Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH KESEHATAN LINGKUNGAN

LIMBAH PADAT

Oleh
PUTU AAN KARTIKA YUDHA
AK0322002

S1 ADMINISTRASI KESEHATAN
STIKES KESDAM IX/UDAYANA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena anugrah-Nya yang
melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kesehatan Lingkungan yang berjudul “Limbah Padat”
Pada kesempatan ini, sebelumnya penulis sampaikan ucapan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada Dosen Pengampu mata kuliah Kesehatan Lingkungan
Stikes Kesdam IX/Udayana.
Besar harapan penulis agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak khususnya penulis sendiri. Untuk itu, penulis sangat berharap dukungn serta
sumbangsih pikiran baik berupa kritik maupun saran yang konstruktif dari semua
pihak merupakan penghargaan bagi kami untuk memperbaiki.

Denpasar, 03 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Limbah Padat.............................................................................3

2.3 Permasalahan Limbah Padat terkait Kesehatan Manusia........................7

2.4 Upaya Pencegahan dan Pengelolaan Limbah Padat................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................13

3.2 Saran............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Limbah merupakan masalah pelik yang menyertai suatu proses industri dan
banyak menyita perhatian masyarakat maupun pemerintah. Limbah yang
dihasilkan dari poses produksi berupa bahan organik maupun bahan anorganik.
Sebagian dari limbah merupakan limbah dalam kategori Bahan Berbahaya dan
Beracun (limbah B-3). Penanganan limbah B-3 yang tidak benar akan
membahayakan lingkungan maupun kesehatan manusia, seperti terjangkitnya
penyakit, keracunan dan akumulasi limbah di lingkungan.
Salah satu pengolahan limbah yang dilakukan adalah pengolahan limbah
secara konvensional yaitu dengan cara pengendapan. Pengolahan dilakukan
dengan cara mengubah logam pencemar terlarut menjadi hidroksida atau endapan
sulfida yang tidak larut dan dikumpulkan sebagai lumpur (sludge). Selanjutnya
lumpur tersebut ditimbun dalam tanah. Pada kondisi asam, logam yang
terkandung dalam lumpur akan dilepaskan kembali ke alam.
Penanganan limbah adalah dengan cara elektrolisis, osmosis, penukar ion ,
emulsi membran cair dan absorbsi menggunakan mikroorganisme atau tumbuhan
air tertentu (bioassay). Solidifikasi/stabilisasi (S/S) limbah menggunakan semen
merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah dengan tujuan untuk
mengurangi pencemaran lingkungan. Teknologi solidifikasi/stabilisasi limbah
didasarkan pada interaksi limbah membentuk padatan limbah baik secara fisik
maupun kimiawi. Semen, kapur, silika terlarut merupakan bahan yang sering
digunakan pada solidifikasi/stabilisasi limbah. Semen Portland digunakan sebagai
matrik solidifikasi karena semen banyak digunakan dalam dunia perdagangan
maupun penelitian.
Berdasarkan karakteristiknya limbah terdiri dari beberapa jenis yaitu limbah
cair, limbah gas, dan limbah padat. Hampir semua limbah yang dihasilkan oleh
sektor industri maupun domestik termasuk limbah B3 adalah limbah padat.
Limbah padat dare sumber dengan jumlah yang besar sebaiknya diolah terlebih

1
dahulu agar tidak menumpuk di TPST. Di Indonesia, peraturan mengenai limbah
padat terdapat dalam UU nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Dalam pasal 13 tertera bahwa pengelola kawasan pemukiman, kawasan komersial,
kawasan industry, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas
lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut.
1.1.1 Apa pengertian limbah padat?
1.1.2 Apa saja jenis-jenis limbah padat?
1.1.3 Bagaimana teknik operasional limbah padat?
1.3.4 Apa sajakah jenis-jenis pengelolaan limbah padat?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disimpulkan, maka tujuan dari
makalah ini sebagai berikut.
1.3.1 Membantu mahasiswa untuk mempelajari limbah padat
1.3.2 Memahami metoda pengelolaan solidifikasi/stabilisasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Limbah Padat


