Anda di halaman 1dari 13

Home About Sitemap Privacy Policy Terms and Conditions Disclaimer Contact Us      

Home  SPESIFIKASI TEKNIS  Spesifikasi Teknis Pembangunan Rumah Dinas Type 36

Spesifikasi Teknis Pembangunan Rumah Dinas Type 36


 Friday, October 30, 2020

Spesifikasi Teknis Pembangunan Rumah Dinas Type 36 adalah karakteristik total dari barang/jasa, yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna barang/jasa yang dinyatakan secara tertulis, Atau uraian
terperinci mengenai persyaratan kinerja barang/jasa atau pekerjaan atau suatu uraian terperinci mengenai
persyaratan kualitas material, metode kerja dan standar kualitas pekerjaan (workmanship) yang harus diberikan
oleh penyedia jasa (konsultan, kontraktor, dll).

DONASI

Silakan Klik Gambar diatas untuk melakukan Donasi


SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN PEMBANGUNAN RUMAH DINAS TYPE 36


SOCIAL PLUGIN

 Rss  Facebook
PASAL 1
UMUM
 LinkedIn  Twitter
Kontraktor sebelum memulai melaksanakan pekerjaan diharuskan mengadakan survey, penelitian dan
pemahaman mengenai :
 Instagram  YouTube
1. Dasar pelaksanaan pekerjaan

Pemahaman mengenai ketentuan – ketentuan pekerjaan yang tercantum didalam :


LABELS
a. Rencana Kerja Dan Syarat serta gambar­-gambar pelaksanaan untuk peerjaan ini

2. Lapangan/bahan yang tersedia METODE PELAKSANAAN DESAIN SKETCHUP

Survey kondisi lapangan serta penelitian bahan­bahan bangunan yang akan dipergunakan yang tersedia di SURAT PERMOHONAN DOKUMEN PENAWARAN

pasaran dengan merujuk pada rekomendasi produsen untuk barang­barang pabrikan. PROPOSAL SURAT PERNYATAAN DOKUMEN TEKNIS

3. Gambar-gambar secara menyeluruh JUSTIFIKASI TEKNIK EBOOK LAPORAN KONTRAKTOR

Pemahaman gambar situasi, denah, Arsitektur bentuk bangunan dan gambar­gambar detail konstruksi, serta SURAT PERJANJIAN BERITA ACARA
melakukan analisa kebutuhan bahan dan menyusun rencana kerja
LAPORAN KONSULTAN SEPUTAR EXCEL

4. Pekerjaan yang harus diselesaikan SEPUTAR KONTRAK SOFTWARE SPESIFIKASI TEKNIS

Rangkaian pekerjaan yang harus diselesaikan dalam pelaksanaan pembangunan ini mencakup : SURAT KUASA WINDOWS
I. PEKERJAAN PENDAHULUAN

II. PEKERJAAN PEMBANGUNAN RUMAH DINAS TYPE 36


RECENT COMMENT
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
B. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
C. PEKERJAAN BETON
D. PEKERJAAAN DINDING
FEATURED POST
E. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
F. PEKERJAAN PLASTERAN
G. PEKERJAAN LANTAI DOKUMEN PENAWARAN
H. PEKERJAAN CAT
I. PEKERJAAN PLAFOND
J. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
K. PEKERJAAN STOP KONTAK DAN SAKRAL
L. PEK. KM/WC DAN INSTALASI AIR BERSIH BEKAS DAN KOTOR
M. PEKERJAAN ATAP
N. PEKERJAAN LAIN­LAIN

DOKUMEN PENAWARAN FILE EXCEL


PASAL 2  AZMAN204  Tuesday, March 31, 2020
TITIK DUGA DAN UKURAN-UKURAN
Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus memperlajari substansi pekerjaan yang harus dilakukan termasuk Dokumen apa saja yang perlu disiapkan untuk penawaran
detail­detail ukuran dalam gambar lelang yang sudah disepakati bersama menjadi gambar kontrak serta jasa konstruksi di Pemerintaha…

membuat ajuan gambar pelaksanaan sebagai hasil sinkronisasi gambar rencana dengan kondisi dilapangan
saat akan mulai pekerjaan.

1. Lokasi proyek

Desa xxxxxxx Kec. xxxxxxx Kab. xxxxxxxxxxxx

2. Titik duga

Digunakan Bench Mark local dari hasil pengukuran lapangan yang merujuk pada koordinat local yang
terdapat di kawasan proyek ( By Approval ).

3. Ukuran dalam gambar

Ukuran­ukuran pada denah dan ukuran­ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar dengan catatan :

a. Jika terdapat perbedaan ukuran antar gambar, maka yang menentukan adalah ukuran pada gambar
dengan ukuran skala yang lebih besar dan dikonsultasikan dengan Direksi

b. Jika terdapat ketidak sesuaian antara gambar dan RKS, harus segera dikonsultasikan dengan Direksi

c. Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru sebelum selama dan sesudah pekerjaan dilaksanakan
menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.
d. Menetapkan ukuran dan sudut­sudut siku agar tetap dijaga dan perhatikan ketelitiannya.

e. Kotraktor harus bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan menurut ukuran yang tercantum dalam
gambar dan bestek

PASAL 3
PERKERJAAN PERSIAPAN

Kontraktor harus mempersiapkan suatu rencana kerja pra pelaksanaan baik yang menyangkut kegiatan
administrasi, teknis dikantor maupun beberapa pekerjaan penyiapan secara fisik dilapangan.

1. Penyerahan lokasi pekerjaan

Tempat pekerjaan diserahkan kepada kontraktor dalam keadaan seperti pada waktu pemberian penjelasan
pekerjaan ( Aanwijzing lapangan )

2. Pembersihan lapangan

Pembersihan lapangan dilakukan sedemikian rupa dan puing­puing sisa bongkaran bangunan lama harus
dibuang kesuatu tempat yang telah ditentukan oleh Direksi/pengawas sehingga lapangan bersih dari sisa­sisa
bangunan lama dan puing­puing yang akan mengganggu jalannya pelaksanaan pembangunan.

3. Jalan proyek

Jalan proyek merupakan jalan yang digunakan untuk pengangkutan material proyek. Kerusakan jalan masuk
menuju lokasi dan tempat pekerjaan disebabkan oleh pelaksanaan pembangunan ini menjadi tanggung
jawab kontraktor, dan kontraktor wajib memlihara kondisi jalan selama masa pelaksanaan pekerjaan serta
memperbaiki sampai baik kembali pada saat akhir masa pelaksanaan pekerjaan.

4. Air proyek

Kontraktor harus menyediakan air bersih untuk proyek, pengadaan air bersih tersebut dapat dari PAM bilamana
mungkin atau dengan membuat sumur gali atau sumur bor atau dari sumber lain yang berdekatan, dengan
syarat air tersebut harus membuhi persyaratan untuk pembangunan seperti persyaratan yang tercantum dalam
SK. SNI. S­04­1989­F.

5. Bouwplank

Piket­piket bouplank guna menentukan as, titik duga dan lain­lain sebagainya dilaksanakan dengan cara
melakukan pengecatan pada bangunan yang telah ada sebelumnya. Beberapa ketentuan lain berkaitan
dengan pemasangan bouplank :

a. Cat yang dipergunakan minimal berupa cat meni


b. Titik­titik as bangunan harus dijaga kebenaran jangan sampai berubah letaknya.
c. Pengecatan coupling harus keliling bangunan.

