Anda di halaman 1dari 56

Nama: Abdul aziz al haq

Nim: 12180211650
Kelas : 5A agroteknologi
Kel. : 1 Eksplan nanas

Jurnal 1: PENGARUH INDOL-3-BUTIRIC-ACID DAN THIDIAZURON


TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS NENAS (Ananas comosus (L) Merr)
CV. SMOOTH CAYYENE SECARA IN VITRO

Pendahuluan
Salah satu kultivar tanaman nenas yang banyak dibudidayakan adalah
nenas cv Smooth Cayenne. Kelebihan nanas kultivar ini adalahnkulit mata besar
tetapi rata karena dangkal, mengandung banyak air, rasa manis, serta mahkota
buah tidak berduri. Kendala utama penyediaan bibit nenas terutama cv Smooth
Cayyene adalah jumlah anakan yang terbatas. Hal ini dikarenakan sulit
memperoleh lebih dari 2 tunas setiap tanaman untuk dijadikan bibit (Selamat,
1996). Keberhasilan pendekatan mikropropagasi tanaman nenas untuk
mendukung penyediaan bibit nenas secara massal telah banyak dilaporkan.
Zapeda dan Sagawa (1981), aplikasi teknik kultur jaringan minimal menghasilkan
5.000 planlet dan dapat diproduksi dalam waktu 12 bulan hanya dari satu mahkota
buah. Penggunaan media cair dengan menggunakan satu pucuk menghasilkan 200
tunas dalam waktu 12-15 minggu. Masing masing tunas dapat di sub kultur
kembali untuk memproduksi lebih banyak lagi tunas. Penggunaan auksin NAA
dan IAA (asam indol asetat) lebih banyak digunakan untuk menginduksi tunas.
Sedangkan sumber auksin indol-3-butiric acid (IBA) dalam perbanyakan nenas
secara in vitro terbatas sebagai media induksi perkaran.Penggunaan IBA dan BA
pada kegiatan multiplikasiSimmondsia chinensisyang menggunakan eksplan
nodul memberikan hasil kurang bagus dengan memberikan jumlah tunas paling
sedikit (Bashir et al., 2007).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IBA dan thidiazuron
terhadap multiplikasi tunas nenas cv Smooth Cayyene secara in vitro.
Metode
Penelitian ini dilakukan di laboratorium kultur jaringan Mitra Anggrek
Indonesia Junrejo Batu Malang. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini
adalah eksplan nenas cv Smooth Cayenne berasal dari perbanyakan kultur
jaringan sub kultur ke-3 dalam media MS0 (tanpa zat pengatur tumbuh). Bagian
eksplan yang digunakan adalah pangkal batang, dengan ukuran ± 0,5 cm.
Media yang digunakan adalah media Murashige and Skoog diperkaya
glukosa 30 gr/l dan zat pengatur tumbuh auksin IBA (indol-3-butiric acid) dan
sitokinin thidiazuron (TDZ). Inokulasi dilakukan dalam laminar air flow (LAF),
sebelumnya telah dilakukan penataan peralatan dalam kegiatan inokulasi. Semua
peralatan yang telah disterilisasi dalam autoclave disinari lampu UV selama satu
jam dalam LAF. Penelitian ini menggunakan 2 faktor perlakuan yang disusun
secara rancangan acak lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah
konsentrasi zat pengatur tumbuh Auksin (IBA) terdiri atas 3 taraf yaitu A1 (0.3
ppm), A2 (0.6 ppm), dan A3 (0.9 ppm). Faktor kedua adalah konsentrasi sitokinin
(TDZ) dengan tiga taraf perlakuan S1 (0,2 ppm), S2 (0.4 ppm), S3 (0.6 ppm).
Hasil
Perkembangan kultur
Pengamatan pada 1 MSI planlet nenas (Ananas comosus (L.) Merr.) cv
Smooth Cayenne hanya merespon pembentukan tunas aksilar. Daun baru
terbentuk pada minggu ke-2, inisiasi akar membutuhkan waktu lebih lama yaitu 6
MSI, sedangkan nodul muncul saat pengamatan terakhir (7 MSI).
Waktu muncul tunas
Pemberian 0,3 ppm IBA dan 0,2 ppm TDZ (A1S1) memberikan respon
muncul tunas tercepat. Perlakuan A2S2 (0,9 ppm IBA dan 0,4 ppm TDZ), A3S2
(0,9 ppm IBA dan 0.4 ppm TDZ), dan A3S3 (0.9 ppm IBA dan 0.6 ppm TDZ)
memberikan respon waktu muncul tunas paling lambat. Perlakuan A1S1 (0,3 ppm
IBA dan 0,2 ppm TDZ) dan A3S2 (0,9 ppm dan 0.4 ppm TDZ) memunculkan
tunas 100% pada minggu ke-3. Perlakuan A3S3 (0,9 ppm IBA dan 0,6 ppm TDZ)
memberikan respon muncul tunas paling lambat.
Jumlah daun setiap tunas
Semakin tinggi pemberian IBA semakin rendah proses multiplikasi tunas
nenas cv Smooth Cayenne. TDZ dengan konsentrasi 0,2 ppm (paling rendah)
memberikan hasil terbaik pada beberapa waktu inkubasi (2 MSI dan 4 MSI).
Jumlah tunas terendah terdapat pada perlakuan S3 (0.6 ppm TDZ) kecuali pada
pengamatan 1 MSI.
Jumlah akar
Akar nenas cv Smooth Cayenne muncul 5 minggu setelah inokulasi.
Pengaruh tunggal dari berbagai konsentrasi IBA yang diberikan (0,3 ppm, 0,6
ppm, 0,9 ppm) tidak memberikan perbedaan nyata terhadap jumlah akar pada
semua waktu pengamatan. Sedangkan pengaruh tunggal TDZ memberikan
pengaruh nyata terhadap jumlah akar pada 7 MSI.Perkembangan pesat jumlah
akar terjadi pada 7 MSI dengan menghasilkan rata rata 0,9 sampai 3,8
akar/eksplan.
jumlah nodul
Pertumbuhan nodul baru terdeteksi setelah planlet telah berumur 7 MSI.
Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap jumlah nodul, diketahui bahwa tidak
terdapat interaksi IBA dan TDZ terhadap jumlah nodul. Pengaruh tunggal masing
masing perlakuan juga tidak berbeda nyata.
Pembahasan
Pada kegiatan multiplikasi tunas nenas cv Smooth Cayyene menggunakan
0,5-2,0 µM NAA sebagai sumber zat pengatur tumbuh dilaporkan membuat arah
regenerasi eksplan terjadi langsung dan tidak langsung (Rosmaina, 2007).
Penggunaan TDZ dan IBA pada penelitian ini memberikan total jumlah eksplan
bertunas sebesar 95,06. Secara terpisah pemberian IBA konsentrasi rendah (0,3
ppm) memberikan pengaruh paling baik terhadap parmeter jumlah tunas
dibandingkan perlakuan lain. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, semakin
menurunkan jumlah tunas yang terbentuk. Penggunaan IBA sebagai sumber
auksin juga dianggap lebih baik dibandingkan IAA karena secara signifikan lebih
stabil dan tidak banyak mengalami degradasi dalam proses autoclave (Scootet al.,
1990).
Pada awal pertumbuhan (1 MSI) tunas yang muncul tidak langsung
membentuk daun. Daun baru muncul pada 2 MSI, meskipun tidak semua tunas
yang muncul membentuk daun. Menurut Rosmaina (2011) eksplan yang memiliki
laju multiplikasi tinggi, jika dihubungkan akan menghasilkan jumlah daun relatif
sedikit. Berbeda dengan Hutchinson et al., (2010) bagaimanapun konsentrasi TDZ
tinggi (5,0 µM) secara signifikan mereduksi jumlah tunas yang dibentuk, tetapi
tidak memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah daun setiap tunas yang dibentuk
eksplan Alstroemeria aurantiaca cv. Rosita. Firoozabady dan Moy (2004)
mengemukakan bahwa pemberian TDZ dengan atau tanpa 0,5 µM IBA dapat
memunculkan struktur nodul globular yang optimal. Semakin tinggi konsentrasi
IBA pada media MS padat menunjukkan kecenderungan penghambatan jumlah
nodul yang terbentuk meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Berbeda
dengan media MS padat yang diperkaya konsentrasi TDZ (0,2 ppm, 0,4 ppm, dan
0,6 ppm).
Kesimpulan
1. Eksplan pangkal batang nenas (Ananas comosus (L) Merr) cv Smooth Cayenne
memberikan respon beragam terhadap media MS pada yang diperkaya IBA dan
TDZ pada konsentrasi.
2. Tidak terjadi interaksi antara pemberian IBA dan TDZ dalam multiplikasi tunas
nenas Smooth Cayenne yang ditumbuhkan dalam media MS padat sampai 7 MSI.
3. Pemberian kombinasi 0,3 ppM IBA dan 0,2 ppm TDZ memberikan pengaruh
persentase muncul tunas terbaik. Secara tunggal pemberian IBA konsentrasi 0,3
ppm memberikan jumlah tunas terbaik pada 5 MSI sebanyak 5,60. Pemberian
TDZ secara tunggal menghasilkan jumlah tunas tertinggi sebesar 5,14 pada 4
MSI. Pemberian 0,2 ppm TDZ dan 0,4 ppm TDZ memberikan jumlah daun setiap
tunas, dan jumlah akar tertinggi dibandingkan pemberian TDZ konsentrasi tinggi
(0,6 ppm).

Jurnal 2: PENGGUNAAN PACLOBUTRAZOLDAN ABA DAL AM


PERBANYAKAN NENAS SIMADU MELALUI KULTUR IN VITRO

Pendahuluan
Perbanyakan secara konvensional menggunakan bermacam-macam bagian, organ
dan jaringan vegetatif seperti 1) suckers yang berasal dari tunas-tunas ketiak daun,
2) ratoon yaitu tunas yang muncul di atas pangkal batang, 3) slips, cabang-cabang
yang muncul dari dasar buah, 4) mahkota (crown) yang muncul dari bagian atas
buah dan 5) batang utama dari tanaman dewasa. Selain menghasilkan jumlah
tunas yang sedikit, perbanyakan konvensional juga membutuhkan waktu yang
lama. Teknik kultur jaringan terutama melalui regenerasi tunas adventif dapat
memberikan harapan yangmenjanjikanuntuk perbanyakan tanaman (Philips, et al,
1995).
Tujuan
Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaru: penggunaan kinetin dan
paclobutrazol atau ABA dalH3 pertumbuhan biakan nenas Simadu.
metode
Bahan yang digunakan sebagai sumber eksplar adalah mahkota buah dari
buah nenas varietas Simadu Media kultur in vitro yang digunakan adalah medk
dasar Murashige dan Skoog (MS), sedangkan zai pengatur tumbuh yang
digunakan adalah kinetin. paclobutrazol dan ABA. Percobaan 1: Eksplan yang
digunakan adalah mata tunas yang sudah steril. Mata tunas tersebut ditanam pada
media MS dengan penambahan kinetin (1,3 dan 5 mg/ 1). Selain itu ke dalam
media juga ditambahkan paclobutrazol pada konsentrasi 0 dan 0,1 mg/1. Sebagai
kontrol, maka digunakan media MS 0 yaitu media dasar MS tanpa penambahan
zat pengatur tumbuh dan zat penghambat pertumbuhan. Media dibuat padat
dengan menambahkan gellrite 2,5 g/1. Kemasaman media dibuat menjadi 5,7
dengan menambahkan HC1 atauNaOH 0,1 N. percobaan 2: hampir sama dengan
percobaan 1, Selain itu ke dalam media juga ditambahkan zat penghambat
pertumbuhan, yaitu ABA pada konsentrasi 0, 0,5 dan 1.0 mg/1. Sebagai kontrol,
maka digunakan media MS 0 yaitu media dasar MS tanpa penambahan zat
pengatur tumbuh dan zat penghambat pertumbuhan. Media dibuat padat dengan
menambahkan gellrite 2,5 g/1. Kemasaman media dibuat menjadi 5,7 dengan
menambahkan HC1 atau NaOH 0,1 N.
Hasil
Percobaan 1: Biakan paling tinggi (1,367 cm) berasal dari perlakuan kinetin 0
mg/1 dan tidak berbeda nyata dengan kinetin 1 mg/1 yaitu 1,060 cm. Antara
perlakuan kinetin 1, 3 dan 5 mg/1 satu sama lain tidak berbeda nyata. Penggunaan
kinetin (0-5 mg/1) tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan secara nyata, di
mana jumlah anakan tertinggi diperoleh dari perlakuan kinetin 3 mg/1 yaitu
sebanyak 2.133. Lambatnya proses multiplikasi tunas pada penelitian ini, dapat
dijelaskan karena eksplan awal yang digunakan hanya mata tunas yang ukurannya
sangat kecil atau dapat pula disebabkan karena adanya zat penghambat tumbuh
dalam media. Pengaruh kinetin terhadap jumlah daun nyata terlihat dengan adanya
peningkatan konsentrasi kinetin. Organ daun paling banyak berasal dari kinetin 5
mg/1 yaitu 14.067 dan tidak berbeda nyata dengan kinetin 3 mg/1 sebesar 13.067.
Jumlah daun paling sedikit yaitu 9.167 berasal dari perlakuan kinetin 0 mg/1.
Percobaan 2: Selain zat penghambat paclobutrazol, telah pula dicoba zat
penghambat lainnya yaitu ABA. Penambahan kinetin (3 dan 5 mg/1) menurunkan
tinggi tunas dan berbeda nyata dengan kinetin 1 mg/1 dan kinetin 0 mg/1
(kontrol), tetapi tidak nyata mempengaruhi jumlah anakan, jumlah daun dan
jumlah akar. Biakan paling tinggi berasal dari kinetin 0 dan 1 mg/1 yaitu 1,217 cm
dan 1,119 cm. Pada percobaan II ini nampaknya penggunaan ABA pada
konsentrasi 0,5 dan 1 mg/1 tidak secara nyata mempengaruhi tinggi tunas, jumlah
anakan dan jumlah akar yang dihasilkan. Namun nampaknya penggunaan ABA
mempengaruhi kandungan air dalam tanaman, di mana tunas terlihat vitrous dan
berbentuk roset.
Kesimpulan
Penggunaan kinetin dan paclobutrazol secara tunggal lebih memacu
multiplikasi biakan daripada pertumbuhan ke arah pemanjangan. Semakin tinggi
konsentrasi kinetin yang digunakan tinggi tunas makin menurun dan jumlah
anakan serta jumlah daun semakin banyak. Penggunaan ABA 1 mg/1 menurunkan
jumlah daun tunas in vitro. Planlet dari hasil perlakuan dengan paclobutrazol
dapat diaklimatisasi di rumah kaca dengan tingkat keberhasilan 95%

Jurnal 3: PERTUMBUHAN TUNAS MAHKOTA NANAS (ANANAS


COMOSUS (L.) MERR) SECARA IN VITRO DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK TOMAT (SOLANUM LYCOPERSICUM L.) DAN BENZYL
AMINO PURIN (BAP).
Pendahuluan
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) merupakan salah satu komoditas buah-
buahan yang potensial untuk dibudidayakan di Kalimantan Barat. Menurut Badan
Pusat Statistik (2011) produksi buah nanas di Kalimantan Barat pada tahun 2009
mencapai 34.874 ton. Budidaya tanaman nanas secara konvensional biasanya
menggunakan bibit dari tunas batang, tunas tangkai buah, tunas pucuk mahkota
nanas, tunas anakan dan stek batang. Tunas pucuk mahkota nanas jarang
digunakan sebagai bibit karena pertumbuhannya lambat dibanding dengan tunas
lainnya. Menurut Sunarjono (2004), penggunaan bibit dengan tunas mahkota
nanas dapat menghasilkan buah pada umur 22-24 bulan setelah tanam.
Kendala yang dihadapi selama pembudidayaan nanas adalah terbatasnya
penyediaan bibit dalam jumlah banyak, seragam dan cepat. Menurut Silvina dan
Muniarti (2007) perbanyakan nanas secara konvensional menggunakan satu
tanaman induk dapat menghasilkan 5 bakal bibit namun pertumbuhannya tidak
seragam dan menghasilkan kualitas buah yang kurang baik. Salah satu alternatif
dalam perbanyakan tanaman nanas adalah dengan kultur in vitro. Perbanyakan
tanaman melalui kultur in vitro dapat menghasilkan tanaman yang sama dengan
induknya dan seragam (Wattimena, 1992). Penelitian kultur jaringan nanas
dengan mengunakan kombinasi zpt sintetik sudah pernah dilakukan, tetapi belum
menghasilkan tunas dalam jumlah yang banyak, sehingga perlu zpt dari bahan
organik seperti tomat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian kultur jaringan
nanas mengunakan kombinasi ekstrak tomat dan BAP.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh penambahan
ekstrak tomat dan BAP dan konsentrasi yang terbaik untuk pertumbuhan tunas
mahkota nanas (A. comosus (L.) Merr).
Metode
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu ekstrak tomat
dengan empat taraf konsentrasi 0% (T0), 5% (T1), 10% (T2)dan 15% (T3). Faktor
kedua yaitu BAP dengan empat taraf konsentrasi 0 M (B0),10- 5M (B1), 10-6 M
(B2) dan 10-7 M (B3). Pembuatan Ekstrak Tomat : Buah tomat dipilih
yang sudah masak yang ditandai dengan kulit buah berwarna merah kemudian
ditimbang sebanyak 500 g dan di blender tanpa menggunakan air sehingga didapat
ekstrak tomat kasar. Ekstrak tomat kemudian disaring untuk memisahkan ampas
dari ekstraknya sehingga didapat ekstrak tomat 100%. Hasil saringan dimasukkan
ke dalam botol dan ditutup.
Sterilisasi Eksplan: Eksplan tunas pucuk mahkota nanas dibuang daunnya
kemudian dicuci dengan deterjen selama 30 menit di bawah air mengalir. Eksplan
direndam dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 1 jam sambil digojog.
Selanjutnya proses sterilisasi eksplan dilakukan di dalam LAFC. Eksplan dibilas
dengan akuades steril 1 kali. Eksplan direndam dalam larutan NaClO 15%
kemudian direndam dalam larutan NaClO 10%. Setelah itu eksplan dibilas dengan
akuades sebanyak 3 kali (Silvina dan Muniarti, 2007).
Penanaman Eksplan : Eksplan yang telah disterilisasi diletakkan pada
cawan petri yang di alasi dengan kertas saring. Eksplan dipotong menggunakan
skalpel dengan ukuran sekitar 2 cm, kemudian eksplan ditanam ke dalam botol
kultur yang telah berisi media dimana setiap botol ditanam 2 potong eksplan.
Botol kultur ditutup dan diberi label. Eksplan dipelihara di dalam botol kultur
selama 12 minggu.
Hasil
Hasil penelitian menunjukan bahwa waktu muncul tunas memiliki faktor
tunggal ekstrak tomat dan BAP tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pucuk
dan daun. Faktor tunggal ekstrak buah tomat dan BAP mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap waktu pembuatan tembak untuk muncul. Waktu terlama yang
diperlukan hingga muncul gambar adalah 37,83 hari pada perawatan ekstrak tomat
15%, dan 36,33 hari pada perlakuan BAP 10-7 M.
Berdasarkan hasil analisis perlakuan ekstrak tomat 5% dan 10% tidak
berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak tomat 0% (kontrol) terhadap waktu
muncul tunas. Kondisi ini diduga karena pengaruh eksplan yang digunakan berupa
meristem pucuk yang berfungsi sebagai tempat sintesis auksin sehingga
kandungan auksin endogen di dalam eksplan sudah mencukupi untuk
pembentukan tunas.
Hal ini menunjukkan bahwa waktu munculnya tunas tidak bergantung
pada penambahan ekstrak tomat Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor
tunggal ekstrak tomat dan faktor tunggal BAP serta interaksi antara ekstrak tomat
dan BAP tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas dan jumlah daun eksplan
mahkota nanas (A. comosus). Hal ini diduga tidak tercapainya perimbangan yang
tepat antara zpt endogen dari eksplan mahkota nanas (A. comosus) dengan zpt
eksogen dari ekstrak tomat dan BAP. Hormon eksogen yang ditambahkan ke
dalam media akan mengubah keseimbangan zpt dalam sel tanaman.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil diatas menunjukan bahwa waktu muncul tunas
menunjukkan bahwa faktor tunggal ekstrak tomat dan BAP tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah pucuk dan daun. Faktor tunggal ekstrak buah tomat dan
BAP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap waktu pembuatan tembak
untuk muncul. Waktu terlama yang diperlukan hingga muncul gambar adalah
37,83 hari pada perawatan ekstrak tomat 15%, dan 36,33 hari pada perlakuan BAP
10-7 M.

Jurnal 4: INDUKSI TUNAS NANAS (ANANAS COMOSUS L. MERR) IN


VITRO DENGAN PEMBERIAN DOSIS AUKSIN DAN SITOKIN YANG
BERBEDA

Pendahuluan
Nanas (Ananas comosus L.) pada mulanya hanya diketahui sebagai
tanaman pekarangan, sekarang penanamannya sudah menjadi tanaman
perkebunan. Nanas merupakan tanaman yang perlu dikembangkan dalam skala
perkebunan karena buahnya bernilai ekonomi, permintaan pasar, komoditi buah
ekspor ketiga didunia setelah Negara Filipina dan Thailand. Komoditi nanas telah
lama dibudidayakan di Indonesia, memiliki potensi ekspor sangat besar, dapat
dikembangkan sebagai buah segar maupun untuk diversifikasi olahan dengan
bahan dasar, namun ketersediaan tanaman ini masih kurang Untuk pengembangan
tanaman ini dan untuk kebutuhan penanaman massal dengan luas areal yang lebih
luas, dibutuhkan bibit dalam jumlah yang banyak dan seragam, sehingga
diperlukan suatu solusi yang dapat mengatasi problema tersebut hingga akhirnya
dapat dilakukan perluasan pertanaman dan pemasaran nanas ini. Salah satu
teknologi harapan dan merupakan alternatif pilihan yang dapat memecahkan
masalah ini dan telah terbukti memberikan keberhasilan adalah melalui teknik
kultur jaringan. Sistem regenerasi yang digunakan untuk menghasilkan planlet
melalui kultur in vitro dianjurkan berupa pembentukan langsung dari organ
tanaman atau “direct organogenesis” (Goh et al 1994).
Maka dari itu untuk melakukan perbanyakan nanas dengan teknik in vitro,
dibutuhkan beberapa zat pengatur tumbuh, untuk menginduksi pertumbuhan dan
pengakaran nanas. Salah satu komponen media yang menentukan keberhasilan
kultur jaringan adalah jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) yang
digunakan. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan dan tahap
pengulturan. Adapun untuk membentuk tunas, ZPT yang sering digunakan adalah
golongan Sitokinin seperti Benzyl Amino Purin (BAP) (Marlin, 2005, Harahap,
2011).
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Pengaruh pemberian
dosis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Sitokinin (BAP) terhadap pertumbuhan nanas
(Ananas comosus L.) in vitro, 2) Pengaruh pemberian dosis ZPT Auksin (IAA)
terhadap pertumbuhan nanas (Ananas comosus L.) in vitro, 3) Pengaruh interaksi
ZPT auksin (IAA) dan sitokinin (BAP) terhadap pertumbuhan nanas (Ananas
comosus L.) in vitro.
Metode
Rancangan percobaan untuk optimasi media pertumbuhan dalam
penelitian ini akan digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Pola
media pertumbuhan yaitu: Media dasar MS + ZPT BAP dan IAA, yang terdiri
dari: Faktor I : ZPT BAP (faktor A), terdiri dari 4 taraf perlakuan; A0 = 0 mg/l,
A1 = 2 mg/l, A2 = 4 mg/l, A3 = 6 mg/l. Faktor II : ZPT IAA (faktor B) terdiri dari
3 taraf perlakuan, yaitu : B0 = 0 mg/l, B1 = 0,5 mg/l, B2 = 1 mg/l. Kombinasi
yang diperoleh adalah 12 unit percobaan, dengan 4 ulangan, sehingga di peroleh
48 unit percobaan.
Tahapan pekerjaan dimulai dengan pembuatan Media: membuat larutan
stok, menimbang unsur hara makro, myo-inositol, sukrosa dan memipet stok
mikro serta vitamin sesuai dengan kebutuhan perlakuan, memasukkan semua
bahan ke dalam beaker glass, menambahkan aquades steril sampai volume 1000
ml. Lalu diberi ZPT sesuai perlakuan, mengukur pH media (4,8 - 5,6), memasak
lalu media di tuang ke botol-botol kultur yang telah disterilkan, menutup botol
dan memberi label sesuai dengan perlakuan, mensterilkan media dengan autoclave
pada tekanan 17,5 psi, 1210C selama 20 menit, lalu menyimpannya di rak kultur.
Tahapan Penanaman dimulai dengan menghidupkan, membersihkan
LAFC dengan alkohol 70%, menyiapkan bahan, mengambil eksplan dan
menanamkannya pada media yang sesuai dengan perlakuan, memberi label dan
meletakkan di rak-rak kultur.
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan 1) Jumlah tunas : ZPT Sitokinin, auksin
tidak berpengaruh terhadap jumlah tunas, interaksi keduanya mempengaruhi
jumlah tunas. 2) Jumlah daun : ZPT Sitokinin, auksin berpengaruh terhadap
jumlah daun, interaksi keduanya tidak mempengaruhi jumlah daun. 3) Jumlah
akar : ZPT Sitokinin berpengaruh terhadap jumlah akar, Auksin dan interaksi
keduanya tidak mempengaruhi jumlah akar. Semakin tinggi konsentrasi sitokinin
yang diberikan akan semakin menurunkan jumlah akar yang terbentuk.
kesimpulan
Zat pengatur tumbuh (ZPT) Sitokinin, auksin tidak mempengaruhi
pertambahan jumlah tunas, namun interaksi keduanya mempengaruhi jumlah
tunas. ZPT Sitokinin, auksin berpengaruh terhadap jumlah daun, interaksi
keduanya tidak mempengaruhi jumlah daun. ZPT Sitokinin berpengaruh terhadap
jumlah akar, Auksin dan interaksi keduanya tidak mempengaruhi jumlah akar.
Semakin tinggi konsentrasi sitokinin yang diberikan akan semakin menurunkan
jumlah akar yang terbentuk dan diibutuhakn kombinasi tertentu untuk
meningkatkan jumlah tunas, jumlah daun dan jumlah akar tanaman nanas

