Anda di halaman 1dari 47

KANTOR GABUNGAN DINAS-DINAS PEMERINTAH

DAERAH DI KABUPATEN LUWU


(ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)

Oleh:
FAJRI WARDANA
034 2020 0091

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ir. Andi Muhammad Akbar, ST., MT., IPM.

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022

1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memeberi rahmat,
hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kantor Gabungan Dinas-Dinas
dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di Kabupaten Luwu”.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad
Shallalahu `Alaihi Wasallam, kepada para keluarga dan sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa acuan ini bukanlah sesuatu yang mudah


sebab tidak dipungkiri dalam penyusunannya terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis memohon maaf dan
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini.

Proses penulisan skripsi ini dimulai dari pengumpulan data/studi


literatur, studi pengamatan, pengelohan data, hingga sampai pada proses
perancangan melibatkan banyak pihak yang memberikan kontribusi yang
sangat banyak bagi penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada :

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kantor pemerintahan yaitu merupakan tempat di laksanakannya
berbagai kegiatan pemerintahan baik administratif pemerintahan itu sendiri
maupun sebagai pusat pelayanan masyarakat. Menurut W. Gleen Howard dan
Edward Masonbrink (1963), kantor adalah pusat dari kegiatan administrasi
dan berfungsi sebagai suatu kamar kerja dan belajar, suatu ruang rapat, suatu
tempat perundingan, suatu pusat penerangan, suatu pusat pemberian layanan,
suatu ruang perjamuan dan seringkali sebagai lambang dari kedudukan. Suatu
kantor pemerintahan selalu dituntut agar dapat memberikan pelayanan yang
maksimal dan optimal baik pada para pelaku didalam bangunan tersebut
maupun bagi masyarakat yang dilayaninya. Sebagai kantor pemerintahan ada
persyaratan yang harus dapat dipenuhi (The Liang Gie, 1978:8). Kabupaten
adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah Provinsi, yang di
pimpin oleh seorang bupati. Jadi kantor gabungan dinas pemeritah daerah
merupakan bangunan yang di gunakan untuk pekerjaan administrasi dan
manejerial, serta merupakan pusat pelayanan dan pusat informasi dari
kegiatan sauatu organisasi, yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan
menerapkan aturan yang sesuai dengan undang-undang di wilayah Kabupaten
Luwu.
Instansi pemerintah adalah sebuah kolektif (Gabungan) dari unit
organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, meliputi Kementerian Koordinator/Kementerian
Negara/Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah kota, Pemerintah kabupaten serta lembaga-lembaga
3
pemerintahan yang menjalankan fungsi pemerintahan dengan menggunakan
APBN dan APBD. Adapun Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pemerintah Kabupaten Luwu. Terdapat ada 24 Dinas, 6 Badan, 2 Sekretariat,
1 Satuan Polisi Pamong Praja, 1 RSUD, 22 Kecamatan tersebar di Kabupaten
Luwu.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah memerlukan sarana
dan prasarana, yakni kantor yang representatif. Kantor Pemerintahan
merupakan wadah aktifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, tempat
wakil rakyat mengatur jalannya pemerintahan dan pembangunan di segala
sektor kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kantor
Pemerintahan memerlukan tuntutan khusus, yakni wadah yang berperan
sebagai simbol filosofis, fungsionl, dan teknis, serta fungsi keterbukaan
sebagai simbol wakil dari masyarakat suatu daerah. Pada setiap tahun
Pemerintah Daerah meningkatkan Kinerja dari masing-masing Instansi Dinas
Pemda dan perangkat Pemda lainnya. Meningkatnya aktivitas kantor dalam
pemerintahan daerah kabupaten luwu sehingga berpengaruh pada kebutuhan
ruang kantor Pemerintahan Kabuapten Luwu. Dari 24 Dinas di kabupaten
luwu sebanyak 6 Dinas tidak lagi Representatif kebutuhan ruangnya dengan
aktifitas dalam kantor. Instansi dinas yang masuk dalam 6 kategori tersebut
yaitu ; Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, Dinas Perikanan, Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DUKCAPIL), Dinas Ketenagakerjaan
dan Transmigrasi, dan Dinas Lingkungan Hidup.
Dalam perancangan kantor gabungan dinas-dinas pemerintah daerah
Kabupaten Luwu, yang mengoptimalkan pendekatan Arsitektur Neo-
Vernakular yaitu pembaharuan terhadap arsitektur yang berbentuk dari proses
yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, sikap, dan
kebudayaan ditempat asalnya. Dalam penerapan Arsitektur Neo-Vernakuar
pada kantor gabungan dinas pemerintah kabupaten luwu maka penerapan
4
konsep tema yang diangkat atas perilaku,sikap, dan kebudayaan daerah
Kabupaten Luwu. Arsitektur neo-vernakular tidak hanya menerapkan elemen-
elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik
seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain.
Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan
dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim
lokal, material dan adat istiadat (Leon Krier, 1971).
Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran
Arsitektur Post- Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme
yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi
perkembangan teknologi industri.Neo berasal dari bahasa yunani dan di
gunakan sebagai fonim yang berarti baru. Sedangkan Vernakular, berasal dari
Vernacullus yang berarti local, pribumi. Jadi Neo-Vernakular berarti bahasa
setempat yang di ucapkan dengan cara baru. Arsitektur Neo-Vernakular
merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan
kaidah-kaidah normatif, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam
kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan
lingkungan. “Pada intinya arisitektur Neo-Vernakular merupakan perpaduan
antara bangunan modern dengan bangunan bata pada abad 19”.
Diharapkan dapat ditemui sebuah pembaharuan baru terhadap konsep
yang diterapkan pada gedung kantor gabungan dinas pemerintah Kabupaten
Luwu. Dapat memberi dampak yang baik dalam lingkup pemerintahan daerah
kabupaten Luwu dan juga pada masayarakat Kabupaten Luwu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menyusun konsep perencanaan dan perancangan Kantor
Gabungan Dinas-Dinas dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di
Kabupaten Luwu?
5
2. Bagaimana rancangan Kantor Gabungan Dinas-Dinas Pemerintah Daerah di
Kabupaten Luwu dapat memaksimalkan ruang sesuai dengan aktivitas kantor
dan mencapai penerapan Arsitektur Neo-Vernakular ?
C. Tujuan
1. menyusun konsep perencanaan dan membuat desain Kantor Gabungan Dinas-
Dinas Pemerintah Daerah di Kabupaten Luwu dengan pendekatan Arsitektur
Neo-Vernakular yang memenuhi fasilitas dalam Pelayanan masyarakat dan
menunjang aktifitas kegiatan kantor.
2. Merancang desain Kantor Gabungan Dinas-Dinas Pemerintah Daerah di
Kabupaten Luwu dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular.

D. Lingkup Pembahasan dan Batasan Pembahasan


1. Sasaran Pembahasan
Pembahasan pada penulisan ini berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut
ilmu arsitektur tentang desain Kantor Gabungan Dinas-Dinas Pemerintah
Daerah yang mampu memberikan fasilitas yang cukup dalam mewadahi
kegiatan perkantoran pemerintahan daearah. Tatanan ruang yang ada
didalamnya disesuaikan dengan kebutuhan fasilitas dalam proses aktifitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan masyarakat.