6. Papan nama proyek

Papan nama proyek dibuat dengan ukuran 1 x 1,5 meter, dan dipasang dilokasi proyek, 1 ( satu ) minggu
setelah kontraktor menerima Surat Perintah Mulai Kerja ( SPMK ) serta dijaga keberadaannya selama proyek
berlangsung. Papan nama proyek dibuat dari papan yang ditempel spanduk/ofsset dan tiang kayu kualitas
baik, atau dibuat sesuai petunjuk Direksi/pengawas .

Bentuk dan cara penulisan papan nama proyek mengikuti normalisasi Pemerintah Daerah Setempat, atas
biaya kontraktor sendiri, bila diharuskan oleh pihak proyek kontraktor boleh memasang papan nama proyek
tersebut sesuai normalisasi dari pemerintah daerah setempat pada awal masa pelaksanaan pekerjaan.

7. Direksi keet, Gudang material dan MCK Sementara

Sesuai dengan daftar kuatitas dan harga merupakan bangunan non permanen dengan dinding multiplek
beratapkan seng BJLS dan berlantai beton rabat, dan dipasang dilokasi proyek, 1 ( satu ) minggu setelah
kontraktor menerima Surat Perintah Mulai Kerja ( SPMK ) serta dijaga kebersihanya selama proyek berlangsung.

Letak dan posisi Direksi keet, Gudang Material dan MCK sementara harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan dan Pengguna Jasa ( by Approval)

8. Papan Reklame

Kontraktor tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam bentuk apapun dalam lingkungan
halaman atau pada pagar halaman kecuali dengan ijin pemberi tugas.

9. Penjagaan dan Penerangan


a. Kontraktor harus mengurus penjagaan diluar jam kerja ( siang dan malam ) dalam komplek pekerjaan
bangunan yang sedang dikerjakan termasuk gudang dan lain­lain.

b. Untuk keperntingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan penerangan/lampu pada tempat tertentu.

c. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat­alat lain yang diseimpan dalam gudang
dan halaman pekerjaan apabila terjadi kebakaran dan pencurian, kontraktor harus segera mendatangkan
gantinya untuk kelancaran pekerjaan.

d. Kontraktor harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran atau sabotase ditempat pekerjaan, alat­alat
pemadam kebakaran atau alat Bantu lainnya untuk keperluan yang sama harus selalu berada di tempat
pekerjaan..

e. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran menimbulkan kerugian dalam pelaksanaan pekerjaan dan
bahan­bahan material juga gudang dan lain­lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

10. Keselamatan Kerja

a. Bila mana terjadi kecelakaan kerja, Kontraktor harus segera mengambil tindakan dan memberitahukan
kepad Direksi untuk disampaikan pada pimpinan proyek
b. Kontraktor harus memenuhi / mentaati peraturan­peraturan tentang perawatan korban dan keluarganya.
c. Kontraktor harus menyediakan obat­obatan yang tersusun menurut syarat­syarat Palang Merah Indonesia dan
setiap kali sehabis digunakan harus dilengkapi lagi.

PASAL 4
BAHAN BANGUNAN

Dalam pelaksanaan fisik sebelum memulai bagian pekerjaan, kontraktor harus mengajukan semacam lembar
request atau lembar persetujuan yang disertai juga dengan beberapa contoh material bahan material bahan
bangunan yang akan digunakan baik dalam bentuk contoh barang atau brosur dan surat rekomendasi
pabrikan. Pekerjaan baru dapat dimulai setelah request memperoleh persetujuan Direksi.

1. Bahan bangunan

Yang disebut bahan bangunan adalah semua bahan yang digunakan dalam pelaksanaan sebagai tertera
dalam uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan ini serta gambar kerja. Semua bahan bangunan harus
berkualitas baik dan sesuai dengan syarat yang tercantum dalam PUBB, PBI’71, SNI T­15­1999­03, AV, PTC, AUWI,
AVE dan PKKI.

2. Barang pabrikan

Penggunaan barang pabrikan harus disertai dengan contoh barang yang didukung surat rekomendasi dari
pabrik mengenai proses produksi hingga kualitas barang dan kemampuan penyediaannya.

3. Basecamp

Juga diperlukan pekerjaan yang memerlukan tempat kerja selain tempat kerja yang ada dilapangan atau
fabrikasi ditempat lain ( basecamp ), maka kontraktor wajib memberitahu kepada direksi lapangan, agar
kualitas bahan maupun kualitas pekerjaan sebelum dikirimkan ker lapangan Direksi bisa dan berhak untuk
merekomendasikan apakah layak untuk dikirim / pasang.

4. Air untuk bangunan

a. Untuk pembangunan haruslah digunakan air tawar yang bersih dan bebas mineral, zat organic, tanah
lumpur, larutan alkalin dan lain­lain
b. Jika air diambil sari saluran air minum atau sumber air lain yang ada tidak mencukupi maka kontraktor harus
mengadakan air dengan mendatangkan atau mengadakan air sendiri yang memenuhi syarat.

5. Semen Porland (PC)

a. Semen portland type 1 dan memenuhi persyaratan SII 0013­81


b. Penyimpanan semen didalam gudang harus pada tempat yang kering tinggi lantai papan minimum 30 cm
dari permukaan tanah.
c. Lama penyimpanan tidak boleh dari 30 hari sejak keluar dari pabrik
d. Semen harus didalam keadaan baik dan tidak lembab, apabila semen sudah lembab dan menunjukan
gejala membatu maka semen tidak boleh dipakai.

6. Pasir Beton

a. Memenuhi persyaratan PBI ­1971 dan SK S­ 0 ­ 4­1989­F.


b. Terdiri dari butir ­butir yang keras dan tajam.
c. Bersih dari segala macam dan bahan ­bahan organis
d. Kadar lumpur maksimum 5%.
e. Mempunyai butir­butir yang beraneka ragam besarnya antara 4 mm 31,5 mm

7. Kerikil Beton

a. Memenuhi persyaratan PBI­1971 dan SK­S0 ­ 4­1989­F.


b. Terdiri dari butir­butir yang keras, tidak berpori dan bersifat kekal
c. Kadar lumpur maksimum 1% apabila kada lumpur melebihi ketentuan maka kerikil harus dicuci.
d. Mempunyai butir yang beraneka ragam besarnya antara lain 4 mm ­31,5 mm.

8. Besi Beton

a. Mempunyai persyaratan PBI­1971 dan SII 0136­84.


b. dari baja U 24 dengan tegangan leleh 2400 kg/cm dan tegangan maksimum 3600kg/m.
c. Bebas dari kotoran, karat dan bahanlainnyayang mengurangi daya lekat beton terhadap besi.
d. Diameter besi ditentukan dengan alat ukur yang tepat (jangka sorong).

9. Kawat Pengikat

a. Terbuat dari baja lunak yang telah dipijarkan terlebih dahulu.


b. Tidak tersepuh oleh seng.
c. Diameter minimum 1 mm.
d. Memenuhi persyaaratan SNI 0040­87­A
PASAL 5
PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN URUGAN PONDASI

Selain untuk mendapatkan elevasi muka tanah rencana, pekerjaan galian tanah juga banyak dilakukan untuk
pemasangan pondasi bangunan yang tentunya harus diikuti dengan pelaksanaan urugan kembali setelah
pondasi bangunan terpasang.

