Tulis..................................................3
1
berapa pengecualian yang akan diberikan tersendiri.
Semua karya tulis akademis tersebut harus mengikuti kaidah
yang dijelaskan di dalam buku panduan ini, kecuali dosen yang ber-
sangkutan menuntut persyaratan lain yang akan dikomunikasikan
secara terpisah.
Sekalipun panduan penulisan ini ditujukan bagi dosen dan
mahasiswa, dalam banyak bagian pengaturan khusus bagi maha-
siswa menempati porsi lebih banyak.
Secara umum, buku panduan ini memakai standar yang dise-
but Turabian Style, berdasarkan buku panduan Kate L. Turabian,
A Manual for Writers of Research Papers, Theses, and Disserta-
tions: Chicago Style for Students and Researchers. 9th edition. Rev.
Wayne C. Booth et al. (Chicago: Chicago University Press, 2018),
yang dapat ditemukan di perpustakaan STFT Jakarta. Buku pan-
duan ini selain berisi ringkasan Turabian Style, juga berisi peruba-
han di sana-sini, serta ditambah dengan beberapa panduan (antara
lain, seluk-beluk plagiarisme), agar lebih sesuai dengan kebutuhan
STFT Jakarta.
Karya tulis teologi adalah satu karangan ilmiah tentang pokok yang
penting dalam suatu bidang studi teologi sebagai hasil penelitian
pustaka/lapangan yang dilakukan, baik oleh dosen maupun maha-
siswa, berdasarkan penugasan dari Sekolah Tinggi Filsafat Theologi
Jakarta. Karya tulis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
Susunan teratur, mencakup semua unsur yang diperlukan se-
bagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan dalam Bab Dua, Bab
Tiga, dan Bab Empat.
Bentuk yang baik, sebagaimana disyaratkan bagi setiap ka-
rangan ilmiah dalam tata tulis yang lazim di perguruan tinggi.
Pembuktian mengenai sesuatu hal secara sistematis atau
pembuatan serangkaian kesimpulan secara logis berdasarkan ba-
han-bahan/buah pikiran yang telah dipaparkan.
2
1.3 TUJUAN PENULISAN KARYA TULIS
3
DUA
SUSUNAN KARYA TULIS
4
2.1.2 Bagian Utama
1. Bab Pendahuluan
a. Latar Belakang dan Konteks Permasalahan
b. Perumusan Masalah
c. Pembatasan Masalah
d. Hipotesis
e. Alasan Pemilihan Pokok Bahasan, Manfaat Penulisan dan
Kebaruan Penelitian (novelty). Bagian ini dapat diawali
dengan paparan atas berbagai penelitian terdahulu yang
telah ada sebelumnya (state of the art)
f. Metodologi Penelitian: Bahan atau materi penelitian, jalan
penelitian, dan keaslian penelitian
g. Sistematika Penulisan
2. Bab-bab Pemaparan dan Pembahasan Seluruh Isi
3. Bab Kesimpulan dan Saran
2.2.6 Abstrak/Abstract
Abstrak merupakan uraian singkat dan lengkap tentang permasala-
han, tujuan, metode, cakupan, dan hasil penelitian yang bermaksud
memperkenalkan isi karya tulis kepada pembaca. Program studi
6
M.Th. dan D.Th. menuntut abstrak (abstract) dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris. Panjang abstrak untuk setiap versi bahasa dibata-
si sekitar 300─500 kata yang dipaparkan dalam satu paragraf. Jika
memungkinkan, kedua versi abstrak ditulis di halaman yang sama.
Abstrak ditulis dengan memakai spasi tunggal dengan ukuran huruf
yang sama dengan teks naskah. Di bagian akhir abstrak dicantumkan
5─7 kata kunci (keywords).
8
Gambar 2. Contoh Lembar Pengesahan
9
Gambar 3. Contoh Pernyataan Bebas Plagiarisme
10
Gambar 4. Contoh Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
untuk Kepentingan Akademis
11
2.3 PERSYARATAN UNTUK BAGIAN UTAMA
2.3.1 Pendahuluan
Pendahuluan memuat komponen-komponen berikut dan tidak diberi
nomor bab.
b. Perumusan Masalah
Perumusan masalah memuat rumusan yang jelas dan tajam mengenai
pokok permasalahan yang hendak dikaji. Masalah harus dirumuskan
dalam bentuk kalimat pernyataan yang memperlihatkan adanya
problem yang lahir dari hubungan beberapa faktor. Sehubungan
dengan itu, dalam perumusan masalah ada beberapa hal yang perlu
dikemukakan:
c. Pembatasan Masalah
Butir ini memuat uraian tentang batasan pokok pembahasan karya
tulis dengan cara:
• Membatasi bidang cakup kajian. Misalnya: etika kerja warga
gereja: apakah hal itu menyangkut penggunaan waktu, peng-
hargaan terhadap materi, pembinaan relasi dengan rekan seker-
ja, dan sebagainya.
• Membatasi wilayah dan sampel penelitian: di beberapa gereja/
jemaat, lokasi atau lembaga tertentu, dengan sampel atau respon-
den dari segmen usia tertentu.
• Membatasi kurun waktu (periode). Suatu masalah yang hendak
dikaji bisa saja sudah sangat lama berlangsung. Perlu diberi
batasan kurun waktu mana yang secara khusus akan dikaji.
