Anda di halaman 1dari 43

1.

Instrumen Identifikasi
Instrument identifikasi bagi peserta didik dengan hambatan penglihatan dapat
dikembangkan dengan mengacu pada definisi dan klasifikasi peserta didik
dengan hambatan penglihatan.
a. Instrumen identifikasi peserta didik dengan hambatan penglihatan

Nilai
Klasifikasi Gejala yang diamati
0 1
Low vision: 1. Mengakses/Penglihatan jarak dekat:
yang masih a. Dapat melihat potongan kecil pada permukaan
memiliki sisa yang kontras dan tidak kontras,
penglihatan
b. Dapat menyortir koin berdasarkan ukuran
c. merespon foto teman atau gambar
d. Mampu membaca gambar atau huruf dari jarak
kurang dari 10 cm
2. Mengakses penglihatan jarak jauh:
a. merespon dan meniru mimik dan gerakan tubuh
b. melempar bola
c. tertarik pada gerakan dan kegiatan di luar
jendela
d. menunjuk terhadap sumber cahaya
3. Respon lantang pandang:
a. dapat menyadari keberadaan benda di setiap
posisi: di depan, di samping kanan, di samping
kiri
b. dapat mengikuti gerakan benda dengan
mata/kepala
4. Respon terhadap ciri-ciri lingkungan khusus seperti cahaya dan
warna (dan benda berwarna terang,dsb)
a. Mengarahkan mata, kepala atau tubuh ke arah
sumber cahaya. (ke atas, ke bawah, ke kiri dan
ke kanan anak)
b. Sering memperhatikan benda kecil yang
warnanya terang (mencolok)
Jumlah
Nilai standar 9
Keterangan:
Nilai standar diperoleh: 75% dari jumlah skor, maka individu diklasifikasikan low
vision jika mendapat skor 3
Nilai
Klasifikasi Gejala yang diamati
0 1
Blind: 1. Tidak dapat melihat
sama sekali
2. Tidak dapat mengenal orang pada jarak 6 meter
tidak dapat
melihat
3. Kerusakan nyata pada kedua bola mata
4. Sering meraba-raba, tersandung waktu berjalan
dan mendapat kesulitan mengambil benda di
dekatnya
5. Bagian bola mata yang hitam berwarna
keruh/bersisik/kering
6. Peradangan hebat pada kedua mata
Jumlah
Nilai standar 4

Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan buta
jika mendapat skor 4

b. Instrumen identifikasi peserta didik dengan hambatan pendengaran

Instrument identifikasi bagi peserta didik dengan hambatan pendengaran


dapat dikembangkan dengan mengacu pada definisi dan klasifikasi peserta
didik dengan hambatan pendengaran.

Nilai
Gejala yang dapat diamati
0 1
1. Tidak dapat mendengar secara nyata
2. Tidak dapat menggunakan bahasa secara oral
3. Tidak dapat berbicara dengan lancar
4. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
5. Tidak tanggap terhadap suara bila diajak bicara
6. Ucapan kata tidak jelas
7. Memiliki kualitas suara yang aneh/biasanya tinggi melengking

8. Sering memiringkan kepala dalam usaha untuk mendengar


9. Banyak perhatian terhadap getaran
10. Tidak bereaksi jika dipanggil namanya
Nilai
Gejala yang dapat diamati
0 1
11. Sering melihat bibir atau mulut lawan bicara
12. Memiliki kosakata yang terbatas
13. Kurang memahami konsep yang bersifat abstrak
Jumlah
Nilai standar 9

Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan
memiliki hambatan pendengaran jika mendapat skor 9

c. Peserta didik dengan hambatan perkembangan intelektual

Nilai
Gejala yang dapat diamati
0 1
1. Tidak memahami 2 atau 3 perintah secara serempak
2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan usia
3. Memiliki kosakata yang terbatas
4. Kurang perhatian terhadap lingkungannya (pandangannya kosong)
5. Kemampuan akademik rendah
6. Kurang memahami konsep yang bersifat abstrak
7. Kurang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan
sosial
8. Tidak dapat melakukan pekerjaan yang menuntut kemampuan
berfikir
9. Mudah terpengaruh

10. Mudah lupa (rentang mengingat cukup pendek)

Jumlah
Nilai standar 7

Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan memiliki
hambatan perkembangan intelektual jika mendapat skor 7
d. Peserta didik dengan hambatan perkembangan motorik

Nilai
Gejala yang dapat diamati
0 1
1. Anggota-anggota gerak kaku/lemah/lumpuh.
2. Kesulitan dalam gerakan-gerakan: kaku/tidak lentur/tidak terkendali
3. Ada bagian-bagian anggota gerak yang tidak
lengkap/sempurna/lebih kecil dari biasa
4. Ada ketidak lengkapan pada alat gerak
5. Jari-jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
6. Kesulitan waktu berdiri, berjalan ataududuk dan menunjukan sikap
tubuh yang tidak normal (kurang keseimbangan)
7. Gerakan-gerakan hiperaktif/tidak dapat tenang
8. Kurang memiliki kemampuan untuk berpindah tempat (locomosi)
Jumlah
Nilai standar 6
Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan
memiliki hambatan perkembangan motorik jika mendapat skor 6

e. Peserta didik dengan hambatan sosial-emosi

NIlai
Gejala yang dapat diamati
0 1
1. Tidak mau mengikuti aturan yang ditetapkan
2. Terkesan berperilaku tidak sopan
3. Sering mengeluarkan kata-kata yang kasar/kotor
4. Sering marah tanpa sebab
5. Sering bertindak ceroboh
6. Sering menyalahkan orang lain dan tidak mengakui
kesalahannya
7. Sering berbohong
8. Sering berkelahi, memukul dan menyerang orang lain tanpa
sebab
9. Tidak dapat menjalin kerjasama dengan orang lain
10. Sering menyakiti diri sendiri
11. Sering menyendiri, melamun, dan mudah menangis tanpa sebab
NIlai
Gejala yang dapat diamati
0 1
12. Tidak peka terhadap lingkungan
13. Egois dan ingin menang sendiri
Jumlah
Nilai standar 8

Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan
hambatan sosial emosi, jika mendapat skor 8

f. Peserta didik dengan hambatan belajar spesifik

Nilai
Gejala yang diamati 0 1
1. Sering mengalami hambatan dalam persepsi visual :
a. Visual diskriminasi
b. Visual spasial
c. Visual latar dan obyek
d. Visual closure
2. Sering mengalami hambatan dalam persepsi visual
a. Auditori diskriminasi
b. Auditori spasial
c. Auditori latar dan obyek
d. Auditori closure
3. Tidak mampi berpikir secara menyeluruh
4. Tidak dapat membedakan bentuk dan ukuran
a. Mengelompokkan benda berdasarkan bentuknya
b. Mengelompokkan benda benrdasarkan ukurannya
c. Mengurutkan benda berdasarkan bentuk
d. Mengurutkan benda berdasarkan ukurannya
5. Tidak dapat melakukan gerakan motorik halus
a. Menggerakkan jari tangan
b. Menggerakkan lidah
c. Menggerakkan bola mata
6. Tidak mampu menggerakkan arah
a. Kiri – kanan
Nilai
Gejala yang diamati 0 1
b. Atas – bawah
c. Depan - belakang
7. Tidak dapat menirukan kata secara lisan
8. Melakukan koordinasi
a. Sering menunjukkan hambatan dalam melakukan koordinasi
mata - tangan
b. Hambatan dalam melakukan gerak tangan dengan kaki
c. Hambatan dalam melakukan gerak tangan dengan tangan
9. Menunjukkan prestasi akademik dasar yang rendah
a. Membaca
b. Menulis
c. Berhitung
10. Kurang efektif dalam mencatat
a. Dikte
b. Menyalin
11. Tidak mampumenyelesaikan masalah yang dihadapi
12. Menunjukkan keterampilan sosial yang buruk
Jumlah
Nilai standar 23

Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan
hambatan belajar spesifik jika mendapat skor 23.

g. Peserta Didik dengan Hambatan Pemusatan Perhatian dengan/tanpa


hiperaktivitas (ADHD)

Untuk dapat mengidentifikasi peserta didik dengan ADHD dituntut kesadaran


terhadap urutan hambatan yang menyertainya. Berikut ini, contoh instrument
identifikasi peserta didik dengan hambatan pemusatan perhatian dengan/tanpa
hiperaktivitas yang mengacu pada kriteria ADHD dari DSM IV (1994).
Nilai
Kategori Gejala yang dapat diamati
0 1