1. Lingkup pekerjaan

a. Penggalian tanah untuk pembuatan pondasi bangunan


b. Pengurugan kembali setelah pemasangan konstruksi pondasi
c. Pemadatan tanah urugan kembali

2. Langkah pelaksanaan

a. Pekerjaan persiapan pembuatan pondasi harus sesuai gambar, lereng galian harus sedemikian rupa
sehingga tidak mudah longsor

b. Kontraktor diharuskan melapor kepada Direksi dan dimintakan persetujuan sebelum mulai dengan pekerjaan
penggalian untuk pondasi terutama yang berkenaan dengan titik lokasi penggalian

c. Setelah penggalian mencapai peil atau elevasi yang diinginkan, kontraktor harus memintakan persetujuan
Direksi untuk memulai pekerjaan konstruksi

d. Sisa­sisa/bekas­bekas pekerjaan penyiapan pondasi harus dibuang keluar lokasi sehingga air hujan lekas
dapat mengalir ke saluran pembuang. Tanah antara tepi galian dan bouwplank harus selalu rata, dan bersih
dari timbunan

e. Bekas parit­parit, lobang­lobang tanah galian didalam pekerjaan harus ditimbun dengan pasir dan dibasahi
sampai padat, sehingga menutup lobang galian sampai permukaan atas pondasi. Untuk lobang-lobang bekas
galian diluar bangunan penimbunannya dapat menggunakan tanah dari luar lokasi, penimbunan tanah
dikerjakan secara berlapis dan sampai mendapat ketinggian yang diinginkan dan dipadatkan.

f. Urugan tanah guna mencapai peil yang ditentukan diambil/didatangkan dari luar lokasi. Kecuali atas
kebijaksanaan lain dari Direksi yang dsetujui pemimpin proyek. Urugan tersebut dipadatkan lapis demi lapis, tiap
lapis 20 cm sehingga mendapatkan kepadatan yang diinginkan.

PASAL 6
PEKERJAAN PONDASI

Pekerjaan pondasi bangunan yaitu :

Pondasi tapak beton bertulang ( foot plat )

1. Lingkup pekerjaan

a. Galian tanah pondasi telapak ( foot plat ) pada titik kolom


b. Semua pekerjaan beton bertulang yang terletak dibawah permukaan tanah yang menerima langsung
beban kolom bangunan.
c. Urugan kembali lobang galian setelah konstruksi terpasang

2. Langkah pelaksanaan

Terdiri dari satu kondisi pondasi dan satu kondisi pengurugan tanah kembali pada sisa lobang setelah pondasi
terpasang.

2.1. Pekerjaan galian tanah pondasi

Semua tanah galian pondasi diletakan minimal 1,00 m dari jarak lobang galian tanah pondasi, agar tanah hasil
galian tidak longsor dan masuk lagi kedalam galian tanah.

a. Kedalaman galian tanah untuk pondasi harus sesuai gambar, dan mendapat persetujuan dari Direksi.

b. Hasil galian tanah pondasi boleh digunakan sebagai tanah urug setelah terlebih dahulu dibuang humusnya
dan akar­akar pohon yang ada disekitarnya

c. Untuk menghindari genangan air dalam lokasi pekerjaan agar dibuatkan parit­parit sementara untuk
mengalirkan air.

2.2. Pondasi telapak beton bertulang

a. Sebelum pasangan pondasi telapak dimulai, terlebih dahulu kedalaman dan lebar galian dikontrol apakah
sudah sesuai yang diharapkan

b. Jika terjadi galian tanah terlalu dalam, tidak diperkenankan mengurug menggunakan tanah bekas galian
agar kedalamannya sesuai peil yang diinginkan ( sesuai gambar ), harus menggunakan pasir.

c. Setelah kedalaman tanah tidak ada masalah ( sesuai gambar ), baru diurug dengan pasir. Ketebalan urugan
pasir dibuat sesuai gambar.

d. Untuk mencapai kepadatan urugan pasir harus disiram dengan air secukupnya.
 Setalah urugan pasir, dihamparkan adukan beteton campuran 1:4:6 yang difungsikan sebagai lantai kerja

e. Pemasangan tulangan dengan baja mutu U­32 dilakukan dengan tingkat presisi yang tinggi mengingat
perannya sebagai as bangunan.

f. Pemasangan bekisting keliling kaki pondasi.

g. Pengecoran plat pondasi menggunakan asukan beton dengan mutu beton CAMP 1:2:3

h. Pengecoran dilakukan sampai pada batas kolom paling bawah atau sesuai dengan petunjuk Direksi.

i. Perawatan beton setelah pengecoran dilakukan sampai beton mengeras, selama perawatan galian tidak
boleh ditimbun

j. Pengecoran pondasi dilanjutkan untuk kolom agak sampai batas diatas muka tanah atau pada sisi bawah
balok sloof, atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
k. Setelah selesai bekisting untuk pondasi dibongkar, lobang bekas galian diizinkan untuk ditimbun.

1.3. Urugan Kembali

a. Pengurugan kembali lobang sisa galian dilakukan setelah mendapat izin Direksi.
b. Urugan kembali dapat menggunakan tanah bekas galian
c. Pemadatan urugan kembali dilakukan untuk memperoleh kepadatan mendekati
d. kepadatan tanah asli

PASAL 7
PEKERJAAN BETON
1. Lingkup Pekerjaan

1. Pengadaan dan penyediaan semua bahan bangunan untuk pembuatan beton bertulang maupun tidak

2. Pengadaan dan penyediaan semua alat­alat untuk pembuatan beton seperti mesin mengaduk beton
(molen) dan mesin penggetar (Vibrator).

3. Melaksanakan pekerjaan konstruksi beton bertulang dan tidak bertulang.

4. Menggunakan Beton camp 1:2:3 untuk Struktur utama dan pendukung Beton camp 1:3:5

5. Lantain kerja camp 1:6

6. Beton keliling bangunan mengunakan beton camp 1:3:5

2. Bahan
1. Semen Porland (PC)
a. Semen portland type 1 dan memenuhi persyaratan SII 0013­81

b. Penyimpanan semen didalam gudang harus pada tempat yang kering tinggi lantai papan minimum 30 cm
dari permukaan tanah.

c. Lama penyimpanan tidak boleh dari 30 hari sejak keluar dari pabrik

d. Semen harus didalam keadaan baik dan tidak lembab, apabila semen sudah lembab dan menunjukan
gejala membatu maka semen tidak boleh dipakai.

2. Pasir Beton
a. Memenuhi persyaratan PBI ­1971 dan SK S­ 0
­ 4­1989­F.

b. Terdiri dari butir ­butir yang keras dan tajam.

c. Bersih dari segala macam dan bahan ­bahan organis

d. Kadar lumpur maksimum 5%.

e. Mempunyai butir­butir yang beraneka ragam besarnya antara 4 mm 31,5 mm

3. Kerikil Beton
a. Memenuhi persyaratan PBI­1971 dan SK­S0
­ 4­1989­F.

b. Terdiri dari butir­butir yang keras, tidak berpori dan bersifat kekal

c. Kadar lumpur maksimum 1% apabila kada lumpur melebihi ketentuan maka kerikil harus dicuci.

d. Mempunyai butir yang beraneka ragam besarnya antara lain 4 mm ­31,5 mm.

4. Besi Beton
a. Mempunyai persyaratan PBI­1971 dan SII 0136­84.

b. dari baja U 24 dengan tegangan leleh 2400 kg/cm dan tegangan maksimum 3600kg/m.

c. Bebas dari kotoran, karat dan bahan lainnya yang mengurangi daya lekat beton terhadap besi.

d. Diameter besi ditentukan dengan alat ukur yang tepat (jangka sorong).

