untuk memahami bagaimana faktor biologis mempengaruhi hasil pembelajaran dan pendidikan.
Salah satu aspek penting adalah peran ilmu saraf dan neurobiologi dalam pendidikan.
Melalui teknik neuroimaging, para peneliti telah mengidentifikasi struktur dan fungsi otak yang
terkait dengan berbagai proses kognitif seperti perhatian, memori, dan penguasaan bahasa.
Pengetahuan ini dapat memberi informasi kepada pendidik tentang cara mengoptimalkan strategi
pembelajaran dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan otak dan
pembelajaran [1].
Genetika juga berperan dalam hasil pendidikan. Studi tentang saudara kembar dan adopsi
menunjukkan bahwa faktor genetik berkontribusi terhadap perbedaan individu dalam kecerdasan
dan kinerja akademik. Misalnya, gen tertentu dikaitkan dengan kemampuan membaca atau
penalaran matematika[2]. Memahami pengaruh genetik dapat membantu pendidik menyesuaikan
pengajaran untuk memenuhi kebutuhan individu dan memberikan intervensi yang ditargetkan.
Lebih jauh lagi, psikologi evolusioner memberikan wawasan tentang landasan biologis
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan tertentu, seperti penguasaan bahasa
atau sosialisasi, memiliki nilai adaptif dan dipengaruhi oleh sejarah evolusi kita [3]. Dengan
mempertimbangkan kecenderungan evolusioner kita dalam pendidikan, pendidik dapat
merancang pendekatan pembelajaran yang selaras dengan kecenderungan alami siswa.
Biologi pembelajaran dan memori adalah aspek penting lainnya. Penelitian telah
menunjukkan bahwa kemampuan otak untuk menciptakan dan memperkuat koneksi saraf, yang
dikenal sebagai neuroplastisitas, sangat penting untuk pembelajaran. Faktor-faktor seperti tidur,
nutrisi, dan olahraga mempengaruhi neuroplastisitas dan fungsi kognitif, menekankan
pentingnya menyediakan lingkungan belajar yang sehat dan kondusif bagi siswa [4].
Pendidikan anak-anak sepanjang perkembangannya merupakan landasan utama untuk
menciptakan masyarakat yang sukses.1,2,3 Untuk memberikan informasi kepada para pembuat
kebijakan pendidikan tentang bagaimana memaksimalkan keberhasilan strategi pendidikan,
berbagai komponen sistem pendidikan telah dipelajari secara ekstensif dari berbagai perspektif,
seperti psikologi kognitif, ilmu saraf, dan genetika.4,5,6,7,8,9 Namun penyebab yang dapat
membantu menjelaskan mengapa beberapa anak berkembang pesat sementara yang lain
tertinggal di sekolah masih belum jelas. Faktor kunci yang menjelaskan mengapa beberapa anak
berprestasi lebih baik dibandingkan anak lainnya di sekolah adalah bahwa anak-anak
berkembang di lingkungan yang heterogen dan mengalami sistem pendidikan yang sangat
berbeda.10,11,12 Di negara berkembang, lebih dari 200 juta anak di bawah usia lima tahun
mengalami kemiskinan, dengan layanan kesehatan yang terbatas atau tidak ada sama sekali, gizi
buruk, dan pendidikan yang tidak memadai.13 Kondisi kelangkaan ekonomi ini telah dikaitkan
dengan dampak negatif di seluruh pembangunan, termasuk menurunnya keberhasilan di
sekolah.14 Oleh karena itu, para peneliti terus mengadvokasi perubahan kebijakan untuk
meningkatkan kesetaraan di dalam dan di seluruh negara. sistem pendidikan.15
Selain itu, memahami pengaruh stres terhadap pembelajaran sangatlah penting. Stres kronis
dapat memengaruhi perkembangan otak, memori, dan perhatian, sehingga mengganggu kinerja
akademik. Pendidik dapat menerapkan strategi untuk menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung dan bebas stres yang mendorong pembelajaran optimal [5].
Singkatnya, landasan biologis pendidikan mencakup bidang-bidang seperti ilmu saraf, genetika,
psikologi evolusioner, dan biologi pembelajaran dan memori. Memahami faktor-faktor biologis
ini dapat membantu pendidik mengoptimalkan strategi pengajaran, menyesuaikan intervensi, dan
menciptakan lingkungan yang mendukung yang meningkatkan pengalaman dan hasil belajar bagi
siswa.
Oleh karena itu, kesetaraan sumber daya mungkin tidak adil, mengingat siswa masuk dalam
kondisi ketidaksetaraan dalam kemampuan dan peluang. Oleh karena itu, konsep keadilan
menjadi lebih relevan. Keadilan dalam pendidikan adalah gagasan untuk mendistribusikan
kembali sumber daya dengan tujuan menghilangkan ketimpangan sistematik dalam mengukur
hasil, misalnya, memberikan siswa berpenghasilan rendah akses terhadap guru yang luar biasa
dan pendanaan tambahan untuk menyediakan pendidikan berkualitas tinggi bagi populasi ini dan
idealnya mempersempit kesenjangan prestasi. Memang benar, tujuan utama pendidikan adalah
untuk meningkatkan pemerataan dan menutup kesenjangan prestasi.
Telah berulang kali dianjurkan bahwa intervensi pendidikan harus dimulai pada anak usia dini
untuk meningkatkan prestasi akademik dalam jangka panjang.13,19,20 Laporan ekonomi
menunjukkan bahwa menerapkan intervensi dini pada keluarga kurang mampu akan memberikan
tingkat keuntungan ekonomi terbesar dalam jangka panjang. kepada masyarakat.21 Pada tahun
1960an, tim peneliti menerapkan berbagai program intervensi dini.20 Intervensi ini berkisar dari
intervensi skala kecil yang spesifik terhadap subjek22,23,24,25 hingga program publik yang
intensif dan berskala besar.26,27,28, 29 Secara umum, meta-analisis terhadap besaran dampak
intervensi ini melaporkan perbaikan substantif pada ukuran hasil pendidikan.30,31
Tinjauan kritis ini mengkaji tantangan dan peluang yang dihadapi bidang Penelitian Pendidikan
Biologi (BER). Fragmentasi disiplin ilmu yang sedang berlangsung diidentifikasi sebagai
kekuatan yang bertentangan dengan pengembangan kerangka konseptual yang menyatukan
sistem kehidupan dan pemahaman pemikiran siswa tentang sistem kehidupan. Tinjauan
penelitian Inventarisasi Konsep (CI) digunakan untuk menggambarkan bagaimana tidak adanya
kerangka konseptual dapat mempersulit upaya untuk mengungkap pemikiran siswa tentang
sistem kehidupan dan upaya untuk memandu pengajaran biologi. Tinjauan ini mengidentifikasi
kemungkinan titik awal untuk pengembangan kerangka kognitif dan disiplin integratif untuk
BER. Pertama, wawasan yang relevan dari psikologi perkembangan dan kognitif ditinjau dan
hubungannya dengan pendidikan biologi. Kedua, karya teoritis sebelumnya yang dilakukan oleh
para ahli biologi disorot sebagai titik awal untuk mengintegrasikan kembali biologi
menggunakan kerangka kerja yang berfokus pada disiplin ilmu. Secara khusus, tiga tema disiplin
ilmu yang saling bergantung diusulkan sebagai inti untuk memahami gagasan inti disiplin ilmu:
kesatuan dan keragaman; keacakan, probabilitas, dan kontingensi; dan skala, hierarki, dan
kemunculan. Secara keseluruhan, tinjauan ini menekankan bahwa landasan kognitif dan
konseptual akan membantu menumbuhkan stabilitas epistemik yang sangat dibutuhkan dan
memandu pengembangan agenda penelitian empiris integratif untuk BER.
ChatGPT
1. Kurikulum Biologi:
Penekanan pada pemecahan masalah dan pemikiran kritis dapat diterapkan dalam konteks
biologi untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
Integrasi teknologi, seperti simulasi komputer, video, dan presentasi multimedia, dapat
membantu membawa konsep-konsep biologi ke dalam kelas secara lebih menarik dan efektif.
Siswa perlu diajarkan untuk memahami dan mengevaluasi informasi ilmiah, termasuk
membaca artikel ilmiah, memahami metodologi penelitian, dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis terhadap klaim ilmiah.
Literasi sains membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam
tentang metode ilmiah dan keandalan informasi biologi.
Dengan memahami dan menerapkan landasan biologi ini dalam pendidikan, diharapkan
dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang memotivasi, relevan, dan sesuai dengan
perkembangan ilmiah terkini dalam bidang biologi.
Ruang lingkup landasan biologis dalam pendidikan mencakup berbagai aspek yang berkaitan
dengan penerapan prinsip-prinsip biologi dalam pengembangan kurikulum, metode pengajaran,
serta pemahaman dan perkembangan siswa. Berikut adalah beberapa ruang lingkup utama
landasan biologis pendidikan:
Pengembangan Kurikulum:
Pengetahuan Dasar Biologi: Menyediakan basis konsep-konsep biologi yang mendasar seperti
sel, genetika, evolusi, ekologi, dan fisiologi.
Keterpaduan Mata Pelajaran: Menyelaraskan kurikulum biologi dengan mata pelajaran lainnya
untuk memastikan keterkaitan antarbidang ilmu.
Aktivitas Praktis: Mendorong penggunaan praktikum, eksperimen, dan kegiatan lapangan untuk
memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep biologi.
Pembelajaran Berbasis Kasus: Menggunakan studi kasus untuk mengaitkan konsep biologi
dengan situasi dunia nyata.
Teknologi dalam Pengajaran: Mengintegrasikan teknologi dan media yang relevan untuk
memfasilitasi pembelajaran yang lebih interaktif dan dinamis.
Proyek Penelitian: Mendorong pengembangan proyek penelitian atau karya ilmiah yang
memungkinkan siswa mengaplikasikan pengetahuan biologi mereka.
Pendidikan Karakter:
Etika Ilmiah: Membahas etika dalam konteks ilmu pengetahuan biologi, termasuk tanggung
jawab terhadap lingkungan dan kehidupan.
Konservasi Sumber Daya Alam: Menekankan pentingnya konservasi sumber daya alam dan
keberlanjutan dalam konteks biologi.
Pertukaran Informasi: Mendorong pertukaran informasi dan kolaborasi antara guru biologi untuk
menggabungkan praktik terbaik dan pengalaman.
Literasi Sains:
Pemahaman Metode Ilmiah: Mengajarkan siswa cara berpikir ilmiah dan melakukan
penyelidikan dengan benar.
Ruang lingkup landasan biologis dalam pendidikan mencakup banyak aspek yang saling terkait
dan berfokus pada membangun pemahaman yang kokoh tentang prinsip-prinsip biologi. Integrasi
konsep-konsep ini dapat membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik,
relevan, dan mendukung perkembangan siswa secara holistik.
Integrasi konsep-konsep biologi ke dalam konteks keberlanjutan dan perkembangan sosial adalah
pendekatan yang penting dalam pendidikan biologi modern. Ini mencerminkan pemahaman
bahwa ilmu biologi tidak hanya berkaitan dengan pemahaman dasar tentang kehidupan tetapi
juga memiliki dampak besar pada berbagai aspek keberlanjutan dan perkembangan sosial.
Berikut adalah beberapa konsep biologi yang dapat diintegrasikan ke dalam konteks
keberlanjutan dan perkembangan sosial:
Keanekaragaman Hayati:
Konservasi Spesies: Memahami pentingnya pelestarian dan konservasi spesies untuk mencegah
kepunahan dan menjaga keanekaragaman hayati.