Jurnal 5: MULTIPLIKASI EKSPLAN MAHKOTA NANAS (Ananas comosus


L. Merr.) VARIETAS SUSKA KUALU RIAU PADA PERLAKUAN BAP DAN
NAA
Pendahuluan
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang penting karena bernilai ekonomis dan mempunyai nilai gizi
yang tinggi. Nanas mempunyai kontribusi sebesar 8% dari produksi buah segar
dunia, dan Indonesia merupakan negara penghasil nanas segar dan olahan terbesar
ketiga setelah Thailand dan Philipina. Peningkatan produksi tanaman nanas
mempunyai potensi unggul yang dapat dikembangkan di Riau. Keunggulan buah
nanas di Riau salah satunya dapat tumbuh dilingkungan yang adaptif pada tanah
gambut, sehingga berpotensi untuk dikembangkan. Perbanyakan nanas secara
konvensional menggunakan satu tanaman induk dapat menghasilkan lima bakal
bibit namun pertumbuhannya tidak seragam dan menghasilkan kualitas buah yang
kurang baik. Upaya untuk meningkatkan ketersediaan bibit yang unggul, seragam
dan banyak dapat diperbanyakan secara kultur in-vitro.
Kultur jaringan secara in-vitro merupakan teknik mengisolasi bagian
tanaman, kemudian menumbuhkannya dalam media buatan yang mengandung
nutrisi lengkap di lingkungan aseptis. Dalam teknik ini dapat dihasilkan tanaman
yang seragam dan unggul, dapat dilakukan dengan cepat serta dalam skala banyak
dan bibit yang dihasilkan akan sama dengan induknya, bibit yang bebas penyakit
dan produksi bibit dapat dilakukan sepanjang musim (Harahap dkk., 2019).
Dalam hal ini teknik kultur in-vitro ini memerlukan keberhasilan yaitu
penggunaan media. Media Murashige dan Skoog (MS) dan zat pengatur tumbuh
(ZPT) yang dapat menentukan keberhasilan dalam teknik ini juga yaitu
penggunakan hormon auksin dan sitokinin.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi BAP
dan NAA terhadap Mahkota Nanas Suska Kualu
Metode
Strategi yang dilakukan yaitu dengan pemberian zpt BAP dan NAA.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang
terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi ZPT BAP yang terdiri dari
4 taraf yaitu 0 ppm (B0), 0,1 ppm (B1), 1,0 ppm (B2) dan 10 ppm (B3). Faktor
kedua adalah konsentrasi ZPT NAA yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0 ppm (N0), 0,1
ppm (N1), 1,0 ppm (N2) dan 10 ppm (N3). Kombinasi perlakuan sebanyak 16
dengan 3 kali ulangan sehingga 48 unit percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri
dari 4 botol dimana 2 botol sebagai sampel, sehingga total keseluruhan tanaman
berjumlah 192 botol.
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Secara interaksi maupun
pengaruh utama BAP dan NAA berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh
eksplan mahkota nanas Suska Kualu. Rata-rata hasil persentase tumbuh eksplan
mahkota nanas setelah di uji lanjut DMRT pada p> 0.05. Berdasarkan umur
muncul tunas (hari) menunjukkan interaksi BAP dan NAA tidak memberikan
pengaruh nyata meskipun demikian secara angka berbeda antara kombinasi satu
dengan lainnya. Hal ini dikarenakan dua golongan ZPT yang sering digunakan
secara umum media percobaan dengan perlakuan kombinasi BAP dan NAA
menyebabkan organogenesis yaitu terbentuknya tunas yang didahului dengan
pembentukan nodul Kombinasi antara auksin dengan sitokinin dapat memacu
terjadinya morfogenesis dalam pembentukan tunas. Hal ini sesuai dengan
penelitian Regenerasi tunas dan akar pada in vitro dikontrol secara hormonal oleh
zat pengatur tumbuh sitokinin dan auksin dengan nisbah sitokinin dan auksin yang
tinggi sehingga mampu mendorong terjadinya pembentukan tunas.
Berdasarkan umur muncul akar (hari) menunjukkan secara interaksi BAP
dan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap umur muncul akar. Sedangkan
perlakuan utama BAP dan NAA secara tunggal berpengaruh nyata terhadap umur
muncul akar. Rerata hasil pengamatan umur muncul akar setelah di uji lanjut
DMRT pada p> 0.05. Berdasarkan jumlah tunas (Shoot) menunjukkan interaksi
BAP dan NAA memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap jumlah tunas.
Pembentukan dan multiplikasi tunas pada media perlakuan dengan konsentrasi
berbeda diduga karena konsentrasi sitokinin eksogen yang ditambahkan ke dalam
media kultur lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi auksin endogen yang
dihasilkan oleh eksplan. Berdasarkan jumlah daun (helai) menunjukkan n bahwa
secara interaksi berbeda nyata. Selanjutnya secara pengaruh utama BAP dan NAA
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun eksplan mahkota nanas Suska Kualu.
Rata-rata hasil jumlah daun eksplan mahkota nanas setelah di uji lanjut DMRT
pada p> 0.05. berdasarkan jumlah akar menunjukkan bahwa secara interaksi
maupun secara utama pemberian perlakuan BAP dan pemberian perlakuan NAA
berpengaruh nyata terhadap jumlah akar eksplan mahkota nanas Suska Kualu
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Interaksi pemberian BAP dan NAA memberikan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah eksplan terkontaminasi, persentase tumbuh eksplan,umur muncul tunas,
umur muncul akar, jumlah tunas, jumlah daun, dan jumlah akar.
2. Pengaruh utama pemberian BAP nyata terhadap umur muncul tunas, umur
muncul akar dan jumlah tunas. Pemberian perlakuan terbaik dengan konsentrasi
tertinggi pada kedua ZPT BAP dan NAA.
3. Pengaruh utama pemberian NAA nyata terhadap umur muncul tunas, umur
muncul akar dan jumlah tunas. Pemberian pengaruh utama terbaik adalah pada
konsentrasi yang tertinggi.
Berita Biologi 9(6) • Desember 2009

PENGGUNAAN PACLOBUTRAZOLDAN ABA DAL AM PERBANYAKAN


NENAS SIMADU MELALUI KULTUR IN VITROX
[Using Paclobutrazol and ABA on Simadu Pineaplle Variety through in vitro Culture]

Ragapadmi Purnamaningsih^*, Ika Mariska dan Yati Supriati


Balai Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
Jin Tentara Pelajar No 3 A, Bogor
'e-mail: raga_padmi@yahoo.com

ABSTRACT
Pineapple (Ananas comosus L. Merr.), represents an important crop in Subang. Somaclonal variation is one of the problem to
develop pineapple, especially Simadu variety. Probability to conduct Simadu progeny from the mother plant is very low (5%). Its
caused by chimeric of the somatic cells that form meristem. In vitro culture is the alternative method to solve the problem by using
the meristem cells from Simadu fruit as explant. Unfortunately, genetic diversity has been observed in many spesies during tissue
culture. This phenomenon is usually termed somaclonal variation. Many studies on pineapple demonstrsted that some in vitro
propagated materials differ from the source materials from which they are derived. To minimize genetic variability, the use of
growth inhibitor such as paclobutazol and absisic acid hopefully would gave the important role in genetic stability. The aim of the
research is to multiply Simadu pineapple by using tissue culture technic. In vitro shoot induce from crown of the Simadu fruit until
get the sterile shoots. Combination of kinetin (0-5 ppm) with paclobutrazol ( 0-0.1 ppm) or ABA (0-1 ppm) was used in the
multiplication stage. Result showed that there are no interaction between kinetin and paclobutrazol or ABA, but there is influence
of the single factor. Kinetin increase leave number but decrease plant height and root number. Paclobutrazol increase shoot and
leave number, but decrease plant height and root number. There is no influence of ABA to plant height, shoot and root number but
decreased leaves number.

Kata kunci: Nenas, perbanyakan, kultur in vitro, paclobutrazol, ABA.

PENDAHULUAN pada saat buah dijual, sedangkan sucker hanya dapat


Nenas {Ananas comosus L. Merr.) merupakan diperoleh dalam jumlah terbatas, karena ukurannya
tanaman penting di daerah tropis; Thailand merupakan bervariasi sehingga seringkali menyebabkan
produsen utama. Tanaman nenas memiliki buah yang terbentuknya buah yang bervariasi (Firoozabady dan
rasanya manis, segar dan beraroma tajam. Buah nenas Moy, 2004). Selain menghasilkan jumlah tunas yang
sangat kaya akan vitamin A, B, C, kalium, fosfor dan sedikit, perbanyakan konvensional juga membutuhkan
besi (Sripaoraya, 2003). Menurut Kiss et al. (1995) nenas waktu yang lama. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
merupakan tanaman yang selalu diperbanyak secara diperlukan teknologi alternatif untuk memperbanyak
vegetatif. Perbanyakan secara konvensional tanaman nanas agar kebutuhan bibit nanas dapat
menggunakan bermacam-macam bagian, organ dan terpenuhi dalam jumlah yang besar, waktu yang singkat
jaringan vegetatif seperti 1) suckers yang berasal dari dan mutu yang seragam.
tunas-tunas ketiak daun, 2) ratoon yaitu tunas yang Nenas varietas Simadu merupakan salah satu
muncul di atas pangkal batang, 3) slips, cabang-cabang komoditas unggulan dari Kabupaten Subang. Harga
yang muncul dari dasar buah, 4) mahkota (crown) yang buah nenas Simadu relatif lebih tinggi dibanding nenas
muncul dari bagian atas buah dan 5) batang utama dari lainnya. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan
tanaman dewasa. tanaman nenas Simadu secara konvensional adalah
Selama ini penyediaan bibit tanaman nanas timbulnya keragaman sehingga sifat pohon induknya
dilakukan dengan menggunakan cara konvensional tidak dapat dipertahankan (Roostika dan Mariska,
yaitu dengan menanam crown atau dengan 2003). Pada umumnya dari satu areal pertanaman nenas
menggunakan an akan. Perbanyakan tanaman dengan Simadu hanya dapat diperoleh buah nenas Simadu
menggunakan crown/sucker hanya dapat dilakukan paling besar 5% (Narli, komunikasi pribadi April 2007).
pada beberapa kultivar, karena terbatasnya propagul Teknik kultur jaringan terutama melalui
(Sripaoraya et al., 2003). Crown hanya dapat diperoleh regenerasi tunas adventif dapat memberikan harapan

'Diterima: 19 Juni 2009 - Disetujui: 7 September 2009

751
Purnamaningsih et al. - Penggunaan Paclobutrazol dan ABA dalam Perbanyakan Nenas Simadu Melalui Kultur In Vitro

yangmenjanjikanuntuk perbanyakan tanaman (Philips, adalah zat penghambat pertumbuhan yang ban>34
et al, 1995). Metoda ini dapat diterapkan untuk digunakan pada jaringan tanaman yang dikulturkar
memperbanyak tanaman nenas Simadu karena secara in vitro untuk menekan pertumbuhan ruci;
perbanyakan secara konvensional tidak dapat (George dan Sherrington, 1984).
memberikan kepastian hasil yang tinggi walaupun Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaru:
diperbanyak secara vegetatif. Tanaman nenas Simadu penggunaan kinetin dan paclobutrazol atau ABA dalH3
apabila ditanam kembali belum tentu menjadi tanaman pertumbuhan biakan nenas Simadu.
nenas Simadu. Menurut Anonim (2003) hal tersebut
disebabkan adanya mutasi pada sebagian sel-sel BAHANDAN METODA
somatik yang menyusun meristem "khimera". Bahan Bahan yang digunakan sebagai sumber eksplar
tanaman yang digunakan secara konvensional terdiri adalah mahkota buah dari buah nenas varietas Simadu
dari banyak meristem sehingga tanaman yang Media kultur in vitro yang digunakan adalah medk
dihasilkan dapat beragam, ada yang sama dan tidak dasar Murashige dan Skoog (MS), sedangkan zai
sama sifatnya dengan pohon induknya. Untuk pengatur tumbuh yang digunakan adalah kinetin.
memecahkan masalah tersebut pada penelitian ini paclobutrazol dan ABA. Penelitian dilakukan di
digunakan mata tunas dengan ukuran kecil yang Laboratorium Biologi Sel dan Jaringan, BBPP
berasal dari nenas Simadu dan planlet yang tumbuh Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
dari setiap mata tunas dianggap sebagai individu baru, Bogor.
sehingga diharapkan akan diperoleh biakan nenas Untuk mendapatkan sumber eksplan maka dipilfli
Simadu yang mempunyai sifat yang sama dengan mahkota buah (crown) yang masih segar atau baru
induknya. dipetik dari pohon. Sebagai sumber eksplan digunakan
Salah satu masalah yang dihadapi dalam mata tunas yang berukuran ± 2 - 4 mm yang diisolasi
penggunaan teknik kultur jaringan adalah timbulnya dari mahkota buah. Untuk menghasilkan bahan tanaman
keragaman genetik pada tanaman yang diperbanyak (eksplan) yang steril, maka digunakan bahan-bahan
melalui kultur jaringan. Fenomena ini disebut variasi sterilan antara lain alkohol, HgCL, 0.2% dan clorox 15
somaklonal (Karp, 1991). Studi pada tanaman pisang dan 30%. Setelah diperoleh eksplan yang steril,
menunjukkan bahwa tanaman pisang yang diperbanyak selanjutnya ekplan ditumbuhkan pada media MS
melalui teknik kultur jaringan memperlihatkan dengan penambahan kinetin 3 mg/1 agar diperoleh
perbedaan dengan tanaman asalnya, yaitu meliputi anakan-anakan baru yang akan digunakan pada
ukuran tanaman, morfologi bunga dan daun (Cote et perlakuan selanjutnya. Penelitian ini terdiri atas dua
al, 1993). Penggunaan BAP dalam kultur in vitro nenas kegiatan.
sering dilaporkan menyebabkan terjadinya perubahan
sifat genetik yang tinggi (Anon., 2003). Selanjutnya Percobaan I
Firoozabady dan Gutterson (2003) menyatakan bahwa Eksplan yang digunakan adalah mata tunas
penggunaan BAP 1,5 mg/1 dikombinasikan dengan yang sudah steril. Mata tunas tersebut ditanam pada
NAA 0,5 mg/1 dalam kultur jaringan nenas, dapat media MS dengan penambahan kinetin (1,3 dan 5 mg/
meningkatkan daya multiplikasi 3 - 4 kali setiap bulan, 1). Selain itu ke dalam media juga ditambahkan zat
namun ditemukan adanya perubahan morfologi pada penghambat pertumbuhan, yaitu paclobutrazol pada
tanaman hasil kultur jaringan. konsentrasi 0 dan 0,1 mg/1. Sebagai kontrol, maka
Untuk menekan/meminimalkan terjadinya digunakan media MS 0 yaitu media dasar MS tanpa
perubahan sifat genetik dapat dilakukan dengan penambahan zat pengatur tumbuh dan zat penghambat
meminimalkan kandungan unsur hara dan penggunaan pertumbuhan. Media dibuat padat dengan
zat pengatur tumbuh yang mempunyai aktivitas rendah menambahkan gellrite 2,5 g/1. Kemasaman media dibuat
(antara lain kinetin), atau dengan pemberian zat menjadi 5,7 dengan menambahkan HC1 atauNaOH 0,1
penghambat pertumbuhan. Paclobutrazol dan ABA N.

752
Berita Biologi 9(6) - Desember 2009

Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Tabel 1. Pengaruh kinetin terhadap tinggi tunas,
rancangan acak lengkap yang disusun secara faktorial umur 4 minggu
dengan 15 ulangan. Adapun faktor yang diuji adalah Konsentrasi (mg/1) Tinggi (cm)

konsentrasi kinetin dan paclobutrazol. Apabila terdapat Kinetin 0 1.367a


perbedaan yang nyata, maka uji lanjut dilakukan dengan Kinetin 1 1.060ab
menggunakan DMRT pada taraf 5%. Kinetin 3 0.800b
Kinetin 5 1.040b

Percobaan II Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
Eksplan yang digunakan adalah mata tunas satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.
yang sudah steril. Mata tunas tersebut ditanam pada
media MS dengan penambahan kinetin (1,3 dan 5 mg/ Tabel 2. Pengaruh paclobutrazol terhadap tinggi
1). Selain itu ke dalam media juga ditambahkan zat tunas, umur 4 minggu
penghambat pertumbuhan, yaitu ABA pada Konsentrasi (mg/1) Tinggi (cm)
konsentrasi 0, 0,5 dan 1.0 mg/1. Sebagai kontrol, maka Paclobutrazol 0 1.254a
digunakan media MS 0 yaitu media dasar MS tanpa Paclobutrazol 0.1 0.741b
penambahan zat pengatur tumbuh dan zat penghambat Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
pertumbuhan. Media dibuat padat dengan satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.
menambahkan gellrite 2,5 g/1. Kemasaman media dibuat
Tabel 3. Pengaruh kinetin terhadap jumlah anakan,
menjadi 5,7 dengan menambahkan HC1 atau NaOH 0,1
umur 4 minggu
N.
Konsentrasi (mg/1) Jumlah anakan
Rancangan perlakuan yang digunakan adalah
Kinetin 0 1.167ab
rancangan acak lengkap yang disusun secara faktorial Kinetin 1 1.000"
dengan 15 ulangan. Adapun faktor yang diuji adalah Kinetin 3 2.133"
konsentrasi kinetin dan paclobutrazol. Apabila terdapat Kinetin 5 1.733ab
perbedaan yang nyata, maka uji lanjut dilakukan dengan
menggunakan DMRT pada taraf 5%. Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.

Peubah yang diamati Tabel 4. Pengaruh paclobutrazol terhadap jumlah


Peubah yang diamati adalah jumlah anakan anakan, umur 4 minggu
yang terbentuk, jumlah daun, jumlah akar, tinggi tunas Konsentrasi (mg/1) Jumlah anakan
serta kondisi visual biakan. Paclobutrazol 0 1.167"
Paclobutrazol 0.1 2.136"

HASIL
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
Percobaan I satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.
Hasil pengamatan terhadap semua peubah
yang diamati (tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah Tabel 5. Pengaruh kinetin terhadap jumlah daun,
umur 4 minggu
daun dan jumlah akar menunjukkan tidak ada pengaruh
interaksi antara kinetin dan paclobutrazol, tetapi Konsentrasi (mg/1) Jumlah daun

terdapat pengaruh faktor tunggalnya (kinetin dan Kinetin 0 9.167°

paclobutrazol) (Tabel 1-8). Kinetin 1 11.400*"

Percobaan II Kinetin 3 13.067ab


Kinetin 5 14.067a
Sama halnya dengan percobaan I, hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa tidak terlihat adanya
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
interaksi antara penggunaan kinetin dan ABA terhadap satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.
tinggi tunas, jumlah anakan, jumlah daun dan jumlah

753
Purnamaningsih et al. - Penggunaan Paclobutrazol dan ABA dalam Perbanyakan Nenas Simadu Melalui Kultur In Vitro

Tabel 6. Pengaruh paclobutrazol


terhadap jumlah daun, umur 4 minggu
Konsentrasi (mg/I) Jumlah daun
Paclobutrazol 0 10.958"
Paclobutrazol 0.1 14.227a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada


satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.

Tabel 7. Pengaruh kinetin terhadap


jumlah akar, umur 4 minggu
Konsentrasi (mg/1) Jumlah akar
Kinetin 0 3.333"
Kinetin 1 1.900b
Kinetin 3 0.330°
Kinetin 5 0.330c

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada


satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.

Tabel 8. Pengaruh paclobutrazol


terhadap jumlah akar, umur 4 minggu
Konsentrasi (mg/1) Jumlah akar
Paclobutrazol 0 1.625a
Paclobutrazol 0.1 0.455b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada


satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.

akar. Akan tetapi terlihat adanya pengaruh faktor


tunggal yaitu kinetin dan ABA terhadap semua peubah
yang diamati. Pengaruh kinetin dan ABA terhadap
pertumbuhan biakan disajikan pada Tabel 9-16.
Visualisasi biakan pada perlakuan ABA disajikan pada
Foto 2.

PEMBAHASAN
Percobaan I
Biakan paling tinggi (1,367 cm) berasal dari
perlakuan kinetin 0 mg/1 dan tidak berbeda nyata
dengan kinetin 1 mg/1 yaitu 1,060 cm. Antara perlakuan
kinetin 1, 3 dan 5 mg/1 satu sama lain tidak berbeda
nyata (Tabel 1) (Foto 1). Pemberian paclobutrazol 0,1
Foto 1. Visualisasi biakan pada media MS dengan
mg/1 menurunkan tinggi biakan menjadi 0,741 cm,
penambahan paclobutrazol 0.1 mg/1.
sedangkan tanpa paclobutrazol tingginya dapat a. MS tanpa zpt (kontrol)
mencapai 1,254 cm. Paclobutrazol merupakan zat b. MS + Kinetin 1 mg/1 + Paclobutrazol 0.1 mg/1
penghambat tumbuh yang banyak digunakan untuk c. MS + Kinetin 3 mg/1 + Paclobutrazol 0.1 mg/1
penyimpanan biakan secara in vitro. Dengan adanya d. MS + Kinetin 5 mg/1 + Paclobutrazol 0.1 mg/1

754
Berita Biologi 9(6) - Desember 2009

Tabel 9. Pengaruh kinetin terhadap tinggi tunas, Tabel 13. Pengaruh kinetin terhadap jumlah daun, umur
umur 4 minggu 4 minggu
Konsentrasi (mg/1) Tinggi (cm) Konsentrasi (mg/1) Jumlah daun
a
Kinetm 0 1.217 Kinetin 0 8.833a
a
Kinetin 1 1.119 Kinetin 1 8.313a
Kinetm 3 0.943b Kinetin 3 9.429a
Kinetin 5 0.862b Kinetin 5 9.048a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT. satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.

Tabel 10. Pengaruh ABA terhadap tinggi tunas, umur Tabel 14. Pengaruh ABA terhadap jumlah daun, umur
4 minggu 4 minggu
Konsentrasi (mg/1) Tinggi (cm) Konsentrasi (mg/1) Jumlah daun

ABA 0 1.017a ABA 0 8.833a


ABA 0.5 0.968a ABA 0.5 8.286*
a
ABA 1.0 0.967 ABA 1.0 7.429b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT. satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.

Tabel 11. Pengaruh kinetin terhadap jumlah anakan,


Tabel 15. Pengaruh kinetin terhadap jumlah akar, umur
umur 4 minggu
4 minggu
Jumlah Konsentrasi (mg/1) Tinggi (cm)
Konsentrasi (mg/1)
anakan
Kinetin 0 Ia Kinetin 0 1.667a

Kinetin 1 Ia Kinetin 1 1.437a

Ia Kinetin 3 1.286a
Kinetin 3
Ia
Kinetin 5 1.238a
Kinetin 5

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT. satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.

