Anda di halaman 1dari 15

F.

2 PENYULUHAN PENGGUNAAN JAMBAN SEHAT DI POSYANDU

TANGGAL :

PESERTA HADIR : Peserta Posyandu

LATAR BELAKANG

Dalam beberapa dekade kebelakang, Indonesia sedang mengalami krisis dalam masalah
sanitasi lingkungan, namun perhatian terhadap masalah tersebut masih kurang. Hasil studi
Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) pada tahun 2006, terdapat 47%
masyarakat masih buang air besar di sungai, sawah, kebun, dan tempat terbuka. Hanya 37%
penduduk pedesaan yang memiliki akses ke sanitasi yang aman. Hal ini menjadi tantangan
pembangunan kesehatan lingkungan di Indonesia. Budaya buang air besar disembarang tempat,
terutama di wilayah perairan yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan kebutuhan lainnya.
Masyarakat selambai merupakan masyarakat yang tinggal di atas perairan. Tentunya menjaga
kebersihan lingkungan salah satunya dengan menggunakan jamban sehat berperan penting dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat. Terutama berbagai aktivitas masyarakat sangat erat
kaitannya dengan perairan sekitar.

Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban
merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat
hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jemban
tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang
terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan jamban adalah sabagai berikut:

1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah
yang ada disekitar jamban
2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak
menyedapkan
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat
PERMASALAHAN

Berdasarkan Departemen Kesehatan, suatu jamban dapat dikatakan sehat apabila


memenuhi beberapa syarat, diantaranya tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau dan
tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus, air seni dan air pembersih tidak
mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan, dilengkapi dengan dinding dan atap
pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang, lantai kedap air, luas ruangan cukup, ventilasi
cukup baik, serta tersedia air dan alat pembersih. Dengan penggunaan jamban sehat ini
diharapkan dapat mencegah penyebab atau penyebar penyakit dan lingkungan pemukiman
menjadi lebih bersih.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Hari/Tanggal : Rabu, 08 Juni 2021


Waktu : Pukul 08.00 wita s/d selesai
Tempat : Posyandu Anggrek Putih
Sasaran : Peserta Posyandu Anggrek Putih
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diadakan intervensi dengan tema Penggunaan Jamban
Sehat. Intervensi yang dilakukan adalah penyuluhan terhadap kader dan peserta

PELAKSANAAN

Hari/Tanggal : Rabu, 0
Waktu : Pukul 08.00 wita s/d selesai
Tempat : Posyandu Anggrek Putih
Sasaran : Peserta Posyandu Anggrek Putih
Proses Pelaksanaan : Memberikan penyuluhan mengenai Penggunaan Jamban Sehat pada
kader dan peserta Posyandu

MONITORING DAN EVALUASI


Selama penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan seksama. Penyampaian
materi juga dilakukan secara 2 arah agar masyarakat dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta seputar penggunaan jamban
sehat. Setelah diberikan penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab. Keterbatasan dari kegiatan
ini adalah tidak disediakan media penyuluhan seperti power point atau leaflet.

Diharapkan kedepannya penyuluhan ini bisa disertai dengan persiapan yang lebih baik
dan media penyuluhan visual yang lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih
banyak dari materi yang disampaikan.
F.2 PENILAIAN KELAYAKAN TEMPAT ISOLASI MANDIRI UNTUK PASIEN
COVID-19 DI KELURAHAN LOKTUAN

TANGGAL : 29 September 2021

PESERTA HADIR : Pasien Isolasi Mandiri di Rumah

LATAR BELAKANG

Isolasi mandiri atau perawatan di rumah dilakukan terhadap orang yang bergejala
COVID-19 ringan dan tanpa kondisi penyerta seperti (penyakit paru, jantung, ginjal dan kondisi
immunocompromise). Tindakan ini dapat pula dilakukan pada pasien suspek, probable dan
kontak erat yang bergejala dengan tetap memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan.
Beberapa alasan pasien dirawat di rumah yaitu perawatan rawat inap tidak tersedia atau tidak
aman. Pertimbangan tersebut harus memperhatikan kondisi klinis dan keamanan lingkungan
pasien.

Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat angkut dengan
mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Perlu dilakukan informed consent terhadap
pasien yang melakukan perawatan rumah. Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat
pemantauan kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan
orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan untuk pemantauan
harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-
19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat. Selama proses
pemantauan, pasien harus selalu proaktif berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Petugas
kesehatan yang melakukan kunjungan langsung pasien isoman menggunakan APD lengkap level
5 berupa hazmat, masker n95, sarung tangan medis, google, face shield, dan sepatu boots.