A.I. Kurang 1. Seringkali gagal memperhatikan baik-baik


Perhatian terhadap sesuatu yang detail atau membuat
kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan
Pada kriteria ini, sekolah dan kegiatan lainnya
AHD paling 2. Sering mengalami kesulitan dalam memusatkan
sedikit mengalami perhatian terhadap tugas-tugas kegiatan
enam atau lebih bermain
dari gejala-gejala
berikutnya, dan 3. Seringkali tidak mendengarkan/mengabaikan
berlangsung jika diajak bicara langsung
selama paling
4. Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi
sedikit 6 bulan
dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan
sampai suatu
sekolah, pekerjaa ,atau tugas di tempat kerja
tingkatan yang
( bukan disebabkan karena perilaku melawan
maladaptive dan
atau kegagalan untuk mengerti instruksi.
tidak konsisten
dengan tingkat 5. seringkali mengalami kesulitan dalam
perkembangan menjalankan tugas dan kegiatan
6. Seringkali kehilangan barang/benda penting
untuk tugas-tugas dan kegiatan,misalnya
kehilangan tugas sekolah;kehilangan pensil,
buku dan alat tulis lain
7. Seringkali menghindari, tidak menyukai atau
enggan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
membutuhkan usaha mental yang didukung,
seperti menyesalkan pekerjaan sekolah atau
pekerjaan rumah
8. seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan
dari luar
9. seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan
kegiatan sehari-hari

A.2. Hiperaktivitas Hiperaktivitas


Impulsivitas 1. seringkali gelisah dengan tangan atau kaki
mereka dan sering menggeliat di kursi
Paling sedikit enam
atau lebih dari 2. sering meninggalkan tempat duduk di dalam
gejala-gejala kelas atau dalam situasi lainnya di mana
hiperaktivitas diharapkan agar anak tetap duduk
impulsivitas
berikutnya 3. sering berlarian atau naik-naik secara
bertahan selama berlebihan dalam situasi dimana hal ini tidak
paling sedikit 6 tepat (pada masa remaja atau dewasa terbatas
bulan sampai pada perasaan gelisah yang subjektif)
dengan tingkatan 4. sering mengalami kesulitan dalam bermain
yang maladaptive atauterlibat dalamkegiatan senggang secara
dan tidak dengan tenang
tingkat
perkembangan 5. sering bergerak atau bertindak seolah-olah
dikendalikan oleh motor (tidak mau diam)
Nilai
Kategori Gejala yang dapat diamati
0 1
6. sering berbicara berlebihan

Impulsivitas
1. Mereka sering memberi jawaban sebelum
pertanyaan selesai
2. Mereka sering mengalami kesulitan menanti
giliran
3. Mereka sering menginterupsi atau mengganggu
orang lain, misalnya memotong pembicaraan
atau permainan
4. Beberapaa gejala hiperaktivitas impulsivitas
atau kurang perhatian yang menyebabkan
gangguan muncul sebelum anak berusia 7
tahun
5. Ada suatu gangguan di dua atau lebih
setting/situasi
6. Harus ada gangguan yang secara klinis,
signifikan di dalam fungsi sosial,akademik,atau
pekerjaan
7. Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya
PDD, skizofrenia,atau gangguan psikotik
lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik
oleh gangguan mental lainnya.

Jumlah
Nilai standar

Catatan:

Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan low
vision, jika mendapat skor 9.

h. Peserta didik dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa


(Gifted& Talented)

1) Karakteristik Belajar (Learning Characteristics)

Nilai
Gejala yang dapat diamati
1 2 3 4
1. Mudah menangkap pelajaran
Nilai
Gejala yang dapat diamati
1 2 3 4
2. Mudah mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas
4. Penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami
hubungan sebab akibat
5. Memiliki konsentrasi yang baik
6. Memiliki pengetahuan umum yang luas
7. Gemar memnbaca
8. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan,atau pendapat
secara lisan atau tertulis dengan lancar
9. Mampu mengamati dengan cermat
10. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap hal-hal
yangbersifat intelektual,antara lain mengadakan
percobaan sederhana dan mempelajari kamus
Jumlah
Jumlah skor maksimal 40

Catatan:
Skor 1 ; Ciri tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Ciri tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Ciri tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Ciri tersebut selalu tampil atau selalu terlihat

Kriteria:
0 - 13 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional rendah
14 - 26 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional sedang
27 - 40 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional tinggi

2) Karakteristik Motivasi (Motivational Characteristics)

Nilai
Gejala yang dapat diamati
1 2 3 4
1. Tekun terhadap tugas

2. Ulet ( tidak lekas putus asa bila menghadapi kesulitan)


3. Mampu berprestasi sendiri tanpa dorongan orang lain
4. Ingin mendalami bidang pengetahuan yang diberikan
dalam kelas, lebih banyak dari sekedar yang diajarkan
Nilai
Gejala yang dapat diamati
1 2 3 4
guru
5. Selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin ( tidak
cepat puas dengan prestasinya)
6. Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah
orang dewasa ( misalnya
pembangunan,agama,politik,ekonomi, dan korupsi
7. Senang dan rajin belajar dengan penuh semangat

8. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (dalam pelajaran


maupun pekerjaan)
9. Dapat mempertahankan pendapat
10. Menunda pemuasan kebutuhan sesaat untuk mencapai
tujuan di kemudian hari (misalnya murid membatasi
waktu bermain untuk mencapai prestasi yang lebih
tinggi).
Jumlah
Jumlah skor maksimal 40

3) Karakteristik Kreativitas (Creativity Characteristics)

Nilai
Gejala yang dapat diamati
1 2 3 4
1. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam
2. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot (tidak asal
tanya)
3. Memberikan banyak gagasan dan usul terhaap suatu
masalah
4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak
malu-malu
5. Mempunyai atau menghargai rasa keindahan
6. Menonjol dalam salah satu bidang studi atau lebih
7. Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi
8. Mempunyai rasa humor
9. Mempunyai daya imajinasi (misalnya, memikirkan hal-hal
yang baru dan tidak biasa)
10. Mampu mengajukan pemikiran,gagasan, pemecahan
masalah yang berbeda dari orang lain (orisinal)
Jumlah
Jumlah skor maksimal 40
4) Karakteristik Kepemimpinan (Leadership Characteristics)

Nilai
Gejala yang dapat diamati
1 2 3 4
1. Sering dipilih menjadi pemimpin atau ketua
2. Disenangi oleh teman sekolah
3. Dapat bekerjasama secara positif (dengan teman atau
guru)
4. Dapat mempengaruhi teman-teman atau orang lain
5. Mempunyai banyak inisiatif (tidak perlu disuuruh dalam
melaksanakan tugas)
6. Mempunyai rasa tanggung jawab yang besar
7. Memiliki rasa percaya diri yang kuat

8. Mudah menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru


9. Aktif berperan serta dalam kegiatan sosial di sekolah
10. Senang membantu orang lain
Jumlah
Jumlah skor maksimal 40

i. Peserta didik dengan hambatan spektrum autistik

Nilai
Gejala yang dapat diamati
0 1
1. Tidak ada usaha untuk berkomunikasi
2. Mengeluarkan kata kata yang tidak berarti
3. Tidak mampu menangkap pembicaraan orang lain
4. Mengalami kesukaran dalam mengungkapkan perasaan dirinya
5. Banyak meniru atau membeo (echolalia)
6. Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang terdekat dan
memaksa untuk memenuhi keinginannya
7. Menghindari atau menolak kontak mata
8. Tidak mau menoleh jika dipanggil
9. Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang lain, lebih
asyik bermain sendiri
10. Tidak dapat merasakan empati
Nilai
Gejala yang dapat diamati
0 1
11. Seringkali menolak untuk dipeluk
12. Cenderung menyendiri
13. Berperilaku yang berlebihan
14. Cenderung menyenangi satu benda
15. Sering tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab
yang nyata
16. Sering mengamuk tak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan apa
yang diinginkan, ia bisa menjadi agresif dan destruktif.
17. Mencium-cium atau mengigit mainan atau benda apa saja

18. Tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang kasar
19. Tidak bermain sesuai dengan fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik
dan rodanya diputar-putar
20. Senang menyakiti diri sendiri dan orang lain
Jumlah
Nilai standar 15

Keterangan:
Nilai standar adalah 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan peserta
didik dengan hambatan spektrum autistik jika mendapat skor 15

2. Instrumen Asesmen

Mengacu pada area fungsi dari Smith (2002), Instrumen asesmen secara garis
besar juga dapat dikembangkan pada empat area fungsional tersebut, yaitu:
learning assessment, socio-emotional assessment, communication assessment
dan neuromotor assessment.

a. Learning Assesment

Skor
Ranah Deskripsi
1 2 3 4
Sikap Menjalankan ajaran agama yang dianutnya

Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,


santun, peduli, dan percaya diri dalam
Skor
Ranah Deskripsi
1 2 3 4
berinteraksi dalam keluarga, teman dan guru.
Pengetahu Memahami pengetahuan faktual dengan cara
an mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
sekolah.
Keterampil Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa
an yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.
Jumlah Skor

Skor Maksimal

Kriteria:
1 - 4 : Memiliki modalitas belajar cenderung rendah
5 - 8 : Memiliki modalitas belajar sedang
9 - 12 : Memiliki modalitas belajar tinggi

b. Socio-emotional Assesment

skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Menunjukan empati terhadap teman yang mengalami
kesedihan
2 Ikut senang terhadap teman yang mendapatkan nilai baik

3 Tidak marah saat kakinya terinjak teman

4 Dapat mengendalikan diri saat bertengkar dengan teman

5 Selalu merapikan peralatan setelah melakukan praktik

6 Bersikap tegas saat menjadi pemimpin dalam kelompok

7 Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan

8 Tidak mudah terhasut ajakan teman yang negatif

9 Tidak mencontek saat ulangan/ujian

10 Menyampaikan informasi yang diterima apa adanya

11 Mengembalikan barang yang dipinjam

12 Menghargai pendapat orang lain


skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
13 Senang melakukan diskusi dengan teman terkait
pelajaran
14 Membela teman sekalipun salah

15 Tidak berpihak kepada salah satu kelompok di kelas saat


bergaul
16 Ikut serta dalam berbagai kegiatan di sekolah

17 senang mencoba hal-hal yang baru

18 Melakukan berbagai kreasi dalam membuat prakarya

19 Mengerjakan tugas yang diberikan tanpa bantuan

20 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekolah

21 Sering membantu teman yang mengalami musibah

22 Berperan aktif dalam berbagai kegiatan sosial

23 Menyapa guru dan teman dimana saja

24 Tidak bersikap arogan/sombong

25 Disenangi banyak teman

26 Mudah berinteraksi dengan teman sebaya

27 Mudah berinteraksi dengan orang dewasa


28 Mudah bekerjasama dengan orang lain
29 Dapat menyelesaikan masalah terjadi dengan teman
30 Mudah membuat keputusan
31 Dapat berinteraksi dengan lawan jenis dengan sopan
32 Tidak menunjukkan perilaku agresif
33 Mampu menunggu giliran saat melakukan antrian
34 Memutuskan permasalahan sesuai dengan porsinya
35 Selalu terpilih menjadi pemimpin dalam setiap kegiatan
36 Tidak mendominasi pembicaraan
37 Sabar menunggu giliran bicara saat diskusi kelompok
38 Menerima saran dan masukan yang positif dari orang lain
39 Mudah menjalin kerjasama dengan teman
40 Mampu mengajak teman untuk bermain
Jumlah Skor
Skor maksimal 160

Catatan:
Skor 1 ; Ciri tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Ciri tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Ciri tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Ciri tersebut selalu tampil atau selalu terlihat

Kriteria:
0 - 52 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional rendah
53 - 106 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional sedang
107 - 160 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional tinggi

c. Communication Assessment
1) Instrumen Komunikasi Sosial
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Merespon jika namanya dipanggil.
2 Dapat mengikuti percakapan timbal balik (dua arah)
3 Dapat mengikuti percakapan dalam kelompok kecil
4 Dapat mengikuti percakapan dalam diskusi kelas
5 Dapat mengambil bagian dalam percakapan
6 Memiliki inisiatif untuk memulai percakapan
7 Dapat mengganti topik dalam percakapan
8 Dapat menjaga kesinambungan percakapan .
9 Memperlihatkan antusias kepada lawan bicara dalam
percakapan.
10 Memberikan tanggapan non verbal yang tepat kepada
lawan bicara.
11 Dapat mengubah topik atau gaya percakapan yang
tepat kepada lawan bicara.
12 Dapat mengubah secara tepat intonasi dan irama
suara dalam percakapan
13 Dapat mengenal dan merespon dengan membaca
ujaran
14 Dapat memahami makna yang tersirat dalam
percakapan.
15 Dapat bercerita dan menuliskan naskah cerita
imajinasi
16 Dapat menghubungkan urutan-urutan peristiwa.
17 Dapat melakukan urutan perintah yang sederhana.
Jumlah skor
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
Skor maksimal 68

Keterangan
Skor 1 : Gejala yang diamati jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Gejala yang diamati kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Gejala yang diamati sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Gejala yang diamati selalu tampil atau selalu terlihat

Kriteria:
0 – 23 : Peserta didik dengan modalitas komunikasi sosial rendah
24 – 46 : Peserta didik dengan modalitas komunikasi sosial sedang
47 – 68 : Peserta didik dengan modalitas komunikasi sosial tinggi

2) Instrument Interaksi Sosial

skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Menggunakan gesture, postur tubuh, ekspresi
wajah dan kontak mata yang tepat dalam situasi
percakapan timbal balik (dua arah).
2 Menggunakan gesture, postur tubuh, ekspresi
wajah dan kontak mata dalam interaksi kelompok
kecil
3 Dapat melakukan sosial dan percakapan timbale
balik dengan orang dewasa
4 Dapat melakukan interaksi sosial dan
percakapan dengan anak-anak lainnya.
5 Dapat melakukan interaksi sosial dalam
kelompok kecil
6 Dapat melakukan aktivitas bersama dengan
anak-anak lainnya.
7 Dapat melakukan aktivitas bersama dengan
orang dewasa.
8 Dapat mengembangkan pertemanan dengan
teman sebaya
9 Dapat mengendalikan emosi.
10 Dapat memberikan perhatian kepada orang lain
(empati)
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
11 Berbagi kebahagiaan kepada orang lain
12 Menirukan perilaku anak-anak
13 Menirukan perilaku orang dewasa
14 Dapat menunjukkan respon yang berbeda
kepada orang yang berbeda dalam situyasi yang
berbeda.
15 Dapat merespon secara tepat terhadap
penghargaan sosial
16 Dapat merespon secara tepat terhadap
kritikan/masukan
Jumlah skor
Skor maksimal 64

Keterangan:
Skor 1 : Gejala yang diamati tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah
terlihat
Skor 2 : Gejala yang diamati tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang
terlihat
Skor 3 : Gejala yang diamati tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Gejala yang diamati selalu tampil atau selalu terlihat

Kriteria:

0 – 22 : Peserta didik dengan modalitas interaksi sosial rendah


23 – 45 : Peserta didik dengan modalitas interaksi sosial sedang
46 – 64 : Peserta didik dengan modalitas interaksi sosial tinggi

3) Instrumen Imanjinasi Sosial dan Berpikir Fleksibel

skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Memiliki minat yang beragam
2 Berbagi minat Shares interests.
3 Dapat mengubah perilaku sesuai dengan situasi.
4 Dapat menerima perubahan yang sesuai dengan
aturan, rutinitas dan prosedur yang ada
5 Dapat melakukan permainan imajinasi saat
sendirian.
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
6 Dapat melakukan permainan imajinasi dengan
orang lain.
7 Dapat menerima pandangan orang lain
8 Dapat mengikuti pembelajaran.
9 Dapat mentransfer keterampilan lintas kurikulum
10 Dapat membuat perencanaan tugas dengan
tepat .
11 Dapat menjelaskan kejadian yang dialami
12 Dapat membuat kesimpulan dari kejadian
Jumlah skor
Skor maksimal 48

Keterangan:
Skor 1 : Perilaku yang diamati jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Perilaku yang diamati kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Perilaku yang diamati sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Perilaku yang diamati selalu tampil atau selalu terlihat