Siklus Energi dan Nutrien: Memahami siklus energi dan perputaran nutrien dalam ekosistem
serta dampaknya pada keberlanjutan ekosistem.
Energi Terbarukan: Menjelaskan konsep energi terbarukan dan dampaknya terhadap lingkungan
dan keberlanjutan.
Pertanian Berkelanjutan:
Perubahan Iklim: Memahami konsep perubahan iklim, sumber-sumber gas rumah kaca, dan
dampaknya terhadap ekosistem dan manusia.
Adaptasi dan Mitigasi: Menjelaskan upaya adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi perubahan
iklim.
Biokimia Lingkungan:
Siklus Karbon dan Nitrogen: Menjelaskan siklus karbon dan nitrogen serta peran mereka dalam
menjaga keseimbangan ekosistem.
Biodegradabilitas dan Daur Ulang: Memahami prinsip-prinsip biodegradabilitas dan daur ulang
dalam konteks pelestarian lingkungan.
Modifikasi Genetik: Mengeksplorasi dampak modifikasi genetik pada tanaman dan hewan dalam
konteks pertanian dan kesehatan.
Konservasi Genetik: Memahami konsep konservasi genetik dan keberlanjutan sumber daya
genetik.
Etika Penelitian Biologi: Mempertimbangkan implikasi etika dari penelitian biologi, terutama
yang berkaitan dengan manipulasi genetika dan penggunaan teknologi.
Pertimbangan Sosial: Mempertimbangkan dampak sosial dari pengembangan teknologi biologi
dan aplikasinya dalam masyarakat.
Integrasi konsep-konsep tersebut dalam kurikulum biologi dapat membantu siswa memahami
hubungan antara ilmu biologi, keberlanjutan lingkungan, dan perkembangan sosial. Hal ini juga
membantu menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana tindakan manusia
dalam konteks biologi dapat berdampak pada keseimbangan ekosistem dan kesejahteraan umum.
1. Relevansi Kontekstual:
Penggunaan Contoh Lokal: Menyajikan konsep biologi dengan menggunakan contoh dan
studi kasus yang relevan dengan konteks sosial dan budaya siswa. Hal ini dapat membantu siswa
lebih mudah memahami dan mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman mereka sendiri.
3. Multidisiplin:
Integrasi Mata Pelajaran: Bekerjasama dengan guru dari mata pelajaran lain, seperti
sosiologi atau antropologi, untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang holistik dan
multidisipliner.
Proyek Kolaboratif: Mengorganisir proyek-proyek kolaboratif yang melibatkan berbagai
mata pelajaran untuk menangkap kompleksitas hubungan antara biologi, masyarakat, dan
budaya.
Mengatasi Stereotip: Menyadarkan siswa tentang stereotip yang mungkin ada dalam
pendekatan biologi dan memberikan informasi yang inklusif dan representatif.
Diskusi Etika: Memasukkan diskusi etika ilmiah dan isu-isu kontroversial yang terkait
dengan biologi, membantu siswa memahami implikasi sosial dari kemajuan dalam penelitian
biologi.
Pendekatan ini mencoba mengatasi pemisahan tradisional antara ilmu alam dan ilmu
sosial dengan mendekatkan ilmu biologi ke dalam kehidupan sehari-hari siswa, menekankan
relevansi dan aplikasi konsep-konsep biologi dalam masyarakat dan budaya mereka. Pendekatan
ini mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam dan berkelanjutan terhadap ilmu biologi
sambil mengakui kompleksitas dan konteks sosial dari ilmu tersebut.
REFERENSI
https://app.copy.ai/projects/36865717?tool=chat&tab=results&sidebar=tools#
https://chat.openai.com/c/44199022-8574-4230-abdd-2bf12d0d3f63
Biology Education for Social and Sustainable Development" oleh Kitty Quinn dan Christine E.
Green.
How Students Learn: Science in the Classroom" oleh Committee on How People Learn, National
Research Council.