PERMASALAHAN

Isolasi mandiri di rumah pada pasien COVID harus dilakukan penilaian kelayakan dari
berbagai aspek terutama aspek tempat, sanitasi, keamanan dan dipertimbangkan dengan
sebijaksana mungkin sehingga pasien COVID dapat mendapatkan perawatan yang layak dan
baik.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Hari/Tanggal : Rabu, 29 September 2021


Waktu : Pukul 11.00 wita s/d selesai
Tempat : Jl. Kapal Pinisi RT 45 Loktuan
Sasaran : Pasien Isolasi Mandiri di Rumah
Melakukan intervensi dengan melakukan penilaian kelayakan rumah sebagai tempat isolasi
mandiri pasien COVID-19.

PELAKSANAAN

Hari/Tanggal : Rabu, 29 September 2021


Waktu : Pukul 11.00 wita s/d selesai
Tempat : Jl. Kapal Pinisi RT 45 Loktuan
Sasaran : Pasien Isolasi Mandiri di Rumah
Proses Pelaksanaan : Penilaian Kelayakan rumah sebagai tempat isolasi mandiri harus
memenuhi standar penilaian minimal dari beberapa aspek yaitu:
1. Persetujuan dari pemilik rumah atau fasilitas atau penanggung jawab bangunan
2. Rekomendasi dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 RT/RW setempat dan ditetapkan
oleh Lurah setempat selaku Ketua Gugus Tugas Kelurahan
3. Tidak ada penolakan dari warga setempat
4. Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wilayah dapat menjamin pelaksanaan isolasi
mandiri sesuai protokol kesehatan
5. Hanya dihuni oleh orang terkonfirmasi Covid-19 tanpa gejala atau bergejala ringan
6. Lokasi ruang isolasi terpisah dengan penghuni lainnya
7. Tersedia kamar mandi dalam
8. Cairan dari mulut atau hidung atau air kumur, air seni, dan tinja orang yang isolasi
mandiri langsung dibuang di wastafel atau lubang air limbah toilet dan dialirkan ke septic
tank
9. Untuk peralatan makan, minum, dan peralatan pribadi lainnya yang digunakan oleh orang
yang isolasi mandiri harus dicuci sabun atau deterjen dan air limbah yang berasal dari
cucian dibuang ke saluran pembuangan air limbah
10. Tidak dalam permukiman yang padat dan terdapat jarak lebih dari dua meter dari rumah
lainnya
11. Kamar tidak menggunakan karpet/permadani
12. Sirkulasi udara berjalan dengan baik dan nyaman
13. Ketersediaan air bersih mengalir yang memadai
14. Adanya jejaring kerja sama dengan Satuan Gugus Tugas (pemangku wilayah, TNI, Polri,
dan Puskesmas setempat
15. Terdapat akses kendaraan roda empat
16. Bangunan dan lokasi aman dari ancaman bahaya lainnya, seperti banjir, kebakaran,
maupun tanah longsor.

MONITORING DAN EVALUASI

Selama proses pelaksanaan penilaian kelayakan rumah pasien sebagai tempat melakukan
isolasi mandiri, pasien sangat kooperatif. Pasien juga aktif bertanya mengenai kelayakan
rumahnya untuk melakukan isoman. Dari hasil penilaian didapatkan bahwa rumah pasien layak
sebagai tempat isolasi mandiri karena telah memenuhi standar minimal yang ada.
F.2 PENILAIAN KELAYAKAN TEMPAT VAKSINASI DI KELURAHAN GUNTUNG
KOTA BONTANG

TANGGAL : 03 Oktober 2021

PESERTA HADIR :

LATAR BELAKANG

Tingkat kerentanan masyarakat terhadap COVID-19 semakin meningkat yang disebabkan


kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan seperti memakai
masker, mencuci tangan dan menjaga jarak minimal 1 – 2 meter. Tanpa intervensi kesehatan
masyarakat yang cepat dan tepat, diperkirakan sebanyak 2,5 juta kasus COVID-19 akan
memerlukan perawatan di rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian yang diperkirakan
mencapai 250.000 kematian. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan intervensi tidak hanya dari
sisi penerapan protokol kesehatan namun juga diperlukan intervensi lain yang efektif untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit, yaitu melalui upaya vaksinasi.