Kriteria:
0 – 16 : Peserta didik dengan modalitas imajinasi sosial dan berpikir fleksibel
rendah
17 – 32 : Peserta didik dengan modalitas imajinasi sosial dan berpikir fleksibel
sedang
33 – 48 : Peserta didik dengan modalitas imajinasi sosial dan berpikir fleksibel tinggi

4) Instrumen Bahasa Reseptif

skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Dapat mendengar secara nyata
2 Dapat mendengar dalam kelompok kecil
3 Dapat mendengar dalam konteks ruang kelas
tanpa melihat gerak bibir (ujaran)
4 Mengikuti instruksi untuk melakukan aktivitas
secara berthap tanpa melihat gerak bibir (ujaran)
5 Mampu memperoleh informasi dari satu pelajaran
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
ke pelajaran lain
6 Menunjukkan pemahaman terhadap naskah/teks
bacaan kepada kelompok besar siswa
7 Menunjukkan pemahaman tentang pertanyaan
dimana/kapan/bagaimana
8 Menunjukkan kemampuan untuk memprediksi
hasil
9 Menunjukkan kemampuan untuk membuat
kesimpulan
10 Dapat memahami konsep-konsep abstrak
tentang waktu dan urutan
11 Dapat menunjukkan pemahaman yang tepat
terhadap kata-kata
12 Dapat memahami hubungan setiap kata dan
membuat kategorisasi
Jumlah skor
Skor maksimal 48

Catatan
Skor 1 : Perilaku tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Perilaku tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Perilaku tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Perilaku tersebut selalu tampil atau selalu terlihat

Kriteria:
0 – 16 : Peserta didik dengan modalitas bahasa reseptif rendah
17 – 32 : Peserta didik dengan modalitas bahasa reseptif sedang
33 – 48 : Peserta didik dengan modalitas bahasa reseptif tinggi

5) Instrument Bahasa Ekspresif

skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Dapat melakukan pembicaraan dengan logis
2 Dapat menggunakan kosakata yang biasa
digunakan sehari-hari secara tepat
3 Dapat menggunakan prase dan kalimat untuk
memberikan komentar pada aktivitas yang
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
berlangsung
4 Dapat merangkai kalimat majemuk dengan
menggunakan kata tugas yang tepat .
5 Dapat menggunakan struktur kalimat yang tepat
6 Menceritakan kembali dan mendeskripsikan
aktivitas yang berurutan yang perlu dilengkapi
dengan segera.
7 Mengajukan pertanyaan yang tepat untuk
memperoleh informasi .
8 Dapat memberikan instruksi yang jelas
9 Bercerita/menceritakan kembali bacaan atau teks
kejadian imajinasi secara kronologis.
10 Dapat memberikan masukan/saran yang tepat
dalam diskusi.
11 Memberikan alasan terhadap suatu kejadian dan
memprediksi akibatnya
12 Dapat menggunakan bahasa secara tepat dalam
berbagai situasi
Jumlah skor
Skor maksimal 48

Keterangan
Skor 1 : Perilaku tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Perilaku tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Perilaku tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Perilaku tersebut selalu tampil atau selalu terlihat

Kriteria:
0 – 11 : Peserta didik dengan modalitas bahasa ekspresif rendah
12 – 24 : Peserta didik dengan modalitas bahasa ekspresif sedang
25 – 36 : Peserta didik dengan modalitas bahasa ekspresif tinggi

6) Rekapitulasi

Perilaku yang diamati Skor


Komunikasi sosial
Interaksi sosial
Imajinasi sosial & berpikir fleksibel
Bahasa reseptif
Bahasa ekspresif
Kesimpulan

d. Neuromotor Assesment
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Dapat melakukan antrian untuk mendapat makanan di
kantin sekolah
2 Dapat membawa makanan
3 Dapat menyuap makanan menggunakan sendok
4 Dapat menyuap makanan dengan tangan
5 Dapat minum dengan cangkir
6 Dapat minum dengan sedotan
7 Menggunakan lap untuk membersihkan muka/tangan
8 Membersihkan
9 Dapat membersihkan/mengeringkan tangan
10 Dapat menggunakan bus ke sekolah
11 Dapat menaiki/memberhentikan bus umum
12 Berjalan tanpa bantuan orang lain dengan
menggunakan kruk atau alat bantu lainnya
13 Naik/turun tangga dengan bantuan atau pengawasan
orang lain
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
14 Naik/turun tangga tanpa bantuan orang lain
Jumlah skor
Skor maksimal 56

Catatan
Skor 1 : Perilaku tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Perilaku tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Perilaku tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Perilaku tersebut selalu tampil atau selalu terlihat

Kriteria:
0 – 18 : Peserta didik dengan modalitas neuromotor rendah
19 – 38 : Peserta didik dengan modalitas neuromotor sedang
39 – 56 : Peserta didik dengan modalitas neuromotor tinggi

A. Tindak Lanjut Kegiatan Asesmen

Tindak lanjut yang dimaksud adalah tahap kegiatan setelah identifikasi dilakukan
yaitu melakukan asesmen. Kegiatan asesmen inilah esensi yang sesungguhnya
untuk memahami kebutuhan peserta didik yang harus digali lebih dalam karena
hasil esesmen ini akan memberi informasi terhadap tindakan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kegiatan asesmen merupakan proses yang
sistematis untuk mengungkap data tentang kelemahan, hambatan, keunggulan,
dan kebutuhan peserta didik sebagai bahan untuk menyusun program yang sesuai
dengan kebutuhan.

Untuk lebih memahami tentang langkah-langkah dalam melakukan asesmen akan


diberikan ilustrasi berkenaan dengan asesmen akademik yaitu asesmen tentang
membaca sebagao berkut:

Berdasarkan hasil identifikasi di atas diperoleh gambaran bahwa peserta didik


diduga termasuk dalam kategori peserta didik yang mengalami hambatan belajar
spesifik (learning disability) yang disertai hambatan motorik terutama di dalam
melakukan koordinasi mata dan tangan. Ia juga nampak mengalami hambatan
dalam beradaptasi dengan lingkungan seperti ditunjukkan dalam sikapnya saat
menyelesaikan tugas kelompok.

Hasil identifikasi belum memberikan informasi secara lengkap dan mendalam terkait
dengan hambatan belajar secara akademik. Untuk menggali lebih lanjut tentang
hambatan yang dihadapi, perlu dilakukan telaahan lebih dalam melalui kegiatan
yang disebut asesmen. Misalnya apakah anak yang digambarkan di atas mengalami
hambatan dalam belajar bahasa seperti dalam “membaca pemahaman” , Menulis
atau Matematik? Masalahnya bagaimana langkah-langkah kegiatan yang harus
dilakukan untuk menggali informasi tersebut melalui kegiatan asesmen itu?

Untuk memperoleh gambaran secara komprehensif akan diberikan contoh :


“asesmen membaca pemahaman” sebagai berikut;

1. Tujuan dan Ruang Lingkup Asismen Membaca

a. Tujuan
Tujuan utama dari asesmen keterampilan membaca adalah untuk mengetahui
kondisi keterampilan membaca anak saat ini, khususnya dalam aspek ketepatan
membaca dan pemahaman terhadap isi teks yang dibacanya sebagai bahan
dalam menyusun suatu program pembelajaran yang diprediksi sejalan dengan
kebutuhan anak tersebut.

b. Ruang lingkup
Ruang lingkup keterampilan membaca dalam asesmen ini meliputi dua hal yaitu:

1) Ketepatan Membaca; yaitu akurasi seseorang di dalam membaca setiap kata


yang tertulis pada suatu teks bacaan. Artinya kata-kata yang diucapkan sesuai
dengan bunyi yang tertulis pada suatu teks. Aspek-aspek dari ketepatan
membaca akan dilihat dari :
(a) Substitusi yaitu, suatu aktivitas membaca dimana siswa mengganti huruf
atau kata yang dibacanya, misalnya; padi menjadi pagi atau buku menjadi
butu dsb
(b) Insersi yaitu; suatu aktivitas membaca dimana siswa menambah kata dari
teks yang dibacanya misalnya; saya pulang sekolah menjadi saya pulang
dari sekolah
(c) Omisi yaitu; suatu aktivitas membaca dimana siswa menghilangkan kata
tertentu yang dibacanya misalnya; saya pergi ke sekolah menjadi saya
pergi sekolah
(d) Repetisi yaitu; suatu aktivitas membaca dimana siswa melakukan
pengulangan kata-kata pada suatu teks yang dibacanya misalnya; saya
pergi sekolah menjadi saya – saya pergi - sekolah
(e) Reversal yaitu; suatu aktivitas membaca dimana siswa melakukan
kesalahan dengan menukarkan posisi kata pada suatu teks yang dibacanya
misalnya; saya pergi ke sekolah menjadi saya ke sekolah pergi
(f) Hesitasi/ pouse yaitu; suatu aktivitas membaca dimana siswa melakukan
penghentian pada saat membaca sebelum melanjutkan aktivitas membaca
berikutnya misalnya; sebelum pergi sekolah saya makan nasi menjadi
sebelum pergi – sekolah saya – makan nasi
(g) Membaca kata per kata (Word by word reading) yaitu; suatu aktivitas
membaca dimana siswa melakukan proses membaca dengan jalan
membaca kata demi kata misalnya; pagi-pagi sekali saya pergi sekolah
menjadi pagi-pagi-sekali-saya-pergi-sekolah

