Instrumen Identifikasi
Instrument identifikasi bagi peserta didik dengan hambatan penglihatan dapat
dikembangkan dengan mengacu pada definisi dan klasifikasi peserta didik
dengan hambatan penglihatan.
a. Instrumen identifikasi peserta didik dengan hambatan penglihatan
Nilai
Klasifikasi Gejala yang diamati
0 1
Low vision: 1. Mengakses/Penglihatan jarak dekat:
yang masih a. Dapat melihat potongan kecil pada permukaan
memiliki sisa yang kontras dan tidak kontras,
penglihatan
b. Dapat menyortir koin berdasarkan ukuran
c. merespon foto teman atau gambar
d. Mampu membaca gambar atau huruf dari jarak
kurang dari 10 cm
2. Mengakses penglihatan jarak jauh:
a. merespon dan meniru mimik dan gerakan tubuh
b. melempar bola
c. tertarik pada gerakan dan kegiatan di luar
jendela
d. menunjuk terhadap sumber cahaya
3. Respon lantang pandang:
a. dapat menyadari keberadaan benda di setiap
posisi: di depan, di samping kanan, di samping
kiri
b. dapat mengikuti gerakan benda dengan
mata/kepala
4. Respon terhadap ciri-ciri lingkungan khusus seperti cahaya dan
warna (dan benda berwarna terang,dsb)
a. Mengarahkan mata, kepala atau tubuh ke arah
sumber cahaya. (ke atas, ke bawah, ke kiri dan
ke kanan anak)
b. Sering memperhatikan benda kecil yang
warnanya terang (mencolok)
Jumlah
Nilai standar 9
Keterangan:
Nilai standar diperoleh: 75% dari jumlah skor, maka individu diklasifikasikan low
vision jika mendapat skor 3
Nilai
Klasifikasi Gejala yang diamati
0 1
Blind: 1. Tidak dapat melihat
sama sekali
2. Tidak dapat mengenal orang pada jarak 6 meter
tidak dapat
melihat
3. Kerusakan nyata pada kedua bola mata
4. Sering meraba-raba, tersandung waktu berjalan
dan mendapat kesulitan mengambil benda di
dekatnya
5. Bagian bola mata yang hitam berwarna
keruh/bersisik/kering
6. Peradangan hebat pada kedua mata
Jumlah
Nilai standar 4
Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan buta
jika mendapat skor 4
Nilai
Gejala yang dapat diamati
0 1
1. Tidak dapat mendengar secara nyata
2. Tidak dapat menggunakan bahasa secara oral
3. Tidak dapat berbicara dengan lancar
4. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
5. Tidak tanggap terhadap suara bila diajak bicara
6. Ucapan kata tidak jelas
7. Memiliki kualitas suara yang aneh/biasanya tinggi melengking
Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan
memiliki hambatan pendengaran jika mendapat skor 9
Nilai
Gejala yang dapat diamati
0 1
1. Tidak memahami 2 atau 3 perintah secara serempak
2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan usia
3. Memiliki kosakata yang terbatas
4. Kurang perhatian terhadap lingkungannya (pandangannya kosong)
5. Kemampuan akademik rendah
6. Kurang memahami konsep yang bersifat abstrak
7. Kurang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan
sosial
8. Tidak dapat melakukan pekerjaan yang menuntut kemampuan
berfikir
9. Mudah terpengaruh
Jumlah
Nilai standar 7
Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan memiliki
hambatan perkembangan intelektual jika mendapat skor 7
d. Peserta didik dengan hambatan perkembangan motorik
Nilai
Gejala yang dapat diamati
0 1
1. Anggota-anggota gerak kaku/lemah/lumpuh.
2. Kesulitan dalam gerakan-gerakan: kaku/tidak lentur/tidak terkendali
3. Ada bagian-bagian anggota gerak yang tidak
lengkap/sempurna/lebih kecil dari biasa
4. Ada ketidak lengkapan pada alat gerak
5. Jari-jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
6. Kesulitan waktu berdiri, berjalan ataududuk dan menunjukan sikap
tubuh yang tidak normal (kurang keseimbangan)
7. Gerakan-gerakan hiperaktif/tidak dapat tenang
8. Kurang memiliki kemampuan untuk berpindah tempat (locomosi)
Jumlah
Nilai standar 6
Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan
memiliki hambatan perkembangan motorik jika mendapat skor 6
NIlai
Gejala yang dapat diamati
0 1
1. Tidak mau mengikuti aturan yang ditetapkan
2. Terkesan berperilaku tidak sopan
3. Sering mengeluarkan kata-kata yang kasar/kotor
4. Sering marah tanpa sebab
5. Sering bertindak ceroboh
6. Sering menyalahkan orang lain dan tidak mengakui
kesalahannya
7. Sering berbohong
8. Sering berkelahi, memukul dan menyerang orang lain tanpa
sebab
9. Tidak dapat menjalin kerjasama dengan orang lain
10. Sering menyakiti diri sendiri
11. Sering menyendiri, melamun, dan mudah menangis tanpa sebab
NIlai
Gejala yang dapat diamati
0 1
12. Tidak peka terhadap lingkungan
13. Egois dan ingin menang sendiri
Jumlah
Nilai standar 8
Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan
hambatan sosial emosi, jika mendapat skor 8
Nilai
Gejala yang diamati 0 1
1. Sering mengalami hambatan dalam persepsi visual :
a. Visual diskriminasi
b. Visual spasial
c. Visual latar dan obyek
d. Visual closure
2. Sering mengalami hambatan dalam persepsi visual
a. Auditori diskriminasi
b. Auditori spasial
c. Auditori latar dan obyek
d. Auditori closure
3. Tidak mampi berpikir secara menyeluruh
4. Tidak dapat membedakan bentuk dan ukuran
a. Mengelompokkan benda berdasarkan bentuknya
b. Mengelompokkan benda benrdasarkan ukurannya
c. Mengurutkan benda berdasarkan bentuk
d. Mengurutkan benda berdasarkan ukurannya
5. Tidak dapat melakukan gerakan motorik halus
a. Menggerakkan jari tangan
b. Menggerakkan lidah
c. Menggerakkan bola mata
6. Tidak mampu menggerakkan arah
a. Kiri – kanan
Nilai
Gejala yang diamati 0 1
b. Atas – bawah
c. Depan - belakang
7. Tidak dapat menirukan kata secara lisan
8. Melakukan koordinasi
a. Sering menunjukkan hambatan dalam melakukan koordinasi
mata - tangan
b. Hambatan dalam melakukan gerak tangan dengan kaki
c. Hambatan dalam melakukan gerak tangan dengan tangan
9. Menunjukkan prestasi akademik dasar yang rendah
a. Membaca
b. Menulis
c. Berhitung
10. Kurang efektif dalam mencatat
a. Dikte
b. Menyalin
11. Tidak mampumenyelesaikan masalah yang dihadapi
12. Menunjukkan keterampilan sosial yang buruk
Jumlah
Nilai standar 23
Keterangan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan
hambatan belajar spesifik jika mendapat skor 23.
Impulsivitas
1. Mereka sering memberi jawaban sebelum
pertanyaan selesai
2. Mereka sering mengalami kesulitan menanti
giliran
3. Mereka sering menginterupsi atau mengganggu
orang lain, misalnya memotong pembicaraan
atau permainan
4. Beberapaa gejala hiperaktivitas impulsivitas
atau kurang perhatian yang menyebabkan
gangguan muncul sebelum anak berusia 7
tahun
5. Ada suatu gangguan di dua atau lebih
setting/situasi
6. Harus ada gangguan yang secara klinis,
signifikan di dalam fungsi sosial,akademik,atau
pekerjaan
7. Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya
PDD, skizofrenia,atau gangguan psikotik
lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik
oleh gangguan mental lainnya.
Jumlah
Nilai standar
Catatan:
Nilai standar adalah: 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan low
vision, jika mendapat skor 9.
Nilai
Gejala yang dapat diamati
1 2 3 4
1. Mudah menangkap pelajaran
Nilai
Gejala yang dapat diamati
1 2 3 4
2. Mudah mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas
4. Penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami
hubungan sebab akibat
5. Memiliki konsentrasi yang baik
6. Memiliki pengetahuan umum yang luas
7. Gemar memnbaca
8. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan,atau pendapat
secara lisan atau tertulis dengan lancar
9. Mampu mengamati dengan cermat
10. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap hal-hal
yangbersifat intelektual,antara lain mengadakan
percobaan sederhana dan mempelajari kamus
Jumlah
Jumlah skor maksimal 40
Catatan:
Skor 1 ; Ciri tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Ciri tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Ciri tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Ciri tersebut selalu tampil atau selalu terlihat
Kriteria:
0 - 13 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional rendah
14 - 26 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional sedang
27 - 40 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional tinggi
Nilai
Gejala yang dapat diamati
1 2 3 4
1. Tekun terhadap tugas
Nilai
Gejala yang dapat diamati
1 2 3 4
1. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam
2. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot (tidak asal
tanya)
3. Memberikan banyak gagasan dan usul terhaap suatu
masalah
4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak
malu-malu
5. Mempunyai atau menghargai rasa keindahan
6. Menonjol dalam salah satu bidang studi atau lebih
7. Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi
8. Mempunyai rasa humor
9. Mempunyai daya imajinasi (misalnya, memikirkan hal-hal
yang baru dan tidak biasa)
10. Mampu mengajukan pemikiran,gagasan, pemecahan
masalah yang berbeda dari orang lain (orisinal)
Jumlah
Jumlah skor maksimal 40
4) Karakteristik Kepemimpinan (Leadership Characteristics)
Nilai
Gejala yang dapat diamati
1 2 3 4
1. Sering dipilih menjadi pemimpin atau ketua
2. Disenangi oleh teman sekolah
3. Dapat bekerjasama secara positif (dengan teman atau
guru)
4. Dapat mempengaruhi teman-teman atau orang lain
5. Mempunyai banyak inisiatif (tidak perlu disuuruh dalam
melaksanakan tugas)
6. Mempunyai rasa tanggung jawab yang besar
7. Memiliki rasa percaya diri yang kuat
Nilai
Gejala yang dapat diamati
0 1
1. Tidak ada usaha untuk berkomunikasi
2. Mengeluarkan kata kata yang tidak berarti
3. Tidak mampu menangkap pembicaraan orang lain
4. Mengalami kesukaran dalam mengungkapkan perasaan dirinya
5. Banyak meniru atau membeo (echolalia)
6. Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang terdekat dan
memaksa untuk memenuhi keinginannya
7. Menghindari atau menolak kontak mata
8. Tidak mau menoleh jika dipanggil
9. Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang lain, lebih
asyik bermain sendiri
10. Tidak dapat merasakan empati
Nilai
Gejala yang dapat diamati
0 1
11. Seringkali menolak untuk dipeluk
12. Cenderung menyendiri
13. Berperilaku yang berlebihan
14. Cenderung menyenangi satu benda
15. Sering tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab
yang nyata
16. Sering mengamuk tak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan apa
yang diinginkan, ia bisa menjadi agresif dan destruktif.
17. Mencium-cium atau mengigit mainan atau benda apa saja
18. Tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang kasar
19. Tidak bermain sesuai dengan fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik
dan rodanya diputar-putar
20. Senang menyakiti diri sendiri dan orang lain
Jumlah
Nilai standar 15
Keterangan:
Nilai standar adalah 75% dari jumlah skor maksimal. individu diklasifikasikan peserta
didik dengan hambatan spektrum autistik jika mendapat skor 15
2. Instrumen Asesmen
Mengacu pada area fungsi dari Smith (2002), Instrumen asesmen secara garis
besar juga dapat dikembangkan pada empat area fungsional tersebut, yaitu:
learning assessment, socio-emotional assessment, communication assessment
dan neuromotor assessment.
a. Learning Assesment
Skor
Ranah Deskripsi
1 2 3 4
Sikap Menjalankan ajaran agama yang dianutnya
Skor Maksimal
Kriteria:
1 - 4 : Memiliki modalitas belajar cenderung rendah
5 - 8 : Memiliki modalitas belajar sedang
9 - 12 : Memiliki modalitas belajar tinggi
b. Socio-emotional Assesment
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Menunjukan empati terhadap teman yang mengalami
kesedihan
2 Ikut senang terhadap teman yang mendapatkan nilai baik
Catatan:
Skor 1 ; Ciri tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Ciri tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Ciri tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Ciri tersebut selalu tampil atau selalu terlihat
Kriteria:
0 - 52 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional rendah
53 - 106 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional sedang
107 - 160 : Peserta didik dengan modalitas socio-emotional tinggi
c. Communication Assessment
1) Instrumen Komunikasi Sosial
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Merespon jika namanya dipanggil.
2 Dapat mengikuti percakapan timbal balik (dua arah)
3 Dapat mengikuti percakapan dalam kelompok kecil
4 Dapat mengikuti percakapan dalam diskusi kelas
5 Dapat mengambil bagian dalam percakapan
6 Memiliki inisiatif untuk memulai percakapan
7 Dapat mengganti topik dalam percakapan
8 Dapat menjaga kesinambungan percakapan .
9 Memperlihatkan antusias kepada lawan bicara dalam
percakapan.
10 Memberikan tanggapan non verbal yang tepat kepada
lawan bicara.
11 Dapat mengubah topik atau gaya percakapan yang
tepat kepada lawan bicara.
12 Dapat mengubah secara tepat intonasi dan irama
suara dalam percakapan
13 Dapat mengenal dan merespon dengan membaca
ujaran
14 Dapat memahami makna yang tersirat dalam
percakapan.
15 Dapat bercerita dan menuliskan naskah cerita
imajinasi
16 Dapat menghubungkan urutan-urutan peristiwa.
17 Dapat melakukan urutan perintah yang sederhana.
Jumlah skor
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
Skor maksimal 68
Keterangan
Skor 1 : Gejala yang diamati jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Gejala yang diamati kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Gejala yang diamati sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Gejala yang diamati selalu tampil atau selalu terlihat
Kriteria:
0 – 23 : Peserta didik dengan modalitas komunikasi sosial rendah
24 – 46 : Peserta didik dengan modalitas komunikasi sosial sedang
47 – 68 : Peserta didik dengan modalitas komunikasi sosial tinggi
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Menggunakan gesture, postur tubuh, ekspresi
wajah dan kontak mata yang tepat dalam situasi
percakapan timbal balik (dua arah).
2 Menggunakan gesture, postur tubuh, ekspresi
wajah dan kontak mata dalam interaksi kelompok
kecil
3 Dapat melakukan sosial dan percakapan timbale
balik dengan orang dewasa
4 Dapat melakukan interaksi sosial dan
percakapan dengan anak-anak lainnya.
5 Dapat melakukan interaksi sosial dalam
kelompok kecil
6 Dapat melakukan aktivitas bersama dengan
anak-anak lainnya.
7 Dapat melakukan aktivitas bersama dengan
orang dewasa.
8 Dapat mengembangkan pertemanan dengan
teman sebaya
9 Dapat mengendalikan emosi.
10 Dapat memberikan perhatian kepada orang lain
(empati)
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
11 Berbagi kebahagiaan kepada orang lain
12 Menirukan perilaku anak-anak
13 Menirukan perilaku orang dewasa
14 Dapat menunjukkan respon yang berbeda
kepada orang yang berbeda dalam situyasi yang
berbeda.
15 Dapat merespon secara tepat terhadap
penghargaan sosial
16 Dapat merespon secara tepat terhadap
kritikan/masukan
Jumlah skor
Skor maksimal 64
Keterangan:
Skor 1 : Gejala yang diamati tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah
terlihat
Skor 2 : Gejala yang diamati tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang
terlihat
Skor 3 : Gejala yang diamati tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Gejala yang diamati selalu tampil atau selalu terlihat
Kriteria:
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Memiliki minat yang beragam
2 Berbagi minat Shares interests.
3 Dapat mengubah perilaku sesuai dengan situasi.
4 Dapat menerima perubahan yang sesuai dengan
aturan, rutinitas dan prosedur yang ada
5 Dapat melakukan permainan imajinasi saat
sendirian.
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
6 Dapat melakukan permainan imajinasi dengan
orang lain.
7 Dapat menerima pandangan orang lain
8 Dapat mengikuti pembelajaran.
9 Dapat mentransfer keterampilan lintas kurikulum
10 Dapat membuat perencanaan tugas dengan
tepat .
11 Dapat menjelaskan kejadian yang dialami
12 Dapat membuat kesimpulan dari kejadian
Jumlah skor
Skor maksimal 48
Keterangan:
Skor 1 : Perilaku yang diamati jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Perilaku yang diamati kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Perilaku yang diamati sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Perilaku yang diamati selalu tampil atau selalu terlihat
Kriteria:
0 – 16 : Peserta didik dengan modalitas imajinasi sosial dan berpikir fleksibel
rendah
17 – 32 : Peserta didik dengan modalitas imajinasi sosial dan berpikir fleksibel
sedang
33 – 48 : Peserta didik dengan modalitas imajinasi sosial dan berpikir fleksibel tinggi
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Dapat mendengar secara nyata
2 Dapat mendengar dalam kelompok kecil
3 Dapat mendengar dalam konteks ruang kelas
tanpa melihat gerak bibir (ujaran)
4 Mengikuti instruksi untuk melakukan aktivitas
secara berthap tanpa melihat gerak bibir (ujaran)
5 Mampu memperoleh informasi dari satu pelajaran
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
ke pelajaran lain
6 Menunjukkan pemahaman terhadap naskah/teks
bacaan kepada kelompok besar siswa
7 Menunjukkan pemahaman tentang pertanyaan
dimana/kapan/bagaimana
8 Menunjukkan kemampuan untuk memprediksi
hasil
9 Menunjukkan kemampuan untuk membuat
kesimpulan
10 Dapat memahami konsep-konsep abstrak
tentang waktu dan urutan
11 Dapat menunjukkan pemahaman yang tepat
terhadap kata-kata
12 Dapat memahami hubungan setiap kata dan
membuat kategorisasi
Jumlah skor
Skor maksimal 48
Catatan
Skor 1 : Perilaku tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Perilaku tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Perilaku tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Perilaku tersebut selalu tampil atau selalu terlihat
Kriteria:
0 – 16 : Peserta didik dengan modalitas bahasa reseptif rendah
17 – 32 : Peserta didik dengan modalitas bahasa reseptif sedang
33 – 48 : Peserta didik dengan modalitas bahasa reseptif tinggi
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Dapat melakukan pembicaraan dengan logis
2 Dapat menggunakan kosakata yang biasa
digunakan sehari-hari secara tepat
3 Dapat menggunakan prase dan kalimat untuk
memberikan komentar pada aktivitas yang
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
berlangsung
4 Dapat merangkai kalimat majemuk dengan
menggunakan kata tugas yang tepat .
5 Dapat menggunakan struktur kalimat yang tepat
6 Menceritakan kembali dan mendeskripsikan
aktivitas yang berurutan yang perlu dilengkapi
dengan segera.
7 Mengajukan pertanyaan yang tepat untuk
memperoleh informasi .
8 Dapat memberikan instruksi yang jelas
9 Bercerita/menceritakan kembali bacaan atau teks
kejadian imajinasi secara kronologis.
10 Dapat memberikan masukan/saran yang tepat
dalam diskusi.
11 Memberikan alasan terhadap suatu kejadian dan
memprediksi akibatnya
12 Dapat menggunakan bahasa secara tepat dalam
berbagai situasi
Jumlah skor
Skor maksimal 48
Keterangan
Skor 1 : Perilaku tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Perilaku tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Perilaku tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Perilaku tersebut selalu tampil atau selalu terlihat
Kriteria:
0 – 11 : Peserta didik dengan modalitas bahasa ekspresif rendah
12 – 24 : Peserta didik dengan modalitas bahasa ekspresif sedang
25 – 36 : Peserta didik dengan modalitas bahasa ekspresif tinggi
6) Rekapitulasi
d. Neuromotor Assesment
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
1 Dapat melakukan antrian untuk mendapat makanan di
kantin sekolah
2 Dapat membawa makanan
3 Dapat menyuap makanan menggunakan sendok
4 Dapat menyuap makanan dengan tangan
5 Dapat minum dengan cangkir
6 Dapat minum dengan sedotan
7 Menggunakan lap untuk membersihkan muka/tangan
8 Membersihkan
9 Dapat membersihkan/mengeringkan tangan
10 Dapat menggunakan bus ke sekolah
11 Dapat menaiki/memberhentikan bus umum
12 Berjalan tanpa bantuan orang lain dengan
menggunakan kruk atau alat bantu lainnya
13 Naik/turun tangga dengan bantuan atau pengawasan
orang lain
skor
No Gejala yang diamati
1 2 3 4
14 Naik/turun tangga tanpa bantuan orang lain
Jumlah skor
Skor maksimal 56
Catatan
Skor 1 : Perilaku tersebut jarang/tidak pernah tampil atau tidak pernah terlihat
Skor 2 : Perilaku tersebut kadang-kadang tampil atau kadang-kadang terlihat
Skor 3 : Perilaku tersebut sering tampil atau sering terlihat
Skor 4 : Perilaku tersebut selalu tampil atau selalu terlihat
Kriteria:
0 – 18 : Peserta didik dengan modalitas neuromotor rendah
19 – 38 : Peserta didik dengan modalitas neuromotor sedang
39 – 56 : Peserta didik dengan modalitas neuromotor tinggi
Tindak lanjut yang dimaksud adalah tahap kegiatan setelah identifikasi dilakukan
yaitu melakukan asesmen. Kegiatan asesmen inilah esensi yang sesungguhnya
untuk memahami kebutuhan peserta didik yang harus digali lebih dalam karena
hasil esesmen ini akan memberi informasi terhadap tindakan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kegiatan asesmen merupakan proses yang
sistematis untuk mengungkap data tentang kelemahan, hambatan, keunggulan,
dan kebutuhan peserta didik sebagai bahan untuk menyusun program yang sesuai
dengan kebutuhan.
Hasil identifikasi belum memberikan informasi secara lengkap dan mendalam terkait
dengan hambatan belajar secara akademik. Untuk menggali lebih lanjut tentang
hambatan yang dihadapi, perlu dilakukan telaahan lebih dalam melalui kegiatan
yang disebut asesmen. Misalnya apakah anak yang digambarkan di atas mengalami
hambatan dalam belajar bahasa seperti dalam “membaca pemahaman” , Menulis
atau Matematik? Masalahnya bagaimana langkah-langkah kegiatan yang harus
dilakukan untuk menggali informasi tersebut melalui kegiatan asesmen itu?
a. Tujuan
Tujuan utama dari asesmen keterampilan membaca adalah untuk mengetahui
kondisi keterampilan membaca anak saat ini, khususnya dalam aspek ketepatan
membaca dan pemahaman terhadap isi teks yang dibacanya sebagai bahan
dalam menyusun suatu program pembelajaran yang diprediksi sejalan dengan
kebutuhan anak tersebut.
b. Ruang lingkup
Ruang lingkup keterampilan membaca dalam asesmen ini meliputi dua hal yaitu:
(b) Berisfat Implisit di luar teks yaitu pemahaman isi bacaan dengan cara
melakukan inferensi yang tidak terdapat pada teks, namun memiliki makna
sekalipun tidak tertulis, misalnya; pemberian topik (judul) terhadap teks
bacaan, analogi prediksi atau argumentasi seperti: menjawab pertanyaan
mengapa, bagaimana, apa sebabnya dsb.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil jawaban siswa pada format 1. Cara
menganalisis jawaban dilakukan dengan jalan mengklasifikasikan jawaban
berdasarkan sifat pertanyaan yang diajukan yaitu pertanyaan yang bersifat eksplisit
(fakta, urutan, dan argumen) dan pertanyaan yang bersifat implisit dengan cara:
b. Ketepatan membaca
Proses asesmen dalam ketepatan membaca dilakukan secara individual yaitu
siswa akan berhadapan dengan satu orang guru. Tugas siswa adalah membaca teks
dengan suara nyaring dengan membaca teks seperti pada pemahaman membaca.
Sementara tugas guru adalah mencatat setiap kosa kata yang diucapkan (dibaca)
apakah berbeda dengan apa yang ditulis dalam teks atau tidak, baik pada aspek;
sunstitusi, insersi, omisi, repitisi, rifersal, hesitasi, dan word by word reading. Oleh
karena pencatatan data pada aspek ketepatan membaca bersifat kuantitatif dan
bersifat kulaitatif. Data yang bersifat kualitatif dilakukan dengan cara
mendeskripsikan setiap kesalahan yang terjadi dari setiap aspek ketepatan
membaca.
Secara garis besar langkah-langkah pelaksanaan asesmen tersebut adalah sbb:
1) Ciptakan situasi sehingga siswa merasa aman dan nyaman dengan jalan
membangun komunikasi dengan siswa
2) Setiap siswa akan diberikan 1 buah teks bacaan yang telah disediakan
3) Siswa akan diminta untuk membaca teks tersebut dengan suara nyaring
4) Catat setiap kosakata yang tidak sesuai dengan teks bacaan dengan cra
menggaris bawahi kosa kata tersebut, dan tuliskan setiap kosa kata yang
dianggap salah sesuai bunyi yang diucapkan siswa pada kata tersebut
5) Hitung frekuensi kesalahan membaca tersebut sesuai jenis kesalahan yang
dilakukannya dan tuangkan pada lembar pengamatan (format 2, kolom 2: kolom 3)
yang telah disediakan. Paparkan secara kualitatif kesalahan tersebut pada kolom
4 (deskriptif kualitatif)
6) Menghitung presentase kesalahan membaca dengan membagi frekuensi
kesalahan dengan jumlha kata dalam satu kalimat.
7) Buat grafik ketapatan membaca (format 3) sesuai frekuensi kesalahan
8) Beri penafsiran di bawah grafik yang telah dibuat dan tarik kesimpulan apakah
anak itu ada pada independent level yaitu tingkat kesalahan 5% ke bawah atau
tingkat akurasi 95% ke atas, instruction level yaitu tingkat kesalahan antara 6% s/d
10% atau tingkat akurasi antara 90% s/d 94% dan frustation level, yaitu tingkat
kesalahan 11% ke atas atau tingkat akurasi 89% ke bawah.
9) Membuat kesimpulan dan memberikan rekomendasi.
b) Ruang lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam keterampilan menulis meliputi
beberapa aspek sebagai berikut:
1) Fluency (kelancaran); yaitu jumlah kata yang diekspresikan pada setiap kalimat
oleh seorang siswa. Jumlah kata yang digunakan dalam kalimat sejalan dengan
perkembangan umur siswa saat itu. Misalnya; siswa 8 tahun (kelas III) rata-rata
menggunakan 8 kata dalam satu kalimat. Setiap bertambah umur 1 tahun disertai
oleh peningkatan jumlah kata yang digunakan dalam satu kalimat (siswa kelas 4
usia 9 tahun rata-rata menggunakan 9 kata dalam setiap kalimat). Proses
perkembangan ini berlangsung sampai usia 13 tahun (kelas 6).
2) Vocabulary (kosa kata); yaitu variasi kata yang digunakan dalam satu kalimat.
Dengan kata lain di dalam sebuah kalimat tidak menggunakan 2 kata yang sama.
Ini berarti siswa memiliki vocabulary yang baik.
3) Structure (struktur); yaitu aspek-aspek mekanis seperti menggunakan tanda baca
huruf kapital dan aturan gamatikal.
4) Content (isi); yaitu isi gagasan atau pesan yang disampaikan dalam sebuah
karangan. Content sebuah karangan akan dilihat pada 3 aspek yaitu:
(a) Ketepatan; aspek ini menggambarkan ketepatan karangan anak, terutama jika
berhubungan dengan fakta obyektif. Ketepatan juga menggambarkan
ketepatan antara topik dengan isi karangan.
(b) Kekayaan ide atau gagasan; aspek ini menggambarkan keaslian (originalitas)
gagasan yang dituangkan dalam karangan.
(c) Organisasi; yaitu gambaran alur berfikir secara sistematis pada sebuah
karangan.
a. Pengadministrasian
Pengadministrasian pelaksanaan asesmen dilakukan melalui proses penilaian
terhadap hasil karangan yang ditulis siswa dengan prosedur sebagai berikut:
(e) Hitung selisih presentase kesalahan dari seluruh karangan, dengan cara:
menjumlahkan presentase vocabulary pada kalimat yang tidak memuat tipe
kata yang sama dengan presentase kalimat yang memuat tipe kata yang
sama.
Kalimat yang tidak memuat tipe kata yang sama adalah 10 kalimat sama
artinya dengan 50% dan kalimat yang memuat tipe kata yang sama diperoleh
angka 24%. Dengan demikian presentase vocabulary pada seluruh karangan
akan diperoleh angka presentase 74% yakni dengan jalan menjumlahkan
angka presntase (50%+24%=74%).
Tingkat vocabulary ditentukan dengan kriteria; 90-100% ada pada posisi
independent level, 80-89% ada pada posisi instruction level, sedangkan 79%
ke bawah ada pada posisi frustation level. Dengan demikian siswa tersebut
ada pada posisi frustation level karena hasil perhitungan menunjuk pada
angka 74%.
2) Penilaian fluensi dilakukan dengan cara menghitung jumlah kata dalam kalimat
dibandingkan dengan perkembangan uia, misalnya siswa kelas 4 (usia 9 tahun)
seharusnya menggunakan 9 kata dalam satu kalimat. Perhitungannya adalah
jumlah kata yang digunakan dalam 1 kalimat dibagi usia (9:9=1). Semakin kecil
rasio antara jumlah kata dengan perkembangan umur semakin rendah tingkat
fluensi siswa.
Untuk menentukan posisi vocabulary siswa dalam sebuah karangan dihitung
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Hitung jumlah kalimat pada teks karangan siswa. Misalnya ada 10 kalimat
(b) Hitung rata-rata kata pada kalimat-kalimatnya. Mislanya; 7,8,5,6,
9,6,7,7,6,6=67: 10= 6,7
(c).Hitung presentase fluensinya dengan rumus:
∑ K .k Sehingga 6 ,7
Fluen = X 100 Fluen= X 100= 74,4%
USIA 9
Tingkat fluensi ditentukan dengan kriteria; 90-100% ada pada posisi independent
level, 80-89 % ada pada posisi instruction level, sedangkan 79% ke bawah ada
pada posisi frustation level. Dengan demikian siswa tersebut ada di posisi
frustation level karena hasil perhitungan menunjuk pada angka 74,74%.
Z . Ks 115
Stc= X 100 Sehingga Stc= X 100= 76,6 %
Z . Kt 150
Tingkat kesalahan struktur ditentukan dengan kriteria; 0-10% atau tingkat akurasi 90-
100% ada pada posisi independent level, 11-20% atau tingkat akurasi 80-89% ada
pada posisi instruction level, sedangkan 21-30% atau tingkat akurasi 79% ke bawah
ada pada posisi frustation level. Dengan demikian siswa tersebut ada pada posisi
frustation level karena hasil perhitungan menunjuk pada angka 76,6%. Yang berarti
memiliki tingkat kesalahan struktur 24%. Angka tersebut ada di antara 21-30%.
Z . Bt . K
∑Cont=
3
b. Penafsiran
Penafsiran hasil asesmen menunjuk pada data yang diperoleh dan dipaparkan secara
kuantitatif dan kualitatif. Penafsiran harus menggam-barkan kecenderungan kondisi
keterampilan menulis yang dimiliki saat itu, serta bagaimana hubungannya dengan
keterampilan membaca yang diperolehnya. Berdasarkan kesimpulan itu harus muncul
rekomendasi tentang program dan intervensi yang dibutuhkan oleh siswa.
FAKTA
MEMAHA
BACAAN
EKSPLISIT URUTAN
MI
ALASAN
IMPLISIT ANALOGI
INTERPRETASI
NAMA : KELAS :
USIA : SEKOLAH :
JENIS KELAMIN : L/P ASESSOR :
INDIKATOR FAKTA KESALAHAN
ASPEK FREK PREST
MEMBACA TERBACA TERTULIS
SUBSTITUSI............. ............
INCERSI.................... ............
OMISSI....................... ............
KETEPATAN ............
REPETISI....................
MEMBACA
REVERSAL.................. ............
HESITASI...................... ............
MEMBACA KATA PER ............
KATA..........................
FORMAT 3 : FROFIL KEMAMPUAN MEMBACA
Penafsiran: Kesimpulan:
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
……………………………………… ………………………………………
Assesor Assessor
FORMAT 4 : REKAPITUASI
FORMAT 7:
Penafsiran: Kesimpulan:
………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
………………………………………… …………………………………………
INSTRUMEN : MEMBACA PEMAHAMAN
KETERANGAN :
f = pertanyaan tentang fakta
ar = pertanyaan yang bersifat argumentasi
u = pertanyaan yang bersifat urutan cerita
I = pertanyaan yang bersifat implisit (interpretasi)
Mengembangkan Program
Untuk mengembangkan program pembelajaran individual, informasi tentang perilaku awal ini
semakin penting, karena program yang dikembangkan harus bertitik tolak dari berbagai perilaku
awal peserta didik, termasuk diantaranya jenis kesulitan yang dihadapi, kemampuan yang
dikuasai serta kekuatan dan kelemahan anak dalam bidang tertentu. Informasi awal ini dijaring
melalui suatu proses sistematis untuk mengungkap kemampuan dan hambatan yang dialami
anak, yang selanjutnya diharapkan dapat memberi gambaran tentang apa yang dibutuhkan
anak tersebut. Informasi ini menjadi dasar dalam penyusunan program pembelajaran atau
intervensi dan penempatan.
Untuk kepentingan tersebut, maka instrument asesmen menjadi sangat penting. Instrumen
asesmen dilihat dari cara pengadaannya dapat dikelompokan menjadi dua bagian, pertama
instrument asesmen formal, yaitu instrumen asesmen yang memiliki kaidah-kaidah berdasarkan
pengkajian para ahli. Tindak lanjut dari kegiatan identifikasi dan asesmen PDBK adalah sebagia
berikut:
1. Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi; menganalisis hasil asesmen untuk
kemudian dideskripsikan, ditentukan penempatan untuk selanjutnya, dibuatkan program
pembelajaran berdasarkan hasil asesmen. Langkah selanjutnya menganalisis kurikulum,
dengan menganalisis kurikulum maka kita dapat memilah bidang studi yang perlu ada
penyesuaian. Hasil analisis kurikulum ini kemudian diselaraskan dengan program hasil
esesmen sehingga tersusun sebuah program yang utuh yang berupa Program
Pembelajaran Individual (PPI). Penyusunan PPI dilakukan dalam sebuah team yang
sekurang-kurangnya terdiri dari guru kelas dan mata pelajaran, kepala sekolah, orang
tua/wali serta guru pembimbing khusus. Pertemuan perlu dilakukan untuk menentukan
kegiatan yang sesuai dengan anak serta penentuan tugas dan tanggung jawab
pelaksanaan kegiatan.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap ini guru melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian siswa
berkelainan di kelas regular sesuai dengan rancangan yang telah disusun. Pelaksanaan
pembelajaran dapat dilakukan melalui individualisasi pengajaran artinya; anak belajar pada
topik yang sama waktu dan ruang yang sama, namun dengan materi yang berbeda-beda.
Cara lain proses pembelajaran dilakukan secara individual artinya anak diberi layanan
secara individual dengan bantuan guru khusus. Proses ini dapat dilakukan jika dianggap
memiliki rentang materi/ keterampilan yang sifatnya mendasar (prerequisit). Proses layanan
ini dapat dilakukan secara terpisah atau masih kelas tersebut sepanjang tidak mengganggu
situasi belajar secara keseluruhan