• Membatasi penggunaan data dan informasi. Kita tergoda untuk
memasukkan semuanya dalam tulisan kita. Namun demikian,
tidak semua itu harus dimasukkan karena menulis karya tulis
13
akademis tidak sama dengan menumpuk bahan. Seleksilah
semua itu sesuai dengan relevansi dan aktualitasnya terhadap
pokok bahasan.
d. Hipotesis
Hipotesis merupakan rumusan singkat berupa suatu jawaban semen-
tara terhadap masalah yang dihadapi dan masih harus dibuktikan ke-
benarannya melalui penelitian. Hipotesis menjadi semacam penuntun
untuk melakukan penelitian, pengumpulan bahan, dan penyusunan
tulisan. Oleh karena itu. hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk
pernyataan; bukan pertanyaan, dan bukan pula nasihat, saran, anju-
ran, ataupun pengandaian. Dengan demikian, dalam rumusan hipote-
sis tidak boleh ada kata-kata: ‘kiranya’, ‘hendaknya’, ‘perlu/memer-
lukan’, ‘mestinya’, ‘diharapkan’, ‘harus’, ‘dapat’, ‘jika … maka …’
dan sebagainya. Hipotesis harus menyatakan rumusan sementara dari
hubungan antar-variabel yang dielaborasi.
CATATAN
Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia tidak dikenal pembedaan
antara hipotesis (tunggal) dan hipotesa
(jamak). Namun demikian, di beberapa
kamus Bahasa Indonesia lainnya
pembedaan tersebut dikenal dan
diberlakukan. Penulis disarankan untuk
tetap memakai baik hipotesis (tunggal)
maupun hipotesis-hipotesis (jamak)
sesuai dengan KBBI.
15
g. Sistematika Penulisan
Bagian ini memuat uraian mengenai langkah-langkah yang akan
ditempuh di sepanjang penulisan. Secara singkat dijelaskan
mengenai garis besar isi dari masing-masing bab/subbab dan
bagaimana hubungan antara bab yang satu dengan bab yang lain.
a. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan uraian singkat dan tepat yang dijabarkan
dari pembahasan yang mencakup isi semua bab untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis dan hal-hal pokok menyangkut per-
masalahan. Harus dipahami bahwa bagian Kesimpulan tidak sama
dengan rangkuman atau ringkasan karya tulis.
b. Saran
Saran dibuat berdasarkan pertimbangan dan pengalaman penulis
yang ditujukan kepada para peneliti, baik di bidang sejenis dan/atau
kepada gereja maupun kalangan lain, yang dipandang relevan.
CATATAN
Dulu, lazimnya bab terakhir berisi
kesimpulan, refleksi, dan saran. Pada
panduan ini, elemen “refleksi” tidak
diwajibkan muncul di dalam bab terakhir
ini. Prinsip dasarnya adalah seluruh
karya tulis akademis adalah sebuah
karya teologis, sehingga seluruh refleksi
16 terlihat dari awal
teologis seharusnya
hingga akhir karya tulis tersebut. Tentu
saja, penulis dapat memutuskan—bagi
mahasiswa, berdasarkan percakapan
diwajibkan muncul di dalam bab terakhir
ini. Prinsip dasarnya adalah seluruh
karya tulis akademis adalah sebuah
karya teologis, sehingga seluruh refleksi
teologis seharusnya terlihat dari awal
hingga akhir karya tulis tersebut. Tentu
saja, penulis dapat memutuskan—bagi
mahasiswa, berdasarkan percakapan
dengan dosen pembimbing—untuk tetap
memasukkan refleksinya di bab
akhir ini.
17
TIGA
TATA CARA PENGUTIPAN
3.1 PENGERTIAN
1
Lih. Kate L. Turabian, A Manual for Writers of Research Papers, Theses, and Disser-
tations: Chicago’s Style for Students and Researchers, 9th ed., rev. Wayne C. Booth et
al. (Chicago and London: The University of Chicago Press, 2018), 139.
2
Ibid., 140.
18
Pertama, kita mengutip sumber untuk memberi kredit atau
pengakuan bagi mereka yang telah melakukan penelitian sebelum-
nya, sehingga hasilnya kita pergunakan bagi penelitian kita sendiri.
Dalam kaitan dengan ini, plagiarisme merupakan sebuah pelang-
garan etis di dalam dunia penelitian akademis, sebab melaluinya
kita tidak mengakui bahwa gagasan tertentu yang kita kemukakan
sebenarnya bukanlah gagasan asli kita (lihat “Apendiks Dua” dan
“Apendiks Tiga”).
Kedua, pengutipan sumber lain juga bertujuan untuk me-
mastikan kepada pembaca mengenai akurasi data dan gagasan kita.
Sumber yang kita kutip menjadi “jendela” bagi para pembaca un-
tuk menguji apakah hasil penelitian kita sungguh-sungguh dapat
diandalkan.
Ketiga, pengutipan sumber dapat menghubungkan para
pembaca dengan tradisi dan jejaring penelitian-penelitian lain di
bidang kita.
Keempat, pengutipan sumber dapat membantu pembaca
mengerjakan dan melanjutkan penelitian mereka sendiri. Dengan
cara itulah kita berpartisipasi ke dalam usaha mengembangkan
dunia akademis di bidang yang kita tekuni.
Untuk memenuhi keempat tujuan di atas, dunia akademis su-
dah menentukan banyak sekali sistem untuk mencatat sumber- sum-
ber secara konsisten dan jelas. Salah satunya adalah sistem Turabian
yang mulai dikembangkan oleh Kate L. Turabian sejak tahun 1937
dan diterbitkan pertama kali oleh the University of Chicago Press
pada tahun 1947 dan yang hingga kini telah direvisi berulang kali
hingga edisi ke-9 (2018).
CATATAN
Banyak buku dalam berbagai bahasa
mencantumkan beberapa penanda buku,
misalnya: penyunting, penerjemah, tanpa
tahun, atau tanpa penerbit. Kami
mengusulkan agar semua data tambahan
tersebut dicantumkan dengan memakai
singkatan Bahasa Indonesia. Misalnya:
peny. (penyunting), t.t. (tanpa tahun),
t.p. (tanpa penerbit), t.t.p (tanpa tempat
penerbit).
20
menambahkan huruf yang berbeda secara urut pada tahun terbit. Misal-
nya, untuk buku yang pertama dipergunakan (Sukarno 1947a,70)
dan untuk buku yang kedua (Sukarno 1947b, 23).
Untuk penulisan catatan perut setelah kutipan blok (block quo-
tation), catatan perut diletakkan setelah titik terakhir dari kutipan blok
tersebut. Contoh:
________________
30
Gagasan serupa pernah juga diajukan oleh seorang ahli Perjanjian Baru
bernama Willie Marxsen, sekalipun dalam konteks yang berbeda (Marxsen 1994,
175).
CATATAN
Walaupun diizinkan, terlalu banyaknya
catatan kaki yang bersifat substantif
dapat dengan mudah membuat pembaca
mengabaikannya begitu saja, sebab dapat
dipertanyakan, mengapa hal penting
tidak dimasukkan ke dalam teks utama
dan mengapa hanya ditempatkan di
21
dalam catatan kaki.
22
Contoh:
__________________
30
Serene Jones, Trauma and Grace: Theology in a Ruptured World (Louisville, KY: Westminster
John Knox Press, 2009), 11.
31
Ibid.
32
Ibid., 24.
23
• Daftar Acuan
Abineno, J.L. Ch. 1982. Pelayanan pastoral kepada yang berduka.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
––––––. 1980. Gerakan karismatik: Apakah itu?. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
––––––. 1972. Pelayanan pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
• Daftar Pustaka
Abineno, J.L. Ch. Gerakan Karismatik: Apakah Itu?. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1980.
––––––. Pelayanan pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1972.
––––––. Pelayanan pastoral kepada yang berduka. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
24
3.3.2 Buku, Lebih dari Satu Penulis
DA Adiprasetya, Daud, dan Joas Adiprasetya. 2011. Dilarang
kencing di sini: Khayal dan perenungan dua pendeta dari dua
generasi. Jakarta: Grafika KreasIndo.
CP (Adiprasetya dan Adiprasetya 2011, 19)
DP Adiprasetya, Daud, dan Joas Adiprasetya. Dilarang Kencing
di Sini: Khayal dan Perenungan Dua Pendeta dari Dua Generasi.
Jakarta: Grafika KreasIndo. 2011.
CK Daud Adiprasetya dan Joas Adiprasetya, Dilarang Kencing di
Sini: Khayal dan Perenungan Dua Pendeta dari Dua Generasi
(Jakarta: Grafika KreasIndo, 2011), 19.
CATATAN
Dalam Daftar Acuan, semua nama
penulis harus dicatat, entah berapa pun
jumlahnya. Semua nama dicatat seperti
biasa, kecuali nama penulis pertama yang
dimulai dengan nama belakang,
bubuhi tanda koma antara setiap nama;
kata penghubung ‘dan’ perlu
dicantumkan sebelum nama penulis
yang terakhir.
26
3.3.6. Artikel dari Jurnal atau Majalah
DA Syaifuddin, Helmi. 2006. Sastra Al-Qur’an di tengah aliran
sastra Indonesia. Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 1, no.
2 (Desember): 19-77.
CP (Syaifuddin 2006, 65)
DP Syaifuddin, Helmi. “Sastra Al-Qur’an di Tengah Aliran Sastra
Indonesia.” Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 1, no. 2
(Desember 2006): 19-77.
CK Helmi Syaifuddin, “Sastra Al-Qur’an di Tengah Aliran Sastra
Indonesia,” Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 1, no. 2
(Desember 2006): 65.
CATATAN
Jika Anda mengacu kepada artikel jurnal
yang diakses secara daring, cantumkan
URL atau DOI (Digital Object Identifier
yang bersifat permanen) pada Daftar
Acuan/Daftar Pustaka/Catatan Kaki.
CATATAN
Menurut panduan Turabian edisi ke-9,
artikel koran pada umumnya dapat
dihilangkan dari dalam Daftar Pustaka/
Daftar Acuan dan hanya muncul di
dalam Catatan Kaki/Catatan Perut.
Namun, Anda dapat memasukkan
beberapa artikel koran yang sangat
penting bagi karya tulis Anda di dalam
Daftar Pustaka/Daftar Acuan dengan
aturan seperti artikel dalam jurnal atau
majalah.
CATATAN
Menurut panduan Turabian edisi ke-9,
jika acuannya berupa dokumen
elektronik dari skripsi, tesis, atau
disertasi yang belum diterbitkan,
maka cantumkan URL (Uniform
Resource Locator, yaitu alamat sumber
Internet) setelah nomor halaman atau
cantumkan nama repositori/pangkalan
data tersebut, misalnya: ProQuest
Dissertation & Theses Global.
29
3.3.12 Website di Internet
DA Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta. “Sejarah Singkat
STFT Jakarta.” Diakses 22 Juli, 2022. https://stftjakarta.
ac.id/home-2/sejarah-singkat-stft-jakarta/
CP (Website STFT Jakarta 2022)
DP Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta. “Sejarah Singkat
STFT Jakarta.” https://stftjakarta.ac.id/home-2/sejarah-
singkat-stft-jakarta/
CK “Sejarah Singkat STFT Jakarta,” Sekolah Tinggi Filsafat
Theologi Jakarta, diakses 22 Juli, 2022, https://stftjakarta.
ac.id/home-2/sejarah-singkat-stft-jakarta/
CATATAN
Oleh karena internet sangat tidak stabil,
Anda tidak boleh memakai URL
(Uniform Resource Locator, yaitu alamat
sumber Internet) saja sebagai identifikasi
sumber yang dikutip. Jadi, yang
dibutuhkanadalah informasi yang
selengkap mungkin agar pembaca dapat
mencari sendiri sumber tersebut tanpa
URL, misalnya dengan search engine
seperti Google. Artikel di portal berita
dapat diacu seperti layaknya artikel
koran/majalah.