2) Pemahaman terhadap isi bacaan; yaitu suatu keterampilan membaca


seseorang di dalam memahami suatu teks yang dibacanya, sehingga pesan
yang disampaikan dipahami sesuai yang dimaksud penulis. Aspek dari
pemahaman membaca ini mencakup:
(a) Bersifat eksplisit terterdapat pada teks bacaan
(1) Fakta yaitu suatu pemahaman terhadap teks bacaan yang bersifat
faktual. Pemahaman isi bacaan ini digali melalui pertanyaan apa,
siapa, dimana atau kapan
(2) Sekuen/urutan yaitu pemahaman tehadap suatu teks bacaan
berdasarkan urutan logika dari isi teks yang dibaca. Pemahaman ini
digali melalui pertanyaan yang mengarah kepada hubungan sebab
akibat dan urutan peristiwa.
(3) Argumentasi yaitu ; pemahaman terhadap teks bacaan yang
mengandung argumentasi. Pemahaman ini diungkap melalui
pertanyaan yang memerlukan jawaban yang bersifat argumentatif;
seperti; mengapa, bagaimana, apa sebabnya.

(b) Berisfat Implisit di luar teks yaitu pemahaman isi bacaan dengan cara
melakukan inferensi yang tidak terdapat pada teks, namun memiliki makna
sekalipun tidak tertulis, misalnya; pemberian topik (judul) terhadap teks
bacaan, analogi prediksi atau argumentasi seperti: menjawab pertanyaan
mengapa, bagaimana, apa sebabnya dsb.

Kedua keterampilan membaca di atas, yaitu; keterampilan dalam ketepatan


dan pemahaman membaca selanjutnya akan dikelompokkan ke dalam 3 level
keterampilan membaca, yaitu:
a) Independent level, yaitu; suatu tahapan dimana keterampilan membaca
seseorang telah sampai pada tingkat kemandirian. Artinya keterampilan
membaca yang telah dimilikinya itu sudah tidak lagi memerlukan bantuan
pihak lain.
b) Intruction level, yaitu; suatu keterampilan membaca yang dicapai seseorang
masih ada pada tahapan pembelajaran. Artinya tarap penguasaan
keterampilan membaca yang dimilikinya masih memerlukan bantuan atau
bimbingan pihak lain.
c) Frustation level, yaitu; suatu keterampilan membaca yang dicapainya masih
berada pada tahapan penguasaan yang rendah sehingga intervensi secara
sistematis akan dibutuhkan secara lebih intensif.

2. Prosedur pelaksanaan asesmen


Prosedur pelaksanaan asesmen ketrampilan membaca dilakukan dalam dua tahap
yaitu:
Pertama: secara klasikal, pelaksanaan secara klasikal diperuntukan untuk
keterampilan pemahaman membaca. Kedua: secara individual, yaitu asesmen
keterampilan ketepatan membaca. Pelaksanaan asesmen ketepatan membaca
dilakukan hanya pada siswa yang diduga memiliki masalah berdasarkan hasil
asesmen pemahaman membaca, yaitu mereka yang diposisikan pada instruction
level dan frustation level. Oleh karena itu dalam pelaksanaan asesmen
keterampilan membaca diawali dari aspek pemahaman. Dasarnya adalah; anak
yang mengalami kesulitan di dalam memahami suatu teks bacaan memiliki
kecenderungan yang kuat menghadapi persoalan di dalam ketepatan membaca
teks tersebut. Sementara anak yang memiliki keterampilan di dalam memahami
teks bacaan dapat dipastikan aspek ketepatan membaca telah dikuasai mereka. Di
sisi lain proses penelusuran siswa yang diduga memiliki masalah membaca
menjadi lebih efisien karena asesmen untuk ketepatan membaca menjadi lebih
terfokus pada mereka yang dikategorikan gagal di dalam memahami suatu teks
bacaan. Dan hal inilah yang membawa implikasi terhadap proses pelaksanaan
keterampilan memahami teks bacaan menjadi didahulukan dan bersifat klasikal,
sementara pelaksanaan asesmen ketapatan membaca menjadi sangat individual,
karena berkaitan dengan proses penelusuran akar permasalahan yang dihadapi
pada setiap siswa.
Secara garis besar pelaksanaan asesmen keterampilam membaca ditempuh
melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemahaman Teks Bacaan:


Ada dua kriteria untuk menentukan tingkat kesulitan teks bacaan. Pertama:
dibandingkan dengan tingkat kelas, yaitu jumlah kata dalam setiap kalimat. Kedua:
jumlah kata dalam seluruh teks bacaan. Teks bacaan untuk kelas III rata-rata
memuat 8 kata dalam satu kalimat dengan jumlah kata dalam teks antara 100-149
kata. Untuk kelas IV memuat 9 kata dalam satu kalimat dan ada di antara 150-199
kata dalam teks. Kelas V memuat 10 kata dalam kalimat dan ada di antara 200-249
kata dalam teks, sedangkan untuk kelas VI rata-rata memuat 11 kata dalam satu
kalimat dan ada di antara 250 kata dalam teks. Oleh karena itu data-data yang
dihasilkan akan berupa angka-angka hasil perhitungan, sehingga
pengadministrasiannya lebih bersifat kuantiatif.

Sebelum pelaksanaan asesmen dimulai, siswa diberi pengarahan berkenaan


dengan tugas yang harus dikerjakan, yaitu untuk membaca teks bacaan dengan
teliti. Teks yang dibaca siswa telah ditentukan sesuai dengan tingkat kelas yaitu
teks bacaan untuk kelas III, IV, V, dan VI, dimana masing-masing teks mempunyai
tingkat kesulitan yang berbeda. Asesmen pemahaman ini akan dimulai pada teks
bacaan pada tingkat kelas sebelumnya. Artinya; asesmen pemahaman untuk siswa
kelas IV akan diawali dengan teks bacaan kelas III, untuk kelas V diawali dengan
teks bacaan kelas IV dst. Oleh karena itu proses pengolahan dan
pengadministrasian data pada setiap siswa akan memiliki dua data.

Kemudian kepadanya diminta pula untuk menjawab beberapa pertanyaan secara


tertulis pada lembar pertanyaan yang telah disediakan. Berikan teks bacaan pada
semua siswa dan diberi kesempatan untuk membaca sampai selesai.

Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil jawaban siswa pada format 1. Cara
menganalisis jawaban dilakukan dengan jalan mengklasifikasikan jawaban
berdasarkan sifat pertanyaan yang diajukan yaitu pertanyaan yang bersifat eksplisit
(fakta, urutan, dan argumen) dan pertanyaan yang bersifat implisit dengan cara:

1) Menghitung presentase jawaban dengan jalan membagi jawaban yang benar


dengan jumlah seluruh pertanyaan dikali 100%
2) Hasil perhitungan presentase dibubuhkan pada format kolom presentase (%)
3) Pada kolom uraian kualitatif, uraikan bagaimana anak menjawab pertanyaan
tersebut
4) Menghitung presentase keseluruhan jawaban siswa dengan kriteria:
Jika hasil penghitungan angka presentase menujukkan angka 75% ke atas, maka
tingkat pemahaman bacaan diposisikan pada Independent level.
Jika hasil penghitungan angka presentase menunjukkan angka antara 50% s/d
74%, maka tingkat pemahaman bacaan diposisikan pada Instructional level.
Jika hasil penghitungan angka presentase menunjukkan angka kurang dari 49% ,
maka tingkat pemahaman bacaan diposisikan pada frustation level yaitu tingkat
pemahaman yang dikategorikan rendah.
5) Memberi penafsiran dan kesimpulan, apakah siswa tersebut ada pada
independence level, instruction level atau frustation level.
6) Memberi rekomendasi apakah siswa tersebut perlu dilakukan asesmen
keterampilan ketepatan membaca atau tidak?

b. Ketepatan membaca
Proses asesmen dalam ketepatan membaca dilakukan secara individual yaitu
siswa akan berhadapan dengan satu orang guru. Tugas siswa adalah membaca teks
dengan suara nyaring dengan membaca teks seperti pada pemahaman membaca.
Sementara tugas guru adalah mencatat setiap kosa kata yang diucapkan (dibaca)
apakah berbeda dengan apa yang ditulis dalam teks atau tidak, baik pada aspek;
sunstitusi, insersi, omisi, repitisi, rifersal, hesitasi, dan word by word reading. Oleh
karena pencatatan data pada aspek ketepatan membaca bersifat kuantitatif dan
bersifat kulaitatif. Data yang bersifat kualitatif dilakukan dengan cara
mendeskripsikan setiap kesalahan yang terjadi dari setiap aspek ketepatan
membaca.
Secara garis besar langkah-langkah pelaksanaan asesmen tersebut adalah sbb:

1) Ciptakan situasi sehingga siswa merasa aman dan nyaman dengan jalan
membangun komunikasi dengan siswa
2) Setiap siswa akan diberikan 1 buah teks bacaan yang telah disediakan
3) Siswa akan diminta untuk membaca teks tersebut dengan suara nyaring
4) Catat setiap kosakata yang tidak sesuai dengan teks bacaan dengan cra
menggaris bawahi kosa kata tersebut, dan tuliskan setiap kosa kata yang
dianggap salah sesuai bunyi yang diucapkan siswa pada kata tersebut
5) Hitung frekuensi kesalahan membaca tersebut sesuai jenis kesalahan yang
dilakukannya dan tuangkan pada lembar pengamatan (format 2, kolom 2: kolom 3)
yang telah disediakan. Paparkan secara kualitatif kesalahan tersebut pada kolom
4 (deskriptif kualitatif)
6) Menghitung presentase kesalahan membaca dengan membagi frekuensi
kesalahan dengan jumlha kata dalam satu kalimat.
7) Buat grafik ketapatan membaca (format 3) sesuai frekuensi kesalahan
8) Beri penafsiran di bawah grafik yang telah dibuat dan tarik kesimpulan apakah
anak itu ada pada independent level yaitu tingkat kesalahan 5% ke bawah atau
tingkat akurasi 95% ke atas, instruction level yaitu tingkat kesalahan antara 6% s/d
10% atau tingkat akurasi antara 90% s/d 94% dan frustation level, yaitu tingkat
kesalahan 11% ke atas atau tingkat akurasi 89% ke bawah.
9) Membuat kesimpulan dan memberikan rekomendasi.

3. Pengadministrasian dan penafsiran


a. Pengadministrasian
Pengadministrasian pelaksanaan asesmen dilakukan dalam dua cara yaitu
administrasi proses dan administrasi data hasil asesmen. Administrasi proses adalah
pencatatan yang dilakukan pada saat asesmen misalnya; menandai kosa kata yang
salah baca dan mencatat bunyi yang dianggap salah di atas kosa kata tersebut.
Administrasi data adalah pengadministrasian data hasil asesmen misalnya; mengisi
format F1, F2, F3 dan grafik profil keterampilan membaca. (format-format terlampir).

b. Penafsiran dan kesimpulan


Penafsiran hasil asesmen dilakukan dengan menafsirkan hasil pengolahan data yang
bersifat kuantitaif dan data yang bersifat kualitatif. Berdasarkan data tersebut dapat
ditarik kesimpulan tentang keterampilan siswa dalam membaca dan dapat
direkomendasikan tentang program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
anak.

4. Profil hasil asesmen


Profil hasil asesmen adalah suatu gambaran tentang kondisi keterampilan membaca
seorang siswa berdasarkan hasil asesmen. Profil tersebut harus mampu
menggambarkan tentang keterampilan yang sudah dimiliki dan hambatan yang
dihadapi yang harus dikembangkan kemudian. Paparan profil hasil asesmen dapat
digambarkan pada format 3.

Contoh 2 : Asesmen Menulis

ASESMEN KETERAMPILAN MENULIS

1. Pengertian asesmen keterampilan menulis


Asesmen keterampilan menulis yang dimaksud adalah suatu proses di dalam
memperoleh gambaran tentang seseorang di dalam menuangkan gagasan atau ide
melalui aktivitas menulis (karangan), untuk mengetahui keterampilan yang sudah
dimiliki dan hambatan belajar yang dialami siswa, di dalam mengembangkan
program dan intervensi keterampilan bahasa lebih lanjut.

2. Tujuan dan ruang lingkup menulis


a) Tujuan
Tujuan utama dari asesmen keterampilan menulis adalah untuk menentukan
keadaan atau kondisi penguasaan keterampilan menuangkan gagasan atau ide
seseorang (siswa) saat itu, khususnya dalam aspek fluency, vocabulary, structure,
dan content yang dituangkan dalam sebuah karangan sebagai bahan untuk
menyusun suatu program pembelajaran yang diprediksi sejalan dengan keadaan dan
kebutuhan anak tersebut.

b) Ruang lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam keterampilan menulis meliputi
beberapa aspek sebagai berikut:
1) Fluency (kelancaran); yaitu jumlah kata yang diekspresikan pada setiap kalimat
oleh seorang siswa. Jumlah kata yang digunakan dalam kalimat sejalan dengan
perkembangan umur siswa saat itu. Misalnya; siswa 8 tahun (kelas III) rata-rata
menggunakan 8 kata dalam satu kalimat. Setiap bertambah umur 1 tahun disertai
oleh peningkatan jumlah kata yang digunakan dalam satu kalimat (siswa kelas 4
usia 9 tahun rata-rata menggunakan 9 kata dalam setiap kalimat). Proses
perkembangan ini berlangsung sampai usia 13 tahun (kelas 6).
2) Vocabulary (kosa kata); yaitu variasi kata yang digunakan dalam satu kalimat.
Dengan kata lain di dalam sebuah kalimat tidak menggunakan 2 kata yang sama.
Ini berarti siswa memiliki vocabulary yang baik.
3) Structure (struktur); yaitu aspek-aspek mekanis seperti menggunakan tanda baca
huruf kapital dan aturan gamatikal.
4) Content (isi); yaitu isi gagasan atau pesan yang disampaikan dalam sebuah
karangan. Content sebuah karangan akan dilihat pada 3 aspek yaitu:
(a) Ketepatan; aspek ini menggambarkan ketepatan karangan anak, terutama jika
berhubungan dengan fakta obyektif. Ketepatan juga menggambarkan
ketepatan antara topik dengan isi karangan.
(b) Kekayaan ide atau gagasan; aspek ini menggambarkan keaslian (originalitas)
gagasan yang dituangkan dalam karangan.
(c) Organisasi; yaitu gambaran alur berfikir secara sistematis pada sebuah
karangan.

Pembobotan yang diberikan terhadap aspek-aspek di atas (a,b,c) dilakukan


berdasarkan judgment asessor.

3. Prosedur pelaksanaan asesmen menulis


Prosedur pelaksanaan asesmen keterampilan menulis dilakukan secara klasikal
dalam batas waktu tertentu. Jenis karangan yang dibuat adalah karangan bebas.
Secara garis besar langkah-langkah pelaksanaan asesmen ketrampilan menulis
adalah sebagai berikut:
1) Beri pengarahan berkenaan dengan tugas yang harus dilakukan siswa yaitu untuk
membuat sebuah karangan bebas
2) Berikan kertas kerja kepada semua siswa
3) Bubuhkan nama siswa secara lengkap pada bagian sudut atas sebelah kanan.