Tabel 12. Pengaruh ABAterhadapjumlah anakan, umur


4 minggu
Tabel 16. Pengaruh ABAterhadapjumlah akar, umur
Jumlah 4 minggu
Konsentrasi (mg/1)
anakan Konsentrasi (mg/1) Jumlah daun
ABAO la
ABA 0 1.611a
ABA 0.5 la
ABA 0.5 1.417a
ABA 1.0 la
ABA 1.0 1.045a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT. satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5%, uji DMRT.

755
Purnamaningsih et al. - Penggunaan Paclobutrazol dan ABA dalam Perbanyakan Nenas Simadu Melalui Kultur In Vitro

Jit
Foto 2. Visualisasi biakan pada media MS dengan penambahan Kinetin dan ABA
a. Kinetin 1 mg/1 +ABA. 1 mg/1
b. Kinetin 3 mg/1+ABA 1 mg/1
c. Kinetin 5 mg/1 + ABA 1 mg/1

paclobutrazol dalam media maka biakan menjadi lebih dan Ross (1992) paclobutrazol dapat menghambat
pendek, gemuk dan lebih tegar dengan visual daun biosintesis GA3 serta dapat meningkatkan warna hijau
yang lebih tebal dan lebih hijau. Biakan yang diberi dari daun (Wattimena, 1988). Secara visual penampakan
paclobutrazol menjadi pendek karena daya kerjanya biakan pendek-pendek; selain itu daunnya kecil tidak
menghambat biosintesis gibberellin (Methouachi et al.., memanjang dibandingkan kontrol. Hanya daun yang
1996; Pinhero dan Fletcher, 1994). letaknya paling luar yang memanjang sedangkan
Penggunaan kinetin (0-5 mg/1) tidak bagian dalamnya pendek-pendek. Penghambatan
berpengaruh terhadap jumlah anakan secara nyata, di terhadap tinggi tunas karena paclobutrazol terlihat pula
mana jumlah anakan tertinggi diperoleh dari perlakuan pada biakan pear {Pyrus spp.) (Oka dan Nino, 1997),
kinetin 3 mg/1 yaitu sebanyak 2.133, tetapi tidak dan pule pandak (Purnamaningsih dan Gati, 1997).
berbeda nyata dengan MS 0 (kontrol) dan kinetin 5 Biakan pada perlakuan dengan paclobutrazol warnanya
mg/1 (Tabel 3). Berbeda dengan hasil penelitian Akbar lebih hijau dan lebih tegar.
et al. (2003), yang menunjukkan bahwa penggunaan Pengaruh kinetin terhadap jumlah daun nyata
kinetin ( 1 - 5 mg/1) telah memberikan hasil yang terbaik. terlihat dengan adanya peningkatan konsentrasi
Pemberian paclobutrazol 0,1 mg/1 ke dalam media kinetin. Peningkatan konsentrasi kinetin dari 1 sampai
menghasilkan jumlah anakan lebih banyak (2.136) dan dengan 5 mg/1 meningkatkan pembentukan daun.
berbeda nyata dengan tanpa paclobutrazol (1.167). Demikian pula dengan penggunaan paclobutrazol.
Lambatnya proses multiplikasi tunas pada Organ daun paling banyak berasal dari kinetin 5 mg/1
penelitian ini, dapat dijelaskan karena eksplan awal yaitu 14.067 dan tidak berbeda nyata dengan kinetin 3
yang digunakan hanya mata tunas yang ukurannya mg/1 sebesar 13.067. Jumlah daun paling sedikit yaitu
sangat kecil atau dapat pula disebabkan karena adanya 9.167 berasal dari perlakuan kinetin 0 mg/1 (Tabel 5).
zat penghambat tumbuh dalam media. Penggunaan zat Hasil yang sama diperoleh dari penggunaan
penghambat dalam penelitian ini diharapkan dapat paclobutrazol (Tabel 6).
mengatasi masalah perubahan sifat genetik yang sering Peningkatan konsentrasi kinetin sampai dengan
terjadi pada perbanyakan melalui kultur jaringan. Zat 5 mg/1 menurunkan jumlah akar dari setiap biakan (Tabel
penghambat dalam hal ini dapat menekan proses mitosis 7). Makin sedikitnya jumlah akar yang terbentuk
yang terlalu cepat dengan merubah rasio zat pengatur dengan semakin tingginya konsentrasi kinetin yang
tumbuh dalam jaringan tanaman (George dan digunakan, disebabkan karena fungsi kinetin yang lebih
Sherrington, 1984). berperan untuk memacu pertunasan, sehingga nutrisi
Zat penghambat tumbuh paclobutrazol dan zat pengatur tumbuh yang ada dalam media
menghambat pertumbuhan kearah pemanjangan tetapi digunakan untuk pertumbuhan tunas. Menurut Davies
memacu pembentukan tunas ganda. Menurut Salisbury (2005) kinetin merupakan salah satu zat pengatur

756
Berita Biologi 9(6) - Desember 2009

Foto 3. Aklimatisasi planlet di rumah kaca

tumbuh sitokinin yang mempunyai fungsi, antara lain diamati pada peubah jumlah akar (Tabel 16). Akan tetapi
untuk memacu pemanjangan dan pembelahan sel. tidak demikian halnya dengan jumlah daun di mana
Kondisi yang sama dari perlakuan paclobutrazol, di penggunaan ABA 1 mg/1 menurunkan jumlah daun dan
mana penambahan paclobutrazol 0,1 mg/1, maka jumlah berbeda nyata dengan ABA 0 dan 0,5 mg/1 (Tabel 14).
akar yang dihasilkan hanya % kali (0,455) dibandingkan MenurutWattimena (1988) dan Davies (2005),
dengan tanpa penambahan paclobutrazol (1.625) (Tabel empat peranan utama fisiologi dari ABA adalah
pengaturan stomata, dormansi tunas, dormansi biji dan
absisi. Pada percobaan II ini nampaknya penggunaan
Percobaan II ABA pada konsentrasi 0,5 dan 1 mg/1 tidak secara nyata
Selain zat penghambat paclobutrazol, telah pula mempengaruhi tinggi tunas, jumlah anakan dan jumlah
dicoba zat penghambat lainnya yaitu ABA. akar yang dihasilkan. Namun nampaknya penggunaan
Penambahan kinetin (3 dan 5 mg/1) menurunkan tinggi ABA mempengaruhi kandungan air dalam tanaman, di
tunas dan berbeda nyata dengan kinetin 1 mg/1 dan mana tunas terlihat vitrous dan berbentuk roset.
kinetin 0 mg/1 (kontrol), tetapi tidak nyata Menurut Wattimena (1988), adanya ABA di dalam sel
mempengaruhi jumlah anakan, jumlah daun dan jumlah dapat menyebabkan sel penjaga kebocoran H +
akar. sehingga stomata menutup. Tentunya hal ini kurang
Biakan paling tinggi berasal dari kinetin 0 dan 1 menguntungkan untuk tujuan perbanyakan bibit,
mg/1 yaitu 1,217 cm dan 1,119 cm. Semakin tinggi karena adanya vitrifikasi pada tunas menyebabkan
konsentrasi kinetin maka semakin menurun tingginya. tunas sulit beradaptasi dengan lingkungan, sehingga
Nampaknya kinetin dalam hal ini lebih mengarahkan planlet banyak yang mati ketika diaklimatisasi.
biakan untuk bermultiplikasi sesuai dengan perannya Planlet yang dihasilkan dari percobaan I telah
untuk memacu pertunasan (Tabel 9). diaklimatisasi di rumah kaca. Proses aklimatisasi dapat
Perlakuan ABA 0, 0,5 dan 1,0 mg/1 tidak berjalan dengan baik dengan tingkat keberhasilan 95%.
mempengaruhi tinggi tunas karena satu sama lain Bibit yang diperoleh mempunyai morfologi yang relatif
tingginya tidak berbeda nyata, demikian juga sama (Foto 3).
pengaruhnya terhadap jumlah anakan. Pada semua
konsentrasi ABA semua biakan tidak dapat mengganda, KESIMPULAN
jumlah anakannya hanya satu. Tidak adanya pengaruh Penggunaan kinetin dan paclobutrazol secara
penggunaan ABA pada konsentrasi 0,5 dan 1 mg/1 juga tunggal lebih memacu multiplikasi biakan daripada

757
Purnamaningsih et al. - Penggunaan Paclobtltrazol dan ABA dalam Perbanyakan Nenas Simadu Melalui Kultur In Vitro

pertumbuhan ke arah pemanjangan. Semakin tinggi George EF and PD Sherrington. 1984. Plant Propagation
by Tissue Culture. Handbook and Directory of
konsentrasi kinetin yang digunakan tinggi tunas makin Commercial Laboratories. Exegetics Livin. England.
menurun dan jumlah anakan serta jumlah daun semakin Karp A. 1991. On the current understanding of somaclonal
variation. Oxford Surveys of Plant Molecular and Cell
banyak. Biologi 7, 1-58.
Penggunaan ABA 1 mg/1 menurunkan jumlah daun Kiss E, J Kiss, G Gyulai and LE Heszky. 1995. A novel
method for rapid micropropagation of pineapple. Hort.
tunas in vitro. Sci. 30(1), 127-129.
Planlet dari hasil perlakuan dengan paclobutrazol Methouachi JF, R Tadeo, S Zaragoza, E Rimo, Milko and
M Toba. 1996. Effect of gibberellic acid and
dapat diaklimatisasi di rumah kaca dengan tingkat paclobutrazol on growth and carbohydrate
keberhasilan 95%. accumulation in shoots and roots of citrus root stuck
seedling. Hort Sci. 71(5), 747-754.
Oka S and T Nino. 1997. Long term storage of Pear (Pyrus
DAFTARPUSTAKA spp). shoot culture in vitro by minimal growth method.
Anonim. 2002. Potensi dan Peluang Investasi Kabupaten Japan Agricultural Research Quarterly 31, 1-7.
Subang 2002. Bappeda Kabupaten Subang. Philips GC, JF Hubstenberger and EE Hansen. 1995.
Anonim. 2003. The Biology and Ecology of Pineapple Adventitious shoot proliferation. In OL Gamborg and
(Ananas comosus var Comosus) in Australia, http:// GC Philips (Eds.). Plant Cell, Tissue and Org Cult.
www.ogrv.gov.au/pdf/iv/pineapple. Fundamental methods. Springer-Verlag Berlin
Cote FX, JA Sandoval, Ph Marie and E Auborin. 1993. Heidenberg, New York.
Variation in micropropagated bananas and plantains : Pinhero RG and RA Fletcher. 1994. Paclobutrazol and
literature survey. Fruits, 48, 15-22. ancymidol protect corn seedling from high and low
Davies PJ. 2005. The plant hormone concept : concentration, temperature stresses. Plant Growth Reg. 15, 47-53.
sensitivity and transport. In PJ Davies (Ed.). Plant Purnamaningsih R dan E Gati. 1997. Penyimpanan dan
Hormones. Phsiology, Biochemistry and Molecular regenerasi pule pandak melalui kultur in vitro. Dalam
Biology, 1-13. Kluwer Acad Pub .Netherlands. Pros. Seminar Perhimpunan Bioteknologi Pertanian
Firoozabady E and N Gutterson. 2003. Cost effective in Indonesia. 12-14 Maret. Surabaya.
vitro propagation methods of pineapple. Plant Cell Ripaoraya S, R Marchant, B Power and MR Davey. 2003.
Rep. 21, 844-850. Plant regeneration by somatic embryogenesis and
Roostika I dan I Mariska. 2003. In vitro culture of pineapple organogenesis in commercial pineapple (Ananas
through organogenesis and somatic embryogenesis : comosus L.). In vitro Cell. Dev. Biol. - Plant 39,
its utilization and prospect. Buletin AgroBio. 6(1), 450-454.
34-60. Salisbury FB and CW Ross. 1992. Plant Physiology. 4th
Firoozabady E and Y Moy. 2004. Regeneration of pineapple edition. Wadsworth Publishing Co.
via somatic embryogenesis and organogenesis. In vitro Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman, 131-
Cell. Dev. Biol.-Plant. 40, 67-74. 145. Pusat Antar Universitas, IPB. Bogor.

758
http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalrekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 6, No. 1, April 2013
ISSN: 0216-9495

PENGARUH INDOL-3-BUTIRIC-ACID DAN THIDIAZURON


TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS NENAS (Ananas comosus (L) Merr)
CV. SMOOTH CAYYENE SECARA IN VITRO

Mohammad Syafii1, Kaswan Badami1, Fatimah Nursandi2

1
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
2
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang

Abstrak: Pineapple (Ananas comosus L.) is one of the most potential fruit crop cultivating in Indonesia.
However, it is difficult to meet the demand for planting materials using the conventional propagation
techniques due to production inefficiency. This research aim to know the influence solid medium of
Murashige and Skoog (MS) composed of Indol-3-Butiric Acid and Thidiazuron, upon pineapple Var
Smooth Cayenne shoot multiplication response. Shoot multiplication using a factorial complete random
design. The first is a 3-level IBA concentration (0.3 ppm, 0.6 ppm, 0.9 ppm), a 3-level TDZ concentration
(0.2 ppm, 0.4 ppm, 0.6 ppm). The finding shows that MS richly composed IBA and TDZ with low
concentration gives 100% shoot the fastest periodic appearance (two weeks after incubation). Varians
analysis finding shows that there is no interaction between IBA and TDZ.Low IBA concentration gives the
higest quantity of shoot 9.32 (5.60 data transformation) at 5 week after incubation, at the end of the
analysis tends to give the higest shoot 11.17 (6.18 data transformation) even though it is statistically not
slighty difference. The highest TDZ concentration (0,6 ppm) give a few number of roots 0.89 (2,65 data
transformation) and the lowes shoots leaf 3.84 (4.04 data transformation). The higher the TDZ is, the
more nodal may appear.
Kata Kunci: Ananas comosus, IBA, In Vitro, multiplication, TDZ

PENDAHULUAN
Salah satu kultivar tanaman nenas yang banyak dibudidayakan adalah nenas cv Smooth Cayenne.
Kelebihan nanas kultivar ini adalahkulit mata besar tetapi rata karena dangkal,mengandung banyak air, rasa
manis, serta mahkota buah tidak berduri. Sehingga nenas cv Smooth Cayenne cocok sebagai bahan nanas
kaleng, sirup, dan sari buah (Cahyana, 2006).
Kebutuhan bibit nenas untuk memproduksi buah segar adalah 60.000-100.00/ha, sedangkan untuk
pengalengan sebesar 40.000 sampai 50.000/ha (Samsons, 1980). Kendala utama penyediaan bibit nenas
terutama cv Smooth Cayyene adalah jumlah anakan yang terbatas. Hal ini dikarenakan sulit memperoleh
lebih dari 2 tunas setiap tanaman untuk dijadikan bibit (Selamat, 1996). Mikropropagasi tanaman nenas
telah diadopsi untuk produksi nenas komersial, khususnya untuk kultivar Smooth Cayenne yang tidak
mampudiperbaiki melalui pemuliaan secara konvensional (Smith et al., 2005).
Keberhasilan pendekatan mikropropagasi tanaman nenas untuk mendukung penyediaan bibit nenas secara
massal telah banyak dilaporkan. Zapeda dan Sagawa (1981), aplikasi teknik kultur jaringan minimal
menghasilkan 5.000 planlet dan dapat diproduksi dalam waktu 12 bulan hanya dari satu mahkota buah.
Penggunaan media cair dengan menggunakan satu pucuk menghasilkan 200 tunas dalam waktu 12-15
minggu. Masing masing tunas dapat di sub kultur kembali untuk memproduksi lebih banyak lagi tunas.
Dapat dispekulasikan bahwa satu mahkota buah memungkinkan untuk menghasilkan sekitar 10.000
tanaman dalam 9 bulan (Mhatrc dan Rao, 2002). Danso et al., (2008) juga melaporkan bahwa media yang
diperkaya 7,5 mg l-1 dan 2 g/l NAA menggunakan bagian dasar eksplan nenas MD2 yang terdiri dari dua
atau tiga proliferasi tunas mampu menghasilkan 28,5 dan 16,1 planlet masing masing hanya dalam satu sub
kultur..
Optimalisasi media menggunakan zat pengatur tumbuh sitokinin dan auksin, baik secara terpisah ataupun
dikombinasikan sebagai media multiplikasi tunas nenas telah dilakukan. Penggunaan BAP
(benzilaminopurin) pada konsentrasi 2,0 mg/l diketahui memberikan jumlah tunas terbaik,yaitu 23 tunas
6
http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalrekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 6, No. 1, April 2013
ISSN: 0216-9495

dari ekplan mahkota buah (crown) nenas cv Smooth Cayenne pada sub kultur kedua selama inkubasi dua
bulan (Al-Saif et al., 2011). Penggunaan sitokinin golongan adenine yaitu BA (benzyl adenine) 2 mg/l -1
menggunakan eksplan slips sub kultur pertama memberikan rata rata multiplikasi tunas sebanyak 13,17
dalam waktu enam minggu (Ayenew et al., 2013). Meskipun demikianIbrahim et al., (2013)
mengemukakan bahwa penggunaan sitokinin dari golongan kinetin justru lebih efektif dibandingkan
penggunaan BA. 2 µM TDZ yang dikombinasikan dengan 2 µM NAA memberikan jumlah nodul nenas cv
Smooth Cayenne terbanyak (Enggaringati, 2006). Sedangkan Nursandi et al., (2006) melaporkan bahwa
eksplan tunas nenas cv Smooth Cayenne pada media MS dengan 0,23-0,46 µM TDZ memproduksi 56
sampai 65 tunas per ekplan dalam waktu 31 minggu.
Penggunaan auksin NAA dan IAA (asam indol asetat) lebih banyak digunakan untuk menginduksi tunas.
Sedangkan sumber auksin indol-3-butiric acid (IBA) dalam perbanyakan nenas secara in vitro terbatas
sebagai media induksi perkaran.Penggunaan IBA dan BA pada kegiatan multiplikasiSimmondsia
chinensisyang menggunakan eksplan nodul memberikan hasil kurang bagus dengan memberikan jumlah
tunas paling sedikit (Bashir et al., 2007). Berbeda pada respon tanaman jarak pagar (Jathropa curcas L.),
kombinasi 2.22 µM BA dan 0.049 µM IBA merupakan perlakuan multiplikasi tunas terbaik, dengan
menghasilkan 5,9 tunas aksilar dalam enam minggu (Thepsamranet al., 2006). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh IBA dan thidiazuron terhadap multiplikasi tunas nenas cv Smooth Cayyene
secara in vitro.

METODE
Penelitian ini dilakukan di laboratorium kultur jaringan Mitra Anggrek Indonesia Junrejo Batu Malang.
Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplan nenas cv Smooth Cayenne berasal dari
perbanyakan kultur jaringan sub kultur ke-3 dalam media MS0 (tanpa zat pengatur tumbuh). Bagian
eksplan yang digunakan adalah pangkal batang, dengan ukuran ± 0,5 cm.
Media Tumbuh
Media yang digunakan adalah media Murashige and Skoog diperkaya glukosa 30 gr/l dan zat pengatur
tumbuh auksin IBA (indol-3-butiric acid) dan sitokinin thidiazuron (TDZ). Prosedur pembuatan media
mengacu pada Santoso dan Nursandi (2004)Semua larutan yang dibutuhkan sudah terlebih dahulu dibuat
dalam larutan stok. Larutan stok unsur hara makrodibuat dalam kepekatan 10 kali. Stok mikro dan
FeSO4.7H2O dan NA2EDTA dibuat dalam kepekatan 10 kali. Sedangkan larutan stok vitamin dibuat 100
kali.
Sterilisasi
Media yang telah dibuat kemudian disterilisasi dalam autoclave (suhu 121 0C dan tekanan 1,5 atm) selama
15 menit. Setelah itu media diletakkan dalam ruang inkubasi untuk melihat tingkat keberhasilan sterilisasi.
Inokulasi eksplan dilakukan 3 hari setelah media dibuat.
Inokulasi
Inokulasi dilakukan dalam laminar air flow (LAF), sebelumnya telah dilakukan penataan peralatan dalam
kegiatan inokulasi. Semua peralatan yang telah disterilisasi dalam autoclave disinari lampu UV selama satu
jam dalam LAF. Inokulasi eksplan dilakukan dengan memisahkan masing masing tanaman nenas dari botol
kultur. Sebelumnya, pangkal batang dibersihkan dari daun dan juga sisa media agar. Cara membersihkan
eksplan dari daun dan juga membuat ukurannya seragam adalah dengan memotong tepat dibawah daun
terakhir dan memotong sedikit bagian pangkal tanaman nenas. Selain itu dilakukan pembelahan bagian titik
tumbuh nenas. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan tunas apikal dapat dihambat, sehingga pembentukan
tunas aksilar menjadi optimal.
Inkubasi Eksplan
Botol berisi eksplan diinkubasi dan diletakkan dalam rak kultur dengan pencahayaan dibantu oleh lampu
TL. Inkubasi dilakukan sampai penelitian berakhir yaitu selama 7 minggu. Pengamatan dilakukan setiap 1
minggu sekali.

7
http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalrekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 6, No. 1, April 2013
ISSN: 0216-9495

Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 faktor perlakuan yang disusun secara rancangan acak lengkap (RAL)
faktorial. Faktor pertama adalah konsentrasi zat pengatur tumbuh Auksin (IBA) terdiri atas 3 taraf yaitu A1
(0.3 ppm), A2 (0.6 ppm), dan A3 (0.9 ppm). Faktor kedua adalah konsentrasi sitokinin (TDZ) dengan tiga
taraf perlakuan S1 (0,2 ppm), S2 (0.4 ppm), S3 (0.6 ppm).
Pengambilan data dilakukan secara non-destruktif serta dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Pengamatan kualitatif berkaitan dengan keadaan eksplan dan respon visual yang dimunculkan eksplan.
Variabel pengamatan yang diamati secara kuantitatif antara lain persentase muncul tunas, jumlah daun
setiap tunas, jumlah akar, jumlah nodul.
Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam, jika ada perbedaan nyata dilakukan uji lanjut Duncan
5%. Transformasi data yang digunakan mengacu pada (Hanafiah, 2008; Sastrosapudi, 2000). Selain itu
dilakukan pengamatan terhadap keadaan planlet yang diamati secara visual.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perkembangan Kultur
Pengamatan pada 1 MSI planlet nenas (Ananas comosus (L.) Merr.) cv Smooth Cayenne hanya merespon
pembentukan tunas aksilar. Daun baru terbentuk pada minggu ke-2, inisiasi akar membutuhkan waktu lebih
lama yaitu 6 MSI, sedangkan nodul muncul saat pengamatan terakhir (7 MSI).
Eksplan nenas cv Smooth Cayenne yang diinokulasi dalam media MS diperkaya berbagai konsentrasi IBA
dan TDZ menunjukkan pola perkembangan awal sama. Eksplan pangkal batang nenas yang telah dihambat
perkembangan dominasi apikal dengan membelah tepat pada titik tumbuh membuat arah perkembangan
tunas aksilar menjadi aktif. Keadaan tersebut terlihat dari respon bagian pangkal daun dekat titik tumbuh
terlihat tetap berwarna hijau dan memanjang, diikuti merekahnya pangkal batang(Gambar 1b). Bagian
pangkal daun yang merekah memunculkan tunas sebagai respon pemberian zat pengatur tumbuh (Gambar
1c).

a b c

d e f
Gambar 1. Perkembangan Planlet Nenas Cv Smooth Cayenne. (a) Eksplan Asal (b) Respon Awal
(c) Tunas Muncul Dari Ketiak Daun (d) Multiplikasi Tunas (e) Akar Planlet (f) Nodul

8
http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalrekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 6, No. 1, April 2013
ISSN: 0216-9495

Waktu dan Persentase Muncul Tunas


Pemberian 0,3 ppm IBA dan 0,2 ppm TDZ (A1S1) memberikan respon muncul tunas tercepat. Perlakuan
A2S2 (0,9 ppm IBA dan 0,4 ppm TDZ), A3S2 (0,9 ppm IBA dan 0.4 ppm TDZ), dan A3S3 (0.9 ppm IBA
dan 0.6 ppm TDZ) memberikan respon waktu muncul tunas paling lambat. Perlakuan A1S1 (0,3 ppm IBA
dan 0,2 ppm TDZ) dan A3S2 (0,9 ppm dan 0.4 ppm TDZ) memunculkan tunas 100% pada minggu ke-3.
Perlakuan A3S3 (0,9 ppm IBA dan 0,6 ppm TDZ) memberikan respon muncul tunas paling lambat.