Upaya telah dilakukan oleh berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk mengembangkan
vaksin yang ideal untuk pencegahan infeksi SARS-CoV-2 dengan berbagai platform yaitu vaksin
inaktivasi /inactivated virus vaccines, vaksin virus yang dilemahkan (live attenuated), vaksin
vektor virus, vaksin asam nukleat, vaksin seperti virus (virus-like vaccine), dan vaksin subunit
protein. Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan COVID-19,
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di
masyarakat (herd immunity) dan melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif
secara sosial dan ekonomi. Kekebalan kelompok hanya dapat terbentuk apabila cakupan
vaksinasi tinggi dan merata di seluruh wilayah.

Pelayanan vaksinasi COVID-19 dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol


kesehatan yaitu dengan menerapkan upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan
menjaga jarak aman 1 – 2 meter, sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelayanan Vaksinasi Pada Masa
Pandemi COVID-19. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
puskesmas harus melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan setempat, serta berkoordinasi
dengan lintas program, dan lintas sektor terkait, termasuk organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, organisasi keagamaan, tokoh masyarakat dan seluruh komponen masyarakat
dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan vaksinasi COVID-19.

PERMASALAHAN

Semakin meningkatnya kasus COVID-19 di dunia khususnya di Indonesia yang


memerlukan intervensi tidak hanya dari sisi penerapan protokol kesehatan namun juga
diperlukan intervensi lain yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit, yaitu
melalui upaya vaksinasi. Harapannya dengan mematuhi protokol kesehatan dan vaksinasi dapat
tercapai herd immunity sehingga dapat menurunkan angka kejadian kasus COVID-19.
Pelayanan vaksinasi COVID-19 dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yaitu
dengan menerapkan upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan menjaga jarak aman
1 – 2 meter, sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelayanan Vaksinasi Pada Masa Pandemi COVID-
19.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Hari/Tanggal : Rabu, 06 Oktober 2021


Waktu : Pukul 08.00 wita s/d selesai
Tempat : Aula Kelurahan Guntung
Sasaran : Petugas Vaksinasi
Melakukan intervensi dengan melakukan penilaian kelayakan Aula Kelurahan Guntung sebagai
tempat vaksinasi massal bagi masyarakat Kota Bontang.

PELAKSANAAN

Hari/Tanggal : Rabu, 06 Oktober 2021


Waktu : Pukul 08.00 wita s/d selesai
Tempat : Aula Kelurahan Guntung
Sasaran : Petugas Vaksinasi
Proses Pelaksanaan : Pelayanan vaksinasi COVID-19 harus menerapkan protokol kesehatan,
meliputi pengaturan ruangan pelayanan vaksinasi COVID-19:
1. Menggunakan tempat yang cukup luas dengan sirkulasi udara yang baik (dapat juga
mendirikan tenda di lapangan terbuka)
2. Memastikan tempat pelayanan vaksinasi bersih dengan membersihkan sebelum dan
sesudah pelayanan dengan cairan disinfektan
3. Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand sanitizer
4. Atur meja pelayanan antar petugas agar menjaga jarak aman 1 – 2 meter
5. Ruang tempat pelayanan vaksinasi hanya untuk melayani orang sehat, apabila tidak
memungkinkan ruangan terpisah maka harus dilakukan dengan waktu/jadwal yang
terpisah
6. Sediakan tempat duduk untuk menunggu sebelum vaksinasi dan 15 menit sesudah
vaksinasi dengan jarak aman antar tempat duduk 1 – 2 meter. Atur agar tempat/ruang
tunggu sasaran yang sudah dan sebelum vaksinasi terpisah. Jika memungkinkan tempat
untuk observasi 15 menit sesudah vaksinasi di tempat terbuka.

MONITORING DAN EVALUASI

Dari hasil penilaian didapatkan bahwa Aula Kelurahan Guntung layak digunakan sebagai
tempat vaksinasi massal untuk masyarakat karena telah memenuhi standar minimal yang ada.
Tempat yang digunakan luas dan terbuka, jarak antara petugas dan peserta vaksinasi sesuai
dengan standar, dan terdapat fasilitas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
F.2 JAGA KEBERSIHAN RUMAH CEGAH DEMAM BERDARAH DI POSYANDU

TANGGAL :

PESERTA HADIR :

LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis lingkungan akibat dari
pembangunan perkotaan, perubahan iklim, peningkatan mobilitas kepadatan penduduk, dan
rendahnya kesadaran menjaga kebersihan lingkungan. Kasus dan penyebaran DBD semakin
meningkat, terutama saat musim hujan yang merupakan kondisi optimal nyamuk berkembang
biak. Kepadatan larva Aedes aegypti meningkat saat musim penghujan sampai menjelang akhir
musim penghujan. Kondisi tersebut disebabkan oleh keberadaan kontainer berisi air di luar
rumah yang bertambah.