4. Pengadministrasian dan penafsiran

a. Pengadministrasian
Pengadministrasian pelaksanaan asesmen dilakukan melalui proses penilaian
terhadap hasil karangan yang ditulis siswa dengan prosedur sebagai berikut:

1) Penilaian vocabulary dilakukan dengan cara menghitung Type Token Ratio


(TTR) yaitu; sisa tipe kata yang sama dibagi dengan jumlah kata pada kalimat,
misalnya; kucing kecil bertengkar dengan anjing kecil. Jadi 2 kata yang sama
(kata kecil) dibagi dengan jumlah kata yang dimuat pada kalimat tersebut yaitu 2
: 6 = 0,3. Ini berarti bahwa siswa tersebut memiliki vocabulary yang rendah.
Sebab hasil bagi TTR (0,3) kurang dari 1.
Untuk menentukan posisi vocabulary siswa dalam sebuah karangan dihitung
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Hitung jumlah kalimat pada seluruh teks karangan. Misalnya ada 20 kalimat
(b) Hitung jumlah kalimat yang memiliki tipe kata yang sama, misalnya terdapat 10
kalimat
(c) Hitung rata-rata tipe kata yang sama pada kalimat-kalimatnya. Misalnya
masing-masing kalimat memuat tipe kata sebagai berikut: 2,3,2,3,2,3,3,2,2,2 =
24: 10= 2,4
(d) Hitung presentase dengan rumus:
∑ .Tk sehingga 2.4 240
Voc = X 100 Voc = X 100 = =
Z. K 10 10
24%

(e) Hitung selisih presentase kesalahan dari seluruh karangan, dengan cara:
menjumlahkan presentase vocabulary pada kalimat yang tidak memuat tipe
kata yang sama dengan presentase kalimat yang memuat tipe kata yang
sama.
Kalimat yang tidak memuat tipe kata yang sama adalah 10 kalimat sama
artinya dengan 50% dan kalimat yang memuat tipe kata yang sama diperoleh
angka 24%. Dengan demikian presentase vocabulary pada seluruh karangan
akan diperoleh angka presentase 74% yakni dengan jalan menjumlahkan
angka presntase (50%+24%=74%).
Tingkat vocabulary ditentukan dengan kriteria; 90-100% ada pada posisi
independent level, 80-89% ada pada posisi instruction level, sedangkan 79%
ke bawah ada pada posisi frustation level. Dengan demikian siswa tersebut
ada pada posisi frustation level karena hasil perhitungan menunjuk pada
angka 74%.

2) Penilaian fluensi dilakukan dengan cara menghitung jumlah kata dalam kalimat
dibandingkan dengan perkembangan uia, misalnya siswa kelas 4 (usia 9 tahun)
seharusnya menggunakan 9 kata dalam satu kalimat. Perhitungannya adalah
jumlah kata yang digunakan dalam 1 kalimat dibagi usia (9:9=1). Semakin kecil
rasio antara jumlah kata dengan perkembangan umur semakin rendah tingkat
fluensi siswa.
Untuk menentukan posisi vocabulary siswa dalam sebuah karangan dihitung
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Hitung jumlah kalimat pada teks karangan siswa. Misalnya ada 10 kalimat
(b) Hitung rata-rata kata pada kalimat-kalimatnya. Mislanya; 7,8,5,6,
9,6,7,7,6,6=67: 10= 6,7
(c).Hitung presentase fluensinya dengan rumus:

∑ K .k Sehingga 6 ,7
Fluen = X 100 Fluen= X 100= 74,4%
USIA 9

Tingkat fluensi ditentukan dengan kriteria; 90-100% ada pada posisi independent
level, 80-89 % ada pada posisi instruction level, sedangkan 79% ke bawah ada
pada posisi frustation level. Dengan demikian siswa tersebut ada di posisi
frustation level karena hasil perhitungan menunjuk pada angka 74,74%.

3).Penilaian struktur dilakukan dengan cara menghitung penggunaan tanda baca


(yang digunakan dengan benar atau yang harusnya menggunakan tanda baca
tetapi tidak menggunakannya dengan ketepatan huruf kapital). Struktur dihitung
dengan menggunakan GCR (gramatical corectness ratio) yaitu: menghitung jumlah
kesalahan gramtikal yang dilakukan oleh siswa. Sebagai contoh; karangan yang
ditulis oleh siswa terdiri dari 150 kata, kesalahan yang dibuat, misalnya ada 35
kesalahan. Untuk menentukan posisi atau tingkat kesalahan dalam struktur
karangan dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Hitung jumlah kata pada seluruh teks karangan. Misalnya 150 kata
(b) Hitung jumlah kesalahan gramatikal pada karangan tersebut. Misalnya; ada 35
kesalahan
(c) Cari selisih antara jumlah kata dengan kesalahan gramatikal. Misalnya 150-
35=115
(d) Hitung presentase dengan rumus:

Z . Ks 115
Stc= X 100 Sehingga Stc= X 100= 76,6 %
Z . Kt 150

Tingkat kesalahan struktur ditentukan dengan kriteria; 0-10% atau tingkat akurasi 90-
100% ada pada posisi independent level, 11-20% atau tingkat akurasi 80-89% ada
pada posisi instruction level, sedangkan 21-30% atau tingkat akurasi 79% ke bawah
ada pada posisi frustation level. Dengan demikian siswa tersebut ada pada posisi
frustation level karena hasil perhitungan menunjuk pada angka 76,6%. Yang berarti
memiliki tingkat kesalahan struktur 24%. Angka tersebut ada di antara 21-30%.

4) Penilaian Content; penilaian content dilakukan dengan cara pembobotan pada


setiap aspek (yaitu; aspek ketepatan; kekayaan ide dan organisasi ide). Setiap
aspek diberi bobot antara 1-3. Bobot 1 menunjukkan bobot isi karangan sangat
rendah, bobot 2 menunjukkan bobot isi karangan sedang, dan bobot 3 menunjukkan
isi karangan tinggi.
Untuk menentukan posisi content dalam sebuah karangan dilakukan dengan
mencari rata-rata dari bobot setiap aspek yang diperoleh, yaitu dengan cara
menjumlahkan bobot setiap aspek dibagi 3. Rumus:

Z . Bt . K
∑Cont=
3

Seluruh perhitungan keterampilan menulis (mengarang) dapat dikerjakan pada format 4


(rekapitulasi keterampilan menulis). Dengan memasukkan data pada format 4 akan
memudahkan kita untuk melihat dan memin-dahkan data profil keterampilan menulis siswa
pada format 5.

b. Penafsiran
Penafsiran hasil asesmen menunjuk pada data yang diperoleh dan dipaparkan secara
kuantitatif dan kualitatif. Penafsiran harus menggam-barkan kecenderungan kondisi
keterampilan menulis yang dimiliki saat itu, serta bagaimana hubungannya dengan
keterampilan membaca yang diperolehnya. Berdasarkan kesimpulan itu harus muncul
rekomendasi tentang program dan intervensi yang dibutuhkan oleh siswa.

5. Profil hasil asesmen


Profil hasil asesmen adalah suatu gambaran tentang kondisi keterampilan menulis seorang
siswa saat itu. Profil tersebut harus mampu menggam barkan tentang kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh siswa. Berdasarkan profil ini dapat diketahui tingkat
keterampilan bahasa siswa dalam menuangkan gagasannya melalui karangan yang
dibuatnya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

FORMAT 1: (PENCATATAN DATA KETERAMPILAN MEMBACA)

ASESMEN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BACAAN


NAMA : KELAS :
USIA SAAT INI : SEKOLAH :
JENIS KELAMIN :L / P ASESSOR :
ASPEK
JENIS INDIKATOR MEMBACA PRESENTASE DESKRIPSI KUALITATIF

FAKTA
MEMAHA

BACAAN

EKSPLISIT URUTAN
MI

ALASAN
IMPLISIT ANALOGI
INTERPRETASI

FORMAT 2 : (PENCATATAN DATA KETEPATAN MEMBACA)


ASESMEN KETERAMPILAN KETEPATAN MEMBACA

NAMA : KELAS :
USIA : SEKOLAH :
JENIS KELAMIN : L/P ASESSOR :
INDIKATOR FAKTA KESALAHAN
ASPEK FREK PREST
MEMBACA TERBACA TERTULIS
SUBSTITUSI............. ............
INCERSI.................... ............
OMISSI....................... ............
KETEPATAN ............
REPETISI....................
MEMBACA
REVERSAL.................. ............
HESITASI...................... ............
MEMBACA KATA PER ............
KATA..........................
FORMAT 3 : FROFIL KEMAMPUAN MEMBACA

GRAFIK KETEPATAN MEMBACA GRAFIK PEMAHAMAN MEMBACA


% %
100 100
90 90
80 80
70 70
60 60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 KM 10 TP
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

Penafsiran: Kesimpulan:

……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………

Assesor Assessor
FORMAT 4 : REKAPITUASI

FORMAT 5 : PENCATATAN DATA KETERAAMPILAN MENULIS


FORMAT 6 : KETERAMPILAN MENULIS

FORMAT 7:

Penafsiran: Kesimpulan:

………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
INSTRUMEN : MEMBACA PEMAHAMAN

TEKS BACAAN KELAS : ………… NAMA : ...............................................................


