Anda di halaman 1dari 15

BAB II Teks cerita fantasi

C. Menyajikan dan Uji Kompetensi Teks cerita fantasi


a) Bahan ajar
BAB II Teks cerita fantasi: Menyusun dan Uji Kompetensi Teks cerita fantasi

1. Pertemuan 4 materi pertama menyusun teks cerita fantasi. dikerjakan minggu ini (9
September 2020) untuk semua kelas 7: 7A, 7F, 7G (Jawaban tugas ini masuk ke
penilaian K14)
Pilihlah salah satu di antara rancangan penyusunan teks cerita fantasi berikut. Kemudian
susunlah cerita fantasinya dan kirim ceritamu ke penilaian K14 di elearning). Jika
diperlukan, kamu bisa mengubah nama tokohnya.
(1) Menyusun cerita berdasarkan ide pokok yang tersedia (dipetik dari Modul Insan
Cendikia hln: 57-58)
Ide cerita : Penyelamatan wilayah kekuasaan di pulau komodo
Tema : perjuangan mempertahankan daerah kekuasaan
Rangkaian peristiwa:
 Tokoh melatih semua teman ilmu bela diri. Tokoh ingin membentuk kekuatan
untuk berjaga-jaga terhadap serangan musuh.
 Tokoh dan temannya tahu bahwa ada musuh yang ingin menguasai daerah
tempat tinggal mereka.
 Tokoh dan temannya diserbu makhluk besar seperti serigala.
 Tokoh dan temannya berjuang sekuat tenaga memperjuangkan daerahnya.
 Pertempuran berlangsung sengit.
 Dalam pertempuran tokoh dibantu oleh seorang dewi.
 Tokoh mengeluarkan senjata andalannya.
 Dengan senjata andalannya, tokoh dapat mengalahkan musuhnya.

Jawab
Mempertahan Tanah Merah

Tanah Merah adalah wilayah di bawah bukit dengan masyarakat yang


makmur. Kemakmurannya sudah menggaung di sekitarnya. Kekayaan Tanah
Merah yang semakin bertambah membuat penguasa lain ingin merebut Tanah
Merah. Penyerangan perebutan kekuasaan ini sudah terdengar oleh Linggu Aji
sang penguasa Tanah Merah.
Seluruh pasukan Baret Merah sudah siap di perbatasan hari itu. Linggu Aji
sang pemimpin membagi tugas kepada seluruh panglima dan pasukannya di titik-
titik yang sudah ditentukan. Seluruh penghuni di Tanah Merah diminta selalu
siaga. Kedatangan musuh yang sudah dalam perjalanan tidak menghentikan tekad
mereka untuk berjuang bersama untuk mempertahankan tanah kelahiran mereka.
Hari itu, sejarah besar Tanah Merah akan terukir di hati seluruh warga. Mereka
akan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk membela tanah air tercinta.
Saat yang ditunggu pun tiba. Mulai terlihat rombongan pasukan Guruh Petir
yang sudah dekat dengan area perbatasan. Mereka dipimpin manusia berwajah
srigala dengan tubuh tinggi besar melebihi sosok manusia biasa. Dia dating
dengan jumlah pasukan cukup banyak. Linggu Aji dan seluruh panglima memberi
isyarat untuk tetap tenang.

Pasukan Guruh Petir mulai menginjak Tanah Merah, susul-menyusul bagai


air. Tubuh mereka banyak yang tinggi besar dengan sorot mata tajam. Raut wajah
mereka penuh dengan angkara murka dan kesombongan. Mereka menyadari
bahaya yang sudah mengepung. Semua pasukan tetap tenang menunggu aba-
aba dari Linggu Aji.

“Serbuuuu …!” teriak Linggu Aji sambung-menyambung dengan seluruh


panglima.
Pasukan terdepan segera menghadang para pasukan musuh dengan
lemparan bola api dan anak panah. Pasukan Guruh Petir sempat kaget, tak
percaya. Cukup banyak korban yang jatuh di pihaknya karena lemparan bola api
dan anak panah. Guruh Petir langsung mengatur strategi untuk menangkis
lemparan-lemparan dari Pasukan Linggu Aji. Mereka tertawa mengejek ketika
banyak lemparan yang tidak bisa mengenai tubuh mereka. Bahkan dengan
kekuatan mereka, mereka berbalik menyerang Pasukan Linggu Aji. Pasukan
Linggu Aji sudah mulai barjatuhan korbannya.

“Hai ....! Tak ada gunanya kalian melempar senjata-senjata itu ke kami!” seru
Guruh Petir dengan sorot mata merah penuh amarah.

Pasukan Linggu Aji tidak putus asa. Namun, Pasukan Guruh Petir dalam
jumlah dua kali lipat bahkan lebih banyak, mulai bergerak maju, seolah hendak
menelan para pasukan yang masih bertahan. Pasukan Baret Merah pantang
menyerah dan juga tidak takut dengan gertakan lawan.

“Gunakan senapan dan tongkat ajaibmu, Linggu Aji! Cepat keluarkan dari
tubuhmu!” bisik makhluk gaib, Dewi Awan yang bersosok gumpalan awan di
telinga Linggu Aji.

Tiba-tiba, Linggu Aji, sang pemimpin perang pasukan Baret Merah, segera
sigap mengeluarkan senapan dan tombak saktinya dari dalam tubuhnya. Tampak
tubuhnya bersinar menyilaukan mata yang memandangnya. Mendadak, senapan
dan tombak tersebut terbang melesat menghampiri tubuh pasukan lawan. Dengan
kesaktiannya senapan itu menjadi senapan besar dengan lubang peluru yang
banyak. Tak kalah dengan tombaknya, tombak tersebut terus terbang mengejar
musuh dan menancapkan ujungnya yang tajam di tubuh pasukan lawan. Pasukan
lawan akhirnya mengalami kekalahan. Tanah Merah tetap bisa dipertahankan.

Selesai pertempuran, Linggu Aji segera menuju ke atas bukit, bergabung


dengan pasukan Baret Merah. Seluruh panglima perang Tanah Merah: Abisatya,
Adhinata, Argani, dan Byakta memandang Linggu Aji dengan haru dan tersenyum
mengisyaratkan hormat dan bahagia.

(2) Menyusun cerita berdasarkan ide pokok yang tersedia (dipetik dari buku siswa hln: 75-
76) Dari tokoh Bung Tomo, kalian bias menggantinya dengan tokoh lain, misalnya
Panglima Sudirman, Pangeran Diponegoro, atau tokoh dalam sejarah kebudayaan
Islam: Kerajaan Mataram Islam, seperti Sultan Agung,
 Ide cerita : bertemu pahlawan yang memprotes kemalasan generasi muda zaman
sekarang
 Tema : pemuda yang malas akan menimbulkan kehancuran bangsanya
Rangkaian Cerita
1) Tokoh dihukum guru karena tidak menyerahkan tugas. Tokoh selalu menunda tu
gas sehingga dihukum guru untuk membaca buku biografi.
2) Ke perpustakaan mencari buku.
3) Buku biografi para pahlawan seakan hidup dan menyeret tokoh masuk dalam ma
sa peperangan.
4) Tokoh bertemu dengan Bung Tomo dan berdialog tentang perjuangan pemuda pa
da 10 Nopember.
5) Tokoh beradu argumen dengan Bung Tomo.
6) Tokoh dihadapkan pada peperangan 10 Nopember.
7) Tokoh yang malas menimbulkan masalah dalam perjuangan.
8) Tokoh bertemu dan berdialog dengan para pemuda pejuang.
9) Tokoh kembali pada dunia nyata dan menyadari kekeliruannya selama ini.
Jawab
Setelah jam istirahat pertama Rani, Indah, dan Dinda berada di Kelas IPS. Mereka
merupakan siswa dengan karakter kelompok “istimewa”. Di awal pelajaran Bu guru
IPS menanyakan tugas pada pelajaran sebelumnya. Beliau mengecek satu per satu
buku siswa dengan cepat. Ternyata Rani, Indah, dan Dinda sama-sama belum
menyelesaikan tugas mereka. Mereka pun diberi tugas pengganti dengan membuat
laporan membaca buku biografi.
Mereka bersama-sama pergi ke perpustakaan sekolah. Ada satu buku yang
menarik perhatian mereka, Biografi Pahlawan Nasional. Dengan satu buku mereka
membaca bersama. Di lembar kesepuluh muncullah gambar Pangeran Diponegoro.
Gambar itu tampak bergerak-gerak. Semakin lama diperhatikan, gambar itu semakin
nyata. Seketika lampu di ruangan itu mati, tetapi ketika menyala mereka bertiga ada
di tempat yang berbeda.
Rani, Indah, dan Dinda ketakutan dan saling berpegangan. Mereka berada di antara
tentara Belanda yang sedang menjebak Pangeran Diponegoro. Tiba-tiba salah tentara
Belanda mengikat Rani, Indah, dan Dinda dan membawa bersama Pangeran
Diponegoro ke satu tempat.
Dengan mata merah Pangeran Diponegoro menatap kami. Dia pun bertanya,
“Mengapa kalian berseragam sekolah dan ada di tempat ini?”
“Kami tadi hanya membaca biografimu, Pangeran.