2. Batasan Pembahasan
a. Fungsi utama kantor gabungan dinas-dinas pemerintah daerah untuk
pekerjaan administrasi dan manejerial, serta merupakan pusat pelayanan dan
pusat informasi dari kegiatan sauatu organisasi, yang memiliki kekuasaan
untuk membuat dan menerapkan aturan yang sesuai dengan undang-undang di
wilayah Kabupaten Luwu.
b. Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular dalam pengaplikasiannya dalam
bentuk bangunan, pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah
6
normatif, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat
serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan.

E. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang di terapkan :
1. Studi Literatur
Dilakukan untuk lebih mengenal dalam perencanaan Kantor Gabungan Dinas-
Dinas Pemerintah Daerah. Kebutuhan-kebutuhan akan berbagai kepentingan
di dalamnya dan faktor-faktor pendukung lain yang berkaitan dengan judul
untuk mendapatkan teori, spesifikasi, dan karakteristik serta aspek-aspek
arsitektural yang dapat dijadikan landasan dalam proses perancangan.
2. Studi Preseden
Pada tahap ini, penulis mengambil studi preseden melalui internet tentang
desain yang serupa dengan Kantor Gabungan Dinas-Dinas Pemerintah Daerah
dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular di Kabupaten Luwu, yang ada
di Indonesia maupun luar negeri, yang di bagi menjadi :
a. Studi preseden sesuai dengan judul
b. Studi preseden sesuai dengan peaplikasian desain
3. Studi Lapangan
Pada tahap ini, dilakukan survey lapangan untuk mengetahui dan mengamati
serta mengumpulkan informasi mengenai potensi-potensi fisik sehiingga
dapat tersusun suatu perancangan.

F. Sistematilka Pembahasan
Sistematika penyusunan laporan ini dijelaskan berdasarkan bab-bab antara
lain:

7
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan pembahasan,
lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Membahas tentang tujuan pustaka berupa studi literature, studi kasus, dan
resume kasus studi bangunan.
BAB III : TINJAUAN KHUSUS
Menguraikan secara khusus lokasi perancangan dan analisis kebutuhan ruang
perancangan Kantor Gabungan Dinas-Dinas Pemerintahan Kabupaten Luwu
(Arsitektur Neo-Vernakular).
BAB IV : KONSEP PENDEKATAN DESAIN
Membahas tentang pendekatan desain, konsep perancangan yang terdiri dari
olah tapak, tata massa, kebutuhan dan besaran ruang, utilitas serta penerapan
konsep perancangan yang ada pada bangunan.
BAB V : TRANSFORMASI DESAIN
Bab ini membahas tentang transformasi desain Kantor Gabungan Dinas-Dinas
Pemerintahan Kabupaten Luwu
secara lengkap
BAB VI : HASIL DESAIN
Bab ini membahas tentang pengaplikasian desain pada perancangan Kantor
Gabungan Dinas-Dinas Pemerintahan Kabupaten Luwu secara lengkap.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kantor Gabungan Dinas-Dinas Pemerintahan Dengan


Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular
1. Pengertian Judul
Judul dari perancangan tugas akhir ini adalah Kantor Gabungan Dinas- Dinas
Pemerintahan di Kabupaten Luwu (Arsitektur Neo-Vernakular).
a. Pengertian Gedung
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan kontruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sehingga atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
malakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
(UU Republik Indonesia No. 28 tahun 2002).
Kantor merupakan Balai (Gedung, Rumah, Ruang) tempat mengurus suatu
pekerjaan (perusahaan). (KBBI) Menurut W. Gleen Howard dan Edward
Masonbrink (1963), Kantor adalah pusat dari kegiatan administrasi dan
berfungsi sebagai suatu kamar kerja dan belajar, suatu ruang rapat, suatu
tempat perundingan, suatu pusat penerangan, suatu pusat pemberian layanan,
suatu ruang perjamuan dan seringkali sebagai lambang dari kedudukan.
b. Pemerintah
Pemerintah diartikan sebagai suatu organisasi yang mempunyai kekuatan
besar pada suatu negara, termasuk dalam urusan territorial, publik, serta
urusan kekuasaan lainnya, demi mencapai tujuan negara.
c. Kabupaten
Kabupaten adalah pembagian wilayah administrasif di Indonesia Setelah
Provinsi, yang dipimping oleh seorang bupati. Kabupaten Luwu adalah salah
9
satu daerah otonom di Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di kota Belopa.
Luas wilayah administrasi Kabupaten Luwu kurang lebih 3.000,25 km2 dan
terdiri dari 22 kecamatan pada tahun 2017 yang dibagi menjadi 227
desa/kelurahan. Kecamatan Latimojong adalah kecamatan terluas di
Kabupaten Luwu, luas Kecamatan Latimojong tercatat sekitar 467,75 km2
atau sekitar 15,59 persen dari luas Kabupaten Luwu, menyusul kemudian
Kecamatan Walenrang Utara dan Walenrang Barat dengan luas masing-
masing sekitar 259,77 km2 dan 247,13 km2 atau 8,66 persen dan 8,24 persen.
Sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan
Belopa Utara dengan luas kurang lebih 34,73 km2 atau hanya sekitar 1,16
persen. Berdasrkan posisi geografisnya, Kabupaten Luwu dibatasi oleh
Kabupaten Luwu Utara dan Kota Palopo di sebelah utara, Teluk Bone di
sebelah timur, Kota Palopo dan Kabupaten Wajo disebelah selatan, dan
Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang disebelah barat. (PERDA
Kabupaten Luwu. Umar Faisal . Belopa. 2011)
d. Pendekatan Arsitektur
Pendekatan arsitektur adalah penerapan elemen-elemen bentuk, fungsi,
struktur, dan estetika dalam perancangan pada bidang arsitektur menyangkut
tata cara atau teknik atau metode desain yang digunakan (Udjianto
Pawitro,2015).
e. Arsitektur Neo-Vernakular
Neo-Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada
era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun
1960-an, kata Neo atau New berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata
vernakular dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh
masyarakat setempat. Neo- Vernakular yaitu arsitektur yang menerapkan
bentuk yang mengambil unsur budaya setempat, lingkungan, dan iklim
setempat yang diungkapkan pada bentuk dasar arsitektur. Maka kantor
10
gabungan dinas-dinas pemerintah Kabupaten Luwu dengan pendekatan
arsitektur Neo-Vernakular adalah sebuah wujud fisik yang merupakan hasil
dari kegiatan konstruksi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan
adminitrasi dengan penerapan elemen desain Neo -vernacular yang belokasi
di Kabupaten Luwu.

2. Hakikat Penggabungan Kantor Dinas


Penggabungan Kantor Dinas merupakan langkah yang diambil oleh
pemerintah daerah dalam mempermudah koordinasi kerja yang saling
berhubungan antar Dinas sebaiknya disatukan dalam satu lokasi saja,
sehingga optimalisasi, efektifitas dan efisiensi pelayanan dapat tercapai.

3. Fungsi Gedung Pemerintah Terpadu


i. Menurut UU No.32 Tahun 2004 pengertian Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau
Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
ii. Selain memiliki tugas dan kewenangan, dalam penyelanggaraan pemerintahan
terdapat susunan organisasi guna mengatur kelancaran kegiatan yang ada.
Susunan organisasi Pemerintah Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas
Daerah dan Lembaga Teknis Daerah sesuai dengan kebutuhan daerah.
Adapun susunan Pemerintah Daerah menurut UU no.32 Tahun 2004 adalah :
a. Sekretariat Daerah

11
Sekretariat daerah merupakan unsur staf pemerintah daerah yang dipimpin
oleh sekretaris daerah yang dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada kepala daerah (Bupati).
b. Dinas Daerah
Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh
seorang kepala dinas yang dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada kepala daerah melaluisekretaris daerah.
c. Lembaga Teknis Daerah
Lembaga teknis daerah merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah yang
dipimpin oleh seorang kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.