5. Ka wat Pengikat
a. Terbuat dari baja lunak yang telah dipijarkan terlebih dahulu.

b. Tidak tersepuh oleh seng.

c. Diameter minimum 1 mm.

d. Memenuhi persyaaratan SNI 0040­87­A.

3. Pembuatan Campuran Beton


1. Pembuatan campuran beton harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam SNI T­15­1990­03 tentang
tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.

2. Sebelum pelaksanaan pembuatan beton, maka perlu diadakan pemeriksaan terhadap bahan­bahan
pembuatan campuran beton, takaran pembuatan campuran campuran dan alat­alat yang akan digunakan
untuk pembuatan beton.

3. Pembuatan beton dengan mutu B0 dipakai campuran nominal semen , pasir dan kerikil dalam
perbandingan isi 1 pc: 3 ps : 5 krl.

4. Pembuatan beton dengan mutu B1 dan K175 dan harus dipakai campuran nominal semen , pasir dan kerikil
dalam perbandingan isi 1 pc: 2 ps : 3 krl atau
1 pc : 2 ps : 2,5 krl.

5. Pembuatan beton dengan mutu K 175 dan mutu ­ mutu lainnya yang lebih tinggi, harus dipakai campuran
beton yang direncanakan ( By Approval)

6. Pembuatan beton dengan campuran yang direncanakan, jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen
maksimum yang dipakai harus disesuaikan dengan keadaan sekelilingnya.
4. Pengadukan Beton
1. Pengadukan beton untuk semua mutu beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (molen).

2. Waktu pengadukan disesuaikan dengan kapasitas drum pengaduk, banyaknya aduka, jenis/susunan butir
dari agregat yang dipakai dari slump dari betonya lama pengadukan paling sedikit 1,5 menit.

3. Adukan beton yang tidak memenuhi syarat minimal seperti antara lain :

 ­Terlalu encer

 Sudah mengeras

 Tercampur bahan yang dapat merusak beton tidak boleh dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan.

5. Pengecoran
1. Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, maka tulangan harus sudah terpasang dengan baik sehingga
sebelum dan sesudah pengecoran tidak berubah tempatnya.

2. Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, maka cetakan beton harus sudah terpasang dengan baik dan
kuat sehingga pada waktu pengecoran dilaksanakan tidak terjadi kebocoran dan pembengkakan pada
cetakan beton.

3. Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, maka ruang­ruang yang akan diisi dengan beton harus
dibersihkan dari segala macam kotoran, kemudian cetakan­cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang
berhubungan dengan beton harus dibasahi sampai jenuh.

4. Pengecoran beton harus dilakukan sedekat­dekatnya dengan tujuan terakhir agar tidak terjadi pemisahan
bahan­bahan akibat pemindahan adukan didalam cetakan.

5. Untuk mencegah terjadinya rongga­rongga dan sarang­sarang kerikil, maka adukan beton harus dipadatkan
dengan menumbuk­numbuk adukan atau memukul­mukul cetakan atau menggunakan alat pemadat mekanis
(vibrator)/alat pemadat lainya.

6. Pengecoran beton harus berkelanjutan sampai batas yang direncanakan tanpa berhenti dan putus.

7. Untuk mencegah pengeringan bidang­bidang beton, selama paling sedikit dua minggu, permukaan beton
harus dibasahi terus menerus. Pada plat-plat atap pemabasahan terus menerus dilakukan dengan cara
menggenangi air pada permukaan beton.

8. Batang­batang tulangan, jangkar­jangkar dan plat­plat yang berfungsi menjamin kontinutas tulangan dengan
bagian ­ bagian perluasan konstruksi dikemudian hari, tidak boleh dibiarkan keluar dari permukaan­permukaan
beton tanpa dilindungi terhadap pengaratan.

PASAL 8
PEKERJAAN PASANGAN DINDING

1. Lingkup Pekerjaan

Meliputi pengadaan bahan dan alat bantunya, serta alat bantunya, serta melaksanakan pekerjaan pasangan
dinding ½ bata dengan material Batako Press padat camp 1:4 dan keperluan lainnya sesuai dengan gambar
rencana.

2. Bahan

1. Bata Batako Press harus berkualitas baik memenuhi persyaratan. Direksi/pengawas berhak menolak Bata
Batako Press yang dianggap tidak memenuhi syarat.

2. Semen/porland cement (PC) yang digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan SII 0013­81.
Semen yang datang dipekerjaan dan yang menunggu pemakaian harus disimpan didalam gudang yang
lantainya kering dan minimum 30 cm lebih tinggi dari permukaan tanah sekitarnya .

Umur dalam penyimpanan tidak boleh lebih dari 30 hari sejak keluar dari pabrik. Bila mana pada setiap
pembukaan kantong ternyata semennya sudah lembab dan menunjukan membatu, maka semen tersebut
tidak boleh dipergunakan dan harus disingkirkan keluar dari lokasi pekerjaan.

3. Pasir pasang yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan SK SNI­04­1989­F. Pasir harus
bersih, asli dan bebas dari segala macam kotoran dan bahan­bahan kimia, kadar lumpu maksimum 5%,
bilamana pasir yang dipakai tidak memenuhi syarat ini, maka pasir tersebut harus dicuci.

3. Adukan
1. Jenis adukan yang akan dipakai pada pekerjaan pasangan Bata Batako Press adalah sebagai berikut : untuk
pasangan Bata Batako Press tahan air (kedap air) dipakai 1 pc : 2 psr, sedangkan untuk adukan biasa dipakai 1
pc :

2. Pelaksanaan pembuatan adukan harus dilaksanakan secara hati-hati ditampung didalam bahk kayu yang
besarnya memenuhi syarat ini, maka pasir tersebut harus dicuci.

4. Jenis Pasangan
1. Pasangan tahan air memakai adukan 1 pc : 2 psr, pasangan Bata Batako Press adalah sebagai berikut :
untuk pasangan Bata Batako Press tahan air (kedap air ) dipakai adukan 1 pc : 2 psr, sedangkan untuk adukan
biasa dipakai 1 pc : 4 psr.

2. Pasangan biasa memakai adukan 1 pc : 4 psr, pasangan dapat dilaksanakan langsung diatas pasangan
tahan air (kedap air).

5. Pelaksanaan pembuatan dinding Bata Batako Press padat


1. Pemborong harus mengerjakan pengukuran bangunan serta letak-letak dinding Bata Batako Press
padatyang akan dilaksanakan secara teliti dan sesuai dengan gambar rencana.

2. Pasangan dinding Bata Batako Press padatsatu harinya tidak boleh melebihi tinggi 1 meter. Pengakiran
pasangan tidak boleh tegak, harus dibuat bertangga menurun, hal ini guna menghindari retak dinding
dikemudian hari. Pasangan mendatar Bata Batako Press padatharus waterpass dan pasangan dinding Bata
Batako Press yang berbentuk harus rata tidak boleh cekung dan cembung.
3. Pasangan Bata Batako Press padatsatu dengan lainnya harus terdapat pengikat yang sempurna. Tidak
dibenarkan menggunakan Bata Batako Press padatyang pecah yang panjangnya kurang dari setengah,
kecuali untuk pangan tepi. Pasangan lapisan yang satu dengan lapisan atasnya harus berselang seling dengan
perbedaan setengah panjang Bata Batako Press.

PASAL 9
PEKERJAAN PINTU, JENDELA DAN BOUVENLIGHT ALLUMINIUM

1. Lingkup pekerjaan

1. Pembuatan kusen-kusen dan bouvenlight yang terbuat dari aluminium dengan ketebalan ukuran 1,5 x 3 inchi,
tebal 1,2 – 1,3 mm.

2. Pemasangan daun/panel pintu terbuat dari rangka kayu double triplek 6 mm lapis HPL untuk type Pj1, Pj2, P1

3. Pemasangan daun/panel pintu terbuat dari PVC untuk type P2

4. Pemasangan daun/panel jendela terbuat dari Alumnium kaca 5 mm RAYBAND untuk type Pj1, Pj2,J1 Dan BV

5. Pemasangan dook, angkur dan sebagainya pada kusen-­kusen

6. Perlengkapan daun pintu / jendela seperti engsel, kunci, handel, dan lain-lain sesuai gambar rencana

7. Penyetelan pekerjaan kusen-­kusen dan daun pintu / jendela menurut persyaratan teknik pemasangan
alluminium
8. Pemasangan kaca dan lain-lain

2. Jenis Material
1. Warna Kusen jendela dan pintu aluminium warna coklat

2. Semua aksesoris ( menggunakan merek Rowel/setara ( By Approval)

3. Semua aksesoris kunci tanam pada daun pintu rangka kayu double triplek alapis HPL menggunakan ex
Sapphire/setara type P.990.39 SNCP B13/DRM/HP /setara ( By Approval)

4. Semua pintu panel kayu menggunakan pintu rangka kayu double tripllek 6 mm lapis HPL dengan warna
sesuai persetujuan direksi ( By Approval)

3. Langkah pekerjaan
a. Semua pekerjaan menggunakan rangka frame alluminium dengan kualitas baik dan spesifikasi sesuai
dengan rencana dan baik / sesuai menurut penilaian Direksi

b. Penyetelan kusen dijaga agar permukaannya tidak cacat

c. Bagian­bagian yang tertanam atau berhubungan langsung dengan pasangan bahan lain, seperti dinding
harus dibuat rata agar siku antara kusen dengan pasangan dinding

d. Semua frame/kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti sesuai
dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.

e. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet, stap dan harus cocok dan
rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan gambar.

f. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat/stainless steel, sedemikian rupa
sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar
1.000 kg/cm. Celah antara kaca dan sistem kusen aluminium harus ditutup oleh sealant.

PASAL 10
PEKERJAAN PLESTERAN

1. Lingkup Pekerjaan

Meliputi penyediaan bahan plesteran, penyiapan dinding/tempat yang akan diplester, serta pelaksanaan
pekerjaan plesteran itu sendiri pada dinding ­ dinding yang akan diselesaikan dengan cat satu dan lain hal
sesuai dengan yang tertera dalam gambar denah dan notasi penyelesaian dinding.

2. Bahan
1. Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan SII­0013­81.

2. Pasir yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus halus dengan warna asli, satu dan lain hal sesuai dengan
persyaratan SK SNI S ­04­1989­F.

3. Air yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan SK SNI S­041989­F.

3. Jenis Plesteran

Jenis­jenis plesteran yang digunakan adalah sebagai berikut :


1. Plesteran tahan air untuk menutup dinding­dinding kedap air 1 pc : 2 psr.

2. Plesteran beton untuk menutup beton digunakan 1 pc : 3 psr.

3. Plesteran biasa untuk menutup dinding selain tahan air dan beton digunakan adukan 1 pc : 4 psr.

4. Keadaan Dinding Yang Akan Diplester.


1. Semua siar dipergunakan dinding batu hendaknya dirapikan terlebih dahulu agar supaya plesteran dapat
merekat dengan baik.

2. Semua permukaan yang akan diplester harus dibersihkan dan disiram dengan air bersih sebelum bahan
plester ditempelkan (permukaan dinding Bata Batako Press pada waktu diplester harus basah).

3. Bidang yang akan diplester harus dikasarkan terlebih dahulu supaya plesteran lebih merekat/mengikat.

4. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama lebih kurang seminggu sejak selesai
diplester, setelah itu baru diadakan pengacian.
5. Hasil Pekerjaan Plesteran.
1. Rapi, rata,horizontal dan vertikal.

2. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak, maka bidang tersebut harus diperbaiki.

PASAL 11
PEKERJAAN LANTAI

1. Lingkup Pekerjaan

Meliputi penyediaan bahan­bahan yang diperlukan untuk pekerjaan lantai dan melaksanakan pekerjaan lantai
bangunan sesuai dengan yang ditentukan dalam perencanaan/gambar kerja

a. Untuk lantai Ruang utama menggunakan keramik 40x40 polish ex mulia /setara ( By Approval)

b. Untuk lantai KMC/WC menggunakan keramik 20x20 unpolish ex mulia/setara ( By Approval)

c. Untuk dinding KMC/WC dan pantry menggunakan keramik 20x25 polish ex mulia /setara ( By Approval)

d. Untuk plint lantai 10x40 polish ex mulia /setara ( By Approval)

e. Untuk lantai meja dapur/pantry menguunakan keramik 60x60 polish ex mulia/setara (By Approval)

f. Untuk dinding meja dapur/pantry 20x25 polish ex mulia/setara (By approval)

2. Bahan

1. Tanah timbun yang digunakan untuk pekerjaan ini harus bersih dari humus tanah, kotoran­kotoran, akar karu,
rumput, sampah­sampah dan bahan organis lainnya.

2. Pasir uruk yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan dan cara uji dalam SII 0078­75.
Bebas dari kotoran ­kotoran, sampah, akar kayu, rumput dan bahan organis lainnya, kadar lumpur maksimum
5%.

3. Pasir cor yang digunakan untuk pekerjaan lantai harus memenuhi persyaratan SK SNI S­04­1989­F. Bebas dari
kotoran k
­ otoran, sampah,akar kayu, rumput dan bahan organis lainnya, kadar lumpur maksimum 5%.

4. Kerikil yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan SK SNI S­04­1989­F. Bebas dari kotoran­-
kotoran, sampah­sampah dan kotoran­kotoran lainnya.

5. Semen/portland cement (PC) yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan SII 0013­81.

3. Pelaksanaan Pekerjaan
3.1 Persiapan permukaan
1. Semua jenis dan warna keramik harus terlbih dahulu mendapatkan persetujuan dari sireksi sebelum dilakukan
pemasangan.

2. Sebelum penimbunan dilaksanakan, tempat yang akan ditimbun harus dibersihkan dari kotoran­kotoran,
sampah, dan kotoran lainnya yang merusak dan membusukan tanah timbun.

3. Penimbunan dengan tanah uruk dilakukan lapis demi lapis, setebal 20 cm dan dipadatkan dengan alat
pemadat mekanik (stamper). Penimbunan dilaksanakan hingga tinggi yang telah ditentukan.

4. Diatas tanah timbun diberi lapisan pasir setebal 5 cm, pasir dipadatkan dengan alat pemadat.

5. Hasil akhir permukaan lantai harus datar dan waterpass dan bersih. Pemasangan ubin harus rapi dan rata, sisi
ubin satu dengan yang lainnya harus sama tinggi , siar ubin maksimum 1 mm.

6. Rabat keliling bangunan dibuat lantai beton tumbuk 1 pc : 2 krk : 3 psr, permukaanya dihaluskan.

3.2 Pemasangan ubin keramik dinding di bagian dalam (internal)

1. Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar dan ubin harus dibasahi. Pakai benang untuk menentukan lay
out ubin, yang telah ditentukan dan pasang sebaris ubin guna jadi patokan untuk pemasangan selanjutnya.

2. Kecuali ditentukan lain pemasangan ubin harus dimulai dari bawah dan dilanjutkan ke bagian atas.

3. Pada pemasangan keramik, tempelkan dibagian belakang keramik adukan dan ratakan, kemudian ubin
yang telah diberi adukan ini ditekankan ke plesteran dasar. Kemudian permukaan ubin dipukul perlahan­lahan
hingga mortar perekat menutupi penuh bagian belakang ubin dan sebagian adukan tertekan keluar dari tepi
ubin.

4. Tiap hari pemasangan, tidak diperkenankan memasang tile dengan ketinggian lebih dari ketentuan berikut :

a. 1,2 m – 1,5 m, untuk tile tinggi 60 mm,

b. 0,7 m ­0,9 m, untuk tile tinggi 90 – 120 mm,

c. Max 1,8 m, untuk semi porcelain tile.

Jika tile sudah terpasang, mortar yang berada di nat (joint) harus dibuang / dikeluarkan dengan sikat atau cara
lain yang tidak merusakkan permukaan tile. Mortar yang mengotori permukaan tile harus dibuang dengan kain
lap basah. Pemasangan tile grant (pengisian nat) harus sesuai dengan ketentuan pabrik.

3.3 Pemasangan Ubin Keramik


1. Tile dipasang pada permukaan yang telah discreed.
Komposisi adukan untuk screeding :
­Area kering : 1 pc : 4 ps
­Area basah : 1 pc : 2 ps

2. Pada pemasangan di area yang luas, harus dilaksanakan secara kontiniu. Dan harus disediakan ‘Kepalaan’
(guide line course) pada interval 2,0 m – 2,5 m. Pemasangan tile lainnya berpedoman pada guide line ini.

3. Kikis semua mortar yang menempel pada nat dan bersihkan ketika proses pemasangan tile berlangsung.
Pasangan tile tidak boleh diinjak dalam waktu 24 jam setelah pemasangan.

4. Nat­nat pada pemasangan tile harus diisi dengan bahan tile grout berwarna dan kondisi pemasangan harus
sesuai dengan rekomendasi pabrik.
PASAL 12
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan pengecatan seperti :
a. Melakukan pembersihan bidang tembok terhadap kotoran

b. Melakukan pengecatan dasar dengan cat APP sealer

c. Melakukan pengecatan dinding eksterior dengan cat merek vinilex / setara warna ( By Aprroval ) dan untuk
cat interior dengan vinilex/setara warna ( By Aprroval )

d. Cat Listplank dan besi dengan cat minyak /besi merek Paton

e. Melakukan pengecatan plafond GRC/Gypsum dengan cat merek Nefolux/Nefobox

2. Bahan
Cat tembok emulsi yang digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan dan cara uji
sebagaimana yang disyaratkan dalm SII 1253­85 tentang “cat tembok emulsi”. Waktu mengering (Suhu 28­30
derajat C) dapat kering keras maksimum satu jam.

Keadaan kaleng, sewaktu kaleng baru dibuka, cat tidak mengandung banyak endapan, mengumpal,
mengeras, mengulit, berbau busuk, adanya pemisahan warna dan bahan asing lainnya, serta mudah diaduk
menjadi campuran serba sama.

Sifatnya pengulasan dan lapisan cat siap pakai, harus mudah diulaskan dengan kuas dengan lempeng asbes.
Lapisan cat kering harus halus, tidak berkerut dan tidak turun.

3. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pengecatan Tembok
a. Persiapan Bahan Cat tembok emulsi untuk permukaan kasar diencerkan dengan air bersih secukupnya
antara 30 ­50%.

Cat tembok emulsi untuk permukaan halus harus diencerkan dengan air bersih secukupnya kira ­ kira 20%,
Pengecatan dinding tembok dicat dengan cat dasar atau cat diencerkan dari cet yang akan dipaku.

Setelah mengering dilanjutkan dengan pengecatan lapis ketiga, Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri
dari 1 (satu) lapis alkali resistance sealer atau cat primer untuk exterior yang dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis
emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut :

 Lapis I encer ( tambahan 20 % air )

 Lapis II kental

 Lapis III encer

b. Semua jenis dan warna cat harus terlbih dahulu mendapatkan persetujuan dari sireksi sebelum dilakukan
pekerjaan.

c. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak ada bagian
yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran­pengotoran

PASAL 13
PEKERJAAN PLAFOND

1. Lingkup Pekerjaan

Meliputi penyediaan bahan pengecatan seperti :


a. Melakukan leveling terhadap elevasi sesui gambar rencana

b. Melakukan pekerjaan pemasangan rangka eka puring

c. Melakukan pekerjaan pemasangan plafond gypsum t= 9 mm merek Gyproc atau setara

d. Melakukan pekerjaan pemasangan list plafond dengan lebar list 15 cm

e. Melakukan pendempulan dengan compound dan pengecatan dengan cat tembok setara Nefobox, atau
Nefolux

2. Bahan
1. Rangka eka puring (persetujuan direksi)

2. Papan gypsum ( persetujuan direksi )

3. List plafon ( persetujuan direksi )

4. Cat plafond ( persetujuan direksi )

3. Pelaksanaan Rangka langit-langit

1. Plafond gypsum tebal 9 mm, ukuran sesuai gambar. Kemampuannya tahan api, kedap suara dan bebas
asbestor.

2. Rangka eka puring disusun sejajar dengan bidang calcium silicate /gypsum yang akan dipasang, dengan
jarak mak. 60 cm, dipasang menerus, tidak terputus.

3. Rangka eka puring pada arah tegak lurus disusun sejajar, jarak max.120 cm.

4. Seluruh sisi bagian bawah rangka langit­langit harus diratakan, pola pemasangan rangka/penggantung harus
disesuaikan dengan detail gambar serta hasil pemasangan harus rata/tidak melendut.

5. Semua ukuran dalam gambar adalah ukuran jadi (finish).

6. Pada Pekerjaan langit­langit ini perlu diperhatikan pekerjaan elektrikal dan perlengkapan instalasi lain yang
teletak di atas langit-langit. Untuk detail pemasangan harus konsultansi dengan Supervisi.
7. Bidang pemasangan
langit­langit harus rata/waterpass, jarak pemasangan naad dibuat 0,5 cm atau sesuai dengan detail
gambar.Naad harus lurus dan sama lebar, pada pertemuan harus saling berpotongan tegak lurus satu sama
lain.

PASAL 14
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan instalasi listrik meliputi pengadaan dan pemasangan seluruh instansi penerangan titik api sehingga
diperoleh instalsi yang lengkap dan baik, setelah diuji dengan seksama dan siap digunakan. Pekerjaan
pengadaan instalasi meliputi :

1. Pengadaan dan pemasangan instalsi penerangan dan titik api berikut ardenya.
2. Pengadaan dan pemasangan hubungan tanah

3. Pengadaan gambar kerja, pemasangan instalsi listrik penerangan dan stop kontak

4. Melakukan pengetasan terhadap instalasi yang telah terpasang, pengetasan dilakukan bersam­sama pihak
yang berwenang (PLN) disaksikan oleh pemberi tugas/direksi. ( by Approval)

2. Persyaratan Bagi Instalatur Pelaksana

a. Memiliki pas PLN serta surat­surat izin yang harus ada dari instansi­instansi sesuai dengan peraturan pemerintah
daerah setempat, maupun surat izin lain yang diminta oleh pemberi tugas/direksi.

b. Dalam pekerjaan pelaksanaan, harus memenuhi ketentuan yang telah digariskan dalam gambar rencana
baik segi ukuran, kualitas bahan dan jumlahnya.

c. Sehubungan dengan adanya pekerjaan ini, instalatur harus menghubungi PLN terlebih dahulu, untuk
kelancaran pembangunan sampai dengan pada hari penyerahan dengan hasil tes akhir yang memuaskan.

d. Sebelum memulai pekerjaan, intalatur hendanya membuat rencana kerja,uang disesuaikan dengan disiplin
lain. Juga disertakan jumlah tenaga pelaksana dan tenaga ahlinya.

3. Syarat Pelaksanaan
1. Pemasangan instalasi harus memenuhi semua peraturan yang tercantum dalam PUIL serta aturan­aturan
tambahannya.

2. Peralatan kerja harus lengkap, hal ini digunakan mendapatkan hasil kerja dengan mutu baik serta tidak
merusak material dan instalasi

3. Pekerjaan dikatakan selesai apabila :


a. Semua sistem dipasang sesuai dengan rencana, baik dalam pemenuhan fungsinya dan instalasi telah siap
untuk dimasuki tegangan.

b. Ada surat pengesahan dari direksi ( by Approval)

4. Gambar rencana merupakan gambar untuk keperluan lelang, instalatur hendaknya terlebih dahulu disetujui
oleh direksi pelaksana sebelum pekerjaan dimulai.

5. Setelah pekerjaan instalasi selesai , instalatur harus membuat gambar revisi (as built drawing), gambar ini
kelak akan digunakan bagi keperluan pemeliharaan instalasi dan kemudiaan diserahkan kepada pemberi
tugas.

6. Surat keur dari PLN harus memperoleh secara prosedur yang benar, biaya­biaya yang dikeluarkan menjadi
tanggungan pemborong.

4. Bahan Instalasi.
1. Semua bahan yang akan dipasang dalam keadaan baru dan baik sertasebelumnya harus mendapat
persetujuan dari pengawas lapangan.

2. Bahan­bahan harus sesuai dengan kondisi alam tropis dan memenuhi pasal-pasal dalam PUIL,SPLN,VDE.

3. Wiring dikerangka plafond menggunakan pipa conduit hight impact, menggunakan kabel NYA 2,5 mm untuk
penerangan dan stop kontak, Kabel merupakan produk terbaik dalam negeri. Merk SUPREME, KABELINDO,
METAL atau setara.

Pemasangannya diklem dengan pipa PVC khusus untuk pipa conduit hight impact.

a. Penyambungan kabel hanya boleh dalam box terminal kabel.

b. Kabel dalam dinding harus dimasukan dalam pipa PVC pipa conduit hight impact yang diklem kuat sebelum
ditutup plesteran.

Sedang mulut pipa diberi tule pencegah kelecatan isolasi kabel.

c. Penyambungan kabel diarmatur lampu harus dengan stop kontak skrup dan kabel harus dilebihkan sedikit
panjangnya.

d. Lampu­- lampu hendaknya dipasang dari type sejenis, mudah dalam pemeliharaan dan tahan lama.

4. Balast, fitting dan tubing dari lampu TL bulat harus yang berkualitas tinggi.

5. Tube lampu TL bulat harus cool white.

6. Jenis Material yang digunakan

a. Lampu Fitting standar LED 12 W dan9 W ex Visaluk/setara ( By approval )

b. MCB 10A/ 1 Phase setara Merlin Gerin/Scheneider/setara (By approval )

c. Stopkontak dan Saklar ex Visalux/setara

d. Kabel Instalasi NYA 2, 5 mm


PASAL 15
PEKERJAAN STOP KONTAK DAN SAKLAR

Umum
Pekerjaan sistem kotak kontak dan saklar meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja,
pemasangan instalasi, pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan pelatihan bagi calon operator.
Sehingga seluruh sistem kotak kontak dapat beroperasi dengan baik dan benar.

1. Lingkup Pekerjaan

Pengadaan, pemasangan, penyambungan dan pengujian sistem kotak kontak dan saklar sesuai dengan
gambar perancangan yaitu :

1. Kotak Kontak Biasa


a. Kotak kontak dinding yang dipakai adalah kotak kontak industrial 1 fasa + N + E, rating 250 V AC, 13 A, untuk
pemasangan di dinding/kolom.

b. Kotak kontak industrial yang dipakai adalah kotak kontak industrial 1 fasa dengan 3 pin, untuk pemasangan
pada lantai untuk stop kontak tipe floor dan dipasang 40 cm dari lantai untuk tipe wall Kotak Kontak Industrial, 3
fasa + N + E

c. Isolating switches harus dipasang pada panel dan dilengkapi dengan lampu indikator.

d. Rating isolating switch harus Iebih tinggi dari rating MCB / MCCB pada feeder di panelnya.

e. Rating tegangan adalah untuk 1 fasa 250 V AC, 3 fasa 415 V.

f. Saklar harus dipasang pada kotak.

2. Kotak untuk Saklar dan Kotak Kontak

Kotak harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman tidak kurang dari 35 mm. Kotak dari
metal harus mempunyai terminal pembumian, saklar atau kotak kontak dinding terpasang pada kotaknya
harus menggunakan baud, pemasangan dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.

3. Pemasangan Stop Kontak dan Saklar

Stop Kontak dan Saklar dipasang ditanam didinding (inbow) yang penempatannya ditunjukkan dalam gambar
rencana. Saklar dipasang pada jarak 150 cm dari lantai jadi ex clipsal/visalux/setara Stop Kontak power
dipasang +0.40 dari Lantai jadi ( 6A ) ex clipsal/visalux/setara

4. Kabel Instalasi
Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi kotak kontak harus kabel inti tembaga dengan insulasi
PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM, NYY). Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode
warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut :

fasa R : merah
fasa S : kuning
fasa T : hitam
netral : biru
pembumian : hijau

5. Pipa Instalasi Pelindung Kabel

Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah konduit uPVC high impact. Pipa, elbow, socket,
kotak sambung, clamp dan accessoriesIainnya harus sesuai yang satu dengan Iainnya, yaitu tidak kurang dari
diameter 19 - 25 mm.

Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung (T­Junction box) Sedangkan pipa
untuk instalasi penerangan dan kotak kontak dengan pipa konduit uPVC, high impact conduit­heavy gauge,
sekurang­kurangnya diameter 19 ­ 25 mm. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis
cable tray yang terbuat dari plat mild steel dengan ketebalan sekurang­kurangnya 2,0 mm, dan difinish hot dip
galvanis dilapisi oleh zinchromate harus tahan terhadap bahan kimia dan gas kimia.

Demikian pula untuk rak kabel yang berfungsi sebagai jalur kabel NYM untuk penerangan dan kotak kontak,
yang terbuat dari sheet steel dengan ketebalan sekurang­kurangnya 2,0 mm dengan difinish hot dip galvanized.

Pengujian
Pengujian dilakukan dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas/MK dan disahkan oleh lembaga yang
berwenang meliputi :
a. Pengujian tahanan isolasi

b. Pengujian kekuatan tegangan impuls

c. Pengujian kenaikan suhu

d. Pengujian kontinyuitas.

PASAL 16
PEKERJAAN PEK. KM/WC DAN INST. AIR BERSIH, BEKAS DAN KOTOR

1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan sanitasi dan instalasi meliputi pengadaan dan pembuatan sanitasi dan perlengkapannya sehingga
diperoleh sistem sanitasi yang lengkap dan baik serta memenuhi persyaratan kesehatan. Pekerjaan sanitasi dan
instalasi meliputi :
1. Pengadaan dan pemasangan barang sanitair
a. Pipa air bersih PVC Kelas AW dia 15 atau 1/2 inch

b. Pipa Air Kotor dia 4 Inch/dia 100 PVC Kelas AW dari ( WC/Closet ) Kelas
AW menuju Septictank

c. Pipa Air bekas dia 3 Inch menuju saluran bangunan

d. Kloset jongkok ex icity ( by approval )


e. Kran dan Aksesoris yang lain tipe tipe plastik ex ONDA/Setara ( by
approval )

f. Floor drain PVC ( by approval )

2. Pengadaan dan pemasangan instalasi air kotor.

3. Pembiutan tangki septik dan perlengkapan

4. Pembuatan saluran air kotor

5. Pembuatan saluran air hujan.

2. Bahan
1. Barang­barang sanitair dan perlengkapannya harus yang berkualitas baik dan mendapatkan persetujuan dari
Pihak Direksi.

2. Pipa untuk saluran air bersih dipakai pipa PVC klas AW dsan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam SII 0161 ­ 77 dan SNI 0039 ­87­A. Pipa harus memenuhi persyaratan kuat tarik dan harus tahan terhadap
tekanan air sebesar 10 kg/cm. Pipa tidak boleh mengandung bahan­bahan yang membahayakan kesehatan.
Diameter lubang nominal, diameter luar, tebal pipa harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
standart.

3. Pipa paralon PVC klas AW dipakai untuk instalasi air kotor harus dengan tebal minimum 4 mm dan memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam SNI 0162­87­A. Penyambungan pipa PVC klas AW harus memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam SNI 0178­A.

4. Pipa PVC klas AW yang dipakai untuk instalasi air bersih harus pipa PVC yang tebal dan memenuhi
persyaratan yang tercantum salam SNI.

5. Kran air yang dipakai harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SNI­0122­87­A.

6. Tangki sepik dibuat dari pasangan Bata Batako Press kedap air dan harus memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam SK SNI­07­89­F.

7. Bidang peresapan yang dibuat harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SK SNI­07­89­F.

3. Pelaksanaan Pekerjaan Sanitasi dan Instalasi


1. Air bersih yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan ­persyaratan yang sesuai dengan SNI 0220­87­M
tentang syarat­syarat dan pengawasan kualitas air minum.

2. Pemasangan dan penyambungan pipa air bersih harus kuat dan baik, sehingga tidak terjadi kebocoran­-
kebocoran yang disebabkan tekanan air pada waktu mengalir.

3. Pemasangan kran harus kuat dan baik, sehingga tidak terjadi kebocoran ­kebocoran yang disebabkan pada
waktu air mengalir.

4. Pemasangan barang ­ barang sanitair dan perlengkapannya harus kuat dan baik sehingga tidak terjadi
kerusakan ­kerusakan seperti kebocoran, kemacetan dan gannguan dalam pemakaiannya.

5. Pipa untuk mengalirkan air kotor dipasang dengan kemiringan 2%, sambungan pipa paralon harus
menggunakan soket yang sejenis dengan pipanya, sambungan diperkuat dengan menggunakan lem yang
baik. Pasangan pipa harus kuat dan baik, sehingga tidak terjadi kebocoran pada waktu air mengalir.

6. Pembuatan tangki septictank harus memenuhi persyaratan SK SNI ­07­89­F, mengenai bahan bangunan
pembuatan tangki septiktank, bentuk dan ukuran serta perlengkapan dari tangki septic.

a. Bahan bangunan harus kuat terhadap gaya yang mungkin timbul, tahan terhadap keasaman dan kedap
air.

b. Bentuk dan ukuran tangki septic harus sesuai gambar kerja Tangki septic berbentuk empat persegi panjang
dengan perbandingan

5. Saluran air kotor dipakai pipa PVC klas AW diameter 4” dengan ketebalan 4 mm.

6. Saluran air hujan dibuat sesuai BOQ/gambar rencana

PASAL 17
PEKERJAAN ATAP

1. Lingkup Pekerjaan

Meliputi penyediaan bahan atap dan konstruksinya sesuai dengan bahan yang akan dipakai untuk bangunan
yang dikerjakan seperti :

baja ringan, penutup atap spandek, rabung dan flasing dari bahan Spandek dan lain sebagainya.
Melaksanakan pekerjaan atap dan perlengkapannya seperti scrup, paku atap spandek, talang atap dan
lainnya.

2. Bahan
1. Baja Ringan yang dipakai dengan spec H=7,5 cm L=3,5 cm Thk=0,75 mm mat. Zink Calumn dan Ber- SNI

2. Ketebalan reng (roof batten) minimal 0,48 mm. ber-SNI

3. Atap spandek menggunakan atap spandek motif genteng zinkcalumn Thk=0,38 mm

4. Seng perabung, untuk rabung/bubungan atap menggunakan spandek tanpa motif dengan tebal 0.38 mm,
warna maroon. ( by approval )

5. Seng talang, untuk talang atap menggunakan spandek tanpa motif dengan tebal 0.38 mm, warna maroon. (
by approval )

3. Pelaksanaan Pekerjaan Atap.

1. Pemasangan atap harus memenuhi persyaratan sidelap dan overlap darimsetiap jenis atap.
2. Pekerjaan perakitan bahan baja ringan ringan dilakukan dilapangan dengan mengacu kepada ukuran­-
ukuran dan dimensi sesuai rencana dan gambar kerja serta disesuaikan dengan kondisi lapangan/ media yang
ada.

3. Hasil pemasangan atap baik vertikal maupun horizontal harus merupakan garis lurus.

4. Permukaan bidang atap secara keseluruhan harus merupakan bidang yang rata.

5. Perabung untuk atap secara keseluruhan harus merupakan bidang yang rata.

6. jarak kuda­kuda sesuai dengan gambar rencana yang ada.

7. Semua material atap harus mendapatkan persetujuan dari direksi.

PASAL 18
LAIN-LAIN

1.Untuk semua material/ produk yang dipakai harus terlebih dahulu mendapatkan persetujan dari direksi

2.Pihak direksi berhak menolak material/produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam
kontrak/addendum kontrak

3.Kontraktor pelaksana harus melampirkan bukti dari agen/distributor material/produk yang dipakai dalam
bangunan apabila memang tidak ada dipasaran dan sangat mendesak untuk dikerjakan dengan terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan dari pihak direksi.

Demikianlah Speksifikasi Teknis untuk Pekerjaan Pembangunan Rumah Dinas Type 36 ini hanya sebagai referensi
untuk sobat - sobat yang bekerja sebagai Konsultan Perencanaan, dari pada ngetik dari awalkan lumayan
banyak, setidaknya bisa di ambil bagian yang di perlukan.

Artikel Terkait

Tags: SPESIFIKASI TEKNIS

 Facebook  Twitter    

YOU MAY LIKE THESE POSTS

RANDOM POST DOKUMEN PENAWARAN POPULAR POSTS

3/random/post-list 3/DOKUMEN PENAWARAN/post-list AHSP TERBARU PERMEN PUPR NO. 1 TAHUN


2022
 Thursday, July 07, 2022

FORMAT RENCANA KESELAMATAN


KONSTRUKSI RKK
 Sunday, April 11, 2021

CONTOH JUSTIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN


GEDUNG KANTOR
 Tuesday, July 21, 2020

Home About Contact Us

By Azman | ©2023 Azman204

Anda mungkin juga menyukai