Penularan DBD terjadi karena kepadatan vektor, kepadatan penduduk, peningkatan


urbanisasi yang tidak terkendali, pertumbuhan ekonomi, ketersediaan air bersih serta perilaku
masyarakat kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan dan perubahan iklim. Masyarakat
menganggap penanganan dan pencegahan DBD dengan pengasapan (fogging) merupakan cara
yang paling efektif. Hal ini yang menyebabkan permintaan fogging meningkat, sedangkan
efektivitas fogging dalam menurunkan Angka Bebas Jentik dan menurunkan Larva Density
Index hanya sampai 8,6%. Fogging hanya bertahan selama dua minggu dan hanya mematikan
nyamuk dewasa.

Menurut Direktorat Jenderal PPM-PLP, cara paling efektif dan tepat dalam pencegahan
dan pemberantasan DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus dengan
partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah memerlukan bantuan partisipasi masyarakat
dalam upaya PSN. Partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD tersebut
perlu ditingkatkan. Pengetahuan masyarakat mengenai 3M plus ini masih sangat rendah sehingga
perlu dilakukan edukasi pada seluruh lapisan masyarakat. Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M
Plus merupakan bagian dari Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang bisa dilakukan sehari-
hari tetapi dampaknya sangat besar dalam memberantas dan menghilangkan lebih dini
jentik/larva sebelum tumbuh menjadi nyamuk dewasa.
PERMASALAHAN

Kementerian Kesehatan menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk turut peduli


dalam upaya mencegah penyebaran DBD antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan,
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) minimal di lingkungan tempat tinggalnya
masing-masing, tempat kerja, sekolah dan tempat ibadah. Adapun yang menjadi masalah utama
dalam pencapaian target tersebut adalah masih minimnya pengetahuan masyarakat akan
pentingnya kebersihan rumah dalam mengurangi angka kejadian penyakit demam berdarah.
Kurangnya pengetahun menyebabkan kurangnya motivasi untuk menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat yang berbuntut pada kurangnya minat untuk bersih-bersih rumah sehingga
banyak penyakit yang bisa terjadi salah satunya yaitu berkembangbiaknya nyamuk vektor
penyakit DBD dirumah yang kemudian menginfeksi anggota keluarga.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Hari/Tanggal :
Waktu : Pukul 08.00 wita s/d selesai
Tempat :
Sasaran :
Latar belakang masalah yang ada terkait kasus DBD dan dalam upaya edukasi mengenai
lingkungan rumah yang bersih sebagai upaya pencegahan DBD pada masyarakat perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan metode yang akan digunakan. Oleh sebab itu, maka dipilih
metode penyuluhan dalam perencanaan dan pemilihan intervensi.

PELAKSANAAN

Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Sasaran :
Proses Pelaksanaan : Memberikan penyuluhan mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk
dengan Gerakan 3M plus pada kader dan peserta Posyandu. Kegiatan penyuluhan disertai dengan
sesi tanya jawab, untuk menilai pemahaman masyarakat setelah dilaksanakannya penyuluhan
atau menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas. Kementerian Kesehatan RI menyebutkan PSN
3M Plus meliputi pemberantasan sarang nyamuk yang terdiri dari 3M yaitu menguras tempat-
tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC, drum dan sebagainya sekurang-kurangnya
seminggu sekali, menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti gentong air/tempayan
dan lain-lain, memanfaatkan kembali barang bekas yang dapat menampung air dan memiliki
potensi menjadi perkembangbiakan nyamuk penular DBD. Makna Plus adalah mengganti air vas
bunga, minuman burung, memperbaiki saluran dan talang air rusak, membersihkan tempat yang
dapat menampung air seperti pelepah pisang, dan pekarangan dan kebun, memelihara ikan
cupang, ikan kepala timah, menggunakan obat anti nyamuk, melakukan larvasidasi
(membubuhkan bubuk larvasida), menggunakan ovitrap, larvitrap, maupun mosquito trap Serta
menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti lavender, kantong semar, sereh, zodiac,
geranium dan lain-lain.

MONITORING DAN EVALUASI

Selama penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan seksama. Penyampaian


materi juga dilakukan secara 2 arah agar masyarakat dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta seputar penggunaan jamban
sehat. Setelah diberikan penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab. Keterbatasan dari kegiatan
ini adalah tidak disediakan media penyuluhan seperti power point atau leaflet.