Gambar 2. Persentase Eksplan Muncul Tunas

Jumlah Tunas
Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap jumlah tunas, diketahui bahwa penggunaan IBA dan TDZ
terhadap multiplikasi eksplan nenas cv Smooth Cayenne tidak memunculkan interaksi pada semua
pengamatan.
Tabel 1: Rata Rata Jumlah Tunas Akibat Perbedaan Konsentrasi IBA dan TDZ
Perlakuan Pengamatan Ke
1 MSI 2 MSI 3MSI 4MSI 5 MSI 6 MSI 7 MSI
A1 3.32 b 3.80 a 4.65 b 5.42 b 5.60 b 5.66 a 6.10 a
A2 2.32 a 3.23 a 3.65 a 4.22 a 4.71 a 4.84 a 5.38 a
A3 2.23 a 3.17 a 3.53 a 4.27 a 4.35 a 4.72 a 5.28 a
UJD 5% ** ns ** * * Ns ns
S1 2.98 a 3.86c 4.14 b 5.14b 5.49 a 5.64 a 6.23 a
S2 2.43 a 3.52 b 4.25 c 4.50a 4.59 a 4.73 a 5.08 a
S3 2.45 a 2.82 a 3.44 a 4.09a 4.59 a 4.85 a 5.44 a
UJD 5% ns * ** * ns ns ns
Keterangan:
- “*” berbeda nyata, “**” berbeda sangat nyata, “ns” tidak berbeda nyata berdasarkan analisis sidik
ragam.
- Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
UJD 5%.

Pemberian 0,3 ppm IBA memberikan respon paling baik dibandingkan konsentrasi IBA yang lain. Respon
pemberian IBA terhadap peningkatan multiplikasi tunas nenas cv Smooth Cayenne cenderung berbanding
terbalik. Semakin tinggi pemberian IBA semakin rendah proses multiplikasi tunas nenas cv Smooth
Cayenne. TDZ dengan konsentrasi 0,2 ppm (paling rendah) memberikan hasil terbaik pada beberapa waktu

9
http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalrekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 6, No. 1, April 2013
ISSN: 0216-9495

inkubasi (2 MSI dan 4 MSI). Jumlah tunas terendah terdapat pada perlakuan S3 (0.6 ppm TDZ) kecuali
pada pengamatan 1 MSI.
Jumlah Daun Setiap Tunas
Tidak terjadi interaksi antara pemberian IBA dan TDZ pada jumlah daun nenas cv Smooth Cayenne sampai
pengamatan 7 minggu setelah inokulasi (MSI).Secara terpisah pemberian IBA tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap jumlah daun setiap tunas. Sedangkan pengaruh tunggal TDZ memberi pengaruh nyata
terhadap jumlah daun setiap tunas pada pengamatan 7 MSI. Pemberian TDZ 0.4 ppm (S2) dan 0,2 ppm (S1)
memberikan jumlah daun tertinggi, berbeda sangat nyata dibandingkan perlakuan S3 (0,6 ppm).

Tabel 2: Rata Rata Jumlah Daun Setiap Tunas Akibat Perbedaan Konsentrasi IBA dan TDZ
Pengamatan ke
Perlakuan
3 MSI 4 MSI 5 MSI 6 MSI 7 MSI
A1 2.45a 3.19 a 3.41 a 4.14 a 4.48 a
A2 3.05a 3.47 a 3.66 a 4.39 a 4.43 a
A3 2.53 a 3.33 a 3.76 a 4.21 a 4.60 a
UJD 5% ns ns Ns ns ns
S1 2.99 a 3.50 a 4.00 a 3.99 a 4.61 b
S2 2.71 a 3.60 a 3.89 a 5.04 a 4.87 b
S3 2.32 a 2.89 a 2.94 a 3.17 a 4.04 a
UJD 5% ns ns ns ns **
Keterangan:
- “*” berbeda nyata, “**” berbeda sangat nyata, “ns” tidak berbeda nyata berdasarkan analisis sidik
ragam.
- Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
UJD 5%.

Jumlah Akar

Tabel 3: Jumlah Akar Akibat Perbedaan Konsentrasi IBA dan TDZ


Perlakuan Pengamatan ke
6 MSI 7 MSI
A1 0.50 3.87 a
A2 0.39 3.55 a
A3 0.06 2.87 a
UJD 5% - ns
S1 0.28 3.44 b
S2 0.61 4.20 b
S3 0.06 2.65 a
UJD 5% - *
Keterangan:
- “*” berbeda nyata, “**” berbeda sangat nyata, “ns” tidak berbeda nyata.
- Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
UJD 5%.

Akar nenas cv Smooth Cayenne muncul 5 minggu setelah inokulasi. Pengaruh tunggal dari berbagai
konsentrasi IBA yang diberikan (0,3 ppm, 0,6 ppm, 0,9 ppm) tidak memberikan perbedaan nyata terhadap
jumlah akar pada semua waktu pengamatan. Sedangkan pengaruh tunggal TDZ memberikan pengaruh
nyata terhadap jumlah akar pada 7 MSI.Perkembangan pesat jumlah akar terjadi pada 7 MSI dengan
menghasilkan rata rata 0,9 sampai 3,8 akar/eksplan. TDZ konsentrasi 0,4 ppm (A2) pada media MS padat
memberikan jumlah akar terbanyak yaitu 4,20, tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0,2 ppm TDZ (A1).
10
http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalrekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 6, No. 1, April 2013
ISSN: 0216-9495

Pemberian TDZ konsentrasi 0,6 ppm memberikan jumlah akar paling sedikit yaitu 2,65 berbeda nyata
dengan perlakuan lain.
Jumlah Nodul
Pertumbuhan nodul baru terdeteksi setelah planlet telah berumur 7 MSI. Berdasarkan analisis sidik ragam
terhadap jumlah nodul, diketahui bahwa tidak terdapat interaksi IBA dan TDZ terhadap jumlah nodul.
Pengaruh tunggal masing masing perlakuan juga tidak berbeda nyata.
Tabel 4: Rata Rata Jumlah Nodul Akibat Perbedaan Konsentrasi IBA dan TDZ
Perlakuan Pengamatan ke
7 MSI
A1 3.50 a
A2 2.61 a
A3 2.17 a
UJD 5% ns
S1 2.77 a
S2 1.83 a
S3 3.67 a
UJD 5% ns
Keterangan:
- “*” berbeda nyata, “**” berbeda sangat nyata, “ns” tidak berbeda nyata berdasarkan analisis sidik
ragam.
- Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
UJD 5

Pembahasan
Regenerasi eksplan nenas cv Smooth Cayyene dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung melalui
perkambangan nodul. Pada kegiatan multiplikasi tunas nenas cv Smooth Cayyene menggunakan 0,5-2,0
µM NAAsebagai sumber zat pengatur tumbuh dilaporkan membuat arah regenerasi eksplan terjadi
langsung dan tidak langsung (Rosmaina, 2007). Dalam penelitian ini, penggunaan eksplan pangkal batang
nenas cv Smooth Cayyene yang diinokulasi kedalam media MS padat dengan berbagai konsentrasi IBA dan
TDZmembuat regenerasi eksplan terjadi secara langsung. Regenerasi eksplan secara langsung memiliki
keunggulan secara genetik karena tunas majemuk (ganda) yang terbentuk lebih stabil secara genetik
sehingga akan meminimalisasi variasi somaklonal yang mungkin terjadi selama proses perbanyakan secara
in vitro (Lestari, 2011).
Penggunaan TDZ dan IBA pada penelitian ini memberikan total jumlah eksplan bertunas sebesar 95,06%.
Kegagalan beberapa eksplan untuk membentuk tunas disebabkan oleh gejala nekrosis dan klorosis.
Penggunaan zat pengatur TDZ diduga menjadi salah satu pemicu terjadinya nekrosis dan klorosis pada
eksplan.Meskipun demikian persentase eksplan mengalami gejala tersebut cukup rendah (4,94%). Başalma
et al., (2008) melaporkan bahwa pada morfogenensis kultur Chartamus tinctorius L. yang menggunakan
kotiledon atau tipe eksplan lain tidak ditemukan adanya abnormalitas, nekrosis atau klorosis. Hal ini karena
penggunaan IBA yang dikombinasikan dengan TDZ mungkin merupakan perlakuan terbaik untuk
mengeliminasi sekresi substansi fenolik, dan efek ini mungkin juga disebabkan oleh oksidasi fenol oleh
auksin oksidase.
Proses multiplikasi tunas nenas cv Smooth Cayenne pada masing masing perlakuan, tidak menunjukkan
adanya interaksi antara pemberian IBA dan TDZ. Hal ini terjadi pada semua parameter pengamatan dan
selama proses penelitian dilakukan. Menurut Murti et al., (2012), pengaruh interaksi antara IBA dan TDZ
pada parameter morfologi planlet mungkin berkaitan dengan akumulasi zat pengatur tumbuh, sementara
efeknya telah terjadi pada tahap kultur sebelumnya. Sehingga hal yang sama juga terjadi pada kegiatan
kultur strawberi albion (fragaria x ananassa) yang tidak ditemukan adanya interaksi antara TDZ dan IBA
kecuali pada pengamatan berat basah. Penggunaan TDZ yang dikombinasikan dengan IAA pada
multiplikasi pisang raja bulu grub AAB juga tidak terjadi interaksi pada jumlah akar dan jumlah tunas

11
http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalrekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 6, No. 1, April 2013
ISSN: 0216-9495

(Isnaeni, 2008). Hal ini mengindikasikan bahwa interaksi antara pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin
dan auksin tergantung jenis tanaman, asal eksplan, serta konsentrasi yang diberikan.
Secara terpisah pemberian IBA konsentrasi rendah (0,3 ppm) memberikan pengaruh paling baik terhadap
parmeter jumlah tunas dibandingkan perlakuan lain. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, semakin
menurunkan jumlah tunas yang terbentuk. Meskipun mekanisme IBA dalam menginduksi terbentuknya
tunas dalam kegiatan multiplikasi tunas belum terungkap, Bertoni (2011) berspekulasi bahwa IBA
merupakan perantara dalam de novo pathway sintesis IAA. Penggunaan IBA sebagai sumber auksin juga
dianggap lebih baik dibandingkan IAA karena secara signifikan lebih stabil dan tidak banyak mengalami
degradasi dalam proses autoclave (Scootet al., 1990).
Guo et al., (2011) mengemukakan bahwa fraksi TDZ memainkan peranan penting seperti morfogenesis.
Konsentrasi yang lebih rendah menginduksi proliferasi tunas aksilar, sedangkan sedikit lebih tinggi
menyebabkan perkembangan tunas adventif. Jika dibandingkan dengan fitohormon lain TDZ lebih efektif
pada konsentrasi 10 sampai 1000 kali lebih sedikit. Lebih lanjut Trigano dan Grey (2011) mengemukakan
bahwa TDZ pada kondisi yang jauh lebih rendah daripada jenis adenin lainnya digunakan untuk
pembentukan tunas adventif. Pada kegiatan multiplikasi tunas nenas cv Smooth Cayyene menggunakan
eksplan berupa pangkal batang dalam penelitian ini,konsentrasi TDZ terendah (0,2 ppm) juga memberikan
jumlah tunas terbaik dibandingkan perlakuan lain kecuali pada 3 MSI. Sedangkan pemberian TDZ
konsentrasi tinggi 0,9 ppm memberikan jumlah terendah sampai 4 MSI. Konsentrasi TDZ sangat rendah
yaitu 0,01 ppm juga dilaporkan memberikan pembentukan tunas secara langsung pada tanaman
Albelmoschus moschatus (Sharma dan Anwar, 2008). Penggunaan sitokinin golongan BAP untuk
multiplikasi nenas cv Smooth Cayenne dilaporkan membutuhkan konsentrasi yang lebih tinggi (1,75 ppm,
2,25 ppm dan 3,5 ppm) untuk menginduksi tunas terbaik (12 tunas) (Al-Saif et al., 2011).
Pada awal pertumbuhan (1 MSI) tunas yang muncul tidak langsung membentuk daun. Daun baru muncul
pada 2 MSI, meskipun tidak semua tunas yang muncul membentuk daun. Hal tersebut membuat jumah
daun setiap tunas pada minggu awal tidak menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan. Eksplan masih
terus memproduksi tunas, tetapi tidak diimbangi pembentukan daun baru. Konsekuensi dari hal tersebut
adalah fluktuasi data jumlah daun setiap tunas seperti pada data pada pengamatan 5 MSI dan 6 MSI.
Salah satu fungsi auksin pada pembentukan daun adalah membantu perkembangan jaringan meristem calon
daun (Arimasetiowati dan Fitria, 2012). Meskipun demikian pada perlakuan IBA secara tunggal pada
berbagai konsentrasi tidak menunjukkan terjadinya perbedaan yang signifikan berdasarkan analisis sidik
ragam. Perlakuan TDZ konsentrasi lebih rendah (0,2 ppm dan 0,4 ppm) memberikan pengaruh lebih baik
dibandingkan dengan pada perlakuan S3 dengan konsentrasi TDZ sebesar 0,6 ppm. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah tunas yang banyak belum tentu menghasilkan jumlah daun yang banyak pula.
Menurut Rosmaina (2011) eksplan yang memiliki laju multiplikasi tinggi, jika dihubungkan akan
menghasilkan jumlah daun relatif sedikit. Berbeda dengan Hutchinson et al., (2010) bagaimanapun
konsentrasi TDZ tinggi (5,0 µM) secara signifikan mereduksi jumlah tunas yang dibentuk, tetapi tidak
memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah daun setiap tunas yang dibentuk eksplan Alstroemeria aurantiaca
cv. Rosita. Pada ekplan lidah buaya (Aloe vera), penambahan sitokinin (BAP) juga tidak nampak pada pada
pertumbuhan jumlah daun. Penambahan BAP yang terlalu tinggi justru menghambat pertumbuhan daun
(Sari, 2005).
Pemberian IBA tunggal pada rentang 0,2 ppm, 0,4 ppm, dan 0,6 ppm tidak memberikan jumlah akar yang
berbeda nyata. Hasil penelitian Hamad et al., (2013) menggunakan IBA sebagai media perakaran nenas cv
smooth cayenne dengan rentang konsentrasi lebih tinggi yaitu 0 mg/L, 0,5 mg/L, 1 mg/L, 1,5 mg/L, 2 mg/L,
dan 2,5 mg/L juga dilaporkan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Pemberian thidiazuron (TDZ)
konsentrasi tinggi pada perlakuan ini seperti terlihat pada perlakuan S3 (0,6 ppm) menghambat
pembentukan akar. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Anwar (2007) pemberian TDZ yang semakin
tinggi justru menekan pertumbuhan akar nenas cv Smooth Cayenne.
Nodul yang baru terbentuk berwarna putih dan kompak dan dalam setiap nodul dapat memunculkan lebih
dari satu nodul (Gambar 1f). Nodul mirip dengan kalus, memiliki karakteristik proliferasi nodul baru dan
regenerasi membentuk tunas. Selama proliferasi nodul baru, tunas keluar dari nodul tua. Kurang lebih 70%

12
http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalrekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 6, No. 1, April 2013
ISSN: 0216-9495

dari nodul beregenerasi menjadi tunas (Teng, 1994). Firoozabady dan Moy (2004) mengemukakan bahwa
pemberian TDZ dengan atau tanpa 0,5 µM IBA dapat memunculkan struktur nodul globular yang optimal.
Semakin tinggi konsentrasi IBA pada media MS padat menunjukkan kecenderungan penghambatan jumlah
nodul yang terbentuk meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Berbeda dengan media MS padat yang
diperkaya konsentrasi TDZ (0,2 ppm, 0,4 ppm, dan 0,6 ppm). Semakin tinggi jumlah TDZ yang diberikan
cenderung menghasilkan jumlah nodul lebih tinggi meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini
mengindikasikan bahwa TDZ konsentrasi tinggi menghambat pembentukan tunas, tetapi justru
meningkatkan proliferasi nodul nenas cv Smooth Cayenne.

KESIMPULAN
1. Eksplan pangkal batang nenas (Ananas comosus (L) Merr) cv Smooth Cayenne memberikan respon
beragam terhadap media MS pada yang diperkaya IBA dan TDZ pada konsentrasi.
2. Tidak terjadi interaksi antara pemberian IBA dan TDZ dalam multiplikasi tunas nenas Smooth
Cayenne yang ditumbuhkan dalam media MS padat sampai 7 MSI.
3. Pemberian kombinasi 0,3 ppM IBA dan 0,2 ppm TDZ memberikan pengaruh persentase muncul tunas
terbaik. Secara tunggal pemberian IBA konsentrasi 0,3 ppm memberikan jumlah tunas terbaik pada 5
MSI sebanyak 5,60. Pemberian TDZ secara tunggal menghasilkan jumlah tunas tertinggi sebesar 5,14
pada 4 MSI. Pemberian 0,2 ppm TDZ dan 0,4 ppm TDZ memberikan jumlah daun setiap tunas, dan
jumlah akar tertinggi dibandingkan pemberian TDZ konsentrasi tinggi (0,6 ppm).

Daftar Pustaka

Al-Saif AM, Sharif ABMH, Rosna MT. 2011. Effect of Benzilaminopurine and Naphtalena Acetic Acid on
Proliferasi and Shoot Growth of Pineapple. (Ananas comosus L. Merr) In Vitro.African Journal of
Biotechnology Vol. 10(27).pp 5291-5295.
Anwar N. 2007. Pengaruh Media Multiplikasi Terhadap Pembentukan Akar Pada Tunas In Vitro Nenas
(Ananas comosus (L) Merr.) cv. Smooth Cayenne di Media Pengakaran. [Skripsi] Prodi Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian IPB: Bogor
Arimasetiowati R dan Fitria A. 2012. Pengaruh Penambahan Auksin Terhadap Pertunasan dan Perakaran
Kopi Arabika Perbanyakan Somatik Embriogenesis. Pelita Perkebunan Vol. 28(2):82-90.
Ayenew B, Tewodros T, Elias G, Ayelign M, Wondyifraw T. 2013. Efficient Use of Temporary Immersion
Bioreactor (TIB) on Pineapple (Ananas comosus L.) Multiplication and Rooting Ability. Journal of
Microbiology, Biotechnology and Food Science Vol. 2(4):2456-2465.
Başalma D, Serkan U, Semra M, Ӧzer K. 2008. TDZ x IBA Induce Shoot Regeneration from Cotyledonary
Leaves and In Vitro Multiplication in Safflower (Carthamus tinctorius L.). African Journal of
Biotechnology Vol. 7(8): 960-966.
Bertoni G. 2011. Indolbutiryc Acid-Derivade Auxin and Plant Development. The Plant Cell Vol. (23):845.
Bhasir MA, Rashid H, Anjum MA. 2007. In vitro Shoot Multiplication of Six Promising Strains of Jojoba
(Simmondsia chinensis). Biotechnology Vol. (6) 3: 309-315.
Cahyana D. 2006.Nanas Deli Raksasa dari Tanah Datar. Trubus 440 Juli 2006/XXXVII: pp 106-107.
Danzo KE, KO Ayeh, V Oduro, S Amiteye, HM Amoatey. 2008. Effect of 6-Benzilaminopurine and α-
Naphthalene Acetic Acid on In Vitro Production of MD2 Pineapple Planting Materials. World
Applied Sciences Journal Vol. 3(4): pp 614-619 ISSN 1818-4952.
Firoozabady E dan Moy Y. 2004. Regeneration of Pinepple Plants Via Somatic Embriogenesis and
Organogenesis. In Vitro Cell. Dev. Biol._Plant Vol. 40: 67-74.
Guo B, Bilal HA, Amir Z, Xu LL, Wei YH. 2011. Thidiazuron: A Multi-Dimention Plant Growth
Regulator. African Journal of Biotechnology Vol. 10(45): 8984-9000.

13
http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalrekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 6, No. 1, April 2013
ISSN: 0216-9495

Hamad AHM, Taha RM, Mohajer S. 2013. In Vitro Induction and Proliferation of Adventitious Roots in
Pineapple (Ananas comosus L.) Cultivars Smooth Cayenne and Morris. Australian Journal of Crop
Science Vol. 7(7): 1038-1045.
Hutchinson MJ, Onamu R, Kipkosgei L, Obukosia SD. 2010. Effect of Thidiazuron, NAA, and BAP on In
Vitro Propagation of Alstroemeria aurantiaca cv. Rosita From Shoot Tip Explants. JGST Vol.
12(2):60-69.
Ibrahim MA, Huda AA, A Seheem. 2013. Effect of Cytokinine Type and Concentration, and Source
Explant on Shoot Multiplication of Pineapple Plant (Ananas comosus ‘Queen’) In Vitro. Acta
Agriculturae Slovenica Vol. 101(1).
Isnaeni 2008. Pengaruh TDZ terhadap inisisasi dan Multiplikasi Kultur In Vitro Pisang Raja Bulu (Musa
paradisiacal L. AAB Groub). http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44832
Mhatrc M dan Rao PS. 2002. High Efficiency Regeneration of Multiple Shoots an Planlets Dormant
Axillary Buds of Pineapple. International Society for Horticultural Science: pp 10-11.
Murti RH, Samir C, Debnath, Young RY. 2012. Effect of High Concentration of Thidiazuron Combined
With 1H-Indol-3-Butanoic Acid (IBA) on Albion Strawberry (Fragaria x Ananassa) Cultivar Planlets
Induction. African Journal of Biotechnology Vol. 11(81): 4696-14702.
Nursandi F. 2006. Studi Perbanyakan In Vitro Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.) dan Analisis
Kestabilan Genetik Berdasarkan KarakterMorfologi, Isozim dan RAPD. [Abstrak Disertasi] Pasca
Sarjana IPB: Bogor.
Rosmaina. 2007. Optimasi BA/TDZ dan NAA Untuk Perbanyakan Masal Nenas (Ananas comosus L
(Merr.) Kultivar Smooth Cayenne Melalui Teknik In Vitro. [Tesis] Sekolah Pasca Sarjana IPB:
Bogor.
________. 2011. Pengaruh Perlakuan BA dan NAA Terhadap Pembentukan Akar Nenas (Ananas comosus
(L) Merr) cv Smooth Cayenne Secara In Vitro. Jurnal Agroekoteknologi Vol. 2(2): 37-43.
Samson JA. 1980. Tropical Agriculture Series: Tropical Fruits. Longman. London dan New York, 250.
Sari L. 2005. Optimalisasi Media Untuk Jumlah Daun dan Multiplikasi Tunas Lidah Buaya (Aloe Vera)
dengan Pemberian BAP dan Adenin. Biodiversitas Vol. 6(3): 178-180.
Selamat MM. 1996. Pineapple Nursery Setup and Production on Petland Area. Proceeding of the
International Conference on Tropical Fruits Vol 3:164-265.
Sharma R dan Anwar S. 2008. Thidiazuran (TDZ) Induced Regeneration from Cotyledonary Node Explant
of Abelmoschus moschantus Medik. L., (A Valuable Medicinal Plant). World Journal of Agricultural
Sciences Vol. 4(4): 449-452.
Smith MK, H-Lo Ko, GM Sanewski, JR Botella. 2005. Ananas Comosus. Di Dalam Litz [Ed] RE.
Biotechnology of Fruit and Nut Crop. CABI Publishing: USA.
Teng WL. 1997. An Alternatif Propagation Method of Ananas Through Nodule Culture. Plant Cell Report
16:454-457.
Thepsamran N, Thepsitar C, Thongpukdee. 2006. In Vitro Multiple Shoot Induction of Physic
Nut(Jatropha curcas L). Makalah Khusus. Departement of Biology Faculty of Science Sipakorn
University.
Trigano RN dan Grey DJ. 2011. Plant Tissue Culture, Development, and Biotechnology. Sanfransico: CRC
Press.
Zapeda C dan Sagawa Y. 1981. In Vitro Propagation of Pineapple. HortScience Vol. 16(4):495.

Corresponding authors email address: tokometro103@gmail.com

14
Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 109-112

Pertumbuhan Tunas Mahkota Nanas (Ananas comosus (L.) Merr)


Secara In Vitro Dengan Penambahan Ekstrak Tomat (Solanum
lycopersicumL.) Dan Benzyl Amino Purin (BAP)
Mely Angela Oktaviana1, Riza Linda1,Mukarlina1
1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
Email korespondensi: melyoktaviana@gmail.com

Abstract

The pineapple (Ananas comosus (L.) Merr) can be propagated in vitro in order to obtain large quantities of
plants and to produce plants similar to the parent using a plant growth regulator i.e.extract of tomato and
BAP. The research aimed to find out the effect of tomato extract and the BAP and the best concentration for
the growth of crown shoots of the pineapple (A. comosus). This research was conducted for 5 months from
March to August 2015 at the Laboratory of Tissue Culture of the Aloe Vera Center Pontianak. This research
used a completely randomized factorial design (CRD) with 2 treatments. The first factor was the tomato
extract (0%; 5%; 10%; 15%) and the second factor BAP (0 M; 10-5 M; 10-6 M; 10-7 M). The research
findings indicated that the single factor of tomato extract and BAP had no significant effect on the number of
shoots and leaves. The single factor of tomato extract and BAP had a significant effect on the time for the
shoot to appear. The longest time it took for the shoot to appear was 37.83 days on the treatment of the
tomato extract 15%, and 36.33 days in the treatment of BAP 10-7 M.

Keywords: Growth, crown shoot, tomato extract, BAP.

PENDAHULUAN tanaman melalui kultur in vitro dapat


Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) merupakan menghasilkan tanaman yang sama dengan
salah satu komoditas buah-buahan yang potensial induknya dan seragam (Wattimena, 1992).
untuk dibudidayakan di Kalimantan Barat.
Keseimbangan zat pengatur tumbuh (zpt)
Menurut Badan Pusat Statistik (2011) produksi
merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam
buah nanas di Kalimantan Barat pada tahun 2009
kulturin vitro. Menurut Wattimena (1992) zpt
mencapai 34.874 ton.
dalam kulturin vitro dapat mengontrol
Budidaya tanaman nanas secara konvensional organogenesis dan morfogenesisdalam
biasanya menggunakan bibit dari tunas batang, pembentukan tunas dan akar. Auksin dan sitokinin
tunas tangkai buah, tunas pucuk mahkota nanas, merupakan zpt yang sering digunakan dalam
tunas anakan dan stek batang. Tunas pucuk kultur in vitro.
mahkota nanas jarang digunakan sebagai bibit
karena pertumbuhannya lambat dibanding dengan Zat pengatur tumbuh golongan auksin dapat
tunas lainnya. Menurut Sunarjono (2004), diperoleh secara alami dari bahan organik seperti
penggunaan bibit dengan tunas mahkota nanas tomat. Menurut Dwiyani et al., (2009), kandungan
dapat menghasilkan buah pada umur 22-24 bulan auksin dalam ekstrak tomat dapat menstimulasi
setelah tanam. organogenesis, embriogenesis somatik dan
Kendala yang dihadapi selama pembudidayaan pertumbuhan tunas dalam mikropropagasi pada
nanas adalah terbatasnya penyediaan bibit dalam beragam spesies tanaman. Selain itu ekstrak tomat
jumlah banyak, seragam dan cepat. Menurut mengandung fosfor, kalium, besi, kalsium,
Silvina dan Muniarti (2007) perbanyakan nanas vitamin C, tiamin, protein 1 gram, vitamin A,
secara konvensional menggunakan satu tanaman vitamin K (Willcox et al., 2003).
induk dapat menghasilkan 5 bakal bibit
namunpertumbuhannya tidak seragam dan Kandungan auksin dalam ekstrak tomat perlu
menghasilkan kualitas buah yang kurang baik. diseimbangkan dengan pemberian sitokinin
sintetik. Menurut Wattimena (1992) dalam
Salah satu alternatif dalam perbanyakan tanaman kulturin vitro auksin dan sitokinin bekerjasama
nanas adalah dengan kultur in vitro. Perbanyakan dalam pembelahan sel. Sitokinin sintetik yang
109
Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 109-112

dapat digunakan yaitu Benzyl Amino Purin sehingga didapat ekstrak tomat 100%. Hasil
(BAP). saringan dimasukkan ke dalam botol dan ditutup.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Khan et al., Sterilisasi Eksplan


(2004) menggunakan kombinasi BAP 0,50 Eksplan tunas pucuk mahkota nanas dibuang
mg/Ldan NAA 0,001 mg/L menghasilkan jumlah daunnya kemudian dicuci dengan deterjen selama
tunas nanas sebanyak 3,85 eksplan. Penelitian 30 menit di bawah air mengalir. Eksplan direndam
kultur jaringan nanas dengan mengunakan dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 1
kombinasi zpt sintetik sudah pernah dilakukan, jam sambil digojog. Selanjutnya proses sterilisasi
tetapi belum menghasilkan tunas dalam jumlah eksplan dilakukan di dalam LAFC. Eksplan
yang banyak, sehingga perlu zpt dari bahan dibilas dengan akuades steril 1 kali. Eksplan
organik seperti tomat. Oleh karena itu, perlu direndam dalam larutan NaClO 15% kemudian
dilakukan penelitian kultur jaringan nanas direndam dalam larutan NaClO 10%. Setelah itu
mengunakan kombinasi ekstrak tomat dan BAP. eksplan dibilas dengan akuades sebanyak 3 kali
(Silvina dan Muniarti, 2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahuipengaruh penambahan ekstrak tomat Penanaman Eksplan
dan BAP dan konsentrasi yang terbaik untuk Eksplan yang telah disterilisasi diletakkan pada
pertumbuhan tunas mahkota nanas (A. comosus cawan petri yang di alasi dengan kertas saring.
(L.) Merr). Eksplan dipotong menggunakan skalpel dengan
ukuran sekitar 2 cm, kemudian eksplan ditanam
BAHAN DAN METODE ke dalam botol kultur yang telah berisi media
dimana setiap botol ditanam 2 potong eksplan.
Waktu dan Tempat Penelitian Botol kultur ditutup dan diberi label. Eksplan
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dari dipelihara di dalam botol kultur selama 12
bulan Maret sampai Agustus 2015. Penelitian minggu.
dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan
Aloe Vera Center Pontianak (AVC),Unit Parameter pengamatan
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Agribisnis, Parameter yang diamati yaitu waktu muncul tunas
Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota (helai), jumlah tunas (tunas) dan jumlah daun
Pontianak. (helai)
Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Analisis data
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
2 faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu ekstrak
ANAVA (Analisis Varian) SPSS 17. Parameter
tomat dengan empat taraf konsentrasi 0% (T0), 5%
yang menunjukkan beda nyata, dilanjutkan
(T1), 10% (T2)dan 15% (T3). Faktor kedua yaitu analisis Uji Duncan pada taraf 5% (Pramesti,
BAP dengan empat taraf konsentrasi 0 M (B0),10- 2011).
5
M (B1), 10-6 M (B2) dan 10-7 M (B3).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Hasil
adalah meristem pucuk dari mahkota nanas, buah Waktu muncul tunas
tomat, media MS (Murashige Skoog), akuades Hasil analisis statistik ANAVA menunjukkan
steril, alkohol 70%, asam askorbat (C6H8O6), bahwa faktor interaksi antara ekstrak tomat dan
bakterisida (agrept), BAP (Benzyl Amino Purin), BAP tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
fungisida (benlox), HCl 1 N, natrium hipoklorit waktu muncul tunas (F15,32 = 2,050, p = 0,066;
(NaClO), NaOH 1 N dan tween 20. ANAVA), sedangkan faktor tunggal ekstrak tomat
(F15,32 = 5,820, p = 0,003; ANAVA) dan faktor
Pembuatan Ekstrak Tomat tunggal BAP (F15,32 = 5,767, p = 0,003; ANAVA)
Buah tomat dipilih yang sudah masak yang berpengaruh nyata terhadap waktu muncul
ditandai dengan kulit buah berwarna merah tunas.Perlakuan ekstrak tomat 0% tidak berbeda
kemudian ditimbang sebanyak 500 g dan di
nyata dengan perlakuan ekstrak tomat 5% dan
blender tanpa menggunakan air sehingga didapat 10%, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan
ekstrak tomat kasar. Ekstrak tomat kemudian
ekstrak tomat 15% (Tabel 1). Perlakuan BAP 0 M
disaring untuk memisahkan ampas dari ekstraknya (kontrol) tidak berbeda nyata dengan BAP 10 -5 M
110
Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 109-112

dan 10-6 M, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan Pembahasan


BAP 10-7 M (Tabel 2). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
interaksi antara ekstrak tomat dengan BAP tidak
Tabel 1. Rerata waktu muncul tunas eksplan tunas berpengaruh nyata terhadap waktu muncul tunas,
mahkota nanas (A. comosus) dengan hal ini diduga belum tercapainya perimbangan
penambahan ekstrak tomat
antara ekstrak tomat dan BAP dengan zat
Perlakuan Waktu Muncul Tunas (hari)
pengatur tumbuh (zpt) endogen yang terdapat
T0 (0%) 30,67a
dalam media sehingga tidak memberikan
T1 (5%) 30,00a
pengaruh terhadap pertumbuhan tunas. Andaryani
T2 (10%) 28,67a
(2010) menyatakan bahwa, pertumbuhan tunas
T3 (15%) 37,83b ditentukan oleh zpt eksogen yang diberikan ke
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam media dan perimbangannya dengan zpt
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
menurut uji Duncan pada taraf kepercayaan endogen yang terdapat pada eksplan. Apabila
5% auksin dan sitokinin tidak terjadi perimbangan
yang tepat maka perlakuan tersebut tidak mampu
Tabel 2. Rerata waktu muncul tunas eksplan tunas untuk menumbuhkan tunas. Zulkarnain (2009)
mahkota nanas (A. comosus) dengan juga menyatakan, penambahan zpt yang tidak
penambahan BAP sesuai cenderung menyebabkan terhambatnya
Perlakuan Waktu Muncul Tunas (hari) regenerasi tunas.
B0 (0 M) 30,25ab
B1 (10-5 M) 26,92a Munculnya tunas ditandai dengan terbentuknya
B2 (10-6 M) 33,67bc nodul pada eksplan (Gambar 1.a) dan membentuk
B3 (10-7 M) 36,33c tunas baru (Gambar 1.b). Menurut Yuliarti (2010),
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tunas yang terbentuk ditandai dengan munculnya
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata primordia tunas berupa adanya tonjolan (nodul)
menurut uji Duncan pada taraf kepercayaan
5%
berwarna kehijauan pada permukaan eksplan,
selanjutnya tonjolan tersebut akan membentuk
tunas baru.
Perlakuan ekstrak tomat 15% merupakan
perlakuan terlama untuk induksi tunas yaitu 37,83
hari setelah tanam. Hal ini diduga penambahan
ekstrak tomat 15% menyebabkan kandungan
a b
auksin di dalam eksplan semakin tinggi sehingga
Gambar 1 Pertumbuhan eksplan meristem pucuk menghambat pertumbuhan tunas. Menurut
mahkota nanas (a) nodul, (b) tunas nanas Hendaryono dan Wijayani (1994), auksin pada
kadar yang tinggi lebih bersifat menghambat
Jumlah tunas daripada merangsang pertumbuhan. Campbell et
Hasil analisis statistik ANAVA al., (2003) menambahkan auksin berfungsi
menunjukkanbahwa faktor tunggal ekstrak tomat mendorong pemanjangan sel pada konsentrasi
(F15,32 = 1,068, p = 0,376; ANAVA) dan faktor tertentu yaitu 10-8 M sampai 10-3 M, pada
tunggal BAP (F15,32 = 1,830, p = 0,162; ANAVA) konsentrasi yang lebih tinggi auksin akan
serta faktor interaksi antara ekstrak tomat dan menghambat pemanjangan sel.
BAP (F15,32 = 0,511, p = 0,856; ANAVA) tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas. Pemberian BAP dengan waktu muncul tunas
terlama terdapat pada konsentrasi BAP 10-7 M
Jumlah daun yaitu hari ke 36,33. Kondisi ini diduga sitokinin
Hasil analisis statistik ANAVA menunjukkan eksogen berupa BAP 10-7 M yang ditambahkan
bahwa faktor tunggal ekstrak tomat (F 15,32 = belum cukup untuk memacu kecepatan
0,956, p = 0,421; ANAVA) dan faktor tunggal munculnya tunas. Menurut George dan
BAP (F15,32 = 1,520, p = 0,228; ANAVA) serta Sherrington (1984), apabila kondisi sitokinin pada
faktor interaksi antara ekstrak tomat dan BAP keadaan suboptimum maka diperlukan zpt
(F15,32 = 1,058, p = 0,419; ANAVA) tidak eksogen dengan konsentrasi sesuai untuk
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. memperoleh perimbangan yang tepat antara zpt
eksogen dan endogen

111
Protobiont (2015) Vol. 4 (3) : 109-112

Berdasarkan hasil analisis perlakuan ekstrak tomat penelitian di Laboratorium Kultur jaringan Aloe
5% dan 10% tidak berbeda nyata dengan Vera Center (AVC)
perlakuan ekstrak tomat 0% (kontrol) terhadap
waktu muncul tunas. Kondisi ini diduga karena DAFTAR PUSTAKA
pengaruh eksplan yang digunakan berupa Andaryani, S. 2010. Kajian Penggunaan Berbagai
meristem pucuk yang berfungsi sebagai tempat Konsentrasi BAP dan 2,4-d Terhadap Induksi
sintesis auksin sehingga kandungan auksin Kalus Jarak Pagar (JatrophacurasL.) Secara
endogen di dalam eksplan sudah mencukupi untuk InVitro, Skripsi, Universitas Negeri Surakarta,
Surakarta
pembentukan tunas. Hal ini menunjukkan bahwa
Badan Pusat Statistik, 2011, Produksi Buah-Buahan
waktu munculnya tunas tidak bergantung pada menurut Provinsi, Diakses 22 September 2014
penambahan ekstrak tomat. Menurut Pierik (1987) http://www.bps.go.id/tabsub/view.php?tabel=1
jaringan meristem merupakan tempat sintesis &daftar=1&id subyek-55&notab-3
auksin yang memiliki kemampuan membelah dan Basri, Z, & Muslimin, 2001, Pengaruh Sitokinin
morfogenesis. Terhadap Organogenesis Krisan Secara In Vitro,
Jurnal Agroland, hal. 164-170
Hasil analisis menunjukkan perlakuan BAP 10-5 M Campbell, NA, Reece, JB & Mitchel, LG,2003,
dan BAP 10-6 M tidak berbeda nyata dengan BiologiEdisi Kelima Jilid II, Erlangga, Jakarta
perlakuan BAP 0 M (kontrol) terhadap waktu Dwiyani, R, Purwantoro, A, Indrianto, A, & Semiarti,
muncul tunas. Hal ini diduga kandungan sitokinin E, 2009, Peningkatan Kecepatan Pertumbuhan
endogen di dalam eksplansudah mencukupi untuk Embrio Anggrek Vanda tricolor Lindl. Pada
Medium Diperkaya Dengan Ekstrak Tomat,
pembentukan tunas sehingga sitokinin eksogen
ProsidingSeminar Biologi Nasional XX, UIN-
yang ditambahkan pada media kultur tidak dapat Malang
mempercepat waktu kemunculan tunas dan George, EF,&Sherrington, PD 1984,Plant Propagation
bahkan dapat memperlambat munculnya tunas. by Tissue Culture,Exegetics Limited, England.
Menurut Lakitan (1996), penambahan sitokinin Hendaryono, DP & Wijayanti A, 1994, Teknik Kultur
eksogen secara berlebih dapat menyebabkan Jaringan Pengenalan dan Petunjuk
konsentrasi sitokinin menjadi supra optimum Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
sehingga menghambat proses pembelahan sel. Modern, Kanisius, Yogyakarta
Hasil penelitian Silvina dan Muniarti (2007), Khan, S, Nasib, A & Saeed, BA, 2004, Employment of
menunjukkan bahwa eksplan mahkota nanas yang In Vitro Technology for Large Scale
Multiplication of Pinaepple (Ananas comosus),
ditanam pada perlakuan 0% air kelapa (kontrol)
Pak. J. Bot., vol. 36, no.3, hal. 611-15
merupakan perlakuan tercepat untuk pembentukan Lakitan, B, 1996,Fisiologi pertumbuhan dan
tunas yaitu pada hari ke 11,6 setelah tanam. Perkembangan Tanaman, PT Raja Grafindo
Persada,Jakarta
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor Pierik, R, LM, 1987, In Vitro Culture of Higher Plant,
tunggal ekstrak tomat dan faktor tunggal BAP Martinus Nighoff Publisher, Dordrecht
serta interaksi antara ekstrak tomat dan BAP tidak Pramesti, G, 2011, SPSS 17 Dalam Rancangan
berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas dan Percobaan, PT Elex Media Komputindo,
jumlah daun eksplan mahkota nanas (A. comosus). Jakarta
Hal ini diduga tidak tercapainya perimbangan Silvina, F, & Murniati, 2007, Pemberian Air Kelapa
Muda pada Media Murashige and Skoog (MS)
yang tepat antara zpt endogen dari eksplan
untuk Pertumbuhan Eksplan Nenas secara In
mahkota nanas (A. comosus) dengan zpt eksogen Vitro, Jurnal SAGU, vol. 6,no.1, hal 25-28
dari ekstrak tomat dan BAP. Hormon eksogen Sunarjono, H, 2004, Berkebun 21 Jenis Tanaman
yang ditambahkan ke dalam media akan Buah, PT. Penebar Swadaya, Jakarta
mengubah keseimbangan zpt dalam sel tanaman. Wattimena, GA, 1992, Zat Pengatur Tumbuh
Basri dan Muslimin (2001) menyatakan bahwa Tanaman, Departemen Pendidikan dan
efektifitas sitokinin maupun auksin eksogen Kebudayaan, Dikti, Pusat Antar Universitas
bergantung pada konsentrasi zpt endogen yang Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor
ada pada jaringan tanaman. Willcox, JK, Catignani, GL & Lazarus, S, 2003,
Tomatoes andcardiovascular health, Critical
Rev in Food Sci, and Nut, vol. 43, no. 1, hal 1-
UCAPAN TERIMA KASIH
18
Terima kasih kepada instansi Unit Pelaksana Yuliarti, N, 2010, Kultur Jaringan Tanaman Skala
Teknis Dinas Agribisnis, Dinas Pertanian, Rumah Tangga, Lily Publisher, Yogyakarta
Perikanan, dan Kehutanan Kota Pontianak yang Zulkarnain, 2009, Kultur Jaringan Tanaman,Bumi
telah memberikan izin untuk melakukan Aksara,Jakarta

112
Jurnal Dinamika Pertanian Edisi XXXIX Nomor 1 April 2023 (1-10) P ISSN 0215 – 2525
E ISSN 2549 – 7960

MULTIPLIKASI EKSPLAN MAHKOTA NANAS (Ananas comosus L. Merr.)


VARIETAS SUSKA KUALU RIAU PADA PERLAKUAN BAP DAN NAA

The Multiplication of Crown Pineapple Explants (Ananas comosus L. Merr.) Suska


Kualu Riau variety in BAP and NAA Treatments

Ratih Nur Khasanah, Fathurrahman


Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau
Corresponding author Email: fathur@agr.uir.ac.id
[Diterima: Februari 2023; Disetujui: April 2023]

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the interaction effect of BAP and NAA on Crown
Nanas Suska Kuala. This research was carried out at the Biotechnology Laboratory of Faculty of
Agriculture, Islamic University of Riau, Pekanbaru City. This research was conducted for 6 months
starting from March to August 2022. The research used a Completely Randomized Factorial Design,
consisting of 2 factors. The first factor was the concentration of BAP consisting of 4 levels, namely
without treatment, 0.1 ppm, 1 ppm and 10 ppm. The second factor was the NAA concentration
consisting of 4 levels, namely without treatment, 0.1 ppm, 1 ppm and 10 ppm. Each treatment
consisted of 3 repetitions to obtain 48 experimental units. In the experimental unit, there were 4 plants
and 2 were used as observation samples taken randomly to obtain 192 plants. If the calculated F
counted was greater than F table and then will be proceed with the Duncan's test (DMRT) at the
p>0.05. The results showed that the interaction of BAP and NAA application to pineapple crown
explants had a significantly effect on percentage of explant growth, number of leaves with BAP 10
ppm, and NAA 10 ppm, and number of roots with BAP 1 ppm and NAA 10 ppm. The main effect of
BAP 10 ppm was significant on age of shoot emergence, age of root emergence, and number of roots.
The main effect of NAA 10 ppm was significant on age of shoot emergence, root emergence age, and
number of roots.
Keywords: BAP, NAA, Pineapple, Shoot.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi BAP dan NAA terhadap
Mahkota Nanas Suska Kualu. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution Km 11 No. 113, Perhentian Marpoyan,
Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 6
bulan dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2022. Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama
adalah konsentrasi BAP terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa perlakuan, 0,1 ppm, 1 ppm dan 10 ppm. Faktor
kedua adalah konsentrasi NAA terdiri dari 4 taraf tanpa perlakuan, 0,1 ppm, 1 ppm dan 10 ppm, setiap
perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga diperoleh 48 satuan percobaan. Pada satuan percobaan
terdapat 4 tanaman dan 2 dijadikan sebagai sampel pengamatan yang diambil secara acak sehingga
diperoleh 192 tanaman. Apabila F hitung lebih besar dari F tabel, maka dilanjutkan uji lanjut Duncan
(DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi pemberian BAP dan NAA
pada eksplan mahkota nanas secara in-vitro berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh eksplan,
jumlah daun perlakuan BAP 10 ppm dan NAA 10 ppm serta jumlah akar dengan perlakuan BAP 1
ppm dan NAA 10 ppm. Pengaruh utama BAP nyata terhadap umur muncul tunas, umur muncul akar
dan jumlah akar perlakuan terbaik BAP 10 ppm. Pengaruh utama NAA nyata terhadap umur muncul
tunas, umur muncul akar dan jumlah akar perlakuan NAA terbaik 10 ppm.
Kata kunci: BAP, NAA, Nanas, Tunas Pucuk

1
Dinamika Pertanian April 2023

PENDAHULUAN Multiplikasi dalam kultur jaringan


tanaman merupakan teknik perbanyakan yang
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)
diambil dari tahap inisiasi tunas untuk
merupakan salah satu komoditas hortikultura
diberikan perlakuan sehingga memperbanyak
yang penting karena bernilai ekonomis dan
jumlah tunas yang muncul, baik tunas aksilar
mempunyai nilai gizi yang tinggi. Nanas
atau tunas adventif. Multiplikasi tunas
mempunyai kontribusi sebesar 8% dari
dilakukan dengan mengambil tunas hasil dari
produksi buah segar dunia, dan Indonesia
inisiasi tunas yang diletakkan ke media
merupakan negara penghasil nanas segar dan
pertumbuhan (Oktaviana dkk., 2015).
olahan terbesar ketiga setelah Thailand dan
Sehingga dalam teknik multiplikasi ini dapat
Philipina. Nanas memiliki kandungan nutrisi
dilakukan salah satunya dengan cara kultur
rendah seperti klori, sehingga tidak perlu
mahkota nanas banyak digunakan pada bagian
khawatir berapa banyak buah nanas yang
tunas meristem. Bagian tersebut memiliki titik
dikonsumsi. Nanas memiliki kandungan
tumbuh yang dapat dilakukan secara in-vitro
karbohidrat termasuk didalamnya terdapat gula
untuk menghasilkan planlet.
yang dapat meningkatkan kadar gula darah.
Teknik kultur in-vitro ini memerlukan
Nanas memiliki kandungan air dan serat yang
keberhasilan dalam penggunaan media. Media
tinggi, yang dapat membersihkan permukaan
Murashige dan Skoog (MS) merupakan
mulut dan dapat bekerja sebagai sistem
merupakan salah satu formula yang digunakan
pencernaan (Nugraheni, 2016).
untuk hampir semua macam tanaman pada
Produksi nanas di Indonesia pada
teknik kultur jaringan, yang dimana kandungan
tahun 2018 sebesar 1.805.506 ton, pada tahun
berupa unsur hara makro, mikro dan vitamin.
2019 produksi nanas sebesar 2.196.458 ton,
Selain media tumbuh, zat pengatur tumbuh
dan pada tahun 2020 sebesar 2.447.243 ton.
(ZPT) yang dapat menentukan keberhasilan
Salah satu provinsi yang memiliki jumlah
dalam teknik ini yaitu penggunakan hormon
produksi nanas terbesar adalah Provinsi Riau
auksin dan sitokinin. Zat pengatur tumbuh
pada tahun 2018 sebesar 95.019 ton pada tahun
golongan auksin seperti NAA, IAA, IBA dan
2019 sebesar 132.583 ton, dan pada tahun
2,4-D. Sedangkan ZPT golongan sitokinin
2020 sebesar 214.277 ton (BPS, 2020)
seperti BA, 2- iP, BAP, kinetin (N6-furfuril
Peningkatan produksi tanaman nanas
adenine) atau Thidiazuron (Widiastoety,
mempunyai potensi unggul yang dapat
2014).
dikembangkan di Riau. Keunggulan buah
BAP merupakan salah satu sitokinin
nanas di Riau salah satunya dapat tumbuh
turunan adenin yang aktif dalam memacu
dilingkungan yang adaptif pada tanah gambut,
pembentukan tunas (Sutriana dkk., 2014) dan
sehingga berpotensi untuk dikembangkan.
dapat bekerja efektif dalam merangsang
Perbanyakan nanas secara konvensional
pembentukan tunas, pembelahan sel, dan
menggunakan satu tanaman induk dapat
perbanyakan tunas pada tanaman tertentu.
menghasilkan lima bakal bibit namun
NAA merupakan salah satu hormon dari
pertumbuhannya tidak seragam dan
golongan auksin yang dapat merangsang
menghasilkan kualitas buah yang kurang baik.
pembelahan dan perbesaran sel yang dapat
Upaya untuk meningkatkan ketersediaan bibit
menyebabkan pertumbuhan pucuk-pucuk baru
yang unggul, seragam dan banyak dapat
dan menginduksi perakaran.
diperbanyakan secara kultur in-vitro.
Kultur jaringan secara in-vitro
merupakan teknik mengisolasi bagian METODE PENELITIAN
tanaman, kemudian menumbuhkannya dalam Bahan yang digunakan dalam
media buatan yang mengandung nutrisi penelitian ini adalah eksplan mahkota nanas,
lengkap di lingkungan aseptis. Dalam teknik media MS (makro-mikro), Zat Pengatur
ini dapat dihasilkan tanaman yang seragam dan Tumbuh BAP dan NAA, alkohol, agar-agar,
unggul, dapat dilakukan dengan cepat serta glukosa, aquades, fungisida, bayclin, NaOH,
dalam skala banyak dan bibit yang dihasilkan HCL, sukrosa, tisu, spritus, sarung tangan,
akan sama dengan induknya, bibit yang bebas masker, alumunium foil, kertas label, plastik,
penyakit dan produksi bibit dapat dilakukan dan karet tahan panas. Sedangkan Alat yang
sepanjang musim (Harahap dkk., 2019). digunakan dalam penelitian ini adalah Gelas

2
Multiplikasi Eksplan Mahkota Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Varietas Suska Kualu Riau pada Perlakuan BAP dan NAA

becker/piala, pipet tetes, timbangan, spatula, muncul tunas (hari), umur muncul akar (hari),
pH meter, autoklaf, laminar air flow (LAF), jumlah tunas (shoot) , jumlah daun (helai), dan
dispasable syringe, magnetic stirrer dan jumlah akar.
kamera digital. Data hasil pengamatan masing-masing
Penelitian ini menggunakan perlakuan dianalisis secara statistik. Apabila F
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial hitung lebih besar dari F tabel maka
yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT pada taraf
adalah konsentrasi ZPT BAP yang terdiri dari 5%.
4 taraf yaitu 0 ppm (B0), 0,1 ppm (B1), 1,0
ppm (B2) dan 10 ppm (B3). Faktor kedua HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah konsentrasi ZPT NAA yang terdiri dari
4 taraf yaitu 0 ppm (N0), 0,1 ppm (N1), 1,0 Persentase Tumbuh Eksplan (%))
ppm (N2) dan 10 ppm (N3). Kombinasi Secara interaksi maupun pengaruh
perlakuan sebanyak 16 dengan 3 kali utama BAP dan NAA berpengaruh nyata
ulangan sehingga 48 unit percobaan. Setiap terhadap persentase tumbuh eksplan mahkota
satuan percobaan terdiri dari 4 botol dimana 2 nanas Suska Kualu. Rata-rata hasil persentase
botol sebagai sampel, sehingga total tumbuh eksplan mahkota nanas setelah di uji
keseluruhan tanaman berjumlah 192 botol. lanjut DMRT pada p> 0.05 dapat dilihat pada
Parameter yang diamati dalam peneitian ini Tabel 1.
yaitu persentase tumbuh eksplan (%), umur
Tabel 1. Rata-rata persentase tumbuh eksplan dengan perlakuan BAP dan NAA
Konsentrasi BAP (B) Konsentrasi NAA (N) (ppm)
Rata-rata
(ppm) N0 N1 N2 N3
0 (B0) 50,00 d 87,50 b 75,00 c 100,00 a 78,13 c
0,1 (B1) 50,00 d 50,00 d 75,00 c 100,00 a 68,75 d
1,0 (B2) 87,50 b 87,50 b 87,50 b 100,00 a 90,63 b
10 (B3) 87,50 b 100,00 a 100,00 a 100,00 a 96,88 a
Rata-rata 68,75 c 81,25 b 84,38 b 100,00 a
Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut
DMRT pada taraf 5%
dimana bagian-bagian vegetatif lebih siap
Data pada Tabel 1 menunjukkan
berenegerasi dari pada bagian generatif.
persentase tumbuh eksplan yang maksimal
Eksplan yang tidak mengalami
yaitu 100%, menjadi perlakuan terbaik
kontaminasi tingkat persentase hidup 100%.
adalah BAP 10 ppm dan NAA 0,1 ppm, BAP
Selain itu tergantung pada kondisi eksplan,
10 ppm dan NAA 1 ppm, BAP 10 ppm dan
jenis dan komposisi media yang terkandung,
NAA 10 ppm (B3N3), BAP 1 ppm dan NAA
jika eksplan yang digunakan dalam kodisi
10 ppm, BAP 0,1 ppm dan NAA 10 ppm,
yang sesuai yaitu jaringan yang aktif
BAP tanpa perlakuan dan NAA 10 ppm
membelah didukung dengan jenis dan
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
komposisi media yang cocok, serta kandungan
Perbedaan persentase tumbuh eksplan tersebut
nutrisi didalam media yang sesuai akan
dikarenakan oleh keragaman konsentrasi BAP
menyebabkan eksplan yang dikulturkan
dan NAA yang sehingga peranan zat pengatur
memiliki persentase hidup yang tinggi.
tumbuh yang diberikan dapat meningkatkan
Salah satu faktor yang mendukung
persentase hidup.
keberhasilan persentase tumbuh eksplan pada
Jaringan muda eksplan sedang aktif
penelitian diduga dari media MS yang
membelah pada masa pertumbuhan maka
digunakan sudah mengandung komposisi yang
jaringan lebih mudah untuk berpoliferasi dan
lengkap untuk pertumbuhan eksplan.
memiliki kapasitas berenegerasi yang tinggi
Pemberian hormon dengan beberapa
dibanding jaringan tua. Eksplan yang
konsentrasi pada media MS memberikan
digunakan untuk semua perlakukan berasal
persentase tumbuh eksplan yang tidak berbeda
dari fase pertumbuhan yang sama, sehingga
nyata dengan perlakuan, karena media yang
menghasilkan respon yang berbeda. Eksplan
mengandung unsur hara mikro, makro, besi
yang digunakan juga berasal dari mahkota
dan vitamin sehingga memicu pertumbuhan.
buah nanas yang merupakan organ vegetatif
Selain faktor dari internal dan faktor eksternal

3
Dinamika Pertanian April 2023

juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dari keseimbangan dan interaksi ZPT yang ada
eksplan dan terjadinya kontaminasi. didalam eksplan baik endogen maupun
Faktor yang mendukung pertumbahan eksogen yang diserap dari media sehingga
awal eksplan yang dinyatakan hidup 100% menghasilkan persentase hidup atau mati
apabila tidak adanya terkontaminasi dan eksplan tersebut (Nasution, 2018).
mengalami pencoklatan. Pertumbuhan yang
baik apabila 2 eksplan dalam botol kultur Umur Muncul Tunas (hari)
menunjukkan adanya pertumbuhan tunas, Dari hasil pengamatan terhadap umur
daun, maupun akar. Jika eksplan yang muncul tunas setelah di analisis ragam
digunakan dalam kondisi yang sesuai yaitu menunjukkan secara interaksi BAP dan NAA
jaringan yang aktif membelah, didukung tidak berpengaruh nyata terhadap umur
dengan jenis dan kombinasi media yang cocok muncul tunas. Sedangkan perlakuan utama
serta kandungan zat pengatur tumbuh yang BAP dan NAA secara tunggal berpengaruh
sesuai. nyata terhadap umur muncul tunas. Rerata
Dalam pemberian konsentrasi ZPT hasil pengamatan umur muncul tunas setelah
yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan di uji lanjut DMRT pada p> 0.05 dapat dilihat
mempengaruhi kinerja metabolisme sel. pada Tabel 2 dibawah ini.
Pertumbuhan dan morfogenesis tanaman
secara in vitro dikendalikan oleh
Tabel 2. Rata-rata umur muncul tunas dengan perlakuan BAP dan NAA (hari)
Konsentrasi BAP (B) Konsentrasi NAA (N) (ppm)
Rata-rata
(ppm) N0 N1 N2 N3
0 (B0) 22,66 22,66 21,66 21,50 22,12 c
0,1 (B1) 22,50 21,50 21,33 21,33 21,66 c
1,0 (B2) 21,50 20,66 20,33 18,83 20,33 b
10 (B3) 19,33 19,16 18,66 18,33 18,87 a
Rata-rata 21,50 b 21,00 b 20,50 a 20,00 a
Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut
DMRT pada taraf 5%
pada perlakuan NAA 10 ppm berbeda nyata
Data pada Tabel 2, menunjukkan pada
dengan tanpa perlakuan NAA dan NAA 0,1
perlakuan utama BAP secara tunggal berbeda
ppm. Pemberian perlakuan NAA 10 ppm
nyata antara satu taraf dengan taraf lainnya.
dapat memunculkan tunas pada umur 20 hari.
Pemberian perlakuan BAP 10 ppm (B3)
Embrio somatik sekunder kedelai dengan
dimana umur muncul tunas yaitu 18,87 hari
pemberian 10 ppm NAA merupakan
dapat memicu pertumbuhan tunas eksplan
konsentrasi terbaik untuk waktu muncul
mahkota nanas Suska Kualu. Munculnya tunas
embrio somatik sekunder 7 pengkulturan pada
ditandai dengan terbentuknya nodul pada
media induksi.
eksplan dan adanya mulai pembentukan tunas
Salah satu peran auksin adalah
baru. Tunas yang terbentuk ditandai dengan
menstimulasi atau mempercepat terjadinya
munculnya primordia tunas berupa adanya
perpanjangan sel. Pemberian auksin eksogen
nodul berwarna kehijauan pada permukaan
akan meningkatkan aktifitas auksin endogen
eksplan. Selanjutnya nodul tersebut akan
yang sudah ada pada tanaman, sehingga
membentuk tunas. Menurut penelitian Novita
mendorong pembelahan sel dan
(2016) munculnya tunas nanas tercepat pada
menyebabkan tunas muncul lebih awal.
konsentrasi BAP (10 ppm) yaitu 10 hari
Auksin merupakan salah satu hormon tanaman
karena ada pengaruh pemberian BAP yang
yang dapat meregulasi banyak proses fisiologi
cukup tinggi sehingga mempercepat
seperti pertumbuhan, pembelahan dan
pembentukan tunas. Hal ini bahwa dengan
diferensiasi sel serta sintesa protein.
penambahan BAP (10 ppm) sudah mampu
Dari Tabel 2 interaksi BAP dan NAA
mendorong sel eksplan tanaman nanas untuk
tidak memberikan pengaruh nyata meskipun
berdiferensiasi lebih cepat sehingga
demikian secara angka berbeda antara
mempercepat pertumbuhan tunas.
kombinasi satu dengan lainnya. Hal ini
Pada perlakuan utama NAA secara
dikarenakan dua golongan ZPT yang sering
utama memberikan pengaruh nyata, dimana
digunakan secara umum media percobaan

4
Multiplikasi Eksplan Mahkota Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Varietas Suska Kualu Riau pada Perlakuan BAP dan NAA

dengan perlakuan kombinasi BAP dan NAA tumbuh tersebut. Kedua zat pengatur tumbuh
menyebabkan organogenesis yaitu tersebut mempunyai peranan penting dalam
terbentuknya tunas yang didahului dengan menentukan arah diferensiasi sel dalam
pembentukan nodul Kombinasi antara auksin perbanyakan tanaman yang dihasilkan secara
dengan sitokinin dapat memacu terjadinya kultur jaringan.
morfogenesis dalam pembentukan tunas. Hal
ini sesuai dengan penelitian Regenerasi tunas Umur Muncul Akar (hari)
dan akar pada in vitro dikontrol secara Dari hasil pengamatan terhadap umur
hormonal oleh zat pengatur tumbuh sitokinin muncul tunas setelah di analisis ragam,
dan auksin dengan nisbah sitokinin dan auksin menunjukkan secara interaksi BAP dan NAA
yang tinggi sehingga mampu mendorong tidak berpengaruh nyata terhadap umur
terjadinya pembentukan tunas. muncul akar. Sedangkan perlakuan utama
Kombinasi zat pengatur tumbuh BAP BAP dan NAA secara tunggal berpengaruh
dan NAA dapat memacu morfoginesis dalam nyata terhadap umur muncul akar. Rerata hasil
pembentukan tunas dalam satu media dapat pengamatan umur muncul akar setelah di uji
memacu proliferasi tunas karena adanya lanjut DMRT pada p> 0.05 dapat dilihat pada
pengaruh sinergisme antara kedua zat pengatur Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata umur muncul tunas dengan perlakuan BAP dan NAA (hari)
Konsentrasi BAP (B) Konsentrasi NAA (N) (ppm)
Rata-rata
(ppm) N0 N1 N2 N3
0 (B0) 34,00 33,50 33,33 32,83 33,41 d
0,1 (B1) 32,66 32,50 32,33 31,50 32,25 c
1,0 (B2) 31,33 31,00 30,66 29,16 30,54 a
10 (B3) 32,33 31,50 31,33 30,50 31,41 b
Rata-rata 32,58 c 32,12 b 31,91 b 31,00 a
Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut
DMRT pada taraf 5%

Data pada Tabel 3, menunjukkan BAP (B0) yakni dengan umur muncuk akar 14
bahwa umur muncul akar tercepat pada hari inisiasi. Media yang ditambahkan NAA
perlakuan 1 ppm dengan umur 30,54 hari dengan konsentrasi tinggi menunjukkan bahwa
(Gambar 1). Pemberian perlakuan BAP (1 auksin dapat mengaktifkan enzim-enzim yang
ppm) dapat memacu pertumbuhan umur berperan dalam pembuatan komponen sel
muncul akar eksplan mahkota nanas Suska sehingga begitu mulai terjadinya pembelahan
Kualu. Kandungan nutrisi yang rendah mampu sel maka NAA akan merangsang pembentukan
memaksimalkan pembelahan sel untuk akar dengan cepat.
membentuk akar, serta pemunculan akar sudah Pengaruh interaksi yang paling cepat
terjadi pada eksplan yang sudah dikulturkan tumbuh umur muncul akar pada perlakuan
membentuk tunas-tunas yang akan BAP 1 ppm dan NAA 10 ppm yakni pada
merangsang pembentukan akar. umur 29,16 hari, dan umur muncul akar
Pada pemberian perlakuan utama NAA terlama pada perlakuan tanpa pemberian BAP
secara tunggal memberikan pengaruh nyata, dan NAA yakni 34 hari. Interaksi pemberian
dimana pada perlakuan 10 ppm (N3) berbeda perlakuan BAP 1 ppm dan NAA 10 ppm yang
nyata dengan lainnya. Hal ini dengan tinggi semakin cepat tunas dan akar terbentuk
pemberian perlakuan konsentrasi N3 (10 ppm) maka akan semakin meningkat pula nutrisi
dapat mempercepat umur muncul akar yakni yang diserap oleh eksplan sehingga akan
31 hari yang dimana NAA berfungsi bahwa mempercepat pembentukan akar. Hal ini
auksin berpengaruh luas terhadap dikarenakan interaksi antagonis antara auksin
pertumbuhan, merangsang dan mempercepat merupakan salah satu cara tumbuhan dalam
pertumbuhan akar, serta meningkatkan mengatur derajat pertumbuhan dan
kualitas dan kuantitas akar. Perlakuan NAA perkembangan akar. Interaksi BAP dan NAA
terbaik terhadap pertumbuhan akar pada menunjukkan terdapat perbedaan waktu
tanaman nanas yakni 10 ppm (N3) yakni muncul akar. Menurut Rosmaina (2011) pada
dengan umur muncul akar 13 HST, sedangkan pemberian BAP dan NAA yang dilakukannya
perlakuan BAP terbaik yakni tanpa perlakuan pada dua subkultur yang dimana eksplan masih

5
Dinamika Pertanian April 2023

membawa pengaruh dari media multiplikasi memacu pertumbuhan jumlah tunas nenas.
tunas sebelumnya. Dalam pengontrolan Pemberian berbagai konsentrasi BAP (0, 2, 4,
organogenesis in vitro, yaitu bahwa rasio yang 6 ppm) mempengaruhi jumlah tunas eksplan
tinggi antara sitokinin dengan auksin buah naga. Penambahan BAP dengan
merangsang multiplikasi tunas dan akan konsentrasi tinggi dapat membentuk tunas baru
merangsang pengakaran. yang dapat menghasilkan tunas dalam jumlah
banyak. Menurut penelitian Rosmaina (2010)
Jumlah Tunas (Shoot)) laju multiplikasi dalam membentuk jumlah
Hasil pengamatan terhadap umur tunas bahwa kemampuan membentuk tunas
muncul tunas setelah di analisis ragam adventif secara langsung dari jaringan eksplan
menunjukkan secara interaksi BAP dan NAA berbeda pada tiap tanaman. Mudah tidaknya
tidak berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan suatu tanaman membentuk tunas secara in
utama BAP dan NAA secara tunggal vitro dapat dilihat dari kemampuannya
berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas. diperbanyak secara vegetatif dilapang (in vivo).
Rerata hasil pengamatan jumlah tunas setelah Pada varietas lain seperti nenas Smooth
di uji lanjut DMRT pada P> 0.05 dapat dilihat Cayenne lebih rendah mnghasilkan tunas bila
pada Tabel 4. dibanding varietas Queen. Hal ini
Data pada Tabel 4, menunjukkan bahwa dipengaruhi oleh beberapa faktor,
jumlah tunas terbanyak pada perlakuan 10 ppm diantaranya genotipe, media kultur,
menghasilkan 5,25 shoot. Sehingga pada lingkungan tumbuh yaitu keadaan fisik ruang
perlakuan utama BAP secara tunggal 10 ppm kultur dan fisiologi jaringan tanaman yang
berbeda nyata dengan perlakuan tanpa digunakan
perlakuan, 0,1 ppm dan 1 ppm. Hal ini
Pemberian perlakuan BAP 10 ppm yang telah

Tabel 4. Rerata umur berbunga tanaman kacang hijau perlakuan bahan amelioran dan kompos pelepah
kelapa sawit (hari)
Konsentrasi BAP (B) Konsentrasi NAA (N) (ppm)
Rata-rata
(ppm) N0 N1 N2 N3
0 (B0) 3,16 3,50 4,00 4,50 3,79 c
0,1 (B1) 4,00 4,00 5,16 5,33 4,62 b
1,0 (B2) 4,16 4,50 5,00 5,16 4,70 b
10 (B3) 4,83 5,00 5,50 5,66 5,25 a
Rata-rata 4,04 c 4,25 bc 4,91 a 5,16 a
Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut
DMRT pada taraf 5%

Pada pemberian perlakuan utama NAA pada perlakuan BAP 10 ppm dan NAA 10
secara tunggal memberikan pengaruh nyata, ppm yakni berjumlah 5,60 shoot, dan jumlah
dimana pada perlakuan 10 ppm menghasilkan tunas terendah pada tanpa perlakuan BAP dan
jumlah tunas terbanyak yaitu 5,16 shoot, tanpa perlakuan NAA yakni berjumlah 3,16
sehingga pada perlakuan utama NAA secara shoot.
tunggal 10 ppm berbeda nyata dengan Pada Tabel 4 dapat dilihat untuk
perlakuan tanpa perlakuan dan konsentrasi 0,1 interaksi BAP dan NAA memberikan
ppm. Hal ini bahwa pemberian perlakuan pengaruh yang berbeda-beda terhadap jumlah
NAA (10 ppm) yang tinggi dapat memicu tunas. Pembentukan dan multiplikasi tunas
pertumbuhan jumlah tunas eksplan mahkota pada media perlakuan dengan konsentrasi
nanas Suska Kualu. berbeda diduga karena konsentrasi sitokinin
Penambahan konsentrasi 15 ppm NAA eksogen yang ditambahkan ke dalam media
menghasilkan tunas terbanyak pada tanaman kultur lebih tinggi dibandingkan dengan
Asparagaceae. Hal ini diterapkan untuk konsentrasi auksin endogen yang dihasilkan
meningkatkan idoid dan tanin terkondensasi oleh eksplan. interaksi antara zat pengatur
dalam regeneran in vitro, total fenolik dan tumbuh eksogen dan endogen menentukan
flavonoid lebih tinggi pada perlakuan tersebut. arah perkembangan suatu kultur. Jika dalam
Pengaruh secara interaksi pemberian media kultur konsentrasi sitokinin lebih tinggi
perlakuan jumlah tunas yang paling tinggi dibandingkan dengan auksin maka akan

6
Multiplikasi Eksplan Mahkota Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Varietas Suska Kualu Riau pada Perlakuan BAP dan NAA

merangsang pembentukan dan multiplikasi kurangnya sitokinin yang diberikan pada


tunas. media kultur. Maka salah satu factor yang
Interaksi antara sitokinin dan auksin menyebabkan tidak terbentuknya tunas pada
berperan dalam mengontrol banyak aspek eksplan pisang secara in vitro adalah
pertumbuhan dan diferensasi sel. kurangnya sitokinin pada media kultur. Pada
Kombinasikan auksin dan sitokinin memicu eksplan sudah mengandung auksin endogen.
diferensiasi dan perkembangan sel, organ dan Secara fisiologis jika auksin eksogen
seluruh bagian tanaman. Secara umum, rasio ditambahkan, maka akan menghambat
sitokinin yang tinggi daripada auksin akan keluarnya sitokinin endogen pada eksplan.
memicu terbentuknya tunas. Rasio antara
auksin dan sitokinin yang seimbang akan Jumlah Daun (helai)
menumbuhkan sel- sel meristem yang terus Dari hasil pengamatan terhadap
membelah dan berkembang membentuk organ. persentase tumbuh eksplan setelah di analisis
Menurut penelitian Pamungkas (2015) ragam menunjukkan bahwa secara interaksi
interaksi pemberian NAA dan BAP tidak berbeda nyata. Selanjutnya secara pengaruh
berbeda terhadap jumlah tunas pada eksplan utama BAP dan NAA berpengaruh nyata
dimana untuk variabel jumlah tunas terhadap jumlah daun eksplan mahkota nanas
menunjukan bahwa tidak ada penambahan Suska Kualu. Rata-rata hasil jumlah daun
jumlah tunas yang signifikan akibat interaksi eksplan mahkota nanas setelah di uji lanjut
NAA dan BAP. Faktor yang mempengaruhi DMRT pada p> 0.05 dapat dilihat pada Tabel
keadaan tersebut disebabkan karena 5 di bawah ini.

Tabel 5. Rata-rata jumlah daun dengan perlakuan BAP dan NAA


Konsentrasi BAP (B) Konsentrasi NAA (N) (ppm)
Rata-rata
(ppm) N0 N1 N2 N3
0 (B0) 5,16 h 6,00 fg 5,50 gh 5,50 gh 5,54 c
0,1 (B1) 6,16 e 7,00 e 7,00 e 8,50 ab 7,16 b
1,0 (B2) 7,00 e 7,16 e 6,83 e 7,33 de 7,08 b
10 (B3) 7,83 cd 8,00 bc 8,33 bc 9,00 a 8,29 a
Rata-rata 6,54 c 7,04 b 6,91 b 7,58 a
Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut
DMRT pada taraf 5%
diperlakuan BAP 4 ppm + NAA 4 ppm
Data pada Tabel 5, menunjukkan
menghasilkan jumlah 7,2 helai. Pemberian
perlakuan terbaik adalah BAP 10 ppm dan
berupa BAP dan NAA dalam konsentrasi
NAA 10 ppm dengan jumlah daun 9,00 helai
yang lebih besar akan menstimulasi
yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan
pertumbuhan daun pada PLB, sehingga
B3N2 yaitu 8,33 helai, namun berbeda nyata
diduga pada konsentrasi 4 ppm ini cukup
dengan perlakuan lainnya. Sedangkan
optimal untuk mendukung pembentukan daun
interaksi jumlah daun terendah terdapat pada
pada PLB, hal ini kedua ZPT ini tetapi
perlakuan tanpa perlakuan 5,16 helai. Hal ini
berfungsi dalam pembesaran sel. Konsentrasi
jelas terlihat bahwa eksplan mahkota nanas
sitokinin dan auksin dengan perimbangan yang
Suska Kualu membutuhkan konsentrasi BAP
tepat antara zat pengatur tumbuhun eksogen
dan NAA yang tinggi untuk meningkatkan
dan endogen akan bekerja secara optimal
pertumbuhan daun, sedangkan jika
untuk merangsang pembelahan sel menjadi
konsentrasinya rendah maka akan
lebih cepat. Perimbangan sitokinin dan auksin
memperlambat pertumbuhan tunas sehingga
yang tidak sesuai akan menghambat
membentuk daun yang akan muncul pun
pembelahan sel (Bakar dkk., 2016)
lambat. Tingginya respon jaringan untuk
Secara utama pemberian BAP
tumbuh, tergantung pada kemampuan auksin
memberikan pengaruh terhadap jumlah daun.
dan sitokinin yang ditambahkan ke dalam
Perlakuan 10 ppm memperoleh jumlah daun
media untuk merubah ZPT endogen dalam sel.
tertinggi yaitu 8,29 helai, diikuti oleh 0,1 ppm
Pemberian BAP dan NAA dengan
dengan jumlah daun yaitu 7,16 helai,
konsentrasi yang tinggi dan sama yaitu 3 ppm,
perlakuan 1 ppmdengan jumlah daun 7,08
pertumbuhan jumlah daun terbanyak
helai dan terendah tanpa pemberian BAP (B0)

7
Dinamika Pertanian April 2023

yaitu 5,54 helai. Hal ini dapat dilihat bahwa eksplan mahkota nanas Suska Kualu
untuk jumlah daun eksplan mahkota nanas membutuhkan konsentrasi tinggi agar dapat
kualu yang baik konsentrasi BAP yang mempengaruhi pembentukan daun dan
dibutuhkan tinggi. Hasil kelompok plantlet perpanjangan akar nanti nya pada planlet
nenas dengan taraf konsentrasi 25 ppm, yaitu nanas tersebut. Menurut penelitian Harahap
sebesar 10.08 helai. Hal ini penambahan ZPT dkk (2015) dalam menyatakan pemberian
sitokinin dalam konsentrasi yang sesuai akan auksin pada media MS menunjukan
merangsang pertumbuhan dan memacu perkembangan yang baik pada pembentukan
perkembangan daun. Pengaruh BAP terhadap planlet yang sempurna yang sudah memiliki
multiplikasi juga terlihat pada penelitian akar, batang dan daun. Auksin juga dapat
Fithriyandini dkk (2015) yang menyatakan berpengaruh terhadap pertmbuhan daun. Salah
bahwa penambahan BAP pada media satu fungsi auksin pada pertumbuhan daun
Murishage and Skoog pada anggrek bulan adalah membantu perkembangan jaringan
(Phalaenopsis amabilis) memberikan hasil meristem calon daun. Pemberian auksin yang
waktu muncul tunas, jumlah tunas dan jumlah dikombinasikan dengan sitokinin dapat
daun terbaik. meningkatkan jumlah daun yangterbentuk.
Pemberian NAA secara tunggal juga .
memberikan pengaruh terhadap jumlah daun. Jumlah Akar
Perlakuan 10 ppm menghasilkan jumlah daun Pengamatan terhadap persentase
terbaik yaitu 7,58 helai diikuti oleh 0,1 ppm tumbuh eksplan setelah di analisis ragam
dengan jumlah daun yaitu 7,04 helai, 1 ppm menunjukkan bahwa secara interaksi maupun
dengan jumlah daun yakitu 6,91 helai dan secara utama pemberian perlakuan BAP dan
tanpa pemberian NAA memperoleh jumlah pemberian perlakuan NAA berpengaruh nyata
daun terendah yaitu 6,54 helai. Hal ini dapat terhadap jumlah akar eksplan mahkota nanas
dilihat bahwa untuk pertumbuhan jumlah daun Suska Kualu (Tabel 6).
Tabel 6. Rerata berat biji per tanaman kacang hijau perlakuan bahan amelioran dan kompos pelepah
kelapa sawit (g)
Konsentrasi BAP (B) Konsentrasi NAA (N) (ppm)
Rata-rata
(ppm) N0 N1 N2 N3
0 (B0) 6,00 a 5,50 bc 4,50 de 5,16 c 5,29 b
0,1 (B1) 3,33 f 4,00 e 5,00 cd 6,00 ab 4,58 c
1,0 (B2) 5,00 cd 5,00 cd 6,50 a 6,50 a 5,75 a
10 (B3) 4,00 e 4,50 de 6,00 ab 5,00 cd 4,87 c
Rata-rata 4,58 b 4,75 b 5,50 a 5,66 a
Angka-angka pada baris dan kolom yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut
DMRT pada taraf 5%

meningkatkan jumlah daun, jumlah kantong


Data pada Tabel 6, menunjukkan bahwa
dan jumlah akar.
perlakuan terbaik adalah konsentrasi BAP 1
Kombinasi perlakuan 10 ppm BAP + 3
ppm dan NAA 1 ppm serta BAP 10 ppm dan
ppm NAA memiliki jumlah akar tertinggi
NAA 10 ppm dengan jumlah akar 6,50 yang
13,67. Hal ini diduga penggunaan BAP dan
tidak berbeda nyata dengan perlakuan BAP
NAA sudah membuat keseimbangan di dalam
0,1 ppm dan NAA 10 ppm (B1N3) yaitu
tanaman sehingga BAP yang tinggi yang
6,00 namun berbeda nyata dengan perlakuan
digabungkan dengan konsentrasi NAA yang
lainnya. Sedangkan interaksi jumlah daun
tinggi pada penelitian menghasilkan rata-rata
terendah terdapat pada perlakuan BAP 0,1 ppm
jumlah akar yang tinggi. Akar yang terbentuk
dan tanpa perlakuan NAA yaitu 3,33. Menurut
pada eksplan tidak terlepas dari hubungan erat
penelitian Rosmaina (2015) menunjukkan
dengan eksplan yang membentuk tunas dan
bahwa jumlah akar tertinggi pada tahap inisiasi
daun, karena karbohidrat yang dihasilkan oleh
dihasilkan perlakuan 1 ppm BAP + 1 ppm
daun sebagai hasil proses fotosintesis yang
NAA yaitu 3,6 akar/eksplan dan berbeda nyata
berhubungan juga dengan proses transpirasi
dengan perlakuan lainnya. Hal ini karena pada
yang dapat menstimulir pembentukan akar.
tahap subkultur perlakuan ini menghasilkan
Apabila konsentrasi auksin lebih tinggi
banyak tunas dari pecahnya nodul sehingga
dari konsentrasi sitokinin maka akan

8
Multiplikasi Eksplan Mahkota Nanas (Ananas comosus L. Merr.) Varietas Suska Kualu Riau pada Perlakuan BAP dan NAA

membentuk akar saja, tetapi apabila tinggi. Munculnya akar pada konsentrasi 5
konsentrasi auksin dan sitokinin seimbang ppm lebih cepat dan lebih banyak jika
dapat membentuk akar (Rozalina (2016). Dua dibandingkan dengan konsentrasi 1 dan 3 ppm
jenis ZPT yang sangat penting dalam memacu (Fathurrahman 2013). Secara umum
pertumbuhan tanaman adalah sitokinin dan penggunaan ZPT untuk merangsang tunas dan
auksin golongan sitokinin yang sering akar hanya diperlukan dalam jumlah kecil dari
digunakan untuk multiplikasi tunas secara in perlakuan ini. Namun setelah adanya
vitro adalah BAP dan golongan auksin adalah eksprimen ini menunjukkan bahwa dengan
NAA. Pengaruh ZPT sitokinin, auksin, atau pemberian konsentrasi yang lebih tinggi pada
kombinasi keduanya dapat memberikan anggrek dendrobium masih menunjukkan
pengaruh terhadap regenerasi nanas (Dahniar respon yang baik.
dan Elvavina, 2022).
Fitohormon auksin dan sitokinin KESIMPULAN DAN SARAN
berinteraksi untuk mendorong dan
mempertahankan proses pertumbuhan dan Kesimpulan
perkembangan tanaman, termasuk mengatur Dari hasil penelitian dapat diambil
meristem apikal dan pertumbuhan akar (Amiri kesimpulan sebagai berikut :
and Mohammadi 2019). Sebaliknya, pada 1. Interaksi pemberian BAP dan NAA
meristem pucuk, sitokinin merangsang memberikan pengaruh yang nyata terhadap
proliferasi sel dan mencegah diferensiasi sel, jumlah eksplan terkontaminasi, persentase
sedangkan auksin memicu inisiasi organ. tumbuh eksplan,umur muncul tunas, umur
Secara utama pemberian BAP muncul akar, jumlah tunas, jumlah daun,
memberikan pengaruh terhadap jumlah akar. dan jumlah akar.
Perlakuan 1 ppm memperoleh jumlah akar 2. Pengaruh utama pemberian BAP nyata
tertinggi yaitu 5,75, diikuti oleh tanpa terhadap umur muncul tunas, umur muncul
pemberian BAP dengan jumlah akar yaitu 5,29 akar dan jumlah tunas. Pemberian
root, 10 ppm dengan jumlah akar 4,87 dan perlakuan terbaik dengan konsentrasi
terendah 0,1 ppm yaitu 4,58. Perlakuan BAP tertinggi pada kedua ZPT BAP dan NAA.
secara tunggal memberikan pengaruh terhadap 3. Pengaruh utama pemberian NAA nyata
jumlah akar pada konsentrasi BAP 2 mg/L terhadap umur muncul tunas, umur muncul
menghasilkan jumlah akar terbanyak. akar dan jumlah tunas. Pemberian
Perlakuan utama BAP memberikan pengaruh pengaruh utama terbaik adalah pada
yang nyata terhadap akar pada eksplan, dimana konsentrasi yang tertinggi.
akar terdapat pada tanpa perlakuan BAP
dengan rerata 88% dan berbeda nyata dengan DAFTAR PUSTAKA
perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena Amiri, S., Mohammadi, R, A. R., 2019. The
didalam eksplan sudah terkandung auksin dan Effects Of Cytokinin And Auxin
sitokinin endogen yang sudah cukup optimal Interactions On Proliferation And
untuk membentuk jumlah akar. Rooting Of Seedless Grapevine (Vitis
Secara utama pemberian NAA vinifera L.) cv. 'Sultanine'. Journal of
memberikan pengaruh terhadap jumlah akar. Erwerbs-Obstbau. 61(1): 85–92.
Perlakuan 10 ppm memperoleh jumlah akar Bakar, M., Mandang, .J, Kojoh, D., dan
tertinggi yaitu 5,66, diikuti oleh 1 ppm dengan Demmasabu, S. 2016. Penggunaan
jumlah akar yaitu 5,50 root, 0,1 ppm dengan BAP dan Kinetin pada Induksi Tunas
jumlah akar 4,75, dan terendah tanpa dari Protocorm Anggrek Dendrobium
pemberian NAA yaitu 4,58. Hal ini diduga (Dendrobium Sp.) pada Kultur In
pemberian NAA secara tunggal dengan Vitro. Jurnal Cocos, 7(4): 23-30.
konsentrasi yang lebih tinggi akan memberikan BPS 2020. Produksi tanaman buah-buahan
jumlah akar yang banyak. Jika konsentrasi 2020.https://www.bps.go.id/indicator/5
auksin lebih tinggi maka akan memacu 5/62/1/produksi-tanaman-buah-
pertumbuhan tinggi dan panjang akar buahan.html. Diakses 12 April 2022.
sedangkan jika sitokinin lebih tinggi akan Dahniar, N., dan Elvavina, P. 2022.
memacu pertunasan. Pemberian konsentrasi Kombinasi BAP dan NAA untuk
auksin yang semakin tinggi 1 hingga 5 ppm Media Perbanyakan Nanas Varietas
akan menghasilkan jumlah akar yang lebih Smooth Cayenne, Toboali in Vitro.

9
Dinamika Pertanian April 2023

Agrotechnology Research Journal. Rosmaina. 2011. Pengaruh Perlakuan BA dan


6(1): 21-30. NAA terhadap Pembentukan Akar
Fathurrahman. 2013. Pemberian Beberapa Nenas (Ananas comosus (L). Merr.) cv.
Jenis Auksin Terhadap Pertumbuhan Smooth Cayenne Secara In Vitro.
Akar Eksplan Anggrek Secara In Vitro. Jurnal Agroekoteknologi, 1(2): 37–43.
Jurnal Dinamika Pertanian, 28(2): 97– Rozalina. 2016. Uji Pemberian NAA dan
102. BAP Terhadap Pertumbuhan Jeruk
Fithriyandini, A., Maghfoer, M. D .W. 2015. Kasturi (Citrus mitis) Secara In-Vitro.
Pengaruh Media Dasar 6- Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Benzylaminopurine (BAP) Terhadap Islam Riau. Pekanbaru.
Pertumbuhan Dan Perkembangan Sutriana, S., Jumin, H. B., dan Mardaleni, M.
Nodus Tangkai Bunga Anggrek Bulan 2014. Interaksi BAP dan NAA
(Phalaenopsis amabilis) dalam Terhadap Pertumbuhan Eksplan
Perbanyakam Secara In Vitro. Jurnal Anggrek Vanda Secara in-Vitro. Jurnal
Produksi Tanaman, 3(1): 43–49. Dinamika Pertanian, 29(1): 1–8.
Harahap, Fauziyah dan Sinulingga, S. 2015. Widiastoety, D. 2014. Pengaruh Auksin dan
Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Sitokinin Terhadap Pertumbuhan
Tumbuh (ZPT) Indole Acetic Acid Planlet Anggrek Mokara. Jurnal
(IAA) Dan Benzyl Amino Purin (BAP) Hortikultura, 24(3): 230–238.
Terhadap Pertumbuhan Planlet Nanas
(Ananas Comosus I.) Sipahutar Secara
In Vitro. Proseding Seminar Nasional
Biologi 2014 (pp.204-209). USU
Press.
Nasution, F. 2018. Pengaruh Filtrat Sirih
Merah Pada Media Kultur Jaringan
Terhadap Pertumbuhan Eksplan (Biji)
Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis
Lour). Skripsi. Fakultas Pertanian
UniversitasIslam Riau. Pekanbaru.
Nugraheni. 2016. Sehat Tanpa Obat dengan
Nanas-Seri Apotek Dapur. Rapha
Publishing. Penerbit Andi.
Oktaviana, M. A., Linda, R., dan
Mukarlina. 2015. Pertumbuhan Tunas
Mahkota Nanas (Ananascomosus (L.)
Merr) Secara In Vitro Dengan
Penambahan Ekstrak Tomat (Solanum
lycopersicum L.) Dan Benzyl Amino
Purin (BAP). Jurnal Protobiont, 4(3):
109–112.
Pamungkas, S. S. T. 2015. Pengaruh
Konsentrasi NAA dan BAP terhadap
Pertumbuhan Tunas Eksplan Tanaman
Pisang Cavendish (Musa paradisiaca
L.) Melalui Kultur In Vitro. Gontor
Agrotech Science Journal, 2(1): 26-31.
Rosmaina. 2010. Laju Multiplikasi Tunas
Nenas (Ananas comosus L. Merr) Pada
Media Dasar Murashige And Skoog
Hasil Perlakuan BAP Dan NAA Secara
In Vitro. Jurnal Agroteknologi, 1(1):
39–44.

10
( Sains, Teknologi, dan Rel<a asa )

VOL: 15 Nomor: II BULAN I TAHUN SEPTEMBER 2014

Eka D.aryanto dan Suprapto Kaji Eksperimental Alat Pengering Tena~Surya Dengan Variasi
Sudut Konsentrator Cermin Datar Dan Sudut Riblets Untuk Pelat
Absorber

Nurdin Bukit 1
Preparasi Bentonit Alam Menjadi Nano Partikel Sebagai Filler Pada
Eva Malina Ginting 1
Termoplastik HOPE
Mukti Hamjah Harahap
Peningkatan Sifat Mekanik Dan Termal Kayu Kelapa Sawit Dengan
Nurfajriari Wesly l-!•1tabarat
1 1
Teknik Kompregnasi Reaktif
Tharnrin Basuki Wirjosentono
1 1

Saharman Gea Induksi tunas nanas (ananas comosus 1. Merr) in vitro dengan
pemberian dosis auksin dan sitokin yang berbeda
Fauziyah Harahap dan 1

Nusyirwan
Konversi Minyak Dedak Padi Menjadi Biogasoline Melalui Proses
Junifa Layla Sihombing 1
Catalytic Cracking (Via Esterifikasi Dan Transesterifikasi)
Jasmidi dan Ahmad Nasir Pu-
lungan
Kemampuan Immunoglobulin Y (Igy) Kuning Telur Ayam Yang
P. Maulim Silitonga dan Telah Memperoleh Suplementasi Piridoksin Mencegah Kelainan
Melva Silitonga Yang Diakibatkan Oleh Toksin Tetanus

Putri Lynna A.Luthan 1

Irma Novrianty
Nasution dan Kemala Struktur Bangunan Tradisional Mandailing
Jeumpa

Pengembangan Prototipe Mesin Pengupas Kulit Kacang Tanah


Susunan Variasi Makanan Kaitannya Dengan Tingkat Selera
Irnawati Tamba dan Ade CH.
Makan Lansia Di Panti Werdah Yayasa:. t Guna Budi Bakti
Medan Labuhan
ISSN: 1412-2995

Jumal Penelitian
SAINTIKA
(Sains, Teknologi, dan Rekayasa)
Vol: 15 Nomor: 2 Bulan/ Tahun: September 2014
DAFTAR lSI
KAJI EKSPERIMENTAL ALA T PENGERING TENAGA SURYA DENGAN V ARIASI SUDUT
KONSENTRATOR CERMIN DATAR DAN SUDUT RIBLETS UNTUK PELAT ABSORBER 90-105
Oleh: Eka Daryanto dan Suprapto

D PREPARASI BENTONIT ALAM MENJADI NANO PARTIKEL SEBAGAI FILLER PADA


TERMOPLASTIK HOPE 106-118
Oleh: Nurdin Bukit, Eva Marlina Ginting, Mukti Hamjah Harahap

PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN TERMAL KAYU KELAPA SAWIT DENGAN TEKNIK
KOMPREGNASI REAKTIF
119-123
Oleh: Nurfajriani, Wesly Hutabarat, Thamrin, Basuki Wirjosentono, Saharman Gea

INDUKSI TUNAS NANAS (ANANAS COMOSUS L. MERR) IN VITRO DENGAN


PEMBERIAN DOSIS AUKSIN DAN SITOKIN YANG BERBEDA 124-131
Oleh: Fauziyah Harahap, dan Nusyirwan

KONVERSI MINYAK DEDAK PADI MENJADI BIOGASOLINE MELALUI PROSES CATALYTIC


CRACKING (VIA ESTERIFIKASI DAN TRANSESTERIFIKASI)
132-142
Oleh: Junifa Layla Sihombing, Jasmidi dan Ahmad Nasir Pulungan

EMAMPUAN IMMUNOGLOBULIN Y (IGY) . KUNING TELUR AYAM YANG TELAH


MEMPEROLEH SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN MENCEGAH KELAINAN YANG
143-151
DIAKIBATKAN OLEH TOKSIN TETANUS
Oleh: P. Maulim Silitonga dan Melva Silitonga

STRUKTUR BANGUNAN TRADISIONAL MANDAILING


152-160
Oleh: Putri Lynna A.Luthan , Irma Novrianty Nasution dan Kemala Jeumpa

PENGEMBANGAN PROTOTIPE MESIN PENGUPAS KULIT KACANG TANAH


161-171
Oleh: Yuniarto

SUS UN AN VARIASI MAKANAN KAITANNYA DENGAN TINGKA T SELERA MAKAN


LANSIA DI PANTI WERDAH YAYASAN GUNA BUDI BAKTI MEDAN LABUHAN 172-183
Oleh: Imawati Tamba dan Ade CH. Gultom
Jurnal Saintika
ISSN 1412-2995
Volume 15(11): 124-131 , 2014

r
,f INDUKSI TUNAS NANAS (ANANAS COMOSUS L. MERR) IN
.,I VITRO DENGAN PEMBERIAN DOSIS AUKSIN DAN
SITOKIN YANG BERBEDA

Fauziyah Harahap 1, dan Nusyirwan 2


Ic Jurusan Biologi, FMIP A, Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Ps r.
V Medan, Indonesia 20221, Email: fauziagharahap@gmail.com

Diterima 5 Agustus 2014, disetujui untuk publikasi 22 September 2014

Abstrak: Nanas (Annnns comosus L.) pada mulanya hanya diketahui


sebagai tanaman pekarangan, sekarang penanamannya sudah
menjadi tanaman perkebunan. Nanas merupakan tanaman yang
perlu dikembangkan dalam skala perkebunan karena buahnya
bernilai ekonomi, permintaan pasar, komoditi buah ekspor ketiga
didunia setelah Negara Filipina dan Thailand. Komoditi nanas
telah lama dibudidayakan di Indonesia, memiliki potensi ekspor
sangat besar, dapat dikembangkan sebagai buah segar maupun
un~k diversifikasi olahan dengan bahan dasar, namun
ketersediaan tanaman ini masih kurang. Satu alternatif untuk
Kata kunci:
meningkatkan pertumbuhan nanas yaitu dengan menerapkan
nanas. in vitro.
tehnik kultur jaringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk ZPT auks in (fAA) ,
mengetahui 1) Pengaruh pemberian dosis Zat Pengatur Tumbuh sitokinin (BAP) .
(ZPT) Sitokinin (BAP) terhadap pertumbuhan nanas (Annnns
comosus L.) in vitro, 2) Pengaruh pemberian dosis ZPT Auksin
(IAA) terhadap pertumbuhan nanas (Ananas comosus L.) in vitro, 3)
Pengaruh interaksi ZPT auksin (IAA) dan sitokinin (BAP)
terhadap pertumbuhan n~as (Ananas comosus L.) in vitro.
Rancangan penelitian ini adalah factorial complete random design
(CRD) dengan perlakuan yaitu 1). Dosis ZPT BAP terdiri dari 4
taraf perlakuan yaitu, 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm dan 6 ppm dan 2)
Dosis ZPT IAA yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu 0 ppm, 0,5
ppm, 1 ppm. Parameter pengamatan penelitian ini adalah data
pertumbuhan yang diambil pada minggu ke 14 sesudah
penanaman, yaitu 1) Jumlah tunas, 2) Jumlah daun, 3) Jumlah akar.
Hasil penelitian menunjukkan 1) ZPT Sitokinin, auks in tidak
berpengaruh terhadap jumlah tunas, interaksi keduanya
mempengaruhi jumlah tunas. 2) ZPT Sitokinin, auksin
berpengaruh terhadap jumlah daun, interaksi keduanya tidak
mempengaruhi jumlah daun. 3). ZPT Sitokinin berpengaruh
terhadap jumlah akar, Auksin dan interaksi keduanya tidak
mempengaruhi jumlah akar. Semakin tinggi konsentrasi sitokinin
yang diberikan akan semakin menurunkan jumlah akar yang
terbentuk.

Jurnal Saintika I Volume lSI Nomor II I September 2014 124


lnduksi tunas nanas (ananas comosus I. Merr) in vitro dengan pemberian dosis auksin dan sitokin yang berbeda

Untuk pengembangan tanaman R


Pendahuluan: y
ini dan untuk kebutuhan penanaman
Nanas (Annnns comosus L.) pada p
massal dengan luas areal yang lebih luas,
mulanya diketahui sebagai tanaman ki
dibutuhkan bibit dalam jumlah yang
pekarangan, sekarang menjadi tanaman
banyak dan seragam. Hal ini
perkebunan. Perlu dikembangkan dalam n
dimaksudkan agar pasokan nanas lebih
skala perkebunan karena buahnya d
dapat dikontrol dan menghasilkan
bernilai ekonomi, permintaan pasar, h
produksi yang seragam dalam jumlah
komoditi buah ekspor ketiga didunia p
banyak. Di lain sisi, petani nanas masih
setelah Negara Filipina dan Thailand
memanfaatkan bibit yang dihasilkan dari
s
(Anonim, 2006) .
tunas batang maupun tunas mahkota
Komoditi nanas telah lama a
yang jumlahnya relatif sangat terbatas
dibudidayakan di Indonesia, di pasar
untuk mengisi lahan yang luas, sehingga
domestik banyak dijual untuk I<
diperlukan suatu solusi yang dapat
dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi d
mengatasi problema tersebut hingga
untuk preferensi konsumen internasional n
akhirnya dapat dilakukan perluasan
adalah nanas olahan. Pacta tahun 2007
' pertanaman dan pemasaran nanas ini.
jumlah ekspor nanas baru 95,663 ton.
Salah satu teknologi harapan dan
Pacta tahun 2010 produksi nanas
merupakan alternatif pilihan yang dapat
Indonesia mencapai 1.406.445 ton dan R
memecahkan masalah ini dan telah
me.n empati urutan kedua dalam u
terbukti memberikan keberhasilan adalah
kontribusi terhadap produksi buah
melalui teknik kultur jaringan. Teknologi
nasional. Pacta Januari hingga Maret p
ini telah banyak digunakan untuk
tahun 2012 adalah 124.160 ton. Kualitas p
pengadaan bibit seragam dan kualitasnya
pasar tujuan negara ekspor adalah di
· terjamin terutama pacta berbagai
Timur Tengah, Iran, Mesir dan Korea s
tanaman hortikultura (Harahap, 2006a,
(Anonim, 2012). Nanas merupakan salah
2006b)
satu komoditi hortikultura yang memiliki
Melalui kultur jaringan, tanaman
potensi untuk dikembangkan. Nilai
dapat diperbanyak setiap waktu sesuai
ekspor nanas Indonesia ~encapai US$ c
kebutuhan . karena faktor
139 juta per tahun (BPS, 2010).
perbanyakannya yang tinggi (Harahap,
Nanas merupakan salah satu
2006a, 2006b). Sehingga dapat dihasilkan
komoditas dalam Riset Unggulan
bibit yang seragam dan kualitasnya
Strategis Nasional (RUSNAS) untuk
terjamin.
pengembangan buah unggulan nasional
Tersedianya bibit yang
(PKBT IPB 2005) karena nanas
berkualitas, seragam dan harga yang
diharapkan dapat menjadi buah ekspor
terjangkau oleh petani merupakan
unggulan nasional untuk masa akan
langkah awal untuk meningkatkan
datang. Nanas merupakan salah satu
produksi buah nanas ini. Sistem
komoditi hortikultura yang memiliki
regenerasi yang digunakan untuk
potensi untuk dikembangkan hal ini
menghasilkan planlet melalui kultur in
terlihat dari jumlah permintaan nanas
vitro dianjurkan berupa pembentukan
segar dari luar negeri yang cukup tinggi
langsung dari organ tanaman atau "direct
(Purnamaningsih, 2009, Pratiwi 2008).
Nilai ekspor nanas Indonesia mencapai
organogenesis" (Goh et al 1994).
Organogenesis ini adalah salah satu cara
US$ 139 juta per tahun (BPS, 2010).
untuk menghindarkan terjadinya variasi
somaklonal yang biasanya menuju pada
Jurnal Saintika I Volume I5 I Nomor II I September 2014 125 .
perubahan kualitas tanaman, suatu hal Pemanas, Timbangan a1 alitik, Lemari
yang tidak dikehendaki dalam pendingin dan alat- alat kultur jaringan
perbanyakan massal untuk skala standart. Bahan yang digunakan
komersial (Harahap, 2011 a; 2011b). Alkohol 96% dan 70%, NaOH 1 N, HCI 1
Untuk melakukan perbanyakan N, aquades steril, deterjen, agar, kertas
nanas dengan teknik zn vitro, label, tisu, sukrosa, media Murashige and
dibutuhkan beberapa zat pengatur Skoog (MS), myio inositol, poly vinyl
tumbuh, untuk menginduksi poli pirolidon (PVPP), Ca pantothenat,
pertumbuhan dan pengakaran nanas. ZPT BAP, ZPT IAA.
Salah satu komponen media yang Rancangan percobaan · untuk
menentukan keberhasilan kultur jaringan optimasi media pertumbuhan dalam
adalah jenis dan konsentrasi zat pengatur penelitian ini akan digunakan Rancangan
tumbuh (ZPT) yang digunakan. Jenis dan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Pola
konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan media pertumbuhan yaitu: Media dasar
dan tahap pengulturan. Adapun untuk MS + ZPT BAP dan IAA, yang terdiri
membentuk tunas, ZPT yang sering dari: Faktor I : ZPT BAP (faktor A),
digunakan adalah golongan Sitokinin terdiri dari 4 taraf perlakuan; AO = 0 mg/1,
seperti Benzyl Amino Purin (BAP) A 1 = 2 mg/1, A2 = 4 mg/1, A3 = 6 mg/1.
(Marlin, 2005, Harahap, 2011). Faktor II : ZPT IAA (faktor B) terdiri dari
Penambahan sitokini.n dalam media pada 3 taraf perlakuan, yaitu : BO = 0 mg/1, B1 =
umumnya sangat diperlukan pada tahap 0,5 mg/1, B2 -. 1 mg/1. Kombinasi yang
induksi maupun penggandaan tunas. diperoleh adalah 12 unit percobaan,
Penelitian ini ingin meneliti lebih jauh dengan 4 ulangan, sehingga di peroleh
pengaruh ZPT BAP dan IAA dalam 48 unit percobaan.
menginduksi tunas m vitro nanas, Tahapan pekerjaan dimulai dengan
sehingga pengembangan varietas pembuatan Media: membuat larutan
unggulan nanas dapat mulai stok, menimbang unsur hara makro,
direalisasikan. myo-inositol, sukrosa dan memipet stok
Melalui penelitian ini diharapkan mikro serta vitamin sesuai dengan
dapat diperolah informasi pengaruh kebutuhan perlakuan, memasukkan
auksin, sitokinin dan interkasi keduanya semua bahan ke dalam beaker glass,
terhadap pertambahan jumlah tunas, menambahkan
jumlah daun dan jumlah akar tanaman aquades steril sampai volume 1000 mi.
nanas. Lalu diberi ZPT sesuai perlakuan,
mengukur pH media (4,8 - 5,6), memasak
METODE PENELITIAN lalu media di tuang ke botol-botol kultur
Penelitian m1 dilaksanakan yang telah disterilkan, menutup botol
selama satu tahun di Laboratorium dan memberi label sesuai dengan
Biologi UNIMED Medan, Laboratorium perlakuan, mensterilkan media dengan
Kultur Jaringan YAHDI Medan. autoclave pada tekanan 17,5 psi, 121°C
Sampel yang di gunakan dalam selama 20 menit, lalu menyimpannya di
penelitian ini adalah mahkota nanas.Lalu rak kultur.
dikembangkan di laboratorium. Untuk Tahapan Penanaman dimulai dengan
lanjutan, digunakan tunas in vitro. menghidupkan, membersihkan LAFC
Alat-alat yang digunakan dalam dengan alkohol 70%, menyiapkan bahan,
penelitian ini antara lain; Laminar Air mengambil eksplan dan
Flow Cabinet (LAFC), Autoclave, menanamkannya pada media yang
126 Jurnal Saintika I Volume I5 I Nomor II I September 2014
da

perubahan kualitas tanaman, suatu hal Pemanas, Timbangan analitik, Lemari


yang tidak dikehendaki dalam pendingin dan alat- alat kultur jaringan
perbanyakan massal untuk skala standart. Bahan yang digunakan
komersial (Harahap, 2011 a; 2011b). Alkohol 96% dan 70%, NaOH 1 N, HCl 1
Untuk melakukan perbanyakan N, aquades steril, deterjen, agar, kertas
nanas dengan teknik rn vitro, label, tisu, sukrosa, media Murashige and
dibutuhkan beberapa zat pengatur Skoog (MS), myio inositol, poly vinyl
tumbuh, untuk menginduksi poli pirolidon (PVPP), Ca pantothenat,
pertumbuhan dan pengakaran nanas. ZPT BAP, ZPT IAA.
Salah satu komponen media yang Rancangan percobaan · untuk
menentukan keberhasilan kultur jaringan optimasi media pertumbuhan dalam
adalah jenis dan konsentrasi zat pengatur penelitian ini akan digunakan Rancangan
tumbuh (ZPT) yang digunakan. Jenis dan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Pola
konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan media pertumbuhan yaitu: Media dasar
dan tahap pengulturan. Adapun untuk MS + ZPT BAP dan IAA, yang terdiri
membentuk tunas, ZPT yang sering dari: Faktor I : ZPT BAP (faktor A),
digunakan adalah golongan Sitokinin terdiri dari 4 taraf perlakuan; AO = 0 mg/1,
seperti Benzyl Amino Purin (BAP) A 1 = 2 mg/1, A2 = 4 mg/1, A3 = 6 mg/1.
(Marlin, 2005, Harahap, 2011). Faktor II : ZPT IAA (faktor B) terdiri dari
Penambahan sitokinin dalam media pada 3 taraf perlakuan, yaitu : BO = 0 mg/1, B1 =
umumnya sangat diperlukan pada tahap 0,5 mg/1, B2 "" 1 mg/1. Kombinasi yang
induksi maupun penggandaan tunas. diperoleh adalah 12 unit percobaan,
Penelitian ini ingin meneliti lebih jauh dengan 4 ulangan, sehingga di peroleh
pengaruh ZPT BAP dan IAA dalam 48 unit percobaan.
menginduksi tunas nz vitro nanas, Tahapan pekerjaan dimulai dengan
sehingga pengembangan varietas pembuatan Media: membuat larutan
unggulan nanas dapat mulai stok, menimbang unsur hara makro,
direalisasikan. myo-inositol, sukrosa dan memipet stok
Melalui penelitian ini diharapkan mikro serta vitamin sesuai dengan
dapat diperolah informasi pengaruh kebutuhan perlakuan, memasukkan
auksin, sitokinin dan interkasi keduanya semua bahan ke dalam beaker glass,
terhadap pertambahan ju.m lah tunas, menambahkan
jumlah daun dan jumlah akar tanaman aquades steril sampai volume 1000 ml.
nanas. Lalu diberi ZPT sesuai perlakuan,
mengukur pH media (4,8 - 5,6), memasak
METODE PENELITIAN lalu media di tuang ke botol-botol kultur
Penelitian ini dilaksanakan yang telah disterilkan, menutup botol
selama satu tahun di Laboratorium dan memberi label sesuai dengan
Biologi UNIMED Medan, Laboratorium perlakuan, mensterilkan media dengan
Kultur Jaringan YAHDI Medan. autoclave pada tekanan 17,5 psi, 121°C
Sampel yang di gunakan dalam selama 20 menit, lalu menyimpannya di
penelitian ini adalah mahkota nanas.Lalu rak kultur.
dikembangkan di laboratorium. Untuk Tahapan Penanaman dimulai dengan
lanjutan, digunakan tunas in vitro. menghidupkan, membersihkan LAFC
Alat-alat yang digunakan dalam dengan alkohol 70%, menyiapkan bahan,
penelitian ini antara lain; Laminar Air mengambil eksplan dan
Flow Cabinet (LAFC), Autoclave, menanamkannya pada media yang
126 Jurnal Saintika I Volume 151 Nomor II I September 2014
lnduksi tunas nanas (ananas comosus I. Merr) in vitro dengan pemberian dosis auksin dan sitokin yang berbeda

signifikan terhadap jumlah tunas pada 1


Tabel 1. Hasil uji ANA VA terhadap taraf signifikansi 5 % (F hitung 2, 545;
Jumlah Tunas pada 14 MST sign 0,032) (Tabel 1 ).
Type
III Sum Tabel 2. Rata-rata jumlah tunas, jumlah
of daun, jumlah akar pada pengamatan 14
Square Mean Minggu setelah tanam (MST)
Source s df Square F Sig.
Jumlah Jumlah Jumlah
Correcte 150.183 1.55 BAP IAA Tunas Daun Akar
11 13.653 .142
d Model ·' 9
0 0 9.6000 43.2000 2.2000
Intercep 3760.41 3760.4 429.
1 .000 0.5 6.0000 38.6000 1.8000
t 7 17 353
BAP 2.717 3 .906 .103 .958 1 8.2000 55.2000 2.4000

IAA 13.733 2 6.867 .784 .462 Total 7.9333 45.6667 2.1333


BAP* 2.54 2 0 8.0000 45.2000 .8000
133.733 6 22.289 .032
IAA 5 0.5 7.8000 44.2000 .6000
Error 420.400 48 8.758 1 8.8000 47.2000 .6000
Total 4331.00 Total 8.2000
60 45.5333 .6667
0
4 0 5.2000 31.0000 .4000
Correcte
570.583 59 0.5 11.2000 45.8000 .4000
d Total
1 7.4000 40.0000 .0000

sesuai dengan perlakuan, memberi label Total 7.9333 38.9333 .2667


dan meletakkan di rak-rak kultur. 6 0 6.2000 18.6000 .0000
Parameter yang diamati dalam
0.5 7.6000 32.0000 .4000
penelitian ini antara lain : 1) Jumlah
1 9.0000 41.8000 .0000
tunas, 2) Jumlah daun, 3) Jumlah akar,
diamati pada 14 minggu 'setelah tanam Total 7.6000 30.8000 .1333
(MST). Total 0 7.2500 34.5000 .8500
0.5 8.1500 40.1500 .8000
HASIL DAN PEMBAHASAN
0 8.3500 46.0500 .7500
1. Jumlah Tunas Total 7.9167 40.2333 .8000
Hasil uji statistik memperlihatkan
bahwa, ZPT Sitokinin (Benzil amino Hasil analisis data memperlihatkan
purin), pada pengamatan 14 MST tidak bahwa perlakuan kombinasi Sitokinin
rriemperlihatkan pengaruh yang nyata BAP 4 ppm dan auksin IAA 0,5 ppm,
terhadap pertambahan jumlah tunas (F menghasilkan jumlah tunas tertinggi 11,2
hitung 0,103; sign 0,958), ZPT auksin tunas pada pengamatan 14 MST. Hasil
(IAA) juga tidak memperlihatkan jumlah tunas terendah diperoleh dari
pengaruh yang nyata terhadap perlakuan BAP 0 ppm dan IAA 0,5 ppm
pertambahan jumlah tunas (F hitung dengan jumlah tunas rata-rata 6 tunas.
0,784; sign 0,462). Namun, interaksi ZPT Dari penelitian ini diperoleh
auksin dan sitokinin (IAA dan BAP) informasi bahwa pemberian BAP yang

127
rbeda F<1uziyah Harahap iln Nusyirwan

ada Tabell. Hasil uji ANA VA terhadap Jumlah Estimated Marginal MeanJ of JMLH TUNAS M 14
p45; Daun pada 14 MST
•::oo
""
0
5f•

Type III
ph Sum of Mean ;;
14 c
Source Squares Df Square F Sig. -~

Corrected 4894.733
11 444.976 4.519 .000
.
i..,
~
800

Model J
't
w
/
Intercept 97123.26 97123.2 986.4 6.00
1 .000
00 7 67 40

00 BAP 2224 .333 3 741.444 7.531 .000 00

BAP
lA A 1334.233 2 667.117 6.776 .003
00
BAP* Gambar 1. Rata-rata jumlah tunas pada
1336.167 6 222.694 2.262 .053
IAA 14 MST basil perlakukan
Error 4726.000 48 98.458 Auksin dan Sitokinin
Total 106744.0
60 2. Jumlah Daun
00
Corrected
9620.733 59 Jumlah daun pada 14 MST
Total
dipengaruhi secara signifikan oleh ZPT
sitokinin (BAP, F hitung 7,531 dan sign
semakin meningkat dosisnya,
0,000), dipengaruhi oleh ZPT Auksin
namun jika tidak diberi penambahan
0 (IAA, F hitung 6,776 dan sign 0,003) dan
auksin (IAA), tidak akan memberikan
7 dipengaruhi oleh interaksi BAP dan IAA
respon peningkatan jumlah tunas
(F hitung 2,262, sign 0,053).
(Gambar 1). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh
Estimated Marginal Means of JMLH OAUN M 14
Rahman (2001) pada perbanyakan klon
nanas (Annnns colnosus (L) Merr.).
oSC•OO

50
0
Penambahan auksin pada media
yang mengandung sitokinin akan
meningkatkan penambahan jumlah
tunas, namun jika ditambahkan sitokinin
tanpa dikombinasikan dengan auksin
tidak memacu jumlah tunas (Harahap,
2011c, Silvina, 2007, Samudin, 2009).

1000

00 6 .00

BAP

Gambar 2. Rata-rata jumlah daun pada 14


MST basil perlakukan Auksin dan
Sitokinin.
Hasil pengamatan pada 14 MST
menunjukkan bahwa penambahan
konsentrasi sitokinin (BAP) yang diiringi
128 Jurnal Saintika I Volume IS I Nomor II I September 20 I 'I
lnduksi tunas nanas (ananas comosus I. Merr) in vitro dengan pemberian dosis auksin dan sitokin yang berbeda Fl

penambahan kon sentrasi auksin (IAA) Akar terbanyak dih asilkan dari

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:JMLH AKAR M 14
Type III Sum of
Source Squares Of Mean Square F Sig.
Corrected Model 40.000·' 11 3.636 1.484 .169
Intercept 38.400 1 38.400 15.673 .000
BAP 37.867 . 3 12.622 5.152 .004
IAA .100 2 .050 .020 .980
BAP * IAA 2.033 6 .339 .138 .990
Error 117.600 48 2.450
Total 196.000 60
Corrected Total 157.600 59
a. R Squared= ,254 (Adjusted R Squared= ,083)
akan menurunkan jumlah daun yang perlakuan BAP 0 ppm dikombinasikan
terbentuk. Jumlah daun terendah dengan IAA 1 pp dengan rata-rata
dihasilkan dari perlakuan BAP 6 ppm jumlah akar yang terbentuk 2,4 akar
dan IAA 0 ppm dengan jumlah daun setelah diamati 14 MST (Gambar 3) .
rata-rata 18.6 helai. Hal ini dapat dipahami karena
Jumlah daun tertinggi dihasilkan akar akan terbentuk jika didalam media
dari perlakuan BAP 0 ppm dan IAA 1 . tersebut mengandung auksin Iebih tinggi
ppm dengan jumlah rata-rata jumlah dibanding sitokinin (Harahap, 2011,
daun 55, 2 helai (Gambar 2). Dibutuhkan Puspita, 2009) .
konsentrasi tertentu untuk memacu
Estimated Marginal Means of JMLH AKAR M 14
pertumbuhan jumlah daun (Nusyirwan,
2011, 2012) .
------ ....
:oo \
\
3. Jumlah Akar \\

Hasil analisis
menunjukkan, ZPT sitokinin (BAP)
statistik \\
memberikan pengaruh signifikan
terhadap pertambahn jumlah akar, 000

00 •.00
sementara ZPT Auksin (IAA) dan BAP

interaksi sitokinin (BAP) dan auksin Gambar 3. Rata-rata jumlah akar


(IAA) tidak memberi pengaru~ad Pada 14 MST hasil perlakuan
signifikan terhadap pertambahan jumlah Auksin dan Sitokinin
akar.
Hasil uji lanjut memperlihatkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi
sitokinin (BAP) yang diberikan akan
semakin menurunkan jumlah akar yang
terbentuk.
Jurnal Saintika I Volume I sl Nomor II I September 2014 129
Fauziyah Harahap an Nusyirwan

KESIMPULAN
BPS, (2010), Produksi buah - buahan di
L Zat pengatur tumbuh (ZPT) Indonesia. www.bps.go.id diakses
Sitokinin, auksin tidak pada Tanggal24 Oktober 2012
mempengaruhi pertambahan
jumlah tunas, namun interaksi Harahap, F., (2006a). Optimasi Media
keduanya mempengaruhi jumlah Pertumbuhan Tanaman
tunas. Manggis (Garcinia mangostana L)
2. ZPT Sitokinin, auksin (Pengaruh BAP dan Pola
berpengaruh terhadap jumlah Pemotongan Eksplan Terhadap
daun, interaksi keduanya tidak Pembentukan Tunas Secara In
mempengaruhi jumlah daun. Vitro) Prosiding Seminar
3. ZPT Sitokinin berpengaruh Nasional Bioteknologi dan
terhadap jumlah akar, Auksin dan Pemuliaan Tanaman IPB, Bogor
interaksi keduanya tidak
mempengaruhi jumlah akar. Harahap, F., (2006b). Variasi Genetik
4. Semakin tinggi konsentrasi Tanaman Manggis (Garcinia
sitokinin yang diberikan akan mnngostana L) Hasil Perlakuan
semakin menurunkan jumlah Radiasi Sinar Gamma dengan
akar yang terbentuk. Penanda Isozim, Prosiding
· 5. Dibutuhakn kombinasi tertentu Seminar Nasional PERHORTI
untuk meningkatkan jumlah 2006. Ditjen Hortikultura,
tunas, jumlah daun dan jumlah Jakarta.
akar tanaman nanas.
Harahap, F., (2011a). Studi Pengakaran
Tunas Manggis (Garcinia
UCAPAN TERIMA KASIH mangostnnn L.) In Vitro dengan
Penyambungan dan Kaki Ganda.
Ucapan terima kasih ditujukan Seminar Pehimpunan
'""-...
00 kepada DP2M DIKTI atas pendanaan Hortikultura Indonesia.
0
Hibah penelitian Fundamental, Lembang 23-24 Nopember 2011
berdasarkan Surat Perjanjian Penelitian,
Nomor :c062/UN33.8/LL/2014, Tanggal 1 Harahap, F., (2011b). Pengakaran Tunas
April 2014. Manggis (Garcinin mnngostnnn L.)
In Vitro dengan Pemberian
DAFT AR PUST AKA Berbagai Zat Pengatur Tumbuh.
Seminar Pehimpunan Biologi
Anonim (2012), Perkembangan Ekspor Indonesia. Unsyiah 26 - 27
Nenas Indonesia. Nopember 2011
h ttp://pphp.depta n.go. id/
diakses pada tanggal 10 april Harahap, F., (2011c). Kultur Jaringan
2012 Tanaman. UNIMED Press.
Medan
Anonim., (2006). Kinerja Ekspor Impor
Pertanian Tahun 2006, Marlin, 2005, Regenerasi In Vitro Plnntlet
http://www.deptan.go.id, 25 Jnhe Bebns Penynkit Lnyu Bakteri pndn
Januari 2012. Bebernpn Taraf Konsentrnsi BAP dan
130 Jurnal Saintika I Volume lSI Nomor II I September 2014 ·
lnduksi tunas nanas (ananas comosus I. Merr) in vitro dengan pemberian dosis auksin dan sitokin yang berbeda
ISS !'I

NAA. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Rahman, K.W., (2001). In vitro Rapid


KC
Indonesia. 7: 8-14 Propagation Of Pineapple Clones
[Ananas comosus (L.) Merr.]. Plant
M
Nusyirwan, Harahap, F., (2011). Induksi Tissue Culture 11(1):47-53. Di
Pertumbuhan Nan as
(Annnn~ como~us L) In Vitro Silvina, F. dan Murniati., (2007),
Asal Pangaribuan dengan Pcmberinn Air Kclapn Mudn pndn
Pemberian Zat Pengatur Medin MS untuk Pcrtumbulrnn
Tumbuh Kinetin. Laporan Eksplnn Ncnas Secnrn In Vitro, ISSN
Research Grant 2012. UNIMED. 1412-4424,6, hal25-28 Di
Medan.
Nusyirwan, Harahap, F., (2012). Induksi Samudin, S., (2009). Pengaruh Kombinnsi
Pertumbuhan Nanas Sitokinin- Auks in Terhadap A
(Annnns Comosus L) In Vitro Pertumbuhnn Buah Naga, ISSN 1979 di
Asal Pangaribuan dengan - 5971, 1, hal 62-66 se
Pemberian Zat Pengatur ba
Tumbuh Kinetin. Semirata BKS m
PTN, Wilayah Barat Bidang M
MIP A. Hotel Madani, 11-12 Mei de
2012, Medan d"
PKBT, (2005). Pengaruh Media re
Multiplikasi terhadap ka
Pembentukan Akar dari Tunas in te
vitro Nanas (Ananas comosus c
(L.) Merr.) cv. Smooth Cayenne
pada Media Pengakaran.

Pratiwi, S., Harahap, F. (2008). Pengaruh t


Pemberian Naptha/ene Acetic Acid p
(NAA) dan (Indole Acetic Acid) 1
(IAA) Terhadap Induksi Akar d
Tanaman Nenas (Ananas ~
Cosmosus L.). Medan l<

Puspita, Y.S., (2009), Pengaruh NAA dan


BAP terhadap Inisiasi Tunas pada
Eksplan Nodus Tanaman Zodia
(Evodia suaveolens Scheffi Secara In
Vitro, ISSN 1829- 7226, 7

Purnamaningsih, R., (2009), Penggunaan


Paclobutrazol dan ABA Dalam
Perbanyakan Nenas Simadu Melalui
Kultur In Vitro, jurnal Biologi 9(6) :
751 -758
(J

s
Jurnal Saintika I Volume I5 I Nomor II I September 2014 131

Anda mungkin juga menyukai