3.3.13 Wawancara
DA Yudhoyono, Susilo Bambang. 2009. Wawancara oleh penulis.
Jakarta, Indonesia, 31 Oktober.
CP (Yudhoyono 2009)
DP Yudhoyono, Susilo Bambang. Wawancara oleh penulis.
Jakarta, Indonesia, 31 Oktober 2009.
CK Susilo Bambang Yudhoyono, wawancara oleh penulis,
Jakarta, Indonesia, 31 Oktober 2009.
CATATAN
Menurut panduan Turabian edisi ke-9,
wawancara yang tidak dipublikasikan
(termasuk yang dilakukan sendiri oleh
penulis) umumnya hanya muncul di
dalam Catatan Kaki. Namun, Anda dapat
memasukkan beberapa wawancara yang
sangat penting bagi karya tulis Anda di
dalam Daftar Pustaka. Jika Anda tidak
dapat memasukkan nama narasumber
yang diwawancara karena alasan
kerahasiaan, jelaskan pada Catatan Kaki.
31
CATATAN
Jika ensiklopedi atau kamus yang
terkenal dipakai, seperti Encyclopedia
Britannica atau Kamus Besar Bahasa
Indonesia, judul ensiklopedi atau kamus
tersebut umumnya tidak perlu
dicantumkan di dalam Daftar Acuan
atau Daftar Pustaka, tetapi cukup
dicantumkan pada Catatan Perut atau
Catatan Kaki dengan memakai nama
sumber dan “s.v.” (singkatan sub verbo,
yang berarti “di bawah kata”). Jika yang
diacu adalah dokumen daring, maka
perlu dicantumkan URL-nya.
32
DP Ary, D., L.C. Jacobs, dan A. Razavieh. Pengantar Penelitian
Pendidikan. Terjemahan Arief Furchan. (Surabaya: Usaha
Nasional, t.t.)
CK D. Ary, L.C. Jacobs, dan A. Razavieh, Pengantar Penelitian
Pendidikan, terjemahan Arief Furchan (Surabaya: Usaha
Nasional, t.t.), 84.
33
DP Donner, Fred. “How Islam Began.” Alumni Weekend 2011,
University of Chicago, 3 Juni, 2011. Video ceramah,
10:30─11.02. https://youtu.be/ 5RFK5u51khA.
CK Fred Donner, “How Islam Began,” Alumni Weekend 2011,
University of Chicago, 3 Juni, 2011, video ceramah, https://
youtu.be/5RFK5u51khA
34
EMPAT
TATA CARA PENULISAN
4.1.1 Kertas
Jika naskah akhir perlu dicetak, maka kertas yang dipergunakan
adalah berukuran A4 (21,5 cm x 29,7 cm), dengan bahan HVS 80
gram, berwarna putih dan tidak bolak-balik. Jika naskah tersebut
berjumlah lebih dari satu, naskah asli dapat digandakan melalui fo-
tokopi, tetapi harus dengan kualitas yang baik.
Pakailah sampul dari kertas buffalo atau yang sejenis dan
sedapat-dapatnya diperkuat dengan karton dan dilapisi dengan plas-
tik. Tulisan yang terdapat pada sampul sama dengan yang terdapat
pada halaman judul.
Namun, dalam rangka program nirkertas (paperless) dan
mendukung visi ekologis, Rapat Senat 8 Maret 2022 memutuskan
bahwa bagi mahasiswa STFT Jakarta dengan perolehan nilai un-
35
tuk skripsi/karyatama/tesis/disertasi di atas A minus (A-), hanya
menyerahkan softfile saja sebagai koleksi perpustakaan.
4.2.1 Marjin
Marjin adalah jarak antara tepi kertas dan batas pengetikan di
setiap sisinya. Pengaturan marjin adalah sebagai berikut:
• Marjin atas 1 inci
• Marjin bawah 1 inci
• Marjin kiri 1 inci
• Marjin kanan 1 inci
Catatan:
• Jarak 1 inci dihitung bukan dari teks utama, melainkan dari no-
mor halaman.
• Seandainya naskah akan dijilid, marjin kiri berjarak 1,5 inci.
• Contoh pengaturan marjin dapat dilihat di gambar 3 dan 4.
37
4.3 JENIS HURUF DAN KALIMAT
Semua karya tulis akademis diketik dengan komputer agar mudah
direvisi.
Secara konsisten, pakailah font atau jenis huruf yang sama, dengan
ukuran (pitch) yang sama pula, sepanjang karya tulis akademis
Anda. Pitch yang lebih kecil digunakan hanya untuk bagian- bagian
ini:
• Catatan kaki (dari 12pt menjadi 10pt, atau dari 11pt menjadi
9pt, tergantung jenis font yang dipakai);
• Kutipan blok atau block quotation (dari 12pt menjadi 11pt, atau
dari 11pt menjadi 10pt, tergantung jenis font yang dipakai);
• Judul tabel, grafik atau gambar (dari 12pt menjadi 10pt, atau
dari 11pt menjadi 9pt, tergantung jenis font yang dipakai).
4.3.2 Spasi
Skripsi, tesis, dan disertasi memakai spasi ganda (double space).
Makalah memakai spasi 1,5, demi penghematan kertas.
38
Beberapa bagian dalam karya tulis memakai spasi tunggal,
tetapi dengan sebuah baris kosong di antara bagian-bagian tersebut:
4.3.4 Alinea
Alinea yang baru dimulai 0,5 inci dari batas tepi kiri.
Alinea berupa kutipan blok (block quotation) diindenta-
si dengan jarak 0,5 inci dari batas tepi kiri, tanpa indentasi di tepi
kanannya.
Sementara kutipan blok memakai spasi tunggal, jarak antara
kutipan dan teks utama sebelum dan sesudahnya adalah 2 spasi.
4.4.1 Bab
Pengaturan penulisan bab adalah sebagai berikut (lihat gambar 3):
• Cantumkan kata Bab diikuti dengan nomor bab (entah dengan
angka arab (misalnya: Bab 2) atau nomor yang dieja (misalnya:
Bab Satu).
• Tempatkan judul bab di bawah bab setelah diberi satu baris
40
• kosong berjarak satu spasi. Jika judul bab melebihi satu baris,
jarak antar-baris adalah 1 spasi.
• Baik bab maupun judul bab memakai format headline, diletak-
kan di tengah (centered) dengan cetak tebal (bold). Jenis dan
ukuran huruf yang dipakai sama dengan teks utama.
• Setelah baris terakhir judul berilah dua baris kosong berjarak 1
• spasi sebelum mulai dengan baris pertama teks.
• Hindari pemakaian catatan kaki di dalam atau setelah judul bab.
41
Gambar 5. Contoh Pengaturan Jarak pada Halaman Judul Bab
42
Gambar 6. Contoh Pengaturan Jarak pada Halaman Isi Bab
43
4.4.2 Bagian
Karya tulis yang panjang lazimnya dibagi menjadi beberapa ba-
gian dan setiap bagian terkadang dibagi lagi menjadi sub-bagian.
Seluruh penyusunan bagian dan sub-bagian membentuk sebuah
struktur dengan level yang berbeda-beda.
Khusus di STFT Jakarta, diizinkan untuk memakai dua model
strukturisasi bagian-bagian karya tulis. Yang terpenting adalah Anda
memilih satu dari kedua model dan memakainya secara konsisten di
sepanjang karya tulis Anda.
CATATAN
Level pertama yang dimaksud tidak
termasuk judul bab dalam karya tulis.
Untuk membedakan, judul bab ditulis
dengan huruf kapital semua dan cetak
tebal (ALL CAPS). Untuk level pertama
hingga keempat, berilah satu baris
kosong setelah penulisan sub-bagian
yang bersangkutan.
4.5.2 Gambar
Gambar diberi nomor urut dengan angka Arab.
Bagan, grafik, peta dan foto semuanya disebut gambar (tidak
dibedakan). Gambar tidak boleh dipenggal.
Nomor gambar yang diikuti dengan judulnya diletakkan si-
metris di bawah gambar tanpa diakhiri dengan titik.
Keterangan gambar dituliskan pada tempat-tempat yang
lowong di dalam gambar dan jangan pada halaman lain.
45
4.6 BILANGAN DAN SATUAN
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan di-
pakai secara berurutan, seperti lambang perincian dan pemaparan.
Misalnya:
4.7 BAHASA
CATATAN
Di internet tersedia banyak font gratis
yang dapat dipakai untuk menulis huruf
non-arab. Beberapa yang popular adalah
font Unicode dan Gentium.
4.7.4 Istilah
Istilah yang dipakai adalah istilah Indonesia atau yang sudah di-
indonesiakan. Jika terpaksa harus memakai istilah asing, gunakan
cetak miring pada istilah itu.
Untuk memastikan cara penulisan suatu istilah (termasuk
pengindonesiaan istilah asing, lihatlah Kamus Umum Bahasa In-
donesia), Kamus Besar Bahasa Indonesia (carilah edisi yang terba-
ru), Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, atau
47
akses “Senarai Padanan Istilah Asing Indonesia di Ruang Publik”
(spai.kemdikbud.go.id). Beberapa kesalahan umum antara lain:
49
4.8.4 Nama yang Diikuti dengan Singkatan
Singkatan yang mengikuti sebuah nama dianggap menjadi satu
dengan kata yang di depannya. Contoh: William D. Ross Jr. Pada
Daftar Pustaka ditulis Ross Jr., W. D.
4.9 SINGKATAN
50
4.10 PENULISAN KITAB, PASAL, DAN AYAT ALKITAB
Nama kitab dalam Alkitab sebaiknya ditulis lengkap jika dipergu-
nakan di dalam sebuah kalimat.
Jika teks Alkitab yang dikutip diletakkan di dalam tanda ku-
rung, pakailah singkatan nama kitab sebagaimana telah diatur di da-
lam salah satu halaman awal Alkitab terbitan LAI. Contoh:
51
APENDIKS SATU
LAPORAN BUKU
A.1 PENDAHULUAN
Salah satu modal dasar seorang mahasiswa, entah itu tingkat sar-
jana, magister atau doktoral, adalah keterampilan membaca buku-
buku ilmiah di bidang keilmuannya. Di STFT Jakarta, pembacaan
buku-buku teologi ilmiah, khususnya pada program-program studi
pascasarjana, diformalisasi melalui tugas-tugas laporan buku, khu-
susnya di tahap studi konsentrasi. Selama tahap ini, seorang ma-
hasiswa pascasarjana dituntut untuk melaporkan bacaannya atas
serangkaian buku, kemudian memberikan tinjauan kritisnya atas
buku-buku tersebut.