4. Fungsi utama kantor gabungan dinas-dinas pemerintah daerah yaitu, anatara


lain sebagai berikut :
i. Bangunan perkantoran yang lebih besar pada umumnya bertingkat banyak
dengan dinding partisi sebagai penyekat ruangan yang dapat diubah serta
dipindahkan dan dipikul oleh balok langit-langit struktur yang ada
dibawahnya. Bagian-bagian yang tetap dan kokoh dari bangunan, seperti
misalnya sistem sanitasi, ruang tangga dan lift.
ii. Kantor adalah tempat dimana orang bekerja. Tetapi disamping itu, Kantor
memiliki beberapa pengertian. Berikut ini adalah pengertian dan definisi
Kantor, menurut W. Gleen Howard dan Edward Masonbrink (1963), Kantor
adalah pusat dari kegiatan administrasi dan berfungsi sebagai suatu kamar
kerja dan belajar, suatu ruang rapat, suatu tempat perundingan, suatu pusat
penerangan, suatu pusat pemberian layanan, suatu ruang perjamuan dan
seringkali sebagai lambang dari kedudukan.
iii. Menurut Cyril M. Harris (1975), Building office is a building used for
profesional or clericl purpose, except no part of which is used for living
12
purpose, except by the janitor’s family Bangunan Kantor adalah bangunan
yang digunakan untuk kegiatan profesional atau kegiatan ketatausahaan, tidak
ada bagian yang digunakan untuk tempat tinggal, kecuali bagi penjaga gedung
tersebut.
iv. Dari beberapa pengertian Kantor diatas dapat disimpulkan bahwa Kantor
adalah ruang tempat berlangsungnya kegiatan administrasi, mempunyai
kesatuan dengan lingkungan organisasi keseluruhan dan sebagai lambang
kedudukan. Sedangkan kantor pemerintahan terpadu adalah tempat
berlangsungnya beberapa kegiatan pemerintahan yang disatukan kedalam satu
wilayah sehingga tercipta kerjasama antar kegiatan yang satu dengan yang
lain.

5. Persyaratan Bangunan Kantor Pemerintahan :


i. Suatu Kantor pemerintahan selalu dituntut agar dapat memberikan pelayanan
yang maksimal dan optimal baik pada para pelaku didalam bangunan tersebut
maupun bagi masyarakat yang dilayaninya. Sebagai Kantor pemerintahan ada
persyaratan yang harus dapat dipenuhi (The Liang Gie, 1978:8), persyaratan
itu antara lain adalah :
a. Sebagai ruang karyawan (personil) Beberapa aspek yang harus dipenuhi
dalam menciptakan kondisi lingkungan pekerjaan yang optimal :
• Aspek Fisiologis : kenyamanan yang meliputi penerangan, suhu, suara,
dan penghawaan.
• Aspek Psikologis : berhubungan dengan kepuasan jiwa penghuni di
dalamnya
• Aspek Sosiologis : terpenuhinyan kebutuhan sosial dan terjadinya
hubungan kerja yang baik.
b. Sebagai wadah organisasi Dalam bangunan Kantor, perlu diperhatikan
instansi yang akan menempati bangunan tersebut, terutama mengenai :
13
• Mempertimbangkan terjadinya reorganisasi.
• Tampilan bangunan harus mencerminkan karakter dari organisasi yang berada
di dalamnya.
• Harus dapat mengantisipasi semua rencana pengembanga kedepan.

6. Sistem Penataan Ruang Kantor


Pembagian ruang pada suatu bangunan Kantor dapat dikelompokkan menjadi:
i. Penataan cellular merupakan penataan ruang dalam bentuk tradisional.
Koridor sempit dengan banyak ruang di kanan kiri. Kapasitas 5 orang, dan
kedalaman ruang 12 m.

Gambar II.1. Cellular


Sumber: Planning Office Space
ii. Group Space, merupakan perkembangan bentuk cellular, dengan ruang yang
lebih luas dan fleksibel. Jarak koridor ke luar ± 15-20m.

Gambar II.2. Group Space


Sumber: Planning Office Space

14
iii. Open Plan, bentuk penataan open plan adalah bentuk penataan geometri yang
kaku, layout ruangan yang sangat luas, susunan ruang fleksibel menurut
kebutuhan pemakai, dan berdasarkan pembagian sub definisi dan ruang kerja.
Gambar II.3. Open Plan

Sumber: Planning Office Space


iv. Landscape, batas-batas sirkulasi daerah kerja memberi identitas kelompok.
Tirai, tanaman, lemari furniture membentuk jalur sirkulasi.
Gambar II.4. Group Space

Sumber: Planning Office Space


v. Konvensi, gedung dengan fungsi konvensi bertujuan untuk memenuhi
tuntutan pengadaan wadah yang mendukung kegiatan konvensi seperti
meeting, incentive, conference, exhibition serta kegiatan sosial yang bersifat
edukatif, informatif dan rekreatif sebagai wadah komunikasi dan interaksi
bagi masyarakat luas.
1) Meeting, menurut Kesrul dalam Puspitasari (2012 : 10) , meeting adalah suatu
pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan oleh kelompok orang yang
tergabung dalam asosiasi, perkumpulan atau perserikatan dengan tujuan
15
mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber daya manusia,
menggalang kerja sama anggota dan pengurus, menyebarluaskan informasi
terbaru, publikasi, hubungan kemasyarakatan. Contoh meeting :
• Rapat pimpinan
• Pelatihan / ghatering
• Seminar / workshop
2) Incentive, Menurut Kesrul dalam Puspitasari (2012 : 11), bahwa incentive
merupakan hadiah atau penghargaan yang diberikan oleh suatu perusahaan
kepada karyawan, klien, atau konsumen. Bentuknya bisa berupa uang, paket
wisata atau barang. Contoh dari incentive :
• Voucher akomodasi
• Paket tour / liburan
• Gala dinner
3) Conference, Menurut Kesrul dalam Puspitasari (2012 : 12), conference atau
konferensi adalah suatu pertemuan yang diselenggarakan terutama mengenai
bentuk-bentuk tata karena, adat atau kebiasaan yang berdasarkan mufakat
umum, dua perjanjian antara negara-negara para penguasa pemerintahan atau
perjanjian internasional mengenai topik tawanan perang dan sebagainya.
Contoh kegiatan conference :
• Rapat perjanjian dari berbagai perusahaan Internasional
• Konferensi anatar negara
4) Exhibition, Menurut Kesrul dalam Puspitasari (2012 : 13), exhibition adalah
ajang pertemuan yang dihadiri secara bersama-sama yang diadakan di suatu
ruang pertemuan atau ruang pameran hotel, di mana sekelompok produsen
atau pembeli lainnya dalam suatu pameran dengan segmentasi pasar yang
berbeda. Contoh dari kegiatan exhibition yaitu :
• Pameran kerajninan