KELAS : ...............................................................

Teater Keong Emas


Nuri dan adiknya, Yudi sangat beruntung karena mempunyai paman yang bernama pak Harun
tinggal di Jakarta. Nuri adiknya Yudi sangat bahagia karena akan berlibur panjang mengunjungi Taman
Mini Indonesia (TMII). Ini berkat Pak Harun, paman mereka yang tinggal di Jakarta.
Begitu senang Nuri dan Yudi diajak pamannya ke TMII. Pak Harun banyak berceritra tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan Taman Mini. Nuri semakin penasaran. Dia ingin segera sampai
dan membuktikan sendiri ceritra pamannya itu. Alalagi pamannya menjanjikan untuk mengunjungi Teater
Keong Emas.
Teater Keong Emas adalah sebuah bangunan yang merupakan bagian dari TMII. Bentuk
bangunannya unik menerupai keong raksasa dengan warna kuning keemasan.
Bangunan tersebut merupakan tempat pertunjukan film. Akan tetapi, tidak sama dengan gedung
bioskop biasa. Di gedung ini, apabila film sedang diputar, penonton seolah-olah sedang berada langsung
ditempat tersebut. Misalnya, ketika film menggambarkan keadaan di dalam gua, kita seolah-olah masuk ke
dalam gua tersebut.
Hal itu telah dibuktikan oleh Nuri dan Yudi. Ketika di dalam film diperlihatkan keadaan alam
Sumatera Utara mereka dapat menyaksikan langsung keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir. Di sana
terlihat perahu para turis lalu lalang melintasi danau tersebut.
Di tempat lain, diperlihatkan rimba belantara dengan pepohonan yang lebat menghijau, berbagai
jenis satwa yang hidup dihabitatnya. Rangkain bukit yang membujur dari barat ke timur membelah Pulau
Sumatra dengan puncak Kerinci yang menjulang tinggi seolah mencakar langit. Membuat Nuri kian takjub.
Di dalam film tersebut dipertontonkan pula tarian dari berbagai daerah. Misalnya tari Saman dari
Aceh. Tari Ondel-ondel dari Jakarta. Jaipongan dari Jawa Barat. Begitu pula tari Pendet dan Janger dari
daerah Bali tampil di situ.
Di dalam film tersebut, Nuri pun menyaksikan bentangan samudra luas dengan gelombang yang
kuat, hamparan sawah yang padinya sedang menguning, serta kokohnya bangunan peninggalan sejarah,
seperti Candi Borobudur, Prambanan, dan Mendut. Hal ini membuat Nuri tidak berkedip sedikitpun.

LEMBAR PERTANYAAN NAMA : ....................................


KELAS : ....................................

1. (f) Siapakah pak Harun itu ?


2. (f) Dimana tempat tinggal pak Harun ?
3. (f) Ceritra apa yang didengar oleh Nuri dan Yudi tentang teater keong mas ?
4. (f) Apa yang disaksikan oleh Nuri dan Yudi dalam film yang menggambarkan alam Sumatra ?
5. (ar) Mengapa film di teater keong mas lebih menarik dari pada film di gedung bioskop biasa ?
6. (ar) Apa sebabnya Nuri dan Yudi merasa takjub melihat keadaan alam di dalam film itu ?
7. (ar) Mengapa Nuri dan Yudi ingin segera mengunjungi teater keong mas ?
8. (ar) Apa yang menyebabkan Nuri dan Yudi tidak berkedip ketika menonton film itu ?
9. (u) Apa yang Nuri dan Yudi ketahui setelah mengunjungi teater keong mas ?
10. (u) Apa yang Yudi dan Nuri dengar dari pak Harun sebelum mereka pergi ke Jakarta ?
11. (u) Apa yang pertama kali dilihat oleh Nuri dan Yudi dalam film yang diputar di teater keong mas ?
12. (u) Apa yang diceritrakan pada bagian awal teks karangan tentang keong mas ?
13. (i) Judul apa yang cocok untuk ceritra itu selain teater keong mas ?
14. (i) Mengapa Nuri dan Yudi merasa senang ketika diajak berlibur ke Taman Mini ?
15. (i) Mengapa Nuri dan Yudi merasa beruntung punya paman yang tinggal di Jakarta ?

KETERANGAN :
f = pertanyaan tentang fakta
ar = pertanyaan yang bersifat argumentasi
u = pertanyaan yang bersifat urutan cerita
I = pertanyaan yang bersifat implisit (interpretasi)

Mengembangkan Program

Untuk mengembangkan program pembelajaran individual, informasi tentang perilaku awal ini
semakin penting, karena program yang dikembangkan harus bertitik tolak dari berbagai perilaku
awal peserta didik, termasuk diantaranya jenis kesulitan yang dihadapi, kemampuan yang
dikuasai serta kekuatan dan kelemahan anak dalam bidang tertentu. Informasi awal ini dijaring
melalui suatu proses sistematis untuk mengungkap kemampuan dan hambatan yang dialami
anak, yang selanjutnya diharapkan dapat memberi gambaran tentang apa yang dibutuhkan
anak tersebut. Informasi ini menjadi dasar dalam penyusunan program pembelajaran atau
intervensi dan penempatan.
Untuk kepentingan tersebut, maka instrument asesmen menjadi sangat penting. Instrumen
asesmen dilihat dari cara pengadaannya dapat dikelompokan menjadi dua bagian, pertama
instrument asesmen formal, yaitu instrumen asesmen yang memiliki kaidah-kaidah berdasarkan
pengkajian para ahli. Tindak lanjut dari kegiatan identifikasi dan asesmen PDBK adalah sebagia
berikut:

1. Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi; menganalisis hasil asesmen untuk
kemudian dideskripsikan, ditentukan penempatan untuk selanjutnya, dibuatkan program
pembelajaran berdasarkan hasil asesmen. Langkah selanjutnya menganalisis kurikulum,
dengan menganalisis kurikulum maka kita dapat memilah bidang studi yang perlu ada
penyesuaian. Hasil analisis kurikulum ini kemudian diselaraskan dengan program hasil
esesmen sehingga tersusun sebuah program yang utuh yang berupa Program
Pembelajaran Individual (PPI). Penyusunan PPI dilakukan dalam sebuah team yang
sekurang-kurangnya terdiri dari guru kelas dan mata pelajaran, kepala sekolah, orang
tua/wali serta guru pembimbing khusus. Pertemuan perlu dilakukan untuk menentukan
kegiatan yang sesuai dengan anak serta penentuan tugas dan tanggung jawab
pelaksanaan kegiatan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap ini guru melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian siswa
berkelainan di kelas regular sesuai dengan rancangan yang telah disusun. Pelaksanaan
pembelajaran dapat dilakukan melalui individualisasi pengajaran artinya; anak belajar pada
topik yang sama waktu dan ruang yang sama, namun dengan materi yang berbeda-beda.
Cara lain proses pembelajaran dilakukan secara individual artinya anak diberi layanan
secara individual dengan bantuan guru khusus. Proses ini dapat dilakukan jika dianggap
memiliki rentang materi/ keterampilan yang sifatnya mendasar (prerequisit). Proses layanan
ini dapat dilakukan secara terpisah atau masih kelas tersebut sepanjang tidak mengganggu
situasi belajar secara keseluruhan

3. Pemantauan Kemajuan Belajar dan Evaluasi


Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam membantu mengatasi kesulitan belajar anak,
perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan dan/atau bahkan
kemunduran belajar anak. Jika anak mengalami kemajuan dalam belajar, pendekatan yang
dipilih guru perlu terus dipertahankan, tetapi jika tidak terdapat kemajuan, perlu diadakan
peninjauan kembali, baik mengenai materi, pendekatan, maupun media yang digunakan
anak yang bersangkutan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Dengan demikian
diharapkan pada akhirnya semua problema belajar anak, secara bertahap dapat diperbaiki
sehingga anak terhindar dari putus sekolah.

Anda mungkin juga menyukai