Pada dasarnya, sebuah laporan buku harus merangkum ga-
gasan utama dan menganalisis struktur sebuah buku. Sebenarnya,
book report berbeda dengan book review. Keduanya melakukan tu-
gas yang sama (merangkum gagasan utama dan menganalisis struk-
tur sebuah buku). Namun, book review juga berisi evaluasi kritis
mahasiswa atas buku tersebut. Di STFT Jakarta, apa yang dimak-
52
sud dengan laporan buku sesungguhnya adalah book review/ulasan
buku. Untuk kesepahaman bahasa, kita tetap memakai istilah “lapo-
ran buku.” Berikut ini panduan sederhana bagi mahasiswa untuk
membuat sebuah laporan buku yang baik dan benar.
CATATAN
Anda tidak perlu menulis gelar atau
jabatan kependetaan Anda atau dosen
Anda. Namun, jika Anda memang ingin
menulis gelar dosen Anda, jangan salah
menuliskannya; apalagi salah menulis
nama atau gelarnya.
CATATAN
Rangkuman gagasan utama ini
merupakan bagian utama karya tulis
Anda yang paling panjang. Akan tetapi,
Anda perlu berkonsultasi pada dosen
Anda, seberapa mendetil bagian ini harus
ditulis. Ada dosen yang menghendaki
rangkuman yang sangat umum, ada pula
yang menghendaki rangkuman yang
lebih mendetil, bahkan hingga bab
demi bab.
55
A.5 EVALUASI DAN REFLEKSI KRITIS
56
CATATAN
Ada kalanya Anda merasa perlu untuk
mengutip pandangan penulis lain. Jika
Anda harus melakukannya, pandangan
penulis lain tersebut tidak boleh lebih
dominan dari pandangan Anda sendiri.
Yang ingin dibaca oleh dosen adalah
pandangan Anda, bukan pandangan
penulis lain. Selain itu, jangan lupa
mengutip pandangan penulis lain
tersebut dengan cara yang benar.
A.6 RANGKUMAN
57
lakang penulis buku;
• Rangkuman gagasan utama dan analisis struktur buku;
• Evaluasi dan refleksi kritis atas buku yang dilaporkan;
• Kesimpulan.
• Sekalipun isi laporan buku sangat baik, jika laporan buku Anda
disajikan dengan tata bahasa yang buruk, kesalahan ketik yang
mengganggu serta pengaturan halaman yang tidak rapi, karya
tulis Anda sudah dapat dipastikan tidak akan memberi impresi
yang baik kepada dosen yang membaca. Seorang dosen lazim-
nya memiliki waktu yang terbatas untuk membaca karya Anda.
Jangan sibukkan dosen Anda dengan urusan teknis yang meng-
ganggu, seperti salah-ketik, tata bahasa yang buruk, hasil cetak
yang tidak memadai atau pengaturan/tata letak halaman yang
tidak rapi.
• Miliki tujuan penulisan laporan yang menuntun pembacaan
buku.
• Jangan menulis laporan buku tanpa menyelesaikan pembacaan
buku seluruhnya. Jika perlu, bacalah buku tersebut beberapa
kali.
• Buatlah catatan-catatan atas bagian-bagian penting dari buku.
Pakailah kertas khusus, perangkat-lunak note-taking, atau
sticky- note flags. Jangan pernah sekadar memakai “catatan
mental.”
• Jika perlu beri tanda pada buku tersebut (asal buku milik Anda
dan bukan buku milik perpustakaan).
• Buatlah outline sebelum membuat laporan buku.
• Secara khusus perhatikan bagian Pendahuluan, yang harus sangat
impresif, tepat-sasaran dan diartikulasikan secara sangat jelas.
58
A.8 PRANALA (HIPERTAUT ATAU HYPERLINK) LUAR
• https://library.concordia.ca/help/writing/book-report.php
• https://writing.wisc.edu/handbook/assignments/crinonfiction/
• https://writingcenter.unc.edu/tips-and-tools/book-reviews/
• https://owl.purdue.edu/owl/general_writing/common_writing_
assignments/book_reviews.html
• https://owl.purdue.edu/owl/general_writing/common_writing_
assignments/book_reports.html
59
APENDIKS DUA
PLAGIARISME
B.1 PENDAHULUAN
STFT Jakarta, dalam “Peraturan mengenai Plagiarisme” yang di-
sahkan dalam satu Rapat Senat VIII tanggal 2 Maret 2010, men-
definisikan plagiarisme sebagai “sebuah kecurangan yang dilaku-
kan seorang mahasiswa melalui penyajian gagasan-gagasan atau
kata- kata orang lain yang diklaim sebagai milik dari mahasiswa
tersebut, tanpa mengutip sumber yang dipakainya, sehingga dapat
menggiring pembaca atau pendengar untuk memercayai bahwa ga-
gasan-gagasan atau kata-kata tersebut berasal dari penelitian maha-
siswa tersebut” (B.2.).
Dengan demikian, plagiarisme sebenarnya adalah tanda
dilanggarnya kejujuran dan integritas ilmiah, yang justru menjadi
tonggak utama lembaga pendidikan mana pun, termasuk STFT Ja-
karta.
Menyadari seriusnya pelanggaran ini, di samping keprihati-
nan kita pada merebaknya isu plagiarisme di Indonesia, Senat STFT
60
Jakarta menetapkan diri untuk menangani kasus-kasus plagiarisme
secara serius. Mereka yang terbukti melakukan plagiarisme sudah
dapat dipastikan minimal akan gagal dalam mata kuliah yang ber-
sangkutan, jika tidak dikeluarkan dari STFT Jakarta .(Lihat Kitab
Peraturan Studi STFT Jakarta 2022─2026, Bagian Kedua, poin V)
B.2.1 Kolusi
Kolusi terjadi ketika seorang mahasiswa membuat sebuah karya
dan mengizinkan mahasiswa lain untuk menyontek karya tersebut.