16
• Pameran lukisan
7. Kantor Pemerintah
i. Kegiatan pelayanan terhadap masyarakat
• Pelayanan perijinan
• Pelayanan informasi
ii. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
• Penyuluhan untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat
iii. Kegiatan Koordinasi
• Koordinasi antara walikota dengan seluruh perangkat pemerintahan
• Koordinasi sekwilda beserta staffnya
iv. Kegiatan Komunikasi
• Hubungan antara para pejabat atau satuan pada tingkat jenjang organisasi
yang kurang lebih sederajat
• Karakter dari kegiatan ini adalah berupa perintah dan petunjuk secara
lisan maupun tertulis, berupa laporan lisan maupun tertulis, dilakukan
secara berkumpul maupun rapat berkala.
8. Menurut Martinez (1990) dan Quible (2001), ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan guna mendesain layout kantor yang efektif, antara
lain :
1) Menganalisis hubungan antara peralatan, informasi, dan pegawai dalam
arus kerja,
2) Mengondisikan arus kerja agar bergerak dalam bentuk garis lurus dan
meminimalisir kemungkinan terjadinya crisscossing dan backtracking,
3) Pegawai maupun tim kerja yang melakukan pekerjaan serupa harus
ditempatkan dalam area yang berdekatan,
4) Pegawai maupun divisi yang berhubungan dengan publik harus
ditempatkan berdekatan dengan pintu masuk Kantor,

17
5) Pegawai maupun tim kerja yang membutuhkan konsenterasi harus
ditempatkan di ruang kerja yang suasananya lebih tenang,
6) Alokasi ruang harus berdasarkan posisi, pekerjaan yang dilakukan, dan
peralatan khusus yang diperlukan masing-masing individu,
7) Furnitur dan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan,
8) Lorong harus nyaman dan lebaruntuk mengantisipasi pergerakan yang efisien
dari pekerja,
9) Perimbangan keamanan harus diberikan prioritas tinggi,
10) Area terbuka yang besar lebih efisien dibandingkan ruangan kecil yang
tertutup,
11) Provinsi yang tepat bagi pencahayaan, dekorasi, AC, kelembaban dan kontrol
suara,
12) Memperhatikan kebutuhan perluasan Kantor di masa datang,
13) Pekerjaan harus datang pada pegawai, bukan sebaliknya.

9. Arsitektur Neo-Vernakular
Menurut Tjok Pradya Putra (2014), Vernacular berasal dari bahasa
Yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Jadi Neo-Vernacular
berarti bahasa setempat yang diucapkan dengan cara baru, arsitektur Neo-
Vernacular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik
fisik (bentuk, konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosofi, tata ruang)
dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara
empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mengalami
pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa
mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat. Pembaharuan ini dapat
dilakukan dengan upaya eksplorasi yang tepat.
Arsitektur Neo-Vernacular adalah salah satu paham atau aliran yang
berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada
18
pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern
timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton
(bangunan berbentuk kotak-kotak). Ada enam aliran yang muncul pada era
Post Modern menurut Charles A. Jenck diantaranya, Historiscism, Straight
Revivalism, Neo-Vernakular, Contextualism, Methapor dan Post Modern
Space.
a) Deddi Erdinono (2011) menyatakan bahwa ada empat model pendekatan yang
harus diperhatikan terkait dengan bentuk dan makna dalam merancang dan
memodernisir bangunan tradisional dalam konteks kekini-an, yaitu
kecenderungan terjadinya perubahan- perubahan dengan paradigma, yaitu:
1) Bentuk dan maknanya tetap
2) Bentuk tetap dengan makna baru
3) Bentuk baru dengan makna tetap
4) Bentuk dan maknanya baru.

Perubahan paradigma yang akan tetap diterapkan pada bangunan yakni bentuk
baru dengan makna yang tetap. Pada pendekatan bentuk baru dengan makna
tetap, penampilan bentukan arsitektur Neo-Vernacular dapat menghadirkan
bentuk baru dalam pengertian unsur-unsur lama yang diperbaharu, jadi tidak
lepas sama sekali karena terjadi interpretasi baru terhadap bentuk lama yang
kemudian diberi makna yang lama untuk menghindari kejutan budaya (culture
Shock).
b) Ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular, Arsitektur Neo-Vernakular memiliki 10
(sepuluh) ciri-ciri (Deddi Erdiono,2011) sebagai berikut :
1) Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.
2) Membangkitkan kembali kenangan historik.
3) Berkonteks urban.
4) Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
19
5) Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
6) Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
7) Dihasilkan dari partisipasi.
8) Mencerminkan aspirasi umum.
9) Bersifat plural
10) Bersifat ekletik

Menurut Charles Jencks (1960) , ciri-ciri Neo-Vernacular Architecture


sebagai berikut :
1) Selalu menggunakan atap bumbungan.
2) Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).
3) Mengembalikkan bentuk-bentuk tradisional.
4) Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern
dengan ruang terbuka di luar bangunan.
5) Warna-warna yang kuat dan kontras.
Karena bangunan yang akan dirancang merujuk kepada pendekatan
bentuk baru dan makna tetap, maka tidak semua ciri-ciri yang telah
disebutkan oleh pakar diatas akan diterapkan. Adapun ciri khas yang
diterapkan akan disesuaikan dengan pendekatan bentuk baru dan makna
tetap tersebut.
c) Prinsip Desain Arsitektur Neo-Vernakular
Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara
terperinci adalah sebagai berikut.
1) Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif
terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai- nilai/fungsi dari
bangunan sekarang.
2) Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang
dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.
20
3) Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan
lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
4) Hubungan Kontemporer, meliputi:
a. penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep
arsitektur.
b. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi
yang akan datang.
d) Kriteria Arsitektur Neo-Vernakular
Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo-Vernakular adalah
sebagai berikut :
1) Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim
setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah,
detail, struktur dan ornamen).
2) Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi
juga elemen non-fisik yaitu budaya pola pikir,kepercayaan, tata letak
yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan
kriteria perancangan.
3) Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan
visualnya).
e) Arsitektur Neo-Vernakular Luwu
Arsitektur Vernakular menurut paul oliver (1996) adalah terdiri dari
rumah-rumah rakyat dan bangunan lain, yang terkait dengan konteks
lingkungan mereka dan sumber daya tersedia yang dimiliki atau dibangun,
menggunakan teknologi tradisional. Semua bentuk arsitektur Vernakular
dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik untuk mengakomodasi nilai-
nilai, ekonomi dan cara hidup budaya yang berkembang.
Kabupaten Luwu memiliki rumah adat yaitu Langkane. Langkanae
21
merupakan bangunan bersejarah bagi masyarakat Luwu yang dibangun pada
tahun 1619. Langkanae adalah sebutan kata lain dari istana. Langkanae ini
dijadikan cagar budaya buatan Belanda untuk menggantikan Langkanae yang
dulu. Belanda membangunnya untuk kedatuan ketika Langkanae terbakar.
Langkanae adalah sebutan untuk istana Pajung Ri Luwu. Jika di perhatikan
bangunan tersebut berkarakter arsitektur suku Bugis, Makassar, dan Mandar.
Bentuk arsitekturnya juga lebih mirip dengan gambar yang terdapat pada
lembaran kitab Lagaligo.
Gambar II.5. Langkanae

Sumber : (Google Maps Aslah Abdul) 2023

Rumah adat Langkanae terdiri atas tiga bagian, ada kolong (sullu), ale
bola, dan palandoang/rakkeang (loteng). Bentuk rumah adat tradisional pada
umumnya adalah rumah panggung yang merupakan simbol budaya
masyarakat karena dianggap bahwa rumah panggung itu harus mempunyai
tiang-tiang utama yang disebut pim posi’ atau (posi bola). yang merupakan
kebudayaan Luwu dan setiap perbuatan yang kita lakukan harus mappisabbi’
(minta izin) pada pim posi’. Rumah adat Langkanae berbentuk persegi empat
yang mempunyai empat unsur yaitu tanah, api, air dan angin yang dari
keempat unsur ini harus seimbang tidak boleh saling terputus.

