F2 Els
F2 Els
TANGGAL :
LATAR BELAKANG
Dalam beberapa dekade kebelakang, Indonesia sedang mengalami krisis dalam masalah
sanitasi lingkungan, namun perhatian terhadap masalah tersebut masih kurang. Hasil studi
Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) pada tahun 2006, terdapat 47%
masyarakat masih buang air besar di sungai, sawah, kebun, dan tempat terbuka. Hanya 37%
penduduk pedesaan yang memiliki akses ke sanitasi yang aman. Hal ini menjadi tantangan
pembangunan kesehatan lingkungan di Indonesia. Budaya buang air besar disembarang tempat,
terutama di wilayah perairan yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan kebutuhan lainnya.
Masyarakat selambai merupakan masyarakat yang tinggal di atas perairan. Tentunya menjaga
kebersihan lingkungan salah satunya dengan menggunakan jamban sehat berperan penting dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat. Terutama berbagai aktivitas masyarakat sangat erat
kaitannya dengan perairan sekitar.
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban
merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat
hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jemban
tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang
terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan jamban adalah sabagai berikut:
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah
yang ada disekitar jamban
2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak
menyedapkan
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat
PERMASALAHAN
PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Rabu, 0
Waktu : Pukul 08.00 wita s/d selesai
Tempat : Posyandu Anggrek Putih
Sasaran : Peserta Posyandu Anggrek Putih
Proses Pelaksanaan : Memberikan penyuluhan mengenai Penggunaan Jamban Sehat pada
kader dan peserta Posyandu
Diharapkan kedepannya penyuluhan ini bisa disertai dengan persiapan yang lebih baik
dan media penyuluhan visual yang lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih
banyak dari materi yang disampaikan.
F.2 PENILAIAN KELAYAKAN TEMPAT ISOLASI MANDIRI UNTUK PASIEN
COVID-19 DI KELURAHAN LOKTUAN
LATAR BELAKANG
Isolasi mandiri atau perawatan di rumah dilakukan terhadap orang yang bergejala
COVID-19 ringan dan tanpa kondisi penyerta seperti (penyakit paru, jantung, ginjal dan kondisi
immunocompromise). Tindakan ini dapat pula dilakukan pada pasien suspek, probable dan
kontak erat yang bergejala dengan tetap memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan.
Beberapa alasan pasien dirawat di rumah yaitu perawatan rawat inap tidak tersedia atau tidak
aman. Pertimbangan tersebut harus memperhatikan kondisi klinis dan keamanan lingkungan
pasien.
Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat angkut dengan
mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Perlu dilakukan informed consent terhadap
pasien yang melakukan perawatan rumah. Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat
pemantauan kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan
orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk pemantauan
harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-
19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat. Selama proses
pemantauan, pasien harus selalu proaktif berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Petugas
kesehatan yang melakukan kunjungan langsung pasien isoman menggunakan APD lengkap level
5 berupa hazmat, masker n95, sarung tangan medis, google, face shield, dan sepatu boots.
PERMASALAHAN
Isolasi mandiri di rumah pada pasien COVID harus dilakukan penilaian kelayakan dari
berbagai aspek terutama aspek tempat, sanitasi, keamanan dan dipertimbangkan dengan
sebijaksana mungkin sehingga pasien COVID dapat mendapatkan perawatan yang layak dan
baik.
PELAKSANAAN
Selama proses pelaksanaan penilaian kelayakan rumah pasien sebagai tempat melakukan
isolasi mandiri, pasien sangat kooperatif. Pasien juga aktif bertanya mengenai kelayakan
rumahnya untuk melakukan isoman. Dari hasil penilaian didapatkan bahwa rumah pasien layak
sebagai tempat isolasi mandiri karena telah memenuhi standar minimal yang ada.