Kedua mahasiswa akan mendapat penalti jika keduanya menyerah-
kan karya mereka tersebut. Kolusi berbeda dengan karya kelompok.
Beberapa mata kuliah menghendaki para mahasiswa untuk menger-
jakan karya kelompok dengan menghasilkan satu karya bersama.
CATATAN
Hati-hati dalam menjaga Password Anda
(baik di dalam flashdisk atau drive).
Kecerobohan Anda dalam menyimpan
dokumen digital dapat membuat
mahasiswa lain mengambil karya Anda.
Dalam hal ini, baik pemilik asli makalah
dan si penyontek dianggap bersalah.
Dosen tidak bisa memastikan dokumen
tersebut diambil dengan atau tanpa
sepengetahuan Anda. pasti adalah bahwa
kedua makalah dianggap sebagai hasil
kolusi.
61
B.2.2 Copy & Paste
Berkat berkembangnya internet, sejumlah besar data tersedia di dunia
maya. Namun, bersamaan dengan itu menguat juga praktik Copy &
Paste yang tetap dianggap sebagai plagiarisme, baik dengan mengu-
bah kata-katanya maupun tidak.
62
B.2.7 Menerjemahkan Tanpa Referensi
Menerjemahkan hasil karya orang lain juga merupakan sebentuk
plagiarisme, jika tidak diberi referensi selengkapnya dan ditulis
dengan tanda kutip (“ … “).
63
Seorang pendeta yang baik haruslah mampu merumuskan visi jemaatnya
bersama- sama dengan seluruh anggota jemaat. Inilah ketrampilan pertama
yang harus dimiliki oleh seorang pendeta jemaat. Selain dapat merumus-
kan visi bersama, seorang pendeta mesti mampu mengilhamkan anggota
jemaat agar bergerak bersamanya demi pencapaian visi bersama. Di sini
pendeta tampil baik sebagai pembawa atau pemegang “impian” (baca: visi
bersama) maupun sebagai pendorong perubahan. Untuk itu, pendeta mesti
menjadi seorang yang terus- menerus belajar agar ia semakin akurat memba-
ca perubahan, mengantisipasi masa depan, dan mempengaruhi serta meng-
gerakkan jemaat yang dipimpinnya. Hanya dengan cara itulah, sebuah je-
maat dapat berkembang dan hidup bermakna bagi lingkungan sekitarnya.
Seorang pendeta yang baik haruslah mampu merumuskan visi jemaatnya ber-
sama-sama dengan seluruh anggota jemaat. Inilah ketrampilan pertama yang
harus dimiliki oleh seorang pendeta jemaat. Yang kedua, seorang pendeta
harus mampu mendorong dan menginspirasi anggota jemaatnya untuk
mencapai visi bersama tersebut. Pentingnya kemampuan mengilhami
anggota jemaat ini ditegaskan oleh Hendri M. Sendjaja, dalam tulisan
nya, “Melayani dengan Cakap” (2009). Ia percaya bahwa kemampuan
ini hanya mungkin muncul ketika seorang pendeta terus- menerus bela-
jar membaca tanda-tanda zaman, mengantisipasi masa depan dan mem-
beri pengaruh bagi anggota jemaatnya. Hanya dengan cara itulah, sebuah
jemaat dapat berkembang dan hidup bermakna bagi lingkungan sekitarnya.
64
• Bukan Plagiarisme #2: Kutipan Blok (lihat baris 107─112)
Selain dapat merumuskan visi bersama, seorang PJT mesti mampu mengilhamkan
umat agar bergerak bersamanya demi pencapaian visi bersama. Di sini PJT tampil
baiksebagaipembawaataupemegang“impian”(baca:visibersama)maupunsebagai
pendorong perubahan. Untuk itu, PJT mesti menjadi seorang yang terus-menerus
belajar agar ia semakin akurat membaca perubahan, mengantisipasi masa depan,
dan mempengaruhi serta menggerakkan umat yang dipimpinnya. (Sendjaja 2009)
65
B.3.2 Contoh Kedua
Sumber asli:
Greg Ogden, Unfinished Business: Returning the Ministry to the
People of God (Grand Rapids, MI: Zondervan 2003), 20.
Sangat penting bagi gereja masa kini untuk belajar dari beberapa gerakan
Kristen modern. Misalnya, gerakan karismatik memperkenalkan kepada
kita anggota tersembunyi dari Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus. Greg
Ogden dalam hal ini benar ketika ia menulis, “Umat yang lapar dengan
pengalaman telah mulai menyadari bahwa sebuah perjumpaan langsung
dengan Allah yang hidup adalah mungkin, bahwa kehidupan Kristiani
lebih daripada kehormatan etis” (Ogden 2003, 20). Itu berarti, gereja masa
kini harus sungguh-sungguh peka pada kehadiran dan suara Roh Kudus.
66
B.4 BEBERAPA CATATAN PENTING
CATATAN
Terdapat ratusan software yang tersedia,
baik gratis maupun berbayar, online
maupun offline, yang dapat membantu
Anda untuk melakukan pencatatan.
Carilah di http://www.google.com
dengan kata-kata kunci seperti:
take note free software. Atau lihat daftar
sebagian program tersebut di
http://en.wikipedia.org/wiki/
Comparison_of_notetaking_software.