Belanda menangkap Pangeran Diponegoro dan di bawa ke Batavia yang
selanjutnya dipindahkan ke Manado, kemudian dipindahkan lagi ke Makassar.

(3) Melengkapi cerita rumpang. (dipetik dari buku siswa hln: 71-72)
Orientasi
Saya bertiga mendapat tugas untuk mewawancarai pegawai kantor bangunan yang
menjadi pemborong bangunan-bangunan megah. Kantor itu dicat merah menyala, men
colok dibandingkan dengan kantor sejenis di kompleks itu. Ketika kami masuk, kami m
elihat lobi kantor yang cukup berantakan. Meski berantakan, fasilitas di kantor itu leng
kap. Masih ada sofa yang bisa dipakai duduk. Di belakang lobi ada ruangan tertutup den
gan menyisakan lorong untuk masuk ke lantai atas. Di dinding lorong tertempel gamba
r bangunan-bangunan yang akan dikerjakan kantor itu.
Salah satu gambar bangunan jatuh dan terinjak kakiku. Bumi seperti bergetar dan sa
ya terseret ke dalam bangunan megah yang belum pernah aku kenal. Bangunan itu teru
s bergetar.
Komplikasi
Salah satu gambar bangunan jatuh dan terinjak kakiku. Bumi seperti bergetar dan sa
ya terseret ke dalam bangunan megah yang belum pernah aku kenal. Bangunan itu teru
s bergetar. Kudengar ada yang memanggilku, Kak tolong kami. Tampak sekumpulan an
ak seragam biru putih berlarian. ......................................................................

Resolusi
...........................................................................................................................................................................

