Anda di halaman 1dari 3

1.

Larangan Perkawinan menurut Hukum Islam


Dalam hukum islam, larangan perkawinan sendiri terdapat dalam Al-Quran dan Hadis.
Larangan tersebut terbagi menjadi 2 yaitu, Larangan yang bersifat mu’abbad (selamanya) dan
larangan yang bersifat ghairu mu’abbad (tidak selamanya). Pada larangan mu’ abbad sendiri
terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu:1
 Disebabkan oleh Nasab
Nasab adalah pertalian kekeluargaan berdasarkan hubungan darah, baik ke atas, ke
bawah, maupun ke samping.2
Yang dapat di kelompokkan pada Nasab adalah:
a. Ibu kandung
b. Anak Perempuan
c. Saudara Perempuan
d. Saudara Perempuan Ibu
e. Saudara Perempuan Bapak
f. Anak Perempuan Saudara Laki-Laki
g. Anak Perempuan Saudara Perempuan

 Disebabkan Oleh Pertalian Susun


Dalam pertalian susun yang maksud adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan
yang tidak mempunya hubungan darah tetapi pernah menyusu pada wanita yang sama
(ibu yang sama).

 Disebabkan Oleh Pertalian Kerabat Semenda


Yang dimaksud dengan hubungan semenda adalah hubungan perkawinan yang
terdahulu, seperti kakak atau adik perempuan dari istri (mushaharah). Dalam surat
An-Nisa ayat 23 dijelaskan hubungan semda yang dilarang adalah:
a. Ibu dari istri (Mertua)
b. Anak dari istri (anak tiri) yang dalam pemeliharannya dalam istri sudah
dicampuri, tetapi jika istri belum dicampuri dan sudah diceraikan maka anak tiri
dapat dikawini.
c. Istri dari anak kandung (menantu)
d. Dua perempuan yang bersaudara pada masa yang sama

Selanjutnya pada larangan ghairu mu’ abbad sendiri, larangan dikelompokkan menjadi 5
yaitu:
 Mengawini dua saudara dalam satu masa (Surat An-Nisa ayat 23)
Pada surat An-Nisa dikatakan:
“Diharamkan atas kamu (mengawini)....;dan menghimpunkan (dalam perkawinan)
dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau..”
Hal ini juda di jelaskan oleh Nabi dalam haditsnya riwayat Abu Hurairah :

1
Mardani Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Mosern, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011, hal.12
2
“Nasab & Status Anak Dalam Hukum Islam – Nurul Irfan.” 2013.
https://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/ Diakses pada 15 Jul 2022
“Tidak boleh dikumpul (dimadu) antara seorang perempuan dengan saudara
perempuan ayahnya. Tidak boleh dikumpulkan seorang perempuan dengan
saudara ibunya.” (HR. Bukhari Muslim)
Jika istrinya telah diceraikan, maka boleh mengawini saudara perempuannya atau
saudara ayahnya atau saudara ibunya.

 Larangan karena da ikatan perkawinan (Surat An-Nisa ayat 24)


Jika seorang wanita masih dalam ikatan perkawinan maka haram untuk dikawini. Hal
ini berlaku selama suami masih hidup atau belum ada perceraian oleh siapa saja
setelah meninggal atau dia diceraikan oleh suaminya dan telah selesai menjalani masa
iddahnya.

 Larangan karena adanya Talaq Tiga (Surat Al-Baqarah ayat 230)


Dalam surat Al-Baqarag ayat 230 dikatakan dilarang menikah kemali seorang wanita
(mantan istri) apabila sudah dijatuhi talak yang ketiga oleh suaminya. Tetapi,
pernikahan dapat dilaksanakan jika wanita tersebut menikah dengan laki-laki lain lalu
diceraikan oleh lakilaki lain tersebut.

 Larangan Karena Perzinaan (Surat An-Nuur ayat 3)


Diharamkannya pernikahan yang berzina dengan yang bukan pasangannya

 Larang Perbedaan Agama (Surat Al-Baqarah ayat 221)


Dalam surat Al-Baqarah ayat 221, dijelaskan tidak boleh menikah dengan wanit
musyrik (bukan beragama islam) sebelum mereka beriman.

2. Larangan Perkawinan dalam Kompilasi Islam


Hal ini diatur pada pasal 18 Kompilasi Hukum Islam, untuk melakukan perkawinan anatara
suami dan istri ridak boleh ada halaangan perkawinan. Perkawinan tidak dapat dilangsungkan
jika ditemukannya larangan yang telah diatur pada pasal dibawah ini:
 Pasal 39 (Sebab)
a. Pertalian Nasab
b. Pertalian Kerabat Semenda
c. Pertalian susun

 Pasal 40 (Karena Keadaan Tertentu)


a. Karena perempuan yang bersangkuan masih terkait dalam suatu perkawinan
b. Masih dalam masa iddah dengan laki-laki lain
c. Tidak beragama islam

 Dilarang memadu istrinya dengan wanita yang mempunyai hubungan pertalian nasab
sesusun (saudara kandung seayah atau seibu ataupun ketrunannya dan bibi atau
keponakannya)

 Dilarang melakukan perkawinan dengan perempuan jika laki-laki tersebut masih


memiliki 4 orang isri dan keempatnya masih terikat dalam perkawinan ataupun dalam
masa iddah talaq raj’ I atau salah satu dari mereka masih terikat perkawinan dan yang
lainnya dalam masa issah talah raj’ i.

 Dilarang melakukan perkawinan dengan bekas istrinya yang ditalaq tiga atau dengn
seorang wanita yang dili’ an. Hal ini tidak berlaku jika mantan istrinya telah kawin
dengan pria lain kemudian perkawinan tersebut habis masa iddah nya.

 Seorang perempuan islam dilarang melakukan perkawinan dengan laki-aki yang tidak
islam.

3. Larangan Perkawinan dalam UU Nomor 1 Tahun 1974


Dalam Pasal 8 dikatakan perkainan dilarang antara dua orang jika:
 Berhubungan darah (lurus kebawah ataupun atas)
 Berhubungan darah dengan saydara, antara seseorang dengan saudara tua dan antara
seseorang dengan saudara neneknya
 Berhubungan semenda
 Berhubungan susun
 Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi
 Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang
kawin
Larangan lainnya yaitu:
 (Pasal 9) Larangan terhadap seseorangg yang terikat perkawinan dengan orang lain
 (Pasal 10) Larangan terhadap pasangan suami istri yang telah bercerai sebanyak 2 kali
 (Pasal 11) Larangan terhadap wanita yang masih dalam waktu tunggu

Anda mungkin juga menyukai