68
APENDIKS TIGA
PERATURAN MENGENAI PLAGIARISME
C.1 PENDAHULUAN
Peraturan ini merupakan penjabaran dari 3 (tiga) peraturan yang
berlaku:
69
Bagian 2, Bab 1, Pasal 2 (Kode etik dosen)
1. Menjunjung tinggi kewibawaan dan nama baik STFT Jakarta
15. Menegakkan integritas keilmuan, kejujuran, objektivitas,
keadilan, dan sikap apresiatif terhadap anggota sivitas akademika
lainnya
Pasal 10
Bentuk-bentuk kecurangan:
1. Mencontoh jawaban peserta ujian lain, membawa dan menggu-
nakan catatan dalam bentuk apapun dalam ujian akhir semester
yang tidak memakai sistem buku terbuka atau tugas online;
2. Bekerja sama dalam bentuk apapun dan atau membahas soal
yang diujikan dengan peserta ujian lain pada saat ujian sedang
berlangsung.
Pasal 11
Setiap kecurangan yang dilakukan oleh peserta ujian akan ditindak-
lanjuti melalui langkah-langkah sebagai berikut.
Pasal 12
Setiap peserta ujian yang melakukan kecurangan sebagaimana
disebutkan dalam pasal 10 peraturan ini dikenakan sanksi akade-
mik oleh Tim Pemimpin Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta,
dhi. Wakil Ketua 1 Bidang Akademik, bersama staf pengajar mata
kuliah yang bersangkutan, sesuai berita acara berdasarkan bobot ke-
curangan yang dilakukan setelah memperoleh laporan dari Panitia
Ujian. Peserta ujian tersebut harus menandatangani Surat Pernyata-
an Pertanggungjawaban Perbuatan yang disediakan oleh Bagian
Administrasi Akademik.
Pasal 13
1. Peserta ujian yang melakukan kecurangan sebagaimana diatur
dalam pasal 10 peraturan ini dapat dikenakan satu dan/atau lebih
sanksi sebagaimana diatur dalam Pedoman Kehidupan Persekutu-
an Warga STFT Jakarta, butir B. Kehidupan sebagai Masyarakat
Ilmiah (1 dan 2).
2. Bentuk-bentuk kecurangan berupa plagiarisme dan sanksinya
diatur dalam Peraturan mengenai Plagiarisme.
72
7. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk menandatangani formulir
Pernyataan Menolak Plagiarisme, bersamaan dengan pendaftaran
ulang yang dilakukan setiap awal semester. Seorang mahasiswa
tidak diizinkan untuk mengikuti perkuliahan selama belum
menan datangani formulir Pernyataan Menolak Plagiarisme
tersebut.
8. Penyerahan draf akhir karyatama, tesis atau disertasi disertai
juga dengan lembaran Pernyataan Bebas Plagiarisme, yang
ditandatangani di atas materai.
9. Penanganan atas sebuah kasus plagiarisme dilakukan dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
a. Dosen yang menemukan terjadinya tindakan plagiarisme
oleh mahasiswa harus melaporkannya kepada ketua pro-
gram studi secara tertulis, dengan memakai formulir yang
disediakan oleh Bagian Administrasi Akademik, yang
mencantumkan nama mahasiswa, nama karya tulis, mata
kuliah, dan semester mahasiswa. Bersamaan dengan karya
tulis yang dilampirkan, sedapat mungkin disertakan juga
salinan sumber yang asli yang dijiplak.
b. Ketua program studi, setelah menerima laporan dari dosen
yang bersangkutan, mempelajari kasus tersebut dan mem-
berikan rekomendasi keputusan kepada Rapat Senat.
c. Jika plagiarisme terbukti terjadi, Rapat Senat dapat memu-
tuskan sanksi bagi mahasiswa yang melakukan plagia-
risme, sebagai berikut.
i. Mahasiswa yang belum pernah melakukan plagia-
risme akan memperoleh nilai E atau “Gagal” un-
tuk karya tulis yang bersangkutan, dan mendapat
Peringatan Keras.
ii. Mahasiswa yang pernah satu kali melakukan pla-
giarisme sebelumnya akan memperoleh nilai E
atau “Gagal” untuk mata kuliah yang bersangku-
tan, serta mendapat Peringatan Sangat Keras.
iii. Mahasiswa yang terbukti melakukan plagiarisme
untuk ketiga kalinya akan diberhentikan studinya.
iv. Bagian Administrasi Akademik akan mendoku-
73
mentasi seluruh bukti pe langgaran ini, berikut
surat-surat peringatan yang diterbitkan. Pada seti-
ap awal semester Bagian Administrasi Akademik
memberikan kepada Rapat Senat daftar nama para
mahasiswa aktif yang telah mendapatkan peringa-
tan keras dan peringatan sangat keras atas kasus
plagiarisme.
d. Keputusan pemberian nilai E (Gagal) untuk mata kuliah
yang bersangkutan dicantumkan dalam transkrip nilai ma-
hasiswa tersebut.
e. Hasil keputusan Rapat Senat tersebut disampaikan secara
tertulis dan juga lisan (oleh ketua program studi) kepada
mahasiswa yang bersangkutan.
f. Mahasiswa yang telah terbukti melakukan plagiarisme
dan telah menerima hasil keputusan secara tertulis dapat
mengajukan banding secara tertulis paling lama satu bulan
setelah tanggal surat keputusan. Rapat Senat dapat mem-
bicarakan ulang keputusan sebelumnya atas dasar surat
banding tersebut. Banding tidak dapat dilakukan untuk
ketiga kalinya untuk satu kasus plagiarisme yang sama.
10. Peraturan mengenai Plagiarisme ini berlaku untuk semua pro-
gram studi di STFT Jakarta.
74
75