22
Timpa laja pada rumah adat langkanae. Ketika berada di daerah atau
halaman rumah adat Langkanae kita akan melihat ukiran kanji berada pada
lesplan/pinggiran dari rumah. Ukiran kanji sama maknanya dengan simbol
Luwu yang berada di logo Kedatuan Luwu.

Gambar II.6. Timpa Laja


Sumber : (Google Maps Aslah Abdul) 2023

Ukiran kanji pada lesplan Langkanae. Jepang mengklaim bahwa huruf


kanji milik mereka, tetap nyatanya sebelum datangnya penjajahan Jepang,
peti-peti orang tua kita dahulu tempat penyimpanan emas sudah terukir oleh
huruf kanji. Biasanya simbol singkerru mulajaji di ukir dipusaka, pintu dan
lesplan.

Gambar II.7. Lesplan


Sumber : (Google Maps Aslah Abdul) 2023
Bala suji pada gerbang Langkanae, Bala suji merupakan simbol Luwu,

23
orang menyebutnya Sulapa’Eppa atau jasat dari keempat unsur (tanah, api,
air, dan angin). Dan jika dibawa keaksara Lontara ini adalah huruf sa dan
dalam aksara arab dia alif. bala suji diartikan sebagai pagar yang suci. Jika
tuhan dalam bahasa Arab dimulai dari huruf alif, maka tuhan dalam aksara
Lontara dimulai dari huruf sa (sheuwa) atau orang biasanya menyebutkan
Dewata Seuwae.

Gambar II.8. Bala Suji


Sumber : (Google Maps Aslah Abdul) 2023

Tangga (sapana) merupakan simbol rumah adat, tangga tidak boleh genap
harus ganjil yang bermakna hidup karena yang akan tinggal di rumah adalah
mahluk hidup. Kita sekarang adalah ganjil karena yang genap itu adalah
sempurna, manusia sempurna hanya jika mati/meninggal oleh sebab itu
karena kita dalam kehidupan semua dibuat dalam keadaan ganjil karena
kematian itu adalah genap artinya sempurna.
Dari pembangunan gedung-gedung pemerintahan di Kabupaten Luwu
banyak mengambil model atap dari Langkanae, pada bagian atap berbentuk
prisma dan memakai tutup bubungan (Timpa Laja) sebanyak 5 susun.

24
Gambar II.8. Kantor Bupatu Kabupaten Luwu
Sumber : (Google Maps Aslah Abdul) 2023

B. Tinjauan Terhadap Kantor Dinas Daerah


1. Landasan Hukum Pembentukan Dinas Daerah
Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah
Daerah, Dinas Daerah adalah unsur pelaksana pemerintah Daerah, dipimpin
oleh seorang kepala Dinas yang di angkat oleh Daerah dari PNS yang
memenuhi syarat atau usul Sekretaris Daerah. Dalam menjalankan tugasnya
kepala Dinas bertanggung jawab kepada kepala Daerah melalui Sekretaris
Daerah. Sedangkan penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh
Pemerintah Pusat dalam rangka dekonsentrasi dilaksanakan oleh Dinas
Provinsi.
Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah
tersebut, membawa implikasi terhadap perubahan paradigma penyelenggaraan
pemerintah daerah, perubahan yang di maksud antara lain, semakin besarnya
wewenangan pemerintah dalam mengelolah urusan rumah tangganya,

25
terutama pada daerah kota.
Seiring ditetapkannya UU RI Nomor 22 tahun 1999 kemudian ditindak
lanjuti dengan peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2000 tentang operasi
Perangkat Daerah, dimana otonomi daerah juga telah memberikan
kewenangan yang cukup luas kepada pemerintah kota dalam menentukan dan
menetapkan struktur organisasi perangkat daerah yang diinginkan yang
tentunya disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.
Adapun organisasi perangkat daerah Kabupaten Luwu adalah sebagai
berikut:
a. Unsur pembantu pimpinan
1) Sekretariat Daerah
2) Sekretariat DPRD
b. Unsur pelaksana
1) Dinas daerah
2) Cabang dinas
3) Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
4) Kelompok jabatan fungsional
c. Unsur penunjang
1) Lembaga Tenkis
2) BUMP
2. Macam Dan Jenis Kantor Dinas
Kantor dinas yang ada pada setiap daerah, dalam pengadaannya
disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Dalam hal ini ditentukan oleh
potensi dan kebutuhan setiap daerah. Adapun dinas yang saat ini dibawahi
oleh pemerintah Kabupaten Luwu:

26
Tabel II.1 Jumlah Kantor dinas dan pegawai di tiap Instansi di Kabupaten
Luwu.
No Unit Kerja
. Jumlah
Pegawai

1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 99

2. Dinas Kesehatan 75
3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 78
4. Dinas Peumahan dan Kawasan Permukiman 87
5. Dinas Pemadam Kebakaran 89
6. Dinas Sosial 65
7. Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi 50
8. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan 49
Perlindungan Anak
9. Dinas Ketahanan Pangan 50
10. Dinas Pertanian 70
11. Dinas Lingkungan Hidup 57
12. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 64
13. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 50
14. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga 70
Berencana
15. Dinas Perhubungan 68
16. Dinas Komunikasi, Informatika dan 49
Persandian
17. Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian 45
18. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan 40
Terpadu
27
Satu Pintu
19. Dinas Kepemudaan dan Olahraga 30
20. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 39
21. Dinas Perikanan 48
22. Dinas Pariwisata 35
23. Dinas Perdagangan 40
24. Dinas Pertanahan 50
(Sumber: Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kab. Luwu tahun 2021)
3. Tugas dan Fungsi Dinas
Kantor dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dikepalai
oleh seorang kepala dinas dan bertanggung jawab kepada kepala daerah
setempat, memiliki tugas pokok sebagai berikut:
a. Melaksanakan sebagian unsur rumah tangga daerah dalam bidang yang
menjadi tanggung jawabnya.
b. Melaksanakan tugas pembantu yang diserahkan oleh kepala daerah
kepadanya Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, maka Dinas
secara umum memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Merumuskan kebijakan teknis pemberian bimbingan dalam bidang yang
menjadi tanggung jawabnya yang ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Melaksanakan sesuai dengan tugas pokoknya dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tugas dinas daerah menurut peraturan daerah nomor 8 tahun 2016 tentang
pembentukan dan susunan perangkat daerah.
1) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
28
a. Perumusan kebijakan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang
pendidikan;
b. pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang pendidikan;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang pendidikan;
d. Pelaksanaan administrasi dinas urusan pemerintahan bidang pendidikan; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan
fungsinya.
2) Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang
Kesehatan;
b. Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang Kesehatan;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang
Kesehatan;
d. Pelaksanaan administrasi dinas urusan pemerintahan bidangKesehatan; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas
dan fungsinya.
3) Dinas Sosial
Dinas Sosial dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan penyelenggaraan urusan pemerintahanbidang sosial;
b. Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang sosial;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahanbidang sosial;
d. Pelaksanaan administrasi dinas urusan pemerintahan bidangsosial; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas
dan fungsinya.

29
C. Tinjauan Arsitektural Rancangan
Tinjauan arsitektural rancangan merupakan pedoman yang digunakan
dalam perancangan sebagai acuan standar arsitektural rancangan. Pada
perancangan kantor gabungan dinas-dinas Kabupaten Luwu, tinjauan
arsitektural rancangan sangat diperlukan dan harus terpenuhi agar
menghasikan kantor gabungan dinas-dinas Kabupaten Luwu. yang mampu
mengatasi kebutuhan ruang dari kedinasan yang perlu tercakup, nyaman dan
aman bagi pengguna serta lingkungan baik itu alam maupun sosial. Tinjauan
arsitektural rancangan pada kantor gabungan dinas-dinas yang nantinya akan
dibutuhkan dan digunakan, yaitu:
1. Ruang Kantor
Perancangan gedung pemerintahan terpadu di kabupaten Bone didalamnya
terdapat 23 kantor dinas atau satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Setiap
kantor memilki standar ruang kantor yang umum dan memilki standar ruang
yang sama. Setiap kantor dinas di Kabupaten Luwu yang akan digabung di
kantor gabungan dinas-dinas, terdapat standar raung yang sama, diantaranya:

Tabel II.2. Ruang Kantor Dinas


Ruang Sub Ruang Keterangan

01 0 03
2
Resepsionis • Tempat tunggu -25 orang (3
• Tempat lapor pegawai dan
22 tamu
-Luas: 100m2
R. Pertemuan • R.Pertemuan lapangan Luas: 156m2

30
• R.Pertemuan 1 kantor
Dinas
• R.Pertemuan
Antar Kantor Dinas
Lounge • Relaksasi -Luas: 100m2
• Pantry
Display -Luas: 100m2
R.Kepala Dinas • Tempat Kerja kepala 3 orang ( 1 Kepala
Dinas dinas
• Tempat RapatKecil dan 2 tamu)
-Luas: 14m2
AntarKepala Bidang
• Toilet Tempat duduk
tamu
R.Sekretaris dan • Tempat KepalaBidang -Luas:60m2
Sekretariat • Toilet
• Tempat Kepalaseksi
• Tempat Kepala seksi
• Tempat RapatKecil antar
Seksi
Tempat Tamu
R.Per Bidang • Tempat Kepala Bidang -Luas 50m2
• Toilet
• Tempat Kepalaseksi
• Tempat Kepalaseksi
• Tempat Rapat Kecil
antar Seksi
Tempat Tamu
Toilet • Toilet -Luas: 12m2
• Wastafel
01 02 03
Gudang • Tempat penyimpanan - Luas: 12m2
dokumen
• Tempat penyimpanan
peralatan kantor
Musholla • Musholla -Luas: 30m2
• Wudhu
Kantin • Pantry -Luas: 138m2
• Both makan

31
•Dapur
•Wastafel
•Tempat makn
R.Keamanan dan •Tempat pantauCCTV -Luas: 20m2
Informasi •Tempat SoundSystem
•Tempat informasi
R.Koordinator •Tempat KoordinatorUPT -Luas: 30m2
Lapangandan •Tempat Koordinator
Penyuluhan Lapangan
• toilet
Sumber: Survey kantor Dinas, 2021

2. Penangkal Petir
Penangkal Petir merupakan salah satu standar yang wajib ada pada kantor
terpadu. Bangunan kantor terpadu yang highrise dan cuaca Kabupaten Bone
yang ekstrem ketika memasuki musim hujan, mengharuskan adanya
penangkal petir pada bangunan tersebut agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan seperti kebakaran akibat sambaranpetir.
Penangkal petir merupakan rangkaian alat-alat yang difungsikan untuk
menyalurkan sambaran petir yang akan mengenai bangunan langsung ke
tanah. Penangkal petir dianggap efektif karena mengurangi kerugian terkait
kebakaran dan kerusakan structural akibat sambaran petir.
Ada 3 bagian utama pada penangkal petir ;
a) Batang penangkal petir(konvensional, system radius, dan elektrostatik)
• Penangkal petir konvensional muatan listrik mempunyai sifat mudah
berkumpul akan memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik
yang ada di awan menuju ke batang tembaga yang runcing yang dipasang di
bagian puncak bangunan.
• Penangkal petir system radius, memiliki kelebihan yaitu memiliki kelebihan
yaitu memiliki cakupan wilayah proteksi terhadap petir yang jauh lebih luas.
Namun system ini harus memiliki system grounding yang bagus yang jauh
32
dibawah nilai resistansi 1 Ohm.
• Penangkal petir system elektronik: pengembangan dari konvensional, lebih
modern (lightning conductor).
b) Kabel konduktor murni penangkal petir
• Meneruskan aliran muatan listrik dari batang tembaga penangkal petir yang
bermuatan listrik menuju ke bawah tanah. Diameter jalinan kabel konduktor
sekitar 1 cm hingga 2 cm.
• Kabel konduktor penangkal petir tersebut dipasang pada dinding dibagian luar
bangunan dan sebaiknya dilapisi bahan isolasi untuk menuju kebawah tanah.
c) Tempat pembumian / pertahanan penangkal petir
• Tempat pembumian berfngsi untuk mengalirkan muatan listrik dari kabel
konduktor ke batang pembumian (grounding rod) yang tertanam di tanah.
Batang pembumian terbuat dari bahan tembaga berlapis tembaga baja, dengan
diameter 1.5 cm dan panjang 1,8-3 m

Gambar II.9 Skema Penangkal petir


Sumber: www.penangkalpetir.com

33
D. Studi Preseden Berdasarkan Judul
1. Kantor Pemerintah Kabupaten Malang
Studi banding yang terkait dengan obyek adalah bangunan Kantor
Pemerintah Kabupaten Malang, yang berlokasi di Jl. Panji, Kepanjen.
Perkantoran berlantai delapan beserta Kantor Bupati dibangun dalam satu
kawasan seluas ±4,5 hektare. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang,
Romdhoni (2010): “Bangunan perkantoran didesain delapan lantai untuk
efisiensi lahan. Sekitar 40 persen di antaranya difungsikan sebagai ruang
terbuka hijau seperti taman dan fasilitas sosial lainnya”

Gambar II.10 Site Plan Kantor pemerintahan Malang


Sumber: google. www.garis3d.com

Bentuk pola tatanan massa pada kawasan Kantor Pemerintah Kabupaten


Malang, didesain dengan pola linier yang mengadopsi dari tata ruang rumah
tradisional adat jawa dengan urutan pendapa, jarak antar pendapa dan Kantor
bupati sebagai pringgitan, Kantor bupati sebagai omah njero, dan Kantor
sekda, Kantor dinas, DPRD dan masjid sebagai gandhok. Pembuatan ruang
terbuka hijau seperti taman, digunakan sebagai area peresapan air hujan
sehingga kawasan lebih terjaga dari genangan air ketika hujan datang.
Perletakan bangunan masjid pada bagian depan kawasan mempermudah
masyarakat untuk menggunakannya.