Diharapkan kedepannya penyuluhan ini bisa disertai dengan persiapan yang lebih baik
dan media penyuluhan visual yang lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih
banyak dari materi yang disampaikan.
F.2 JAGA KEBERSIHAN RUMAH CEGAH DEMAM BERDARAH DI POSYANDU

TANGGAL :

PESERTA HADIR :

LATAR BELAKANG

Cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir diakui secara global sebagai salah satu
perilaku kebersihan yang paling mendasar dengan dampak kesehatan yang besar. Dengan alasan ini,
promosi perilaku CTPS dengan air mengalir - terutama di waktu kritis, termasuk saat wabah - masih
menjadi pendekatan utama dalam pencegahan penyakit berbasis lingkungan (diare, cacingan, typus,
ISPA), dan pembiasaan hidup bersih dan sehat.

Di Indonesia, pembiasaan perilaku CTPS menjadi bagian penting dalam Usaha Kesehatan
Sekolah dan Madrasah (UKS/M) di berbagai tingkatan sekolah. Sekolah perlu mendorong warganya
melakukan kebiasaan CTPS untuk mencegah penyakit. Terutama dalam situasi wabah, perilaku CTPS
perlu digalakkan sebagai garda terdepan pencegahan dan penyebaran penyakit.

PERMASALAHAN

Kementerian Kesehatan menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk turut peduli


dalam upaya mencegah penyebaran DBD antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan,
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) minimal di lingkungan tempat tinggalnya
masing-masing, tempat kerja, sekolah dan tempat ibadah. Adapun yang menjadi masalah utama
dalam pencapaian target tersebut adalah masih minimnya pengetahuan masyarakat akan
pentingnya kebersihan rumah dalam mengurangi angka kejadian penyakit demam berdarah.
Kurangnya pengetahun menyebabkan kurangnya motivasi untuk menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat yang berbuntut pada kurangnya minat untuk bersih-bersih rumah sehingga
banyak penyakit yang bisa terjadi salah satunya yaitu berkembangbiaknya nyamuk vektor
penyakit DBD dirumah yang kemudian menginfeksi anggota keluarga.
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Hari/Tanggal :
Waktu : Pukul 08.00 wita s/d selesai
Tempat :
Sasaran :
Latar belakang masalah yang ada terkait kasus DBD dan dalam upaya edukasi mengenai
lingkungan rumah yang bersih sebagai upaya pencegahan DBD pada masyarakat perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan metode yang akan digunakan. Oleh sebab itu, maka dipilih
metode penyuluhan dalam perencanaan dan pemilihan intervensi.

PELAKSANAAN

Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Sasaran :
Proses Pelaksanaan : Memberikan penyuluhan mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk
dengan Gerakan 3M plus pada kader dan peserta Posyandu. Kegiatan penyuluhan disertai dengan
sesi tanya jawab, untuk menilai pemahaman masyarakat setelah dilaksanakannya penyuluhan
atau menanyakan hal-hal yang dirasa belum jelas. Kementerian Kesehatan RI menyebutkan PSN
3M Plus meliputi pemberantasan sarang nyamuk yang terdiri dari 3M yaitu menguras tempat-
tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC, drum dan sebagainya sekurang-kurangnya
seminggu sekali, menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti gentong air/tempayan
dan lain-lain, memanfaatkan kembali barang bekas yang dapat menampung air dan memiliki
potensi menjadi perkembangbiakan nyamuk penular DBD. Makna Plus adalah mengganti air vas
bunga, minuman burung, memperbaiki saluran dan talang air rusak, membersihkan tempat yang
dapat menampung air seperti pelepah pisang, dan pekarangan dan kebun, memelihara ikan
cupang, ikan kepala timah, menggunakan obat anti nyamuk, melakukan larvasidasi
(membubuhkan bubuk larvasida), menggunakan ovitrap, larvitrap, maupun mosquito trap Serta
menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti lavender, kantong semar, sereh, zodiac,
geranium dan lain-lain.

MONITORING DAN EVALUASI

Selama penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan seksama. Penyampaian


materi juga dilakukan secara 2 arah agar masyarakat dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta seputar penggunaan jamban
sehat. Setelah diberikan penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab. Keterbatasan dari kegiatan
ini adalah tidak disediakan media penyuluhan seperti power point atau leaflet.

Diharapkan kedepannya penyuluhan ini bisa disertai dengan persiapan yang lebih baik
dan media penyuluhan visual yang lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih
banyak dari materi yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai