Anda di halaman 1dari 15

LOSS & GRIEVING (KEHILANGAN & BERDUKA)

DYING & DEATH (MENJELANG AJAL & KEMATIAN)

Disusun Oleh:

1. Nabilatus Salzabela/0120024
2. Yuniar Badriana Eka Putri/0120038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2023
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Masalah Stressor
psikofisiologik Pada Lansia Loss & Grieving dan Dying & Death”

Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik. Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
khususnya tentang Loss & Grieving dan Dying & Death

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kami sangat


mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.

Mojokerto, 20 September 2023

Penulis

ii
Lembar Pernyataan

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah
ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto, 20 September 2023

Nama Nim Tanda Tangan Mahasiswa

Nabilatus Salzabela 0120024

Yuniar Badriana Eka Putri 0120038

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................2
2.1 Loss & Grieving (Kehilangan dan Berduka) ...................................................................................2
2.2 Dying and Death (Sekarat dan Kematian) ......................................................................................6
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................10
3.2 Saran...........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan usia harapan hidup dan lansia menjadi persoalan karena penurunan fungsi
tubuh yaitu beradaptasi dengan stres, baik stres dari lingkungan yang berpengaruh terhadap
sehat dan sakit, baik menyerang fisik maupun psikis dan gangguan yang sering terjadi yaitu
psikofisiologis. Psikofisiologis yaitu psikosomatis yang merupakan gangguan kesehatan yang
ditandai dengan keluhan pada fisik.
Lansia banyak mengalami masalah dan yang paling banyak adalah kematian orang
tuanya, anak terakhir yang meninggalkan rumah orang tuanya, perubahan menjadi kakek dan
nenek, dan lainnya (Santrock, 2012, 75). Masalah yang dihadapi lansia merupakan stressor
yang bisa mempengaruhi timbulnya stres (Muhith dan Sandu, 2016, 43).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis membahas tentang masalah stressor
psikofisiologis yang sering dialami lansia yaitu Loss & Grieving dan Drying & Death.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa yang dimaksud Loss & Grieving?
b) Apa yang dimaksud Drying & Death?

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui yang dimaksud Loss & Grieving
b) Untuk mengetahui yang dimaksud Drying & Deathn

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Loss & Grieving (Kehilangan dan Berduka)


2.1.1 Loss (Kehilangan)
a. Definisi
Loss atau kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada
atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan adalah suatu
keadaan terpisahnya individu dengan sesuatu yang sebelumnya dimiliki/ada.
Kehilangan juga dapat diartikan sebagai kondisi di mana seseorang mengalami
kekurangan akan sesuatu yang sebelumnya ada.
b. Proses Terjadinya Kehilangan
Tahap proses kehilangan menurut Elisabeth Kubler-Ross (1969), John Bowlby
(1961), dan George Engel (1964)
a. Tahap 1 Penyangkalan (Denial)
Individu tidak mengakui bahwa terjadi kehilangan. Mungkin akan berkata
“tidak mungkin benar!”, tahap ini dapat melindungi individu dari rasa sakit
psikologis kenyataan.
b. Tahap 2 Kemarahan (Anger)
Tahap ketika realitas terjadi. Perasaan sedih, rasa bersalah, malu, tidak
berdaya dan putus asa terkait dengan tahap 2 ini. Menyalahkan diri sendiri
maupun orang lain dapat menyebabkan perasaan marah pada diri sendiri dan
orang lain. Tingkat kecemasan bisa meningkat dan seseorang akan mengalami
kebingungan. Biasanya pada tahap ini banyak keluhan somatik.
c. Tahap 3 Tawar menawar (Bargaining)
Seseorang akan berusaha tawar menawar dengan Tuhan untuk kesemoatan
kedua atau untuk lebih bnayak waktu. Orang mengakui kehilangan atau
kehilangan yang akan terjadi, tapi mengulurkan harapan untuk alternatif
tambahan, seperti “kalau saja aku busa… atau kalau saja saya punya.”
d. Tahap 4 Depresi (Depression)
Individu berduka untuk apa yang telah atau akan hilang. Ini adalah tahap
menyakitkan, di mana seseorang harus menghadapi perasaan yang terkait
denga kehilangan seseorang atau sesuatu yang sangat berharga (depresi
reaktif). Contohnya mungkin individu berduka atas citra tubuh. Oersaan
terkait dengan kehilangan yang akan datang (preparatory depression) juga
dihadapkan. Contohnya termasuk perubahan gaya hidup permanen yang
berkaitan dengan citra tubuh yang diubah atau bahkan kehilangan nyawa yang
2
akan datang itu sendiri. Regresi, penarikan, dan isolasi sosial dapat diamati
pada tahap ini.
e. Tahap 5 Penerimaan (Acceptance)
Seseorang telah bekerja melalui perilaku terkait tahapan lain dan menerima
atau mengundurkan diri dari kehilangan. Kecemasan menurun, pendiam,
menarik diri, tampak tanpa peraan. Perilaku tersebut adalah upaya untuk
memfasilitasi perjalnana dengan perlahan-lahan melepasakan diri dari
lingkungan.
c. Tipe Kehilangan
Dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
- Kehilangan aktual atau nyata
Misalnya kehilangan anggota tubuh sbegaian, amputasi, kehilangan atau
kematian orang yang sangat berarti.
- Kehilangan persepsi
Kehilangan ini sulit dapat dibuktikan, seperti berhenti bekerja atau PHK
menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menurun.

d. Jenis-Jenis Kehilangan
1. Kehilangan Objek Eksternal
Kehilangan ini mencakup kepemilikan yang menjadi usang, berpindah
tempat, dicuri, atau rusak karena bencana. Contohnya kehilangan uang,
kehilangan rumah, dan kehilangan sepeda motor.
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Mencakup meninggalkan lingkungan yang dikenal selama beberapa waktu
dan pindah secara permanen. Contoh pindah rumah baru, atau dirawat
dirumah sakit. Misalnya pada lansia adalah lansia pindah kerumah perawatan.
3. Kehilangan Orang Terdekat
Seperti kehilangan orang tua, pasangan, anak-anak, saudara kandung, dan
lainnya. Contohnya kematian.
4. Kehilangan Aspek Diri
Dapat terjadi karena penyakit, cedera atau perubahan perkembangan situasi.
Contohnya kehilangan anggota tubuh dan harus diamputasi, menderita kanker
ganas, terkena HIV AIDS.
5. Kehilangan Hidup

3
Kehilangan ini ada pada orang yang akan menghadapi kematian sampai
dengan terjadinya kematian sehingga dapat menyebabkan kehilangan kontrol
terhadap diri sendiri, gelisah, takut, bergantug pada orang lain, putus asa dan
malu. Contohnya lansia yang divonis menderita penyakit yang tidak dapat
disembuhkan atau berbahaya bisa menyebabkan kematian.
2.1.2 Grieving (Berduka)
a. Definisi
Berduka atau grieving adalah respons individu terhadap kehilangan. Respons
tersebut merupakan rekasi normal terhadap kehilangan. Berduka dimanifestasikan
dalam pikiran, perasaan, dan perilkau yang terkait dengan kesusahan atau
kesedihan yang luar biasa.
b. Tipe Berduka
Dibagi menjadi 2 tipe:
1. Berduka diantisipasi
Adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual atau dirasakan seseorang, hubungan, kedekatan,
objek, atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan, tipe
ini masih dalam batas normal.
2. Berduka disfungsional
Adlaha suatu sttaus yang merupakan pengalaman individu yang responnya
dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek, ketidakmampuan fungsionak. Tipe ini kadang menjurus ke
tipikal, abnormal atau kesalahan.
c. Jenis-Jenis Berduka
1. Berduka normal
Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan.
Misalnya sedih, marah, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas
untuk sementara.
2. Berduka antisipatif
Proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilanganatau kematian yang
sesungguhnya terjadi. Msal ketika menerima diagnosis penyakit terminal,
seseorang akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan diri dengan
berbagai urusan dunia sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit

4
Dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ketahap berikutnya, yaitu
kedukaan normal. Masa berkabung seolah tidak kunjung berakhir dan dapat
mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup
Kedudukan akibat jegilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka. Misal
kehilangan pasangan karena AIDS, ibu yang kehilangan anaknya di
kandungan atau saat bersalin.
5. Berduka disfungsional
Adalah berduka dengan respon yang dibesar-besarkan saat seseorang
kehilangan aktual maupun potensial.

2.1.3 Tanda dan Gejala Kehilangan dan Berduka


Tanda dan gejala kehilangan dan berduka dapat dinilai dan dilihat.
1. Ungkapan kehilangan
2. Menangis
3. Gangguan tidur
4. Kehilangan nafsu makan
5. Sulit berkonsentrasi
6. Putus asa
7. Marah-marah

Karakteristik berduka yang berkepanjangan:

1. Waktu mengingkari kehilangan yang lama


2. Sedih berkepanjangan
3. Adanya gejala fisik yang berat
4. Keinginan bunuh diri
2.1.4 Kehilangan dan Berduka Pada Lansia
Hilangnya pasangan karena kematian selama lanjut usia merupakan bahaya
terhadap penyesuaian sosial dan pribadi yang baik, karena banyaknya masalah
yang berasal dari akibat kematian. Kehilangan seseorang yang dekat dan proses
penyesuaiannya dapat mempengaruhi nyaris seluruh aspek kehidupan mereka
yang ditinggalkan, karena kematian merupakan kepastian, maka secara psikologis
pengaruhnya amat besar dalam perlikau manusia.
Secara psikologis kematian adalah sebuah proses puncak kehidupan dimana
tubuh sudah terpisah secara jiwanya. Lansia yang ditinggal mati pasangan

5
hidupnya akan mengalami permasalahan baru sehubungan dengan kematian
pasangannya. Contohnya status ekonomi, seperti berkurangnya pendapatan,
kesejahteraan kesehatan dilingkungan lansia, dan dukungan bagi keluarga yang
merawat lansia. Permasalahan yang dihadapi memerlukan pemecahan sebagai
upaya untuk tetap menjalankan hidupnya sehingga mampu beradaptasi terhadap
masalah dan tekanan yang menimpa.
Konsep untuk memecahkan masalah ini disebut koping yang diartikan
menghadapi, melawan ataupun mengatasi. Koping dilakukan untuk
menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang penuh tekanan.

Efek kehilangan berduka pada lansia, meliputi:


- Status ekonomi seperti berkurangnya pendapatan
- Menurunnya kesejahteraan kesehatan
- Depresi
- Kecemasan
- Ketakutan
- Isolasi sosial

2.2 Dying and Death (Sekarat dan Kematian)


2.2.1 Dying (Sekarat/Menjelang Ajal)
a) Definisi
Secara etimologi, dying berasal dari kata dien yang berarti mendekati kematian.
Dying adalah proses ketika individu semakin mendekati akhir khayatnua atau
disebut proses kematian. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh sakit yang
parah/terminal atau kondisi lain yang berujung pada kematian.
b) Tahapan Menjelang Ajal
Menurut Elisabeth-Kubler-Ross dalam buknya On Death and Dying, ia
menjelaskan mengenai lima tahapan yang dilalui seseorang dalam kondisi dying.
Kelima tahapan itu sedikit banyak mampu memberikan gambaran bagi kita untuk
memperkirakan bagaimana perilaku dan apa yang dirasakan oleh seseorang
dalam proses menuju kematian atau sekarat atau menjelang ajal.
1. Penyangkalan (denial)
Seseorang cenderung merasakn kondisi teguncang dan menolak diagnosa
medis bahwa penyakitnya parah dan tidak dapat disembuhkan.
Karakteristiknya, menunjukkan reaksi penyangkalan verbal “bukan saya,

6
tidak mungkin”, secara tidak langsung seseorang mengatakan maut menimpa
semua orang kecuali dia, gelisah dan cemas.
2. Kemarahan (anger)
Perasaan yang awalnya terguncang berubah menjadi kemarahan, dengan
respon “bukan saya, kenapa harus saya”. Hal itu karena membuat dirinya
marah dengan kondisi menuju kematian pada dirinya karena merasa sendiri
saat orang sekitar sudah tdak berada bersamanya lagi.
3. Penawaran (bargaining)
Tahap ini seseorang lebih mengontrol emosi dan menyadari bahwa sebesar
apapun emosi tidak akan membuatnya berada pada kondisi yang lebih baik,
sehingga ia memikirkan hal apa yang sebaiknya dilakukan untuk
memanfaatkan waktu yang sudah tidak lama lagi di dunia.
4. Depresi/menuju kematian
Terjadi perubahan dalam diri seseorang yang sebelumnya memberikan reaksi
“bukan saya” menjadi “iya saya”. Seseorang berusaha menerima kenyataan
bahwa sudah memang waktu kematiannya akan tiba. Tahap ini seseorang
perlahan mengikhlaskan hatinya untuk melepaskan hubungan didunia dengan
orang terkasih untuk menuju akhir kehidupan
5. Penerimaan (acceptance)
Seseorang merasa bahwa kematian sudah tidak dapat dihindari dan siap
mencapai kematian dengan perasaan tenang dan ikhlas.
c) Ciri/Tanda Lansia Menjelang Kematian
- Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur, biasanya
dimulai pada anggota badan khususnya kaki.
- Gerak peristaltic usus menurun
- Tubuh seorang lansiatampa menggembung
- Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidung
- Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan
- Denyut nadi sudah mulai tidak teratur
- Nafas mendengkur berbunyi keras karena lendir saluran nafas yang tidak
dapat dikeluarkan
- Gangguan kesadaran
(Keperawatan Gerontik & Geriatrik, H.Wahjudi Nugroho, B. Sc.,SKM 2008)
d) Mengahadapi Kondisi Menuju Kematian

7
Untuk membantu seseorang uang tengah menghadapi kondisi menuju kematian,
terdapat 6 cara yang diajukan Pattison, 1969:
- Upayakan untuk berbagi cerita dengan orang yang mengalami kondisi tersebut
guna mengurangi kegelisahan dan kebingungannya menghadapi konidisi
tersebut
- Menjelaskan secara spesifik mengenai konidisi yang sebenarnya terjadi dalam
kehidupannya
- Mendampingi orang tersebut dalam melepas peran yang selama ini melekat
pada dirinya, memberi pemahaman yang baik bahwa hubungannya dengan
segala sesuatu di dunia akan terlepas
- Mengurangi beban fisik dan psikologis yang dialaminya agar tidak merasa
rendah diri
- Membantu orang tersebut membesarkan hatinya dalam menerima situasi akhir
dari kehidupannya
- Memelihara hubungan sosial dengan orang-orang lingkungan sekitarnya yang
bermanfaat dan mampu membantu kondisi orang tersebut dalam menghadapi
proses menuju kematian

2.2.2 Death (Kematian)

a) Definisi
Secara etimologi, death berasal dari kata death atau deth yang berarti keadaan
mati atau kematian. Kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-paru
secera menetap atau terhentinya kerja otak secara permanen.
b) Tanda-Tanda Kematian
Tanda kematian dibagi dalam 3 tahap, yaitu:
1. Mendekati kematian
Tanda fisik mendekati atau menjelang kematian meliputi:
• Penurunan tonus otot
Gerakan ekstremitas berangsung menghilang (kaki), sulit berbiccara,
tubuh semakin lemah, aktivitas saluran pencernaan menurun, otot
rahang dan muka mengendur, rahang bawah cenderung menurun, sulit
menelan dan reflek gerakan menurun, mata sedikit terbuka.
• Sirkulasi melemah
Suhu tubuh tinggi, tapi kaki, tangan dan ujung hidung dingin dan
lembab. Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, nadi

8
mulai tidak teratur (lemah dan cepat), tekanan darah menurun,
peredaran darah perifer terhenti.
• Kegagalan fungsi sensorik
Sensasi nyeri menurun atau hilang, pandangan mata kabur,
kemampuan indera berangsung menurun, sesnasi panas lapar dan
dingin menurun.
• Penurunan atau kegagalan fungsi pernafasan
Mengorok (death rattle) bunyi napas terdengar kasar, pernapasan tidak
teratur dan berlangsung melalui mulut, pernapasan cheyne stokes.
2. Saat Kematian
Fase ini ditandai dengan:
• Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak
berfungsinya paru, jantung, dan otak)
• Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
• Hilangnya control atas sfingter kandung kemih dan rectum
(inkontinensia) akibat peredarab yang terhambat, kaki dan ujung
hidung menjadi dingin.
• Hilangnya kemampuan panca indera (hanya indera pendengaran yang
paling lama dapat berfungsi) (Stevens, dkk.,2000)
3. Setelah Kematian
Fase ini ditandai dengan:
• Rigor mortis (kaku). Tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian
• Algor mortis (dingin). Suhu tubuh pelrahan-lahan turun
• Livor mortis (post-mortem decomposition). Perubahan warna kulit
pada daerah yang tertekan, jaringan melunak dan bakteri sangat
banyak.

9
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Loss atau kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada
atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Berduka atau grieving adalah
respons individu terhadap kehilangan. Dying adalah proses ketika individu semakin
mendekati akhir khayatnua atau disebut proses kematian. Kematian adalah terhentinya
fungsi jantung dan paru-paru secera menetap atau terhentinya kerja otak secara
permanen.
Kehilangan dan berduka, serta menjelang ajal dan kematian adalah stressor
psikofisiologi yang dialami lansia. Setiap lansia kemungkinan besra akan merasakan
beberapa hal tersebut dalam proses kehidupannya.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan daoat menambah wawasan pembaca
mengenai loss and griefing, dying and death pada lansia. Saran dan kritik kami
perlukan demi menghasilkan makalah yang lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bramskm2. ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. Diakses pada


20 September 2023 melalui ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN
BERDUKA - bramskm2 | PDF Online | AnyFlip

Cantika Tika. 2021. Makalah Dying and Death. Diakses pada 20 September 2023 melalui
https://id.scribd.com/document/446552160/BAB-I-makalah-dying-and-death-docx

Rahayu Intan diana, 2021. Psikologi Usia Lanjut/Gerontologi Makalah Death and Dyng.
Diakses pada 20 September 2023 melalui
https://id.scribd.com/document/495625644/KELOMPOK-6-DEATH-AND-
DYING

11

Anda mungkin juga menyukai