F.2 PENILAIAN KELAYAKAN TEMPAT VAKSINASI DI KELURAHAN GUNTUNG
KOTA BONTANG
PESERTA HADIR :
LATAR BELAKANG
Upaya telah dilakukan oleh berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk mengembangkan
vaksin yang ideal untuk pencegahan infeksi SARS-CoV-2 dengan berbagai platform yaitu vaksin
inaktivasi /inactivated virus vaccines, vaksin virus yang dilemahkan (live attenuated), vaksin
vektor virus, vaksin asam nukleat, vaksin seperti virus (virus-like vaccine), dan vaksin subunit
protein. Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan COVID-19,
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di
masyarakat (herd immunity) dan melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif
secara sosial dan ekonomi. Kekebalan kelompok hanya dapat terbentuk apabila cakupan
vaksinasi tinggi dan merata di seluruh wilayah.
PERMASALAHAN
PELAKSANAAN
Dari hasil penilaian didapatkan bahwa Aula Kelurahan Guntung layak digunakan sebagai
tempat vaksinasi massal untuk masyarakat karena telah memenuhi standar minimal yang ada.
Tempat yang digunakan luas dan terbuka, jarak antara petugas dan peserta vaksinasi sesuai
dengan standar, dan terdapat fasilitas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
F.2 JAGA KEBERSIHAN RUMAH CEGAH DEMAM BERDARAH DI POSYANDU
TANGGAL :
PESERTA HADIR :
LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis lingkungan akibat dari
pembangunan perkotaan, perubahan iklim, peningkatan mobilitas kepadatan penduduk, dan
rendahnya kesadaran menjaga kebersihan lingkungan. Kasus dan penyebaran DBD semakin
meningkat, terutama saat musim hujan yang merupakan kondisi optimal nyamuk berkembang
biak. Kepadatan larva Aedes aegypti meningkat saat musim penghujan sampai menjelang akhir
musim penghujan. Kondisi tersebut disebabkan oleh keberadaan kontainer berisi air di luar
rumah yang bertambah.
Menurut Direktorat Jenderal PPM-PLP, cara paling efektif dan tepat dalam pencegahan
dan pemberantasan DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus dengan
partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah memerlukan bantuan partisipasi masyarakat
dalam upaya PSN. Partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD tersebut
perlu ditingkatkan. Pengetahuan masyarakat mengenai 3M plus ini masih sangat rendah sehingga
perlu dilakukan edukasi pada seluruh lapisan masyarakat. Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M
Plus merupakan bagian dari Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang bisa dilakukan sehari-
hari tetapi dampaknya sangat besar dalam memberantas dan menghilangkan lebih dini
jentik/larva sebelum tumbuh menjadi nyamuk dewasa.
PERMASALAHAN
Hari/Tanggal :
Waktu : Pukul 08.00 wita s/d selesai
Tempat :
Sasaran :
Latar belakang masalah yang ada terkait kasus DBD dan dalam upaya edukasi mengenai
lingkungan rumah yang bersih sebagai upaya pencegahan DBD pada masyarakat perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan metode yang akan digunakan. Oleh sebab itu, maka dipilih
metode penyuluhan dalam perencanaan dan pemilihan intervensi.
PELAKSANAAN
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Sasaran :
Proses Pelaksanaan : Memberikan penyuluhan mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk
dengan Gerakan 3M plus pada kader dan peserta Posyandu. Kegiatan penyuluhan disertai dengan
sesi tanya jawab, untuk menilai pemahaman masyarakat setelah dilaksanakannya penyuluhan
atau menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas. Kementerian Kesehatan RI menyebutkan PSN
3M Plus meliputi pemberantasan sarang nyamuk yang terdiri dari 3M yaitu menguras tempat-
tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC, drum dan sebagainya sekurang-kurangnya
seminggu sekali, menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti gentong air/tempayan
dan lain-lain, memanfaatkan kembali barang bekas yang dapat menampung air dan memiliki
potensi menjadi perkembangbiakan nyamuk penular DBD. Makna Plus adalah mengganti air vas
bunga, minuman burung, memperbaiki saluran dan talang air rusak, membersihkan tempat yang
dapat menampung air seperti pelepah pisang, dan pekarangan dan kebun, memelihara ikan
cupang, ikan kepala timah, menggunakan obat anti nyamuk, melakukan larvasidasi
(membubuhkan bubuk larvasida), menggunakan ovitrap, larvitrap, maupun mosquito trap Serta
menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti lavender, kantong semar, sereh, zodiac,
geranium dan lain-lain.
Diharapkan kedepannya penyuluhan ini bisa disertai dengan persiapan yang lebih baik
dan media penyuluhan visual yang lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih
banyak dari materi yang disampaikan.
F.2 JAGA KEBERSIHAN RUMAH CEGAH DEMAM BERDARAH DI POSYANDU
TANGGAL :
PESERTA HADIR :
LATAR BELAKANG
Cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir diakui secara global sebagai salah satu
perilaku kebersihan yang paling mendasar dengan dampak kesehatan yang besar. Dengan alasan ini,
promosi perilaku CTPS dengan air mengalir - terutama di waktu kritis, termasuk saat wabah - masih
menjadi pendekatan utama dalam pencegahan penyakit berbasis lingkungan (diare, cacingan, typus,
ISPA), dan pembiasaan hidup bersih dan sehat.
Di Indonesia, pembiasaan perilaku CTPS menjadi bagian penting dalam Usaha Kesehatan
Sekolah dan Madrasah (UKS/M) di berbagai tingkatan sekolah. Sekolah perlu mendorong warganya
melakukan kebiasaan CTPS untuk mencegah penyakit. Terutama dalam situasi wabah, perilaku CTPS
perlu digalakkan sebagai garda terdepan pencegahan dan penyebaran penyakit.
PERMASALAHAN
Hari/Tanggal :
Waktu : Pukul 08.00 wita s/d selesai
Tempat :
Sasaran :
Latar belakang masalah yang ada terkait kasus DBD dan dalam upaya edukasi mengenai
lingkungan rumah yang bersih sebagai upaya pencegahan DBD pada masyarakat perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan metode yang akan digunakan. Oleh sebab itu, maka dipilih
metode penyuluhan dalam perencanaan dan pemilihan intervensi.
PELAKSANAAN
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Sasaran :
Proses Pelaksanaan : Memberikan penyuluhan mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk
dengan Gerakan 3M plus pada kader dan peserta Posyandu. Kegiatan penyuluhan disertai dengan
sesi tanya jawab, untuk menilai pemahaman masyarakat setelah dilaksanakannya penyuluhan
atau menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas. Kementerian Kesehatan RI menyebutkan PSN
3M Plus meliputi pemberantasan sarang nyamuk yang terdiri dari 3M yaitu menguras tempat-
tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC, drum dan sebagainya sekurang-kurangnya
seminggu sekali, menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti gentong air/tempayan
dan lain-lain, memanfaatkan kembali barang bekas yang dapat menampung air dan memiliki
potensi menjadi perkembangbiakan nyamuk penular DBD. Makna Plus adalah mengganti air vas
bunga, minuman burung, memperbaiki saluran dan talang air rusak, membersihkan tempat yang
dapat menampung air seperti pelepah pisang, dan pekarangan dan kebun, memelihara ikan
cupang, ikan kepala timah, menggunakan obat anti nyamuk, melakukan larvasidasi
(membubuhkan bubuk larvasida), menggunakan ovitrap, larvitrap, maupun mosquito trap Serta
menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti lavender, kantong semar, sereh, zodiac,
geranium dan lain-lain.
Diharapkan kedepannya penyuluhan ini bisa disertai dengan persiapan yang lebih baik
dan media penyuluhan visual yang lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih
banyak dari materi yang disampaikan.