2. Pertemuan 4 meteri kedua uji kompetensi teks cerita fantasi. dikerjakan minggu ini (9
September 2020) untuk semua kelas 7: 7A, 7F, 7G
Uji Kompetensi Teks Cerita Fantasi
Pilih jawaban di bawah ini dengan tepat!
1. Perhatikan teks di bawah ini! sempurna. Malam purnama. Tiba-tiba terdengar
(1) Watu Ulo adalah sebuah tempat wisata di bagian suara dengkuran yang sangat keras.
selatan Jember. Ababal dan temannya, Fajri (2) Ababal dan Fajri terbangun dari tendanya,
sedang berwisata ke sana. Mereka berdua mereka segera mencari sumber suara. Sementara
bermalam bersama rombongannya. Hari itu, sedikit orang yang ada di pantai wisata itu mulai
malam cerah. Rembulan bersinar dengan panik dan meninggalkan pantai.
(3) “Lihat! Batu itu bergerak!” Ababal berteriak mana. Fuhh… aku mengembuskan napas berat
seraya berlari ke arah batu karang yang diyakini melihat batang-batang pohon yang berserakan
sebagai ular yang bertapa. di pinggir jalan. Pohon-pohon sahabatku yang
(4) “Aaarkgg…mana Ajisaka? Aku ingin hidup puluhan tahun itu kini sudah tergeletak
memakannya! Dia telah menipuku!” teriak Batu tak berdaya. Mereka sudah mati. Aku merasa
Karang yang telah berubah wujud menjadi ular terenyuh, hatiku pilu melihat pohon-pohon
raksasa. yang tak berdosa itu ditebang satu per satu.
(5) Fajri berusaha menjelaskan kepada ular raksasa Dasar manusia serakah, lebih mementingkan
bahwa Ajisaka telah mati. Bukannya menerima
bisnis daripada menjaga alam.
penjelasan Fajri, ular raksasa itu justru ingin
memakan semua manusia yang ada di situ. Gagal
Perbedaan pola pengembangan kedua kutipan
bernegoisasi, ular langsung menyerang Ababal
dan Fajri dengan ekornya. Mereka berdua cerita fantasi tersebut adalah....
melompat menghindar. Teks I Teks II
(6) Fajri mengeluarkan piano ajaibnya, dia A.dikembangkan dikembangkan
memainkan instrumen yang membuat ular dengan surprise dengan sebab
raksasa terbuai akan keindahan suara piano itu akibat yang unik
hingga ular tertidur. B.dikembangkan dikembangkan
(7) Seketika Ababal mengambil tongkat pramuka dari dengan lompatan dengan
tenda kemudian menghantamkannya sambil waktu menghadirkan
mengeluarkan mantra. tokoh lain
(8) “Sudah jatuh tertimpa tangga …” Seketika tangga C. diawali dengan diawali dengan
dari langit menghantam kepala ular tersebut. konflik antartokoh penggambaran
Ular itu pun bisa dikalahkan dan tidak terbangun latar
lagi. D. diawali dengan diawali dengan
(9) Ketika pagi menjelang, Fajri dan Ababal mengajak
pengenalan tokoh konflik antartokoh
seluruh pengunjung untuk membersihkan Pantai
Watu Ulo. Mereka mengatakan bahwa ular
raksasa itu akan bangkit lagi kalau tempatnya 3. Sudut pandang yang digunakan dalam kutipan
bertapa tidak terjaga. cerita fantasi pada teks ke-2 tersebut adalah …
Dikutip dari:http://pustamun.blogspot. A.campuran C. orang kedua
com/2017/09/ contoh-contoh- B. orang pertama D. orang ketiga
cerita-fantasi-singkat.html 4. Bacalah cerita fantasi berikut dengan saksama!
“..”
Struktur cerita fantasi tersebut yang merupakan (1)Aku berjalan di sebuah taman yang indah.
bagian resolusi ditandai dengan nomor …. Tampak olehku banyak kupu-kupu yang
A. 7, 8. dan 9 beterbangan di sana di bawah terik matahari.
B. 5, 6, dan 7 (2)Aku mencoba berlari tuk mengejar salah satu
C. 3, 4, dan 5 kupu-kupu yang memiliki sayap yang indah itu.
D. 1, 2, dan 3 Aku pun terus berlari mengejar kupu-kupu itu.
2. Baca teks cerita fantasi berikut dengan saksama Kupu-kupu itu terus terbang seolah
untuk soal nomor 2 s.d 3! menggodaku. (3)Tiba-tiba...! Brukkk! Aku
Teks I terjatuh dan terperosok ke dalam sebuah
Harry berdiri tegang, menunggu Riddle lubang. (4)Sayup-sayup kudengar sebuah suara
mengangkat tongkatnya. Tetapi senyum seram memanggil-manggil aku. Ku tengadahkan
Riddle mengembang lagi. kepalaku ke atas. Tidak ada siapapun. Hanya
“Nah, Harry, aku akan memberi sedikit ada seekor kupu-kupu di atas lubang di mana
pelajaran bagimu. Ayo, kita adu kekuatan. Lord aku terjatuh.
Voldermot, pewaris Salazar Slytherin, dengan
Harry Potter yang terkenal ditambah senjata- Kalimat ke-3 pada kutipan cerita tersebut
senjata terbaik yang diberikan Dumbledore mengandung unsur kebahasaan ...
kepadanya.” A. kalimat deskripsi latar waktu
Teks II B. penggunaan kalimat langsung
Senja baru saja turun. Di kejauhan, masih C. kalimat deskripsi latar suasana
ada semburat merah muda yang cantik. Di tepi D. penggunaan ungkapan keterkejutan
jalan terdengar bunyi mesin mobil di mana- 5. Baca cerita fantasi berikut untuk soal nomor 5
s.d. 6!
(1) “Siapakah kamu itu?” tanyaku. 2) Barlindo pun tertidur pulas di tengah gubuk
“Aku salah satu makhluk kecil yang yang berada di atas batu karang. Tampak
menghuni di sini. Lihatlah ke langit lorong ini, gelombang laut menggempur batu karang
pasti kalian akan mengetahui siapa aku,“ itu dengan ganasnya.
timpalnya. 3) Tanpa diduga, ada monster berukuran besar
(2)Kami bertiga menengadahkan kepala ke dengan wajah yang sangat menyeramkan
langit lorong. Yang tampak hanya seekor laba- menghadangku. Aku berusaha berbalik
laba kecil yang sedang merayap di langit-langit arah dan berlari terus tanpa menghiraukan
lorong. Kami terkejut ternyata laba-laba itu ada lubang besar di depanku. Aku pun
mampu berbicara seperti kami. terperosok ke dalamnya.
(3)“Ya, aku akan membantu kalian sampai 4) Dua tahun kemudian, Prixa dan Genbrix
ke pintu keluar. Yang penting kalian jangan telah tiba di Planet Grantaxa. Mereka
membuat gaduh agar Boldrex tidak terganggu memutuskan untuk melanjutkan
dan terusik,” kata Laba-laba. perjalanannya hingga ke Planet Betromax.
(4)Kami bertiga pun cuma mengangguk dan Di sana mereka bertemu dengan
mengikuti arahannya. Tidak berapa lama kami Sauxanders, penguasa di planet tersebut.
pun sampai di ujung lorong. Sepertinya
monster itu mengetahui keberadaan kami. Ungkapan keterkejutan terdapat dalam
Kami pun bergegas menuju Jembatan Catridas kalimat ....
untuk melewatinya sebelum monster itu A. .1
menemukan kami. B. .2
C. .3
Kalimat yang menunjukkan keajaiban tokoh D. .4
cerita ditunjukkan nomor ... 9. Baca dengan saksama cerita fantasi berikut!
A. .1 (1)Malam ini, kami bertiga Zevo, Medrian, dan
B. .2 Kasyafa berniat mengadakan lomba adu nyali
C. .3 di sebuah rumah tua di pinggir desa kami. (2)Di
D. .4 langit, sang rembulan tampak sedikit malu
6. Petikan cerita tersebut dikategorikan cerita menampakkkan wajahnya. (3)Sebelum
fantasi ... . berangkat, kami menyiapkan peralatan
A. total seadanya berupa lampu senter dan kain
B. irisan sarung. (4)Kemudian, kami bertiga bergegas
C. lintas waktu menuju ke lokasi untuk memulai kompetisi ini.
D. latar waktu sezaman (5)Di keremangan cahaya malam, rumah tua ini
7. Baca cerita fantasi berikut dengan saksama! semakin terlihat sangat angker. (6)Hanya suara
Joshua duduk di bawah pohon apel tua dan binatang malam yang menemani kami bertiga.
bersandar. Tanpa disadari Joshua, pohon (7)Desir angin malam pun seolah tak mau kalah
tersebut bersinar dan membuat Joshua masuk untuk mencipta irama yang mencekam.
ke dalam pohon tersebut. Ia jatuh ke lubang
yang sangat dalam. Semakin dalam lubang Penggunaan konjungsi urutan waktu dalam
semakin gelap. Joshua berteriak ketakutan. teks tersebut ditunjukkan nomor ....
Tanpa disadari, Joshua mendarat di suatu A. (1) dan (2)
tempat dengan alas sangat empuk dikelilingi B. (2) dan (3)
suasana yang indah. C. (3) dan (4)
D. (5) dan (6)
Cuplikan teks cerita fantasi tersebut 10. Cermati kalimat berikut.
menggunakan pola pengembangan .... “kimara, mendekatlah kepadaku, nak,″ kata Raja
A. Lompatan zaman berbeda Prixtoon.
B. Pengenalan tokoh cerita
C. Pengenalan konflik Perbaikan yang tepat penulisan kalimat
D. Lompatan waktu langsung di atas adalah …
8. Cermati kalimat-kalimat berikut. A. “Kimara, mendekatlah kepadaku, nak”.
1) Akhirnya, Pangeran Xipen Lee bertemu Kata Raja Prixtoon.
dengan seorang putri yang cantik jelita. Dia B. “Kimara, mendekatlah kepadaku, Nak,”
bernama Putri Han Lee kata Raja Prixtoon.
C. “Kimara, mendekatlah kepadaku, Nak”, situ, menunggu semua temannya tak tampak di gerbang
kata raja prixtoon. sekolah. “Sepertinya sudah sepi,” pikirnya. Dengan
D. “Kimara, mendekatlah kepadaku, nak. kata menghela napas panjang, ia berjalan cepat ke arah
Raja Prixtoon.” gerbang.
"Hei! Kok baru keluar, Lih?" tanya Arkan tiba-tiba dari
balik dinding sebelah gerbang.
"Aku piket dulu tadi," kata Galih dengan terbata-bata.
"Piket atau piket? Yang lainnya sudah keluar dari tadi
11. Cermati kalimat berikut. lho," kata Riwu menggoda.
“Kamu harus segera pergi dari sini, Cimeng Galih terdiam. Dadanya berdegup kencang.
Brown. Sebelum Tradix Cloom, makhluk "Lih, mana janjimu?" tanya Naufal sambil mendekati
menyeramkan itu menemukanmu!” suruh Galih. Arkan dan Riwu pun berdiri mendekati Galih.
Pardex. "Janji apa? Aku tidak pernah janji apa-apa!" kata
Pengubahan kalimat langsung menjadi tidak Galih.
langsung tersebut yang tepat adalah … "Kamu sudah berjanji akan memberikan kami uang
sepuluh ribu setiap hari Jumat," kata Riwu.
A. Pardex menyuruh Cimeng Brown agar dia
"Aku bilang aku tidak bisa. Uang dari mana? Ibuku
segera pergi dari tempat itu sebelum hanya memberiku uang saku 3000 per hari," kata Galih
Tradix Cloom makhluk menyeramkan itu marah.
menemukannya.
B. Pardex menyuruh Tradix Cloom agar dia Latar suasana dalam kutipan cerita fantasi
segera pergi sebelum makhluk tersebut adalah …
menyeramkan itu datang A.tegang dan marah
menemukannya. B. takut dan bingung
C. Cimeng Brown menyuruh Pardex untuk C. tegang dan takut
segera pergi dari tempat itu sebelum D.takut dan heran
makhluk menyeramkan menemukanmu.
D. Pardex menyuruh Cimeng Brown agar dia 14. Sudut pandang yang digunakan dalam kutipan
segera pergi dari tempat itu sebelum cerita fantasi tersebut adalah …
Tradix Cloom makhluk menyeramkan A. orang ketiga pelaku sampingan
menemukanku. B. orang pertama serba tahu
12. Baca teks di bawah ini! C. orang ketiga pelaku utama
Lihatlah perempuan tua itu betapa ganjil. Kain D. orang pertama pelaku utama
dan kerudung serba hitam. Tas tangan dengan 15. Baca dengan saksama teks fantasi berikut! Untuk
kulit imitasi yang terkelupas tempat mengerjakan no. 15, 16 dan 17.
menyimpan minyak dan ramu-ramuan, seperti (1) Anika menemukan tiga kotak berwarna
mantra yang tersimpan dalam cuaca. Sandal ungu, biru, dan kuning di kamar ibunya.
yang terangkat dengan tempo cepat-cepat. Kata ibunya jika ada tiga sahabat yang
Orang-orang bilang, ia sungguh sudah tua. menyukai warna seperti pada kotak itu akan
Seperti nenek-nenek mereka yang tinggal lama mendapatkan petualangan indah dan
di rumah. Namun, tak ada raut keriput dan sekaligus mendapatkan berlian itu.
kisut. Uban pun masih jarang-jarang. (2) Tapi waktu yang diberikan untuk
Dikutip dari :Asha Ray, “Lojo-Lojo” dalam berpetualang hanya satu jam. Anika
Setapak salirang Kumpulan Cerita Pendek menyukai warna ungu. Tamika, teman
Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Insists Press, dekat Anika, menyukai warna biru. Dan
2006. Chika menyukai warna kuning.
(3) “Saya ingin mencoba petualangan indah itu
Bagian orientasi teks fantasi tersebut Bu. Saya punya sahabat yang menyukai
dikembangkan dengan pola pengembangan …. warna itu,” Anika meyakinkan ibunya.
A. Menghadirkan tokoh lain Dengan kesepakatan ketiga sahabat itu
B. Pengenalan konflik berkumpul di rumah Anika. Minggu pukul 6
C. pengenalan tokoh mereka semua masuk ke kamar Anika yang
D. Deskripsi latar serba Biru.
13. Bacalah teks cerita fantasi berikut untuk (4) Di kamar Anika serasa ada di langit. “Ayo
mengerjakan soal nomor 13 s.d. 14! kita buka kotak masing-masing sesuai
Galih mengamati gerbang sekolahnya dengan hati-hati dengan warna kesukaan. Sekarang kita buka
dari balik dinding kelas I. Sudah setengah jam ia berdiri di
satu… dua… tiga!!!”
“WAWWWWW,” lima detik kemudian 4) Pasukan terdepan dari binatang-binatang
mereka terlempar di gerbang sebuah hutan segera mengepung para serigala
kerajaan. dengan lemparan bola api. Pasukan serigala
(5) Mereka terkejut karena di hadapannya sempat kaget tak percaya, karena korban
berdiri seorang ratu yang seluruh tubuhnya berjatuhan di pihak mereka karena
dihiasi berlian. “Selamat datang di negeri lemparan bola api. Namun pemimpin
kami, “peramal kerajaan mengatakan pasukan serigala kembali mengatur siasat
bahwa akan datang tiga anak yang akan pada posisi menyerang.
menyelamatkan putri kami.
Kutipan cerita berikut yang merupakan struktur
Latar waktu pada cerita diatas adalah …. resolusi dalam cerita fantasi ditunjukkan
A. Siang hari nomor….
B. pagi hari A. .1
C. Sore hari B. .2
D. malam hari C. .3
16. Latar tempat peristiwa ajaib terjadi di …. D. .4
A. Kamar Anika C. langit 19. Baca kutipan teks cerita fantasi berikut!
B. Kamar ibu D. dalam kotak Nono si Anak Rembulan, berangkat sendiri
17. Kalimat yang menunjukkan keajaiban cerita berlibur ke Wlingi, tempat tinggal Mbah
adalah kalimat yang bernomor .... Sastro. Ia selalu suka liburan di sana karena
A. keempat C. kedua ia bisa bersepeda keliling Wlingi dan
B. ketiga D. kelima bermandi-mandi di Sungai Lekso yang
18. Cermati kutipan cerita berikut. menyegarkan.
1) Tiga rumah bergaya kerucut menyambut
mataku. Ketika aku memandang satu Latar tempat yang tergambar pada teks cerita
persatu, ternyata rumah itu memiliki model fantasi tersebut adalah ….
yang sama. Hanya satu yang membedakan A. tempat tinggal Mbah Sastro
ketiga rumah itu, yaitu warna pintunya. B. tempat liburan di desa
2) Pak Raden mengambil cangkul yang ada di C. Sungai Lekso
sampingnya, dan mengarahkan kepada D. Wlingi
harimau itu. Lalu tembuslah cangkul itu 20. Baca kutipan teks cerita fantasi berikut!
diperut harimau, kemudian harimau itupun Tiba-tiba, Nataga, pemimpin perang seluruh
mati. Setelah berhasil membunuh harimau binatang di Tana Modo, segera melesat menyeret
itu, Pak Raden mengangkat bayi itu dan ekor birunya. Mendadak, ekor Nataga
membawanya pulang bersamanya untuk mengeluarkan api besar. Nataga mengibaskan api
diurus dan di angkat menjadi anaknya pada ekornya yang keras, membentuk lingkaran
3) Alien itu berhidung mancung. Dengan sesuai tanda yang dibuat oleh semut, rayap, dan
hidungnya yang menjulang ia mengendus para tikus.
sekeliling. Sepertinya ia bingung dan
mencoba mengenali tempat itu. Matanya Unsur cerita yang tidak terdapat pada teks
yang sebesar biji kemiri berkedip-kedip tersebut adalah ….
memamerkan cahaya kehijauan. A. latar tempat C. latar waktu
B. latar suasana D. tokoh cerita

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!


1. Sebutkan 6 karakteristik cerita fantasi!
2. Sebutkan dan jelaskan struktur teks cerita fantasi!
3. Sebutkan pola pengembangan struktur bagian orientasi pada cerita fantasi!
4. Buatlah 2 kalimat menggunakan ungkapan keterkejutan !
5. Buatlah 2 kaliamt langsung tentang persetujuan ke perpustkaan!
Lampiran bacaan
Perkembangan Kerajaan Pajang dan Mataram Kompas.com - 05/03/2020, 20:30 WIB
BAGIKAN: Komentar Lihat Foto Bangunan tiruan Pendopo Keraton Mataram merupakan
bagian dari set shooting film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan. Cinta, di Studio Alam
Gamplong, Desa Gamplong, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. (KOMPAS.com/WIJAYA KUSUMA) Temukan Jawaban Lainnya Cari Penulis
Arum Sutrisni Putri | Editor Arum Sutrisni Putri
KOMPAS.com - Sejarah Indonesia baru di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam di wilayah nusantara, salah satunya kerajaan Pajang dan Mataram.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, setelah Sultan
Trenggono (Raja Demak III) meninggal, terjadi kekacauan politik di Kerajaan Demak. Putra
menantu Sultan Trenggono yang bernama Hadiwijaya memenangkan pertengkaran politik
dan memindahkan pusat kerajaan ke Pajang, masuk ke pedalaman Jawa Tengah. Kerajaan
Pajang Pindahnya pusat kerajaan dari daerah pesisir ke pedalaman Jawa Tengah
membawa pengaruh pada perkembangan Islam di Jawa khususnya Jawa Tengah.
Contohnya paham wahdatul wujud yang mendapat tempat cukup luas karena inti ajaran
tasawuf lebih mudah diterima masyarakat. Baca juga: Perkembangan Politik Kerajaan
Demak Hadiwijaya berusaha untuk tetap menegakkan pengaruh Demak di berbagai wilayah,
termasuk daerah yang dipegang oleh para menantu Sultan Trenggono. Hadiwijaya berhasil
menyatukan pengaruh Demak, termasuk ketika menghadapi Aria Penangsang yang
berusaha merebut tahta Demak. Ketika Mataram yang selama ini diserahkan pada putra
angkatnya memberontak, Sultan Hadiwijaya kalah sehingga pusat pemerintahan dipindah ke
Mataram. Hadiwijaya tewas pada 1582 Masehi, sementara itu putra mahkota bernama
Pangeran Benawa dijadikan Bupati Demak. Putra angkat Hadiwijaya adalah Sutawijaya
bersama Ki Pemanahan diberi hadiah tanah Mataram yang dulunya berwujud hutan berubah
menjadi wilayah yang berkembang pesat. Kemudian menjadi pusat kerajaan Mataram. Baca
juga: Perkembangan Politik Kerajaan Demak Masa Sultan Trenggono Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sutawijaya dengan gelar Senopati Ing Alogo Sayidin
Panotogomo. Gelar Senopati Ing Alogo sebagai penerus penguasa Pajang berusaha
mempertahankan kedaulatan penguasa sebelumnya, menyebabkan terjadi beberapa kali
peperangan. Namun akhirnya Jawa Tengah dan Jawa Timur berhasil dikuasai, bahkan
kemudian bergerak ke arah Jawa Barat. Pada 1595 Masehi, Galuh di Jawa Barat berhasil
mengakui Mataram. Perkembangan Islam sangat pesat ketika Mataram di bawah Sultan
Agung, usaha Sultan Agung tampak jelas ketika banyak ulama yang diberi hak untuk
mengolak tanah perdikan. Tanah perdikan adalah sebuah wilayah dengan luas tertentu yang
dibebaskan membayar pajak kepada kerajaan. Sultan Agung dikenal sebagai raja yang
bijaksana dan dikenal sebagai pujangga. Baca juga: Perkembangan Kerajaan Demak Dari
Aspek Ekonomi, Sosial dan Budaya Di bawah kepemimpinan Sultan Agung, Mataram
pernah menyerang Belanda di Batavia pada 1682. Pada masa pemerintahan Sultan Agung,
Masjid Agung kota dibangun bersamaan dengan pembangunan kompleks kraton.
Bersamaan dengan perluasan pengaruh Mataram ke seluruh Jawa maka Islam juga
tersebar luas di seluruh Jawa, tapi Amangkurat I pengganti Sultan Agung tidak meneruskan
kebijakannya. Pada masa Amangkurat I perkembangan Islam di Jawa surut karena
kebijakan Amangkurat I cenderung meninggalkan ulama dan bahkan memusuhinya.
Kebijakan Amangkurat I sebagai menjawakan Islam artinya memaksakan kesesuaian antara
Islam dan nilai-nilai Jawa. Kebijakan Amangkurat I yang banyak merugikan Mataram
melahirkan banyak pemberontakan yang pada akhirnya Mataram terpecah belah menjadi
empat wilayah kekuasaan. Baca berikutnya Daftar Negara Anggota PBB

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perkembangan Kerajaan Pajang dan
Mataram", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/05/203000769/perkembangan-kerajaan-
pajang-dan-mataram?page=all.
Penulis : Arum Sutrisni Putri
Editor : Arum Sutrisni Putri

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Kesultanan Pajang
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Kesultanan Pajang adalah satu kesultanan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kesultanan
Demak. Kompleks keratonnya pada zaman ini tinggal tersisa berupa batas-batas fondasinya saja yang berada
di perbatasan Kelurahan Pajang - Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.

Asal-usul[sunting | sunting sumber]


Nama negeri Pajang telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit.
Menurut Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365, bahwasanya pada zaman tersebut adik
perempuan Hayam Wuruk (raja Majapahit saat itu) bernama asli Dyah Nertaja menjabat sebagai
penguasa Pajang, bergelar Bhatara i Pajang, atau disingkat Bhre Pajang. Dyah Nertaja merupakan
ibu dari Wikramawardhana (raja Majapahit selanjutnya).
Berdasar naskah-naskah babad, bahwa negeri Pengging disebut sebagai cikal bakal Pajang. Cerita
Rakyat yang melegenda menyebut bahwa Pengging sebagai kerajaan kuno yang pernah dipimpin
Prabu Anglingdriya, musuh bebuyutan Prabu Baka raja Prambanan. Kisah ini dilanjutkan dengan
dongeng berdirinya Candi Prambanan.
Ketika Majapahit dipimpin oleh Brawijaya (raja terakhir versi naskah babad), bahwa nama Pengging
muncul kembali. Dikisahkan bahwa putri Brawijaya yang bernama Retno Ayu Pembayun diculik
Menak Daliputih raja Blambangan putra Menak Jingga. Muncul seorang pahlawan bernama Jaka
Sengara yang berhasil merebut sang putri dan membunuh penculiknya.
Atas jasanya itu, kemudian Jaka Sengara diangkat oleh Brawijaya sebagai bupati Pengging dan
dinikahkan dengan Retno Ayu Pembayun. Jaka Sengara kemudian bergelar Andayaningrat.

Kerajaan Pajang[sunting | sunting sumber]


Pajang terlihat sebagai kerajaan pertama yang muncul di pedalaman Jawa setelah runtuhnya
kerajaan Muslim di daerah Pasisir.
Menurut naskah babad, Andayaningrat gugur di tangan Sunan Ngudung saat terjadinya perang
antara Majapahit dan Demak. Ia kemudian digantikan oleh putranya, yang bernama Raden Kebo
Kenanga, bergelar Ki Ageng Pengging. Sejak saat itu Pengging menjadi daerah bawahan Kerajaan
Demak.
Beberapa tahun kemudian Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh hendak memberontak
terhadap Demak. Putranya yang bergelar Jaka Tingkir setelah dewasa justru mengabdi ke Demak.
Prestasi Jaka Tingkir yang cemerlang dalam ketentaraan membuat ia diangkat sebagai
menantu Trenggana, dan menjadi bupati Pajang bergelar Hadiwijaya. Wilayah Pajang saat itu
meliputi daerah Pengging (sekarang kira-kira mencakup Boyolali dan Klaten), Tingkir
(daerah Salatiga), Butuh, dan sekitarnya.
Sepeninggal Trenggana tahun 1546, selanjutnya Sunan Prawoto naik takhta. Namun Sultan
Prawoto kemudian tewas dibunuh sepupunya, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang tahun 1547.
Setelah itu, Arya Penangsang juga berusaha membunuh Hadiwijaya namun gagal.
Dengan dukungan Ratu Kalinyamat (bupati Jepara dan puteri Trenggana), Hadiwijaya dan para
pengikutnya berhasil mengalahkan Arya Penangsang. Hadiwijaya selanjutnya merebut takhta
Demak lalu mendirikan Kerajaan Pajang.

Perkembangan[sunting | sunting sumber]


Pada awal berdirinya atau pada tahun 1568, bahwa wilayah Pajang yang terkait eksistensi Demak
pada masa sebelumnya, hanya meliputi sebagian Jawa Tengah. Hal ini disebabkan karena negeri-
negeri Jawa Timur banyak yang melepaskan diri sejak kematian Sultan Trenggana.
Pada tahun 1568 Hadiwijaya dan para adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan
Prapen. Dalam kesempatan itu, para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang di atas negeri-
negeri Jawa Timur. Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama dari Surabaya (pemimpin
persekutuan adipati Jawa Timur) dinikahkan dengan putri Hadiwijaya.
Negeri kuat lainnya, yaitu Madura juga berhasil ditundukkan Pajang. Pemimpinnya yang bernama
Raden Pratanu alias Panembahan Lemah Dhuwur juga diambil sebagai menantu Hadiwijaya.
Peran Wali Songo[sunting | sunting sumber]
Pada zaman Kerajaan Demak, majelis ulama Wali Songo memiliki peran penting, bahkan ikut
mendirikan kerajaan tersebut. Majelis ini bersidang secara rutin selama periode tertentu dan ikut
menentukan kebijakan politik Demak.
Sepeninggal Trenggana, peran Wali Songo ikut memudar. Sunan Kudus bahkan dituduh terlibat
pembunuhan terhadap Sunan Prawoto, raja baru pengganti Trenggana.
Meskipun tidak lagi bersidang secara aktif, sedikit banyak para wali secara pribadi pribadi masih ikut
berperan dalam pengambilan kebijakan politik Pajang. Misalnya, Sunan Prapen bertindak sebagai
pelantik Hadiwijaya sebagai raja. Ia juga menjadi mediator pertemuan Hadiwijaya dengan para
adipati Jawa Timur tahun 1568. Sementara itu, Sunan Kalijaga juga pernah membantu Ki Ageng
Pemanahan meminta haknya pada Hadiwijaya atas tanah Mataram sebagai hadiah sayembara
membunuh Arya Penangsang.
Wali lain yang masih berperan menurut naskah babad adalah Sunan Kudus. Sepeninggal
Hadiwijaya tahun 1582, ia berhasil menyingkirkan Pangeran Benawa dari jabatan putra mahkota,
dan menggantinya dengan Arya Pangiri.
Dimungkinkan bahwa yang dimaksud dengan Sunan Kudus dalam naskah babad adalah
Panembahan Kudus, sementara Sunan Kudus sejatinya telah meninggal tahun 1550.

Pemberontakan Mataram[sunting | sunting sumber]


Tanah Mataram dan Pati adalah dua hadiah Hadiwijaya untuk siapa saja yang mampu
menumpas Arya Penangsang tahun 1549. Menurut laporan resmi peperangan, Arya
Penangsang tewas dikeroyok Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi.
Ki Penjawi diangkat sebagai penguasa Pati sejak tahun 1549. Sedangkan Ki Ageng
Pemanahan baru mendapatkan hadiahnya tahun 1556 berkat bantuan Sunan Kalijaga. Hal ini
disebabkan karena Hadiwijaya mendengar ramalan Sunan Prapen bahwa di Mataram akan lahir
kerajaan yang lebih besar daripada Pajang.
Ramalan tersebut menjadi kenyataan ketika Mataram dipimpin Sutawijaya putra Ki Ageng
Pemanahan sejak tahun 1575. Tokoh Sutawijaya inilah yang sebenarnya membunuh Arya
Penangsang. Daerah Mataram di bawah pimpinan Sutawijaya semakin hari semakin maju dan
berkembang.
Pada tahun 1582 meletus perang Pajang dan Mataram disebabkan Sutawijaya membela adik
iparnya, yaitu Tumenggung Mayang terkait hukum buang ke Semarang oleh Hadiwijaya kepada
sang tumenggung. Perang tersebut dimenangkan pihak Mataram, meskipun pasukan Pajang
berjumlah lebih besar.

Keruntuhan[sunting | sunting sumber]


Sepeninggal Hadiwijaya, terjadilah persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran
Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus
berhasil naik takhta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram.
Kehidupan rakyat Pajang terabaikan akibat kemelut tersebut. Hal itu membuat Pangeran
Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin.
Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang. Meskipun
pada tahun 1582 Sutawijaya memerangi Hadiwijaya, tetapi Pangeran Benawa tetap
menganggapnya sebagai saudara tua.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri. Ia
dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi raja Pajang
yang ketiga.
Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang
menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram. Yang menjadi
bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning atau adik Sutawijaya.
Sutawijaya sendiri mendirikan Kerajaan Mataram, di mana ia sebagai raja pertama
bergelar Panembahan Senopati.

Hadiwijaya dari Pajang


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Jaka Tingkir)

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian


Untuk kereta api milik PT Kereta Api Indonesia, lihat kereta api Jaka Tingkir.

Dalam tradisi Jawa Jaka/Joko Tingkir atau Mas Karèbèt atau ejaan Tionghoa: Peng
King Kang[1], adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Pajang yang memerintah
tahun 1549-1582 dengan nama Sultan Hadiwijaya.

Asal-usul[sunting | sunting sumber]


Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga. Ketika ia
dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir.
[2]
Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir
jatuh sakit dan meninggal dunia.
Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak
terhadap Kerajaan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian
suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil
sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir).
Mas Karebet gemar bertapa, berlatih bela diri dan kesaktian, sehingga tumbuh menjadi pemuda
yang tangguh, tampan dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga. Ia juga
berguru pada Ki Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng Sela yaitu, Ki Juru
Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi. Disamping tampan dan jagoan, sayangnya pemuda
Jaka Tingkir alias Mas Karebet ini juga sedikit 'nakal' alias mata keranjang. Jaka Tingkir kemudian
berguru pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro (saudara tua ayahnya / kakak mendiang
ayahnya). Dalam perguruan ini ada murid yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Ki Wuragil.

Silsilah Jaka Tingkir:[sunting | sunting sumber]


Jaka Tingkir adalah putera Kebo Kenanga dan cucu Adipati Andayaningrat. Manakala Adipati
Andayaningrat juga di kenali dengan Syarief Muhammad Kebungsuan.

Andayaningrat/Syarief Muhammad Ratu Pembayun (Putri Raja


Kebungsuan/Ki Ageng Wuking I Brawijaya)

Kebo Nyi Ageng


Kenanga Pengging)

Mas Karebet/Joko
Tingkir (Hadiwijaya Raja
Pajang)

Nasab Adipati Andayaningrat/ Syarief Muhammad[sunting | sunting


sumber]
Nabi Muhammad SAW→ Sayyidah Fathimah Az-Zahra→ Al-Imam Sayyidina Hussain→ Al-Imam ‘Ali
Zainal ‘Abidin→Al-Imam Muhammad Al Baqir→Al-Imam Ja’far As-Sodiq → Al-Imam Al-Imam Ali
Uradhi .→ Al-Imam Muhammad An-Naqib .→ Al-Imam ‘Isa Naqib Ar-Rumi→ Al-Imam Ahmad al-
Muhajir → Al-Imam ‘Ubaidillah → Al-Imam Alawi Awwal→ Al-Imam Muhammad Sohibus Saumi’ah
→ Al-Imam Alawi Ats-Tsani → Al-Imam Ali Kholi’ Qosim → Al-Imam Muhammad Sohib Mirbath →
Al-Imam 'Alawi Ammil Faqih→ Al-Imam Abdul Malik Azmatkhan→ Sayyid Abdullah Azmatkhan→
As-Sayyid Ahmad Shah Jalal→ As-Sayyid Asy-Syaikh Jumadil Kubro al-Husaini/ Syekh Jamaluddin
Akbar al-Husaini .→ Syarief Muhammad Kebungsuan /ADIPATI ANDAYANINGRAT / Ki Ageng
Wuking I
Mengabdi ke Demak[sunting | sunting sumber]
Babad Tanah Jawi selanjutnya mengisahkan, Jaka Tingkir ingin mengabdi ke ibu kota Demak.
Beberapa kejadian menarik mengikuti Jaka Tingkir, baik dalam perjalanan menuju Demak maupun
pada saat mengabdi di Demak.
Para pujangga zaman dahulu mempunyai kebiasaan (atau semacam kode etik) berupa
menghaluskan kisah atas suatu kejadian yang menyangkut raja atau istana yang kurang
sepantasnya diceritakan dengan menggunakan kisah kiasan. Ada beberapa kisah kiasan yang
mengikuti perjalanan hidup Jaka Tingkir alias Mas Karebet.
Dalam perjalanan ke Kerajaan Demak, zaman dahulu sebagai alat transportasi dipergunakan getek
(rakit bambu) melalui sungai. Jaka Tingkir ditemani oleh teman seperguruannya Mas Manca, Mas
Wila, dan Ki Wuragil. Versi kisah kiasan dari pujangga, dikisahkan bahwa dalam perjalanan itu di
Kedung Srengenge (kedung adalah bagian sungai yang dalam) Jaka Tinggir diserang oleh
segerombolan buaya. Karena jagoan, Jaka Tingkir berhasil mengalahkan buaya-buaya tersebut dan
sebagai tebusannya dalam melanjutkan ke Demak Jaka Tingkir dikawal oleh buaya-buaya di
sebelah kiri, kanan depan dan belakang sebanyak masing-masing 40 ekor. Para pujanggapun
menciptakan gending (lagu) atas kejadian tersebut yang terkenal hingga kini, yaitu lagu 'Sigra Milir'.
Kejadian sesungguhnya atas versi kisah kiasan tersebut adalah sebagai berikut. Ketika tiba di suatu
desa, dalam perjalanan ke Demak tersebut, Jaka Tingkir melihat di tepian sungai ada beberapa
gadis yang sedang mencuci baju. Dasar Jaka Tingkir yang mata keranjang, menggoda para gadis
tersebut. Para pemuda di desa tersebut tidak suka atas kelakuan Jaka Tingkir, maka terjadilah
perkelahian yang berlanjut dengan pengeroyokan terhadap Jaka Tingkir dan tiga temannya. Karena
Jaka Tingkir dan ketiga temannya cukup digdaya (jagoan), mereka sanggup mengalahkan para
pemuda sekampung tersebut ! Dan sebagai tebusannya Jaka Tingkir dikawal menuju Demak oleh
para pemuda desa tersebut.
Sesampainya di Demak, Jaka Tingkir tinggal di rumah pamannya Kyai Gandamustaka (saudara Nyi
Ageng Tingkir) yang menjadi perawat Masjid Demak berpangkat lurah ganjur. Jaka Tingkir menarik
simpati raja Demak Sultan Trenggana atas suatu kejadian. Di istana Demak terdapat sebuah kolam
yang cukup besar. Pada suatu hari ketika Jaka Tingkir sedang berdiri di tepian kolam, tiba-tiba
pamannya berteriak agar dia (Jaka Tingkir) segera menyingkir dari tempatnya, karena Sultan
Trenggana segera lewat. Situasinya saat itu cukup sulit bagi orang biasa untuk menyingkir, karena
tidak ada ruang buat menyingkir selain melompati kolam yang cukup lebar. Jaka Tingkir alias Mas
Karebet yang terlatih dengan sigap dan mudah segera melompati kolam, agar tidak mengganggu
jalannya Sultan Trenggana. Sultan Trenggana sangat terkesan melihat kejadian tersebut, sehingga
ia diangkat menjadi kepala prajurit Demak berpangkat lurah wiratamtama.
Kejadian berikutnya versi kisah kiasan dari pujangga dikisahkan bahwa suatu hari Jaka Tingkir
sebagai lurah wiratamtama bertugas menyeleksi penerimaan prajurit baru. Ada seorang pelamar
bernama Dadungawuk yang sombong dan suka pamer. Jaka Tingkir menguji kesaktiannya dan
Dadungawuk tewas hanya dengan menggunakan Sadak Kinang. Akibatnya, Jaka Tingkir pun
dipecat dari ketentaraan dan diusir dari Demak.
Kejadian sesungguhnya atas versi kisah kiasan Dadungawuk adalah sebagai berikut. Alkisah Sultan
Trenggana mempunyai seorang puteri cantik bernama puteri Cempaka. Bukan Jaka Tingkir kalau
tidak mengetahui ini dan tidak dapat menaklukan hati sang puteri. Secara diam-diam Jaka Tingkir
menjalin hubungan dengan puteri Cempaka. Namun tindakan tidak terpuji ini sempat ketahuan,
sehingga Jaka Tingkir diusir dari Kerajaan Demak.
Kejadian berikutnya menurut versi kisah kiasan pujangga, diceritakan bahwa pada suatu hari Sultan
Trenggana sekeluarga sedang berwisata di Gunung Prawoto. Jaka Tingkir melepas seekor kerbau
yang dinamakan sebagai Kebo Danu. Kerbau Danu sudah diberi tanah pada telinganya, sehingga
kerbau merasa tidak nyaman dan mengamuk. Kerbau itu mengamuk menyerang pesanggrahan
raja, di mana tidak ada prajurit yang mampu menaklukan si kerbau. Sultan Trenggana
memerintahkan bala tentaranya untuk mencari Jaka Tingkir yang diharapkan dapat menaklukan
kerbau tersebut. Jaka Tingkir diketemukan dan tampil menghadapi kerbau ngamuk. Kerbau itu
dengan mudah dibunuhnya. Atas jasanya itu, Trenggana mengangkat kembali Jaka Tingkir menjadi
lurah wiratamtama.
Kejadian sesungguhnya atas versi kisah kiasan kerbau mengamuk adalah sebagai berikut.
Sesungguhnya ketika Jaka Tingkir diusir dari Kerajaan Demak, puteri Sultan Trenggana sudah hamil
muda mengandung bayinya Jaka Tingkir. Ketika kandungan membesar dan bayi akan lahir,
hebohlah istana. Bayi harus punya ayah ! Jaka Tingkir harus dicari ! Maka dicarilah Jaka Tingkir ke
seluruh negeri hingga ketemu. Setelah ketemu, Jaka Tingkir dinikahkan dengan sang puteri dan
kelak akan mewarisi tahta kerajaan.
Menjadi Raja Pajang[sunting | sunting sumber]
Prestasi Jaka Tingkir sangat cemerlang meskipun tidak diceritakan secara jelas dalam Babad Tanah
Jawi. Hal itu dapat dilihat dengan diangkatnya Jaka Tingkir sebagai Adipati Pajang bergelar Adipati
Adiwijaya. Ia juga menikahi Ratu Mas Cempaka, putri Trenggana.
Sepeninggal Trenggana tahun 1546, puteranya yang bergelar Sunan Prawoto seharusnya naik
takhta, tapi kemudian ia tewas dibunuh Arya Penangsang (sepupunya di Jipang) tahun 1549. Arya
Penangsang membunuh karena Sunan Prawoto sebelumnya juga membunuh ayah Aryo
Penangsang yang bernama Pangeran Sekar Seda Lepen sewaktu ia menyelesaikan salat ashar di
tepi Bengawan Sore. Pangeran Sekar merupakan Kakak kandung Trenggana sekaligus juga
merupakan murid pertama Sunan Kudus. Pembunuhan-pembunuhan ini dilakukan dengan
menggunakan Keris Kiai Setan Kober. Selain itu Aryo Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri
suami dari Ratu Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara.
Kemudian Aryo Penangsang mengirim utusan untuk membunuh Adiwijaya di Pajang, tapi gagal.
Justru Adiwijaya menjamu para pembunuh itu dengan baik, serta memberi mereka hadiah untuk
mempermalukan Arya Penangsang.
Sepeninggal suaminya, Ratu Kalinyamat (adik Sunan Prawoto) mendesak Adiwijaya agar
menumpas Aryo Penangsang karena hanya ia yang setara kesaktiannya dengan adipati Jipang
tersebut. Adiwijaya segan memerangi Aryo Penangsang secara langsung karena sama-sama
anggota keluarga Demak dan merupakan saudara seperguruan sama-sama murid Sunan Kudus.
Maka, Adiwijaya pun mengadakan sayembara. Barangsiapa dapat membunuh Aryo
Penangsang akan mendapatkan tanah Pati dan mentaok/Mataram sebagai hadiah.
Sayembara diikuti kedua cucu Ki Ageng Sela, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi. Dalam
perang itu, Ki Juru Martani (kakak ipar Ki Ageng Pemanahan) berhasil menyusun siasat cerdik
sehingga sehingga Sutawijaya (Anak Ki Ageng Pemanahan) dapat menewaskan Arya
Penangsang setelah menusukkan Tombak Kyai Plered ketika Aryo Penangsang menyeberang
Bengawan Sore dengan mengendarai Kuda Jantan Gagak Rimang.
Setelah peristiwa tahun 1549 tersebut, Pusat kerajaan tersebut kemudian dipindah
ke Pajang dengan Hadiwijaya sebagai raja pertama. Demak kemudian dijadikan Kadipaten dengan
anak Sunan Prawoto yang menjadi Adipatinya
Hadiwijaya juga mengangkat rekan-rekan seperjuangannya dalam pemerintahan. Mas Manca
dijadikan patih bergelar Patih Mancanegara, sedangkan Mas Wila dan Ki Wuragil dijadikan menteri
berpangkat ngabehi.

Sumpah setia Ki Ageng Mataram[sunting | sunting sumber]


Sesuai perjanjian sayembara, Ki Panjawi mendapatkan tanah Pati dan bergelar Ki Ageng Pati.
Sementara itu, Ki Ageng Pemanahan masih menunggu karena seolah-olah Hadiwijaya menunda
penyerahan tanah Mataram.
Sampai tahun 1556, tanah Mataram masih ditahan Adiwijaya. Ki Ageng Pemanahan segan untuk
meminta. Sunan Kalijaga selaku guru tampil sebagai penengah kedua muridnya itu. Ternyata,
alasan penundaan hadiah adalah dikarenakan rasa cemas Adiwijaya ketika mendengar
ramalan Sunan Prapen bahwa di Mataram akan lahir sebuah kerajaan yang mampu mengalahkan
kebesaran Pajang. Ramalan itu didengarnya saat ia dilantik menjadi raja usai kematian Arya
Penangsang.
Sunan Kalijaga meminta Adiwijaya agar menepati janji karena sebagai raja ia adalah panutan
rakyat. Sebaliknya, Ki Ageng Pemanahan juga diwajibkan bersumpah setia kepada Pajang. Ki
Ageng bersedia. Maka, Adiwijaya pun rela menyerahkan tanah Mataram pada kakak angkatnya itu.
Tanah Mataram adalah bekas kerajaan kuno, bernama Kerajaan Mataram yang saat itu sudah
tertutup hutan bernama Alas Mentaok. Ki Ageng Pemanahan sekeluarga, termasuk Ki Juru Martani,
membuka hutan tersebut menjadi desa Mataram. Meskipun hanya sebuah desa namun bersifat
perdikan atau sima swatantra. Ki Ageng Pemanahan yang kemudian bergelar Ki Ageng Mataram,
hanya diwajibkan menghadap ke Pajang secara rutin sebagai bukti kesetiaan tanpa harus
membayar pajak dan upeti.

Menundukkan Jawa Timur[sunting | sunting sumber]


Saat naik takhta, kekuasaan Adiwijaya hanya mencakup wilayah Jawa Tengah saja, karena
sepeninggal Trenggana, banyak daerah bawahan Demak yang melepaskan diri.
Negeri-negeri di Jawa Timur yang tergabung dalam Persekutuan Adipati Bang Wetan saat itu
dipimpin oleh Panji Wiryakrama bupati Surabaya. Persekutuan adipati tersebut sedang menghadapi
ancaman invansi dari berbagai penjuru, yaitu Pajang, Madura, dan Blambangan.
Pada tahun 1568 Sunan Prapen penguasa Giri Kedaton menjadi mediator pertemuan antara
Hadiwijaya raja Pajang di atas negeri yang mereka pimpin. Sebagai tanda ikatan politik, Panji
Wiryakrama diambil sebagai menantu Adiwijaya.
Selain itu, Adiwijaya juga berhasil menundukkan Madura setelah penguasa pulau itu yang bernama
Raden Pratanu bergelar Panembahan Lemah Duwur Arosbaya menjadi menantunya.
Dalam pertemuan tahun 1568 itu, Sunan Prapen untuk pertama kalinya berjumpa dengan Ki Ageng
Pemanahan dan untuk kedua kalinya meramalkan bahwa Pajang akan ditaklukkan Mataram melalui
keturunan Ki Ageng tersebut.
Mendengar ramalan tersebut, Adiwijaya tidak lagi merasa cemas karena ia menyerahkan semuanya
pada kehendak takdir.

Pemberontakan Sutawijaya[sunting | sunting sumber]


Sutawijaya adalah putra Ki Ageng Pemanahan yang juga menjadi anak angkat Hadiwijaya.
Sepeninggal ayahnya tahun 1575, Sutawijaya menjadi penguasa baru di Mataram, dan diberi hak
untuk tidak menghadap selama setahun penuh.
Waktu setahun berlalu dan Sutawijaya tidak datang menghadap. Adiwijaya mengirim Ngabehi
Wilamarta dan Ngabehi Wuragil untuk menanyakan kesetiaan Mataram. Mereka
menemukan Sutawijaya bersikap kurang sopan dan terkesan ingin memberontak. Namun kedua
pejabat senior itu pandai menenangkan hati Adiwijaya melalui laporan mereka yang disampaikan
secara halus.
Tahun demi tahun berlalu. Adiwijaya mendengar kemajuan Mataram semakin pesat. Ia pun kembali
mengirim utusan untuk menyelidiki kesetiaan Sutawijaya. Kali ini yang berangkat adalah Pangeran
Benawa (putra mahkota), Arya Pamalad (menantu yang menjadi adipati Tuban), serta Patih
Mancanegara. Ketiganya dijamu dengan pesta oleh Sutawijaya. Di tengah keramaian pesta, putra
sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga membunuh seorang prajurit Tuban yang didesak
Arya Pamalad. Arya Pamalad sendiri sejak awal kurang suka dengan Sutawijaya sekeluarga.
Maka sesampainya di Pajang, Arya Pamalad melaporkan keburukan Sutawijaya,
sedangkan Pangeran Benawa menjelaskan kalau peristiwa pembunuhan tersebut hanya kecelakaan
saja. Hadiwijaya menerima kedua laporan itu dan berusaha menahan diri.
Pada tahun 1582 seorang keponakan Sutawijaya yang tinggal di Pajang, bernama Raden Pabelan
dihukum mati karena berani menyusup ke dalam keputrian menemui Ratu Sekar Kedaton (putri
bungsu Adiwijaya). Ayah Pabelan yang bernama Tumenggung Mayang dijatuhi hukuman buang
karena diduga ikut membantu anaknya.
Ibu Raden Pabelan yang merupakan adik perempuan Sutawijaya meminta bantuan
ke Mataram. Sutawijaya pun mengirim utusan untuk merebut Tumenggung Mayang dalam
perjalanan pembuangannya ke Semarang.

Kematian[sunting | sunting sumber]


Perbuatan Sutawijaya itu menjadi alasan Hadiwijaya untuk menyerang Mataram. Perang antara
kedua pihak pun meletus. Pasukan Pajang bermarkas di Prambanan dengan jumlah lebih banyak,
namun menderita kekalahan. Adiwijaya semakin tergoncang mendengar Gunung Merapi tiba-tiba
meletus dan laharnya ikut menerjang pasukan Pajang yang berperang dekat gunung tersebut.
Adiwijaya menarik pasukannya mundur. Dalam perjalanan pulang, ia singgah ke makam Sunan
Tembayat namun tidak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggapnya sebagai firasat
kalau ajalnya segera tiba.
Adiwijaya melanjutkan perjalanan pulang. Di tengah jalan ia jatuh dari
punggung gajah tunggangannya, sehingga harus diusung dengan tandu. Sesampai di Pajang,
datang makhluk halus anak buah Sutawijaya bernama Ki Juru Taman memukul dada Adiwijaya,
membuat sakitnya bertambah parah.
Adiwijaya berwasiat supaya anak-anak dan menantunya jangan ada yang membenci Sutawijaya,
karena perang antara Pajang dan Mataram diyakininya sebagai takdir. Selain itu, Sutawijaya sendiri
adalah anak angkat Adiwijaya yang dianggapnya sebagai putra tertua. Pada cerita rakyat
dinyatakan bahwa sebenarnya Sutawijaya adalah anak kandung Adiwijaya dengan anak Ki Ageng
Sela.
Adiwijaya alias Jaka Tingkir akhirnya meninggal dunia tahun 1582 tersebut. Ia dimakamkan di desa
Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya.

Pengganti[sunting | sunting sumber]


Hadiwijaya memiliki beberapa orang anak. Putri-putrinya antara lain dinikahkan dengan Panji
Wiryakrama Surabaya, Raden Pratanu Madura, dan Arya Pamalad Tuban. Adapun putri yang paling
tua dinikahkan dengan Arya Pangiri bupati Demak. Arya Pangiri sebenarnya adalah anak raja
Demak Sunan Prawoto, yang seharusnya memang Arya Pangiri sebagai penerus garis
suksesi Sultan Demak dahulu.[3]
Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus (pengganti Sunan Kudus) untuk menjadi raja. Pangeran
Benawa sang "putra mahkota" disingkirkan menjadi bupati Jipang. Arya Pangiri pun menjadi raja
baru di Pajang dengan nama tahta Ngawantipura.

Referensi[sunting | sunting sumber]

1. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara
Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 61. ISBN 9798451163.ISBN 9789798451164
2. ^ Kedua nama "Ki Ageng" ini bukanlah nama asli tetapi nama sebutan yang terkait dengan asal
daerah keduanya. Pengging adalah daerah di wilayah Boyolali sekarang dan Tingkir merupakan salah
satu kecamatan di Salatiga.
3. ^ Ricklefs, M. C., A History of Modern Indonesia since c. 1200, Palgrave MacMillan, New York, 2008
(terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8

Pustaka[sunting | sunting sumber]

 Andjar Any. 1980. Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi? Semarang: Aneka Ilmu
 Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
 H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti
 Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek
Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat
Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional
 Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram.
Yogyakarta: Kanisius
 Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu

Anda mungkin juga menyukai