Secara umum, limbah sendiri dapat digolongkan berdasarkan 4 faktor, yaitu
dari sumbernya, kandungan senyawa, wujud, serta dari sifatnya.
1. Jenis Limbah Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, jenis-jenis limbah dibedakan menjadi 2, yaitu
limbah industri dan limbah domestik.
• Limbah industri adalah limbah yang dihasilkan dari proses industri.
Contohnya limbah pabrik, limbah penambangan, limbah radioaktif dari
pembangkit listrik tenaga nuklir, limbah rumah sakit, dan lain
sebagainya.
• Limbah industri cenderung ditangani dengan serius karena pemerintah
telah mengatur mekanismenya bagi setiap perusahaan (industri).
• Limbah domestik adalah limbah yang dihasilkan dari konsumsi rumah
tangga. Contohnya kaleng-kaleng bekas keperluan rumah tangga, air
cucian (detergen), kantong plastik, kardus bekas, dan lain sebagainya.
2. Jenis Limbah Berdasarkan Kandungan Senyawa
Berdasarkan sumbernya, jenis-jenis limbah dibedakan menjadi 2, yaitu
limbah industri dan limbah domestik.
• Limbah organik adalah limbah yang mengandung senyawa-senyawa
organik atau yang berasal dari produk-produk mahluk hidup seperti
hewan dan tumbuhan. limbah organik cenderung lebih mudah ditangani
karena dapat terdekomposisi menjadi senyawa organik melalui proses
biologis (baik aerob maupun anaerob) secara cepat. Contoh limbah
organik misalnya tinja, kertas, limbah rumah jagal hewan, limbah pasar
dari jenis dedaunan atau sayuran sisa, dan lain sebagainya.
• Limbah anorganik adalah limbah yang lebih banyak mengandung
senyawa anorganik, biasanya cenderung lebih sulit ditangani. Contoh

3
limbah anorganik misalnya kaca, plastik, logam berat, besi tua, dan lain
sebagainya.

3. Jenis Limbah Berdasarkan Wujud


Seperti diketahui, zat dapat digolongkan menjadi 3, yaitu padat, cair, dan
gas. Begitupun dengan zat limbah.
• Limbah cair adalah limbah yang berada dalam fasa cair. Contoh limbah
cair yaitu air bekas pencucian, air buangan usaha laundry, limbah cair
yang berasal dari industri, limbah cair tahu, dan lain sebagainya.
• Limbah gas adalah limbah yang berada dalam fase gas, biasanya
diperoleh dari hasil pembakaran. Contohnya limbah yang dikeluarkan
dari cerobong asap suatu pabrik pengolahan.
• Limbah padat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat menurut UU Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sedangkan SNI 19-2454-1991
yang telah diperbaharui dalam SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, limbah padat adalah
limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan organic dan anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan meindungi investasi pembangunan. Selain itu
berdasarkan Istilah Lingkungan unyuk Manajemen, Ecolink 1996, limbah
padat merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dare sumber
hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomis. Pengeritan Limbah padat disesuaikan dengan sumbernya yaitu
hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur yang
berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan
industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk
limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum.
Contohnya limbah yang dikeluarkan dari cerobong asap suatu pabrik
pengolahan.

4
4. Jenis Limbah Berdasarkan Sifat
Jenis jenis limbah juga dapat digolongkan berdasarkan kandungan
senyawanya, yaitu terdiri dari limbah organik, dan limbah anorganik.
• Limbah organik adalah limbah yang mengandung senyawa-senyawa
organik atau yang berasal dari produk-produk mahluk hidup seperti
hewan dan tumbuhan. limbah organik cenderung lebih mudah ditangani
karena dapat terdekomposisi menjadi senyawa organik melalui proses
biologis (baik aerob maupun anaerob) secara cepat. Contoh limbah
organik misalnya tinja, kertas, limbah rumah jagal hewan, limbah pasar
dari jenis dedaunan atau sayuran sisa, dan lain sebagainya.
• Limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat, konsentrasinya, dan
jumlahnya secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan,
merusak, dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan
Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan penimbunan limbah HYPERLINK
"http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah" B3. Pengelolaan Limbah B3 ini
bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan
lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatan
kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan.
• Pengelolaan Limbah B3 ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP) No. 19 tahun 1994 yang dibaharui dengan PP No. 12 tahun 1995
dan diperbaharui kembali dengan PP No. 18 tahun 1999 tanggal 27
Februari 1999 yang dikuatkan lagi melalui Peraturan Pemerintah No. 74
tahun 2001 tanggal 26 November 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3.
• Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau

5
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain.

