Anda di halaman 1dari 27

Larangan dalam Perkawinan

Tim Hukum islam 2022


Jenis Larangan Perkawinan

Selama- Sementar
lamanya a
DASAR HUKUM LARANGAN PERKAWINAN
DALAM ISLAM
Al-Baqarah
• 221 (larangan mengawini orang musyrik)
• 228 dan 234 (laki-laki dilarang menikahi perempuan yang sedang berada
pada masa iddah)

An-Nisa
• 22 (larangan mengawini ibu tiri)
• 23 (larangan mengawini karena hubungan darah, sepersusuan, anak tiri
yang ba’da dukhul dengan ibunya, poligami 2 perempuan bersaudara
kandung/seayah/seibu
• Al-Maidah ayat 5 dan al-
Mumtahanah ayat 10
• mengawini wanita ahlul-kitab
CONT’D

KHI

UU Perkawinan Pasal 8

Pasal Pasal
30-44 54
Larangan Perkawinan
Larangan menikahi
Karena hubungan Karena hubungan Karena hubungan
perempuan karena
darah sesusuan semenda
kondisinya

Hubungan dengan Laki-laki dilarang Larangan


Larangan menikahi
putusnya kawin karena perkawinan karena
pezina
perkawinan kondisinya beda agama

Larangan
Larangan kawin
perkawinan karena
mut’ah
masa Ihram
1. Larangan Perkawinan Karena Hubungan
Darah
Ibu

Anak
perempuan Anak
dari saudara perempuan
perempuan

- KHI Pasal 39
Anak
ayat (1)
perempuan
dari saudara
- An Nisa ayat 23 Saudara
perempuan
laki-laki

Saudara
Saudara ibu
bapak
perempuan
perempuan
2. Larangan Perkawinan Karena Hubungan Sesusuan

KHI Pasal 39 ayat (3)

An Nisa ayat 1. Ibu yang menyusukan


kamu
23
2. Saudara perempuan
sesusuan

Syarat Umur anak kurang dari 2 Menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali: 5

saudara
tahun Ukuran kali menyusui penuh sampai kenyang.

sesusuan: menyusui: Menurut mazhab Hanafi dan Maliki:


Sedikit atau banyak sama akibatnya.
3. Larangan Perkawinan Karena Hubungan Semenda

KHI
Pasal 39 ayat (2)
An Nisa ayat 22.
Ibu tiri
An Nisa ayat 23.
Ibu isteri (mertua perempuan)
Anak isteri dari isteri yang telah
dicampuri (jika isteri belum
dicampuri dan telah bercerai,
anak isteri boleh dinikahi)
Isteri anak kandung
Menikahi 2 orang perempuan
bersaudara sekaligus
4. Larangan Menikahi Perempuan Karena
Kondisinya
Al Baqarah ayat 228
dan 234 dan KHI
• Laki-laki dilarang Pasal 40 huruf b
menikahi istri • Laki-laki dilarang
orang lain menikahi
(poliandri) perempuan
pada masa
An Nisa ayat 24 dan
KHI Pasal 40 huruf a
iddah
5. Larangan Perkawinan Terkait dengan
Putusnya Perkawinan

Akibat Talak
KHI Pasal 43 Akibat Li’an.
ba’in kubra,
ayat (1) dan (KHI Pasal
kecuali ada
(2) 126-127)
muhallil
6. Laki-laki Dilarang Menikah Karena Kondisinya
KHI Pasal 42: Telah memiliki 4
isteri, baik keempat-empatnya
masih terikat dalam perkawinan
atau salah seorang masih dalam
iddah talak raj’i
KHI Pasal 44: Tidak beragama Islam
apabila ingin menikahi perempuan
muslimah
7. Larangan Mengawini Pezina

• HR Ahmad dan Abu Daud


Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda “Pezina laki-laki yang pernah
didera hendaklah tidak kawin melainkan kepada perempuan sepertinya”
• HR Abu Daud, Nasai, dan Tirmidzi
• Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari datuknya, sesungguhnya Martsad bin Abi Martsad
al-Ghunawi pernah membawa beberapa tawanan ke Makkah, sedang di Makkah (pada
waktu itu) ada seorang pelacur bernama ‘Anaq dan ‘Anaq ini adalah teman Martsad.
Martsad berkata: Kemudian aku menghadap Nabi saw, lalu aku bertanya, Ya Rasulullah,
bagaimana kalau aku mengawini ‘Anaq? Martsad berkata; Maka Nabi pun diam; Lalu
turunlah ayat “Dan perempuan pezina itu tidak (pantas) dikawini melainkan oleh laki-laki
pezina atau laki-laki musyrik” (QS 24: 3). Kemudian Nabi saw memanggilku, lalu ia
membaca ayat tersebut kepadaku dan bersabda, “Janganlah engkau mengawininya”
Pernikahan antara Zani dan Zaniyah

Ibnu Taimiyyah dan


mazhab hanbali Umar bin Khattab
berpendapat bahwa dalam ijtihadnya
seorang perempuan membolehkan laki-
pezina dilarang untuk
dinikahi kecuali ia laki menikahi
telah bertobat dan perempuan pezina
habis masa iddahnya yang telah bertobat
8. Pernikahan Antara Laki-laki Muslim dengan
Perempuan Non-Muslimat (Ahlul Kitab)
• Al Maidah: 5. Dihalalkan menikahi wanita ahlul kitab
• Pendapat Hazairin
• KHI Pasal 40 huruf c  wanita non-muslim dilarang dinikahi oleh laki-laki muslim
• Umar bin Khattab melarang (membenci) laki-laki muslim yang menikahi perempuan
non-muslim, meskipun tidak dilarang dalam al Qur’an. Alasannya adalah:
• Anak-anak yang lahir dalam rumah tangga tersebut akan dirusak akidahnya dari
Islam
• Komunitas perempuan muslim yang belum menikah dapat meningkat
• Perempuan non-muslim dapat menginformasikan kepada kaum non-muslim
tentang umat Islam
9. Perkawinan
Dalam Masa
Ihram
• KHI Pasal 54 (1): Selama masih
dalam keadaan ihram, tidak
boleh melangsungkan
perkawinan dan juga tidak
boleh bertindak sebagai wali
nikah.
• (2) Apabila terjadi perkawinan
dalam keadaan ihram, atau
wali nikahnya masih berada
dalam ihram, maka
perkawinannya tidak sah.
10. Kawin Mut’ah

• Kebolehan melakukan Kawin Mut’ah:


• HR Muslim dari Saburah Al Juhani: “Bahwa ia
ikut berperang bersama Rasulullah saw pada
saat penaklukan kota Mekah. Nabi saw
memberi izin kepada mereka (yang ikut
berperang) melakukan nikah mut’ah”
• Larangan melakukan Kawin Mut’ah:
• HR Ibnu Majah: “Bahwa Rasulullah saw
mengharamkan mut’ah.” Lalu Rasulullah
bersabda: “Wahai sekalian manusia, aku telah
membolehkan kalian melakukan nikah
mut’ah; ketahuilah! Sekarang Allah swt telah
mengharamkannya sampai hari kiamat nanti.”
Cont’d
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu
Umar ra ia berkata: Ketika Umar ra
menjadi khalifah, beliau berpidato di
depan khalayak “Sesungguhnya
Rasulullah saw mengizinkan kita tiga
macam mut’ah, kemudian setelah itu
beliau mengharamkannya. Demi Allah,
kalau ada seseorang melakukan kawin
mut’ah, sedangkan ia telah beristeri,
pasti ia akan saya hukum rajam dengan
batu, kecuali kalau ia bisa mendatangkan
4 orang saksi kepadaku yang semuanya
menyatakan bahwa Rasulullah saw telah
menghalalkannya lagi setelah beliau
mengharamkannya
Larangan khusus dalam
Poligami
Larangan Khusus dalam Poligami
a.saudara kandung, seayah, atau seibu
serta keturunannya (An Nisa: 23)
b.bibinya atau kemenakannya:
• HR Jamaah dari Abu Hurairah ra., ia
berkata: Nabi saw. melarang seorang
perempuan dinikah (secara poligami)
bersama bibinya dari pihak ayah atau
Larangan poligami dengan
wanita yang mempunyai
bibinya dari pihak ibu
pertalian nasab atau sesusuan • HR Jamaah kecuali Ibnu Majah dan
dengan isterinya (KHI Pasal 41 Tirmidzi dan dalam riwayat lain: Nabi
(1)) saw. melarang dimadu (dihimpun)
antara seorang perempuan dengan
bibinya dari pihak ayah dan antara
seorang perempuan dengan bibinya
dari pihak ibu
Cont’d

Larangan tersebut
tetap berlaku
meskipun isteri
ditalak raj’i tapi masih
‘iddah (KHI Pasal 41
ayat (2))
Menghimpun Anak • Dari Ibnu Abbas, bahwa
sesungguhnya ia pernah
Tiri dan Ibu Tiri memadu (menghimpun)
antara janda seorang laki-laki
dengan anak perempuan laki-
laki itu dari isteri yang lain
setelah isteri (yang pertama)
ditalak dua kali dan sekali
talak khul’i
• Sahabat Rasulullah, Jabalah,
memadu (menghimpun)
antara janda seorang laki-laki
dan anak perempuan laki-laki
itu dari isterinya yang lain
Bagaimana
dengan kawin
hamil?
Kawin Hamil

Lukman: 14 &
KHI Al Ahqaaf: 15
Al Baqarah: 233
• Pasal 53 • masa • masa
mengandung menyusui
dan menyusui adalah 2
adalah 30 tahun atau 24
bulan bulan
Anak sah
Berpengaruh terhadap pengertian “anak sah”

anak yang
anak yang
lahir dari
lahir dalam
hasil
perkawinan
perkawinan
atau yang sah
yang sah
• Wanita hamil yang dinikahi oleh
laki-laki yang menghamilinya
tidak menjadikan anak yang
dilahirkannya adalah anak sah
dan mempunyai hubungan
hukum terhadap ayah
biologisnya
• Akibat hukum 
• Anak hasil zina dan ayah
biologisnya tidak dapat
saling mewarisi
• Ayah biologisnya tidak dapat
menjadi wali nikah apabila
anak tersebut adalah wanita
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai