Anda di halaman 1dari 6

Menjadi

Tarbiyah,
Tak Selamanya
Mudah

Oleh
Kurnia Novianti
Hai, Kurnia Novianti di sini. Perempuan yang
barusaja menginjak 25 tahun dan seperti orang
normal yang lain, Ia pernah merasakan quarter-life-
crysis di dalam hidupnya. Diri yang terus merasa
belum menjadi ‘orang’ namun banyak tuntutan sana-
sini yang belum terwujudkan. Ah, sepertinya
berlebihan. Kenyataannya tidak pernah sebegitu
mengerikan. Hanya pikiran dan logika saja yang
seringkali tak sejalan dangan iman. Padahal kata
Allah akan semudah “kun”, maka semua urusan kita
dapat Ia bantu selesaikan.

Kurasa, saat itu hidup yang sebenarnya


dimulai saat aku mengenal istilah-istilah aneh, seperti
“mentoring”, “melingkar”, “liqo”, “ngaji”, “halaqoh”,
“murobbi”, dsb. Iya, aneh sekali. Karena siapa sangka,
setelah mengalami berbagai drama di dalam keluarga
ternyata Allah tuntun langkah ini menuju sebuah
tempat dimana aku bertemu sosok manusia dengan
senyumnya yang nyengir lebar itu, mempersilakanku
bergabung, ngerujak bareng, dan begitu lega rasanya
bisa mendapat tempat bercerita sepuasnya.

“Wah, sekte apa ini?” tak pernah menjadi


kalimat yang kubatin selama itu. Karena saking
nyaman penerimaannya kepadaku, membuatku
terlena dan tak sempat memikirkan hal-hal sekritis
itu. Hingga akhirnya satu-persatu manusia lainnya
ikut bergabung dan membentuk lingkaran yang lebih
lebar, kami dikenalkan dengan hakikat Rabb dan
Tuhan pencipta kami, apa saja 10 karakter muslim
ideal, hingga dipersilakan bercerita hal-hal penting
hingga remeh-temeh yang sepertinya semuanya tetap
dianggap penting oleh murobbi kami saat itu.
Mengapa kami begitu pede? Tentu karena raut
wajahnya yang selalu terlihat antusias menyimak
setiap cerita-cerita kami itu.

Ah, begitu mudah rasanya mengenal tarbiyah.


Taman KB, rujak buah, seragam SMK, pepohonan
rindang dan angin yang bertiup sepoy telah menjadi
saksi bisu bagi kami berenam-belas bahwa kami
pernah melingkar dan tertawa-menangis bersama di
sana. Kini, dengan campur tangan takdir terbaik-Nya,
masing-masing kami dibawa menuju tempat yang
lebih diridhoiNya. Dengan lingkaran yang berbeda,
mau tidak mau, suka atau tidak suka. Mudah atau
tidak mudah pada awalnya.

Kini, dengan berbekal ilmu yang belum


seberapa, Allah mintai pertanggungjawaban yang
lebih besar kepada kita karena ‘usia tarbiyah’ kita
yang sudah 6 tahun lamanya. Tingkah laku di rumah
yang dirasa kurang sesuai kadangkala mengusik dan
menjadikanku seakan manusia super yang tak boleh
lengah. Logikaku berontak, “ya Allah, manusia mana
sih selain Rasulullah yang sempurna? Kan nggak
ada..” namun seketika iman dan halaqoh kembali
menguatkan, “…sudah, sabar dulu saja. Sepertinya
kamu begitu dituntut menjadi baik bukan tanpa
alasan. Mungkin karena kini kamu dilihat sebagai
Brand Ambassador-nya Islam yang dipercaya bisa
menampilkan yang terbaik pula di rumah maupun di
luar sana. Jadi sangat wajar kamu dirindu untuk
menampilkan apa yang Ayah kamu, Ibu kamu, Kakak-
adik kamu inginkan. Meski pastilah sulit menjadi
yang semua orang inginkan, tapi ingatlah satu hal.
“Inna ma’al ‘usri yusro”. Allah pasti bukakan pintu
kemudahan dari setiap langkah kebaikan kita. Tak
apa menyadari bahwa diri kita bukanlah sosok yang
sempurna, bahkan wajib dan harus merasa seperti
itu. Tapi jangan lupakan juga bahwa di setiap
kesulitan, Allah juga selalu hadirkan jalan pintu
keluar menuju kemudahan. Salah satunya, dengan
bertahan di tarbiyah. Karena sebagaimana kalimat
yang seringkali kudengar, “Tarbiyah bukanlah
segala-galanya, tapi segala-galanya bisa bermula
dari tarbiyah”.

--  --

Anda mungkin juga menyukai