6
2.2 Sumber-sumber Pengahasilan Limbah Padat
1. Limbah padat pemukiman
limbah yang berasal dari hasil kegiatan rumah tangga
2 Limbah padat komersial
limbah yang berasal dari hasil aktivitas perkotaan (hotel, mall, restoran,
pasar, dan kantor)
3. Limbah padat institusional
limbah yang berasal dari hasil aktivitas institusi (rumah sakit, sekolah, dan
pusat pemerintahan)
4. Limbah padat konstruksi
limbah yang berasal dari hasil konstruksi (pembangunan jalan, jembatan,
dan perbaikan fasilitas umum)
5. Limbah padat pelayanan umum
limbah yang berasal dari hasil akivitas pelayanan umum (taman, saluran
drainase kota, tempat rekreasi, tempat olah raga, dan tempat ibadah)
6. Limbah padat instalasi
pengolahan limbah yang berasal dari aktivitas pengolahan instalasi
(pengolahan limbah cair, pengolahan limbah padat, dan pengolahan air
bersih)
7. Limbah padat industri
limbah yang berasal dari aktivitas pabrik, industri, instalalsi pembangkit
tenaga.
8. Limbah padat pertanian dan peternakan : Limbah yang berasal dari
aktivitas pertanian dan peternakan (penanaman dan pemanenan, kegitan
pemotongan hewan)

7
2.3 Permasalahan Limbah Padat terkait Kesehatan Manusia
Pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokkan menjadi dua yaitu
pengaruh langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung terhadap kesehatan
disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah
tersebut. Misalnya: sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, sampah
yang karsinogenik, teratogenik, dsb. Selain itu, adapula sampah mengandung
kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini bisa berasal
dari sampah rumah tangga selain sampah industri. Sedangkan pengaruh tidak
langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman
penyakit yang berkembangbiak didalam sampah keada manusia. Sampah bila
ditimbun sembarang dapat dipakai untuk sarang lalat, nyamuk atau tikus. Lalat
merupakan vaktor dari berbagai macam penyakit saluran pencernaan seperti:
diare, typus, kholera, dsb. Nyamuk Aedes aegipty yang hidup dan berkembang
biak dilingkungan yang pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng
dengan genangan air), sedangkan tikus disamping merusak harta benda
masyarakat, juga sering membawa pinjal yang dapat menyebabkan penyakit pes.
Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit bawaan lalat (disentri basiler, disentri
amuba, thypus abdominalis, kholera, askriasis, dan ancylostomiasi), penyakit
bawaan tikus/pinjal (pes,leptospirosis ikterohemoragika, dan ratbite fever), serta
penyakit sampah bawaan lainnya seperti: keracunan metan, karbon monoksida,
hidrogen sulfide, logam berat, dsb.
Untuk itu upaya perbaikan sistem pengelolaan sampah khususnya di
daerahdaerah kumuh merupakan hal yang mutlak untuk menciptakan lingkungan
kesehatan yang lebih baik. Hal ini merupakan tindakan preventif untuk
mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih sehat. Sistem pengelolaan sampah
rumah tangga di daerah pemukiman kumuh masih belum efektif dan efisien,
sehingga akan lebih banyak sampah yang tidak terkelola / terangkut sampai ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Penduduk yang bermukim di daerah kumuh memiliki risiko yang lebih besar
terhadap kemungkinan timbulnya prevalensi penyakit. . Melalui sistem
pengelolaan sampah yang lebih baik diharapkan akan mampu menciptakan
lingkungan yang lebih bersih dan sehat Secara khusus bertujuan untuk:

8
1. Mengetahui secara nyata keterkaitan antara sistem pengelolaan sampah
khususnya di daerah kumuh dengan kondisi kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di daerah kumuh tersebut memberikan masukan masukan
(inputs) bagi para penentu kebijakan (decision makers) untuk menetapkan
alternatif-alternatif pemecahan masalah dalam pengelolaan sampah di daerah
kumuh yang paling efektif dan efisien untuk mengurangi timbulnya prevalensi
penyakit.