34
Gambar II.11 Kantor pemerintahan Malang
Sumber: Search Google

Main entrance pada kawasan Kantor bupati dan DPRD menggunakan 2


jalur (masuk - keluar). Pemerhatian lingkungan juga nampak pada gambar site
plan, karena kawasan juga berada di kawasan persawahan, dengan
perancangan taman dan penataan vegetasi yang tertata dengan baik sehingga
dapat dinikmati masayarakt serta juga sebagai fasilitas umum. Pemberian
jarak bangunan dari jalan raya dimaksudkan untuk menjauhkan bangunan dari
zona kebisingan yang berasal dari jalan raya. Penataan vegetasi pada bagian
depan juga difungsikan sebagai pemecah kebisingan dan barier dari debu.
Vegetasi juga digunakan sebagai peneduh pada area parkir dan beberapa area
lainnya. Penataan massa bangunan juga menghindari bentukan lorong
sehingga dapat menghindari tekanan angin yang sangat kencang, melihat
kawasan sekitar yang merupakan area persawahan. Penggunaan vegetasi
sebagai pembatas kawasan dengan area persawahan sekitarnya.
Bantuk dan tampilan bangunan pada Kantor Pemerintah Kabupaten
Malang mengambil kosep bangunan belanda, dengan penambahan tampilan
atap yang mengambil bentukan atap joglo. Hal ini untuk menggambarkan
kewibawaan bangunan pemerintahan. Pemberian bukaan jendela juga
dilakukan untuk meminimalkan penggunaan pencahayaan buatan pada
bangunan.
35
2. Balai Kota Semarang

Gambar II.12 Balai Kota Semarang


Sumber: semarangkota.co.id

Kawasan Balaikota Semarang merupakan pusat pemerintahan Kota


Semarang, terletak di Jl. Pemuda No. 148 Semarang. Meskipun Balaikota
merupakan pusat pemerintahan Kota Semarang, tetapi tidak semua Instansi
berada di dalam kawasan Balaikota. Instansi-instansi yang berada di dalam
kawasan Balaikota yaitu Kantor Walikota, Kantor DPRD, Sektretariat
Daerah; Dinas Sosial, Pemuda, dan Olahraga; Dinas Tata Kota dan
Perumahan; Badan Pelayanan Perijinan Terpadu; Badan Kesbangpol Linmas;
Dinas Koperasi dan UKM. Dinas-dinas yang berlokasi diluar kawasan
Balaikota Semarang antara lain Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas
Perhubungan, dan masih banyak lagi.

36
Gambar II.13. Balai Kota Semarang
Sumber: https://www.sketchup.com

Tampilan fasade Balaikota masih mengadaptasi langgam arsitektur


kolonial. Sebagian besar bangunan mempunyai kondisi struktur bangunan
yang masih baik. Kondisi kurang baik terdapat pada bangunan semi permanen
di belakang kawasan. Untuk Area parkir mobil terdapat pada bagian depan
dan belakang kawasan serta memanfaatkan ruang antar bangunan, sedangkan
area parkir motor terdapat di samping dan bagian dalam kawasan. Luasan area
parkir relatif memenuhi untuk saat ini, tetapi tidak tertata dengan rapi.
Lapangan upacara terletak pada bagian depan kawasan, menyatu dengan area
parkir. Tuntutan luasan dan kebebasan pandangan menyebabkan pada
lapangan upacara tidak terdapat peneduh sehingga terasa panas.

3. Gedung Pemerintahan Terpadu Kabupaten Sukoharjo

Gedung Pemerintahan Terpadu Kabupaten Sukoharjo atau dikenal


dengan Menara Wijaya berlokasi di Gabusan, Jombor, Kec. Bendosari,
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Gedung berlantai 10 akan menempatkan
16 Organisasi Perangkat Daerah, OPD tersebut seperti
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Sukoharjo. Bagian administrasi
pindah menggunakan Gedung Setda Sukoharjo Terpadu Menara Wijaya.

37
Sedangkan pelayanan pada masyarakat sepert pencetakan Kartu Tanda
Penduduk Elektronik (KTP-el) masih menggunakan Kantor lama.

Gambar II.14. Gedung Pemerintah terpadu Kabupaten Sukoharjo


Sumber: www.constructionplusasia.com

Pembangunan Gedung Setda Sukoharjo menerapkan konsep Green


Building dan Smart Building yang mengadung unsur etnik khas Kabupaten
Sukoharjo. Rancangan yang mengedepankan konsep ramah lingkungan
tersebut akan menjadikan gedung sekda ini bisa meningkatkan kinerja
pelayanan pegawai Pembangunan gedung terpadu Setda dikerjakan Pemkab
Sukoharjo dalam rangka memusatkan perkantoran OPD Hal itu untuk
memudahkan masyarakat ketika membutuhkan pelayanan. Dikarenakan
adanya Peraturan Daerah (Perda) tentang identitas daerah pada pembangunan
di Kabupaten Sukoharjo, Maka Menara Wijaya selain menerapkan konsep
green Building dan Smart Building, bangunan Menara Wijaya juga
mengandung unsur etnik budaya yaitu pada bagian depan terdapat ukiran
wayang yang dikenal sebagai ciri khas Sukoharjo.

E. Studi Preseden Berdasarkan Pendekatan


1. Kantor Bupati kabupaten Kampar
Kantor bupati Kabupaten kampar berada di kompleks Kantor pemerintah

38
Kabupaten kampar di bukit candika kota bangkinang, daerah ini merupakan
kompleks terpadu Kantor pemerintahan Kabupaten Kampar. kompleks Kantor
pemerintah secara langsung maupun tidak langsung meniru konsep Kantor
pemerintah di negara malaysia yang semua Kantor pemerintah di bangun di
dalam satu kompleks biar lebih mudah untuk segala urusan.

Gambar II.15. Kantor Bupati Kabupaten Kampar


Sumber: Heikaku.com

Kantor bupati Kabupaten Kampar berada di Langgini, Bangkinang,


Kabupaten Kampar, Riau. Kantor Bupati Kabupaten Kampar ini berada di
Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Kampar disekitar Kantor Bupati
ini juga terdapat beberapa Kantor Dinas, Kantor DPRD Kabupaten Kampar dan
juga Gedung Olahraga.
Kantor baru bupati Kampar ini terlihat megah dengan aristektur lokal
yang di padukan dengan arsitektur modern. Di depan Kantor bupati ini juga di
lengkapi sebuah kolam yang cukup besar. Penerapan konsep arsitektur neo
vernakular pada bangunan ini mengambil konsep vernakular dari rumah
tradisional kampar yang sangat jelas terlihat pada bentuk perabung (bubungan)
atapnya melentik mengarah langit.

39
2. Kantor Bupati Kabupaten Pelalawan
Kabupaten Pelalawan ini berasal dari sebagian wilayah Kabupaten
Kampar yang terdiri atas 4 (empat) Wilayah kecamatan, Yakni : kecamatan
Langgam, kecamatan Pangkal Kuras, kecamatan Bunut dan kecamatan Kuala
Kampar. (Bab II. Pasal 3 Tentang Pembentukan, Batas Wilayah dan Ibukota).
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 53 Tahun 1999,
Kabupaten Palalawan terdiri dari 4 (empat) kecamatan, namun setelah terbit
Surat Dirjen No.138/1775 Tanggal 21 Juni 1999 tentang pembentukan 9
(sembilan), yakni terdiri atas 4 kecamatan induk dan 5 kecamatan pembantu.
Kantor Bupati Kabupaten Pelalawan berlokasi di Jl. Sultan Syarif Hasyim,
Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Dilihat dari bentuk atapnya,
bangunan Kantor Bupati ini mengadopsi bentuk dari bangunan rumah adat
daerah setempat, yaitu rumah tradisional gadang.

Gambar II.16. Kantor Bupati Kabupaten Kampar


Sumber: Heikaku.com

Fasilitas dan ruangan sudah mencerminkan kebutuhan wadah dan


kegiatan pokok dan rutin, lalu memudahkan jenis pelayanan masyarakat
secara langsung yang mengarah kepada efektifitas kerja di tiap tingkatan
jabatan, serta menunjang kegiatan kerja administrasi perkantoran.

40
Disamping itu, tata ruang disusun sedemikian rupa yang mengambarkan
hubungan kegiatan untuk memudahkan pencapaian kegiatan yang berorientasi
kepada kegiatan itu sendiri. Karena itu, maka modal ruang mengacu kepada
standar ukuran atau dimensi ruang dan struktur yang masih dilengkapi dengan
pencahayaan alami dan buatan serta penghawaan alami dan buatan. Bangunan
Kantor yang memiliki luas kurang lebih 12.100 meter persegi itu memiliki tiga
lantai dasar yakni lantaidasar, lantai satu dan lantai dua.
3. Kantor Gabungan Dinas Pemerintah Makassar
Lokasi Kantor Gabungan Dinas Pemerintah Kota Makassar di jalan Urup
sumoharjo No. 8 Makassar. Kantor gabungan dinas ini merupakan milik
pemerintah Kota Makassar, yang bertanggung jawab kepada wali kota. Kantor
ini memiliki bebrapa dinas dan kantor, antara lain sebagai berikut:
a. Dinas Pekerjaan Umum
b. Dinas Pendapatan Daerah
c. Dinas Tata Bangunan
d. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Keindahan
e. Kantor Pelayanan Perizinan
f. PD. Pasar Makassar Daya
g. Bank Sul-Sel Kantor Kas Maccini

Kantor Gabungan Dinas ini memilki lima unit bangunan yang ditempatkan
pada satu lokasi. Masing-masing bangunan tersebut berlantai dua dengan
pendekatan konsep rancangan mengacu pada arsitektur vernakular Makassar.
Semua unit bangunan di tempatkan mengelilingi lapangan upacara.

41
Gambar II.17/. Tampak Atas kantor Gabungan Dinas Kota Makassar
Sumber: Google Maps (2020)

Gambar II.18. Denah Kantor Gabungan Dinas Kota Makassar


(Dinas Tata Ruang dan Permukiman) Sumber: Google (2020)

Gambar II.19. Tampak Depan Kantor Gabungan Dinas Kota Makassar


(Dinas Tata Ruang dan Permukiman) Sumber: Google (2020)

42
BAB III
TINJAUAN KHUSUS

A. Tinjauan Umum Kabupaten Luwu


Kabupaten Luwu berada di bagian utara dan timur Provinsi Sulawesi
Selatan dan berbatasan dengan teluk Bone. Luwu sebelumnya merupakan
Kabupaten yang luas hingga daerah Malili-Soroako Masamba dan Palopo,
oleh karena kebutuhan Otonomi dan percepatan pembangunan daerah, masing
masing daerah tersebut berkembang menjadi Kabupaten Baru (Kab. Luwu
Timur-Malili, Kab. Luwu Utara-Masamba) dan Palopo meningkat secara
administratif wilayah menjadi Kota Madya Palopo serta Luwu berpindah
ibukota Kabupaten di Kecamatan Belopa, dengan wilayah kabupaten dari
larompong selatan hingga Walenrang Utara.
Kabupaten luwu sebagai kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan
ditetapkan batas administrasi wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Luwu Utara dan Kota Palopo


Sebelah Selatan : Kabupaten Wajo dan Sidenreng Rappang
Sebelah Timur : Teluk Bone
Sebelah Barat : Kabupaten Enrekang, Toraja Utara dan Kabupaten Tana
Toraja
Kabupaten Luwu memiliki luas wilayah kurang lebih 3.000,25 Km2 dan
secara administrasi pemerintahan terdiri atas 21 wilayah Kecamatan dengan
jumlah Kelurahan/Desa sebanyak 227 ditambah 2 unit permukiman
transmigrasi. Posisi dan letak geografisnya, Kabupaten Luwu berada pada
koordinat 2º 34’ 45” - 3º 30’ 30” Lintang Selatan dan 120º 21’ 15” - 121º 43’
11” Bujur Timur dari kutub Utara. Ibukota kabupaten berada di Kecamatan
Belopa dan Kecamatan Belopa Utara.
43
Gambar III.1 Peta Kabupaten Luwu
Sumber : Dinas Cipta Karya Perumahan dan Perkumiman Kab. Luwu

B. Tinjauan Khusus Lokasi Kantor Gabungan Dinas-Dinas Kabupaten


Luwu
1. Lokasi Kantor gabungan Dinas-Dinas Kabupaten Luwu
Kriteria pemilihan lokasi Gedung pemerintahan terpadu Kabupaten
Luwu yaitu antara lain:
44
a. Berada pada Wilayah Peruntukkan PKL
b. Berada pada wilayah Peruntukkan yang sesuai berdasarkan RTRWK
Kabupaten Luwu
c. Berada pada wilayah pusat Kota dan sebagai wilayah perkembangan di
Kabupaten Luwu
d. Daerah yang di dukung Untuk sarana dan prasarana wilayah Pemerintahan
Daerah

Gambar III.2 Peta Pola Ruang Kabupaten Luwu


Sumber : Olah Data, 2021

Lokasi kantor gabungan dinas-dinas pemerintah Kab. Luwu berada di


jalanJend. Sudirman No.1, Kel. Senga, Kec. Belopa. Lokasi tapak tersebut
berada pada titik pusat kompleks perkantoran Pemkab. Luwu. Berdasarkan
peraturan daerah Kabupaten Luwu Pasal 6 bahwa kawasan yang di

45
peruntukkan untuk Pusat Kegiatan Lokal yang di singkat PKL adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten
/ Kota atau beberapa kecamatan. PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berada di Kota / Kecamatan Belopa. Dalam perencanaan Kantor
Gabungan Dinas-Dinas Pemerintah Kabupaten Luwu akan di pilih tapak di
Kota / Kecamatan Belopa, karena sesuai dengan peraturan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Luwu. Berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Daerah dalam
menyelenggarakan otonomi daerahnya, berhak mengatur sendiri urusan
pemerintahannya.

2. Rencana tata ruang wilayah pada lokasi kantor gabungan dinas-dinas


pemerintah Kab. Luwu
Peraturan daerah Kabupaten Luwu nomor 6 tahun Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Luwu Tahun 2011-2031.
Tentang Bangunan Gedung, meliputi KDB (Koefisien dasar bangunan),
KLB (Koefisien lantai bangunan). KDH (Koefisien dasar hijau lahan),
KTB (Koefisien tapak baseman) dan GSB (Garis sempadan bangunan),
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan
lingkungan.
1. KDB (koefisien dasar bangunan)
Koefisien dasar bangunan nenurut RTRW Kabupaten Luwu yakni 50%,
sehingga didapatkan hasil dengan perhitungan sebagai berikut.
KDB = Luas Tapak x 60% 190.
KDB = 12000 x 60/100
KDB =7200 m2
Jadi luas lahan yang dapat digunakan membangun atau luas lantai dasar
lahan maksimal.
46
47

Anda mungkin juga menyukai