Tujuan Penulisan
1. Pengertian
DDT merupakan senyawa sintesis dari peptisida yang kerap digunakan untuk mengusir
serangga. Penggunaan DDT ini sudah mulai ketika terjadi perang dunia ke I di amerika
serikat untuk mengusir nyamuk penyebab malaria dan kutu yang saat itu mewabah. Dengan
penggunaan DDT ini memang kedua jenis penyakit tersebut menurun drastis. Namun setelah
beberapa saat dilakukan ternyata terdapat kontroversi dari penggunaan DDT ini sendiri
terutama karena bahaya yang terdapat di dalamnya.
DDT tak larut dalam air tapi sangat larut dalam lemak. Makin larut suatu insektisida dalam
lemak (semakin lipofilik) semakin tinggi sifat apolarnya. Hal ini merupakan salah satu faktor
penyebab DDT sangat mudah menembus kulit.
DDT sukar terurai sehingga cenderung bertahan dalam lingkungan hidup, masuk rantai
makanan (foodchain) melalui bahan lemak jaringan mahluk hidup. Itu sebabnya DDT bersifat
bioakumulatif dan biomagnifikatif. Karena sifatnya yang stabil dan persisten, DDT bertahan
sangat lama di dalam tanah, bahkan DDT dapat terikat dengan bahan organik dalam partikel
tanah.
DDT tidak terjadi secara alami, tapi diproduksi oleh reaksi chloral (CCl3CHO) dengan
chlorobenzene (C6H5Cl) dengan adanya asam sulfat, yang bertindak sebagai katalis.
Perdagangan nama yang DDT telah dipasarkan antara lain, anofex, cezarex,
clorophenothane, clofenotane, dicophane, dinocide, gesarol, guesapon, guesarol, gyron,
ixodex, neocid, neocidol, dan zerdane. Dichoro Diphenyl Trichlorethane (DDT) adalah
senyawa yang terdiri atas bentuk-bentuk isomer dari 1,1,1-trichloro-2,2-bis-(p-chlorophenyl)
ethane. Dichoro Diphenyl Trichlorethane (DDT) diproduksi dengan menyampurkan
chloralhydrate dengan chlorobenzene. Mengingat pengaruh sampingnya yang cukup
berbahaya terhadap lingkungan (pengaruh residunya yang lama dan bersifat akumulatif) maka
sejak 1 Januari 1973, DDT telah dilarang penggunaannya oleh Badan Proteksi Lingkungan
di Amerika. Meskipun demikian, ada tiga senyawa turunan DDT yang masih bebas digunakan
yaitu metoksikhlor, dikofol, dan khlorobenzilat.
Bahan racun DDT sangat persisten (tahan lama, berpuluh-puluhtahun, bahkan mungkin
sampai 100 tahun atau lebih), bertahan dalamlingkungan hidup sambil meracuni
ekosistem tanpa dapat didegradasi secarafisik maupun biologis, sehingga kini dan di masa
mendatang kita masih terus mewaspadai akibat-akibat buruk yang diduga dapat ditimbulkan
olehkeracunan DDT . Pengaruh buruk DDT terhadap lingkungan sudah mulaitampak sejak awal
penggunaannya pada tahun 1940-an, dengan menurunnyapopulasi burung elang sampai
hampir punah di Amerika Serikat. Daripengamatan ternyata elang terkontaminasi DDT
dari makanannya (terutamaikan sebagai mangsanya) yang tercemar DDT. DDT
menyebabkancang¬kang telur elang menjadi sangat rapuh sehingga rusak jika dieram.
Dua sifat buruk yang menyebabkan DDT sangat berbahayaterhadap lingkungan
hidup adalah:
a. Sifat kelarutan DDT : ia tidak larut dalam air tapi sangat larut dalamlemak. Makin
larut suatu insektisida dalam lemak semakin mudahDDT menembus kulit.
b. Sifat DDT yang sangat stabil dan sangat sukar terurai sehinggacenderung
bertahan dalam lingkungan hidup, masuk rantai makanan(foodchain) melalui bahan
lemak jaringan mahluk hidup.
Karena sifatnya yang stabil dan persisten, DDT bertahan sangatlama di dalam tanah;
bahkan DDT dapat terikat dengan bahan organikdalam partikel tanah. Dalam ilmu lingkungan
DDT termasuk dalam urutan ke 3 daripolutan organik yang persisten (Persistent Organic
Pollutants, POP), yang memiliki sifat-sifat berikut:1) tak terurai melalui penguraian cahaya,
biologis maupun secara kimia,2) berhalogen (biasanya klor),3) daya larut dalam air sangat
rendah,4) sangat larut dalam lemak, 5) mudah menguap,6) di udara dapat dipindahkan oleh angin
melalui jarak jauh,7) terakumulasi dalam tubuh,8) daya racun meningkat sepanjang rantai
makanan
5. Penanganan
a. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).Pembersihan
on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal
dan rumit.
b. Bioremediasi
c. Fitoremediasi
2.5 Pencegahan
Kesimpulan
Saran
Bumpus, John A., et al. Tanpa tahun. Biodegradasi Dikloro Difenil Trikloroetan oleh FungiPhanerochaete
Chrysosporium. East Lansing. Michigan State Unversity.
Cottam, Clarence And Elmer Higgins. 1946. DDT: Its Effect on Fish and Wildlife. United States : United
States Department Of The Interior.
Supriyono. 2007. Pengujian Lethal Dosis (Ld50) Ekstrak Etanol Biji Buah Duku (Lansium Domesticum
Corr) pada Mencit (Mus Musculus). Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Yuanita, MG Catur. 2011. Dampak PestisidaOrganoklorin Terhadap Kesehatan Manusia dan Lingkungan
serta Penanggulangannya. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro Semarang.