2.4 Upaya Pencegahan dan Pengelolaan Limbah Padat


1. Penimbunan
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbuhan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada
metode penimbuhan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja
dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan biasanya dilokasi tempat
pembuangan akhir (TPA). Metode ini merupakan metode kuno yang
sebenarnya tidak memberikan banyak keuntungan. Di lahan penimbunan
terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang
biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat
menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar.
Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah serta air.
Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan. Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh
metode open dumping menyebabkan dikembangkan metode penimbunan
sampah yang lebih baik, yaitu sanitary landfill.
Pada metode sanitary landfill ,sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi
lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke
tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan
tanah tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang
dapat mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai agen penyebab
penyakit. Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem lapisan
ganda (plastiklempung-plastik- lempung) dan pipa-pipa saluran untuk
mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses

9
pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik. Disebagian besar negara maju, penimbunan sampah
dengan metode open dumping telah banyak digantikan oleh sanitary landfill.
Namun, di Indonesia, tempat penimbunan sampah yang menggunakan
sanitary landfill masih jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan
yang melakukan penimbunan terbuka open dumping. Kelemahan utama
penanganan sampah dengan cara penimbunan adalah cara ini menghabiskan
lahan. Sampah akan terus terproduksi sementara lahan untuk penimbuhan
akan semakin berkurang. Sampah yang ditimbun sebagian besar sulit
terdegradasi sehingga akan tetap berada di area penimbunan untuk waktu
yang sangat lama. Selain itu, meskipun telah menggunakan sanitary landfill ,
masih ada kemungkinan terjadi kebocoran lapisan sehingga zat-zat berbahaya
dapat merembes dan mencemari tanah serta air. Gas metan yang terbentuk
dalam timbunan mungkin saja mengalami akumulasi dan beresiko meledak.
3. Insinerasi
Insinerasi adalah teknologi pengolahan yang melibatkan pemabakaran
bahan organik. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu,
gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Panas yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik. Akan tetapi tidak semua
jenis limbah padat dapat diterpakan teknologi ini, karena menghasilkan
pencemar udara seraabu hasil pembakaran yang mengansung senyawa
berbahaya. Proses insinerasi ada 4 tahapan yaitu proses pre-treatment, proses
pembakaran, proses recovery energy, proses penanganan flue gas.
4. Pembuatan Kompos
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran,
daun dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/penguraian
oleh mikroorganisme tertentu. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur
tanah dan menyediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara
mikroba yang ada dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan
yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi
timbunan sampah organik. Cara ini sangat cocok diterapkan di Indonesia,

10
karena cara pembuatannya relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang
besar. Selain itu, kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan
tambahan atau bahkan menjadi alternatif mata pencaharian. Berdasarkan
bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatan kompos
dapat dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah jadi, kultur
mikroorganisme, atau cacing tanah. Contoh kultur mikroorganisme yang telah
banyak dijual dipasaran dan dapat digunakan untuk membuat kompos adalah
EM4 (Effective Microorganism 4). EM4 merupakan kultur campuran
mikroorganisme yang dapat meningkatkan degradasi limbah/sampah organik,
menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan
dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. EM4 mengandung
mikroorganisme yang terdiri dari beberapa jenis bakteri, diantaranya
Lactobacillus sp. Rhodopseudomonas sp., Actinomyces sp., dan Streptomyces
sp ., dan khamir (ragi), yaitu Saccaharomyces cerevisiae. Kompos yang
dibuat menggunakan EM4 dikenal juga dengan sebutan bokashi.
2. Daur ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi
bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat
menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang
baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan,
dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan
barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat
yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemprosesan,
pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai, dan komponen
utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses
hierarki sampah 6R (Reuse, Reduce, Recycle, Replace, Refill, and Repair).
Contoh, beberapa jenis limbah padat yang dapat di daur ulang adalah kertas,
kaca, logam (seperti besi, baja, dan aluminium), plastik dan karet.
Meskipun daur ulang sangat bermanfaat untuk menangani limbah padat,
solusi ini masih memiliki kelemahan. Seperti halnya proses produksi lain,
proses daur ulang masih menghasilkan polutan sebagai hasil sampingan/sisa
proses daur ulang akan lebih memakan biaya dibandingkan proses produksi

11
dengan bahan mentah. Kendala utama proses daur ulang adalah sulitnya
memisahkan bahan-bahan yang akan didaur ulang dari sampah lain. Hal ini
terjadi terutama di negara yang pembuangan sampahnya masih bercampur,
seperti di Indonesia.
Pada sebagian besar negara maju, penduduknya telah menerapkan
pemisahan jenis sampah yang akan dibuang. Sampah sisa makanan yang
mudah busuk, plastik, kertas, dan logam, masing-masing disediakan tempat
pembuangan yang terpisah, sehingga memudahkan proses daur ulang.
Namun, ada juga produk-produk tertentu yang memiliki kandungan berbagai
bahan berbeda sehingga hampir tidak mungkin dipisahkan untuk didaur
ulang. Misalnya, kemasan produk makanan yang tersusun atas lapisan
kertas,plastik, dan aluminium. Bahan yang bercampur seperti ini tidak dapat
di daur ulang.
5. Solidifikasi dan Stabilitas
Solidifikasi adalah proses pemadatan limbah berbahaya sedimikian rupa
sehingga mempunyai sifat fisik, kimia yang stabil sehingga aman untuk
penanganan. Proses selanjutnya mulai pengangkutan, penyimpanan,
sementara sampai penyimpanan lestari. Bahan yang dapat digunakan untuk
proses solidifikasi adalah semen, semen fly ash.
Solidifikasi merupakan teknik pengolahan dengan menggunakan
pencampuran antara limbah dengan agen solidifikasi. Keuntungan dari
metode solidifikasi adalah mencegah disperse partikel kasar dan cairan
selama penanganan, meminimalkan keluarnya radionuklida dan bahan
berbahya setelah pembuangan serta mengurangi paparan potensial
(pemecahan jangka panjang). Beberapa properti yang harus diperhatikan
dalam solidifikasi antara lain: kemampuan leaching, stabilitas kimia, uji kuat
tekan, ketahanan radiasi, biodegradasi, stabilitas termal dan kelarutan
(Brownstein, xxxx). Beberapa bahan yang digunakan sebagai agen dalam
solidifikasi yaitu semen, kaca, termoplastik dan thermosetting.
Tujuan dari solidifikasi/stabilisasi (S/S) adalah membentuk padatan yang
mudah penanganannya dan tidak akan meluluhkan kontaminan ke
lingkungan. Produk dari proses S/S merupakan produk yang aman dan dapat

12
diarahkan untuk pembuatan produk yang bermanfaat, misalnya paving block,
batako, dan tiang listrik berbahan dasar limbah.
Mekanisme solidifikasi dengan menggunakan semen. Selama absorbsi air,
senyawa mineral terhidrasi membentuk substansi dispersi koloid yang disebut
“sol”. Sol tersebut kemudian di koagulasi dan dipresipitasi (pengkondisian
akhir). Gel yang terbentuk kemudian dikristalisasi.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Limbah padat merupakan jenis limbah yang masuk ke dalam kategori limbah
berdasarkan wujud. Limbah padat adalah buangan yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia atau hewan atau tumbuhan yang berbentuk padatan, seperti lumpur,
plastik, kertas, kotoran, dan lain sebagainya yang mengandung senyawa organik
maupun non organik yang dapat membahayahkan lingkungan sekitar apabila tidak
ditangani dengan baik. Limbah padat dapat ditangani oleh berbagai teknologi
antara lain, penimbunan, insinerasi, pembuata kompos, daur ulang, dan
solidifikasi. Solidifikasi adalah teknologi pemadatan limbah B3 menjadi massa
yang secara fisik dan kimia saling terikat didalamnya. Pengelolaan limbah padat
sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, sehingga perlu adanya
penanganan khusus untuk limbah-limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia,
hewan, maupun tumbuhan agar tetap terjaga secara seimbang tidak menimbulkan
bahaya bagi ekosistem.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat di pertanggungjawabkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai