Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FILSAFAT SEJARAH
Filsafat Sejarah Nasional

DOSEN PENGAMPU : Sahru Romadloni.M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Sherlynda Puspita Sari (51221948)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945


BANYUWANGI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur dari saya panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Filsafat Sejarah Nasional” dapat
saya selesaikan dengan baik. Saya berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang Filsafat Sejarah Nasional. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini
dapat saya susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui
media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Termasuk
dosen pengampu kami, Bapak Sahru Romadloni.M.Pd.dan juga kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan saya, informasi dan materi
yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna,
karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah saya
selanjutnya.

Sekian kami ucapkan Terima kasih.

Banyuwangi, 06 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................................1
1.2. PERUMUSAN MASALAH........................................................................................1
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN..........................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1. KONSEP FILSAFAT SEJARAH NASIONAL..........................................................2
2.2. PEMIKIRAN MUH YAMIN DALAM FILSAFAT SEJARAH NASIONAL...........3
2.2. PEMIKIRAN SARTONO KARTODIRDJO TENTANG FILSAFAT SEJARAH
NASIONAL............................................................................................................................4
BAB III.......................................................................................................................................5
PENUTUP..................................................................................................................................5
A. KESIMPULAN...............................................................................................................5
B. SARAN...........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Para filsuf atau bisa juga para pengkaji filsafat, adalah orang-orang yang bisa dikatakan
“kesepian”. Mereka bergulat dengan pikirannya sendiri atau paling banter berdiskusi dengan
teman-temannya yang sepemikiran. Selain bertemu teman sepemikiran yang berasal dari
wilayah lain di Indonesia atau bahkan di luar negeri, para filsuf atau pengkaji filsafat ini juga
bisa beradu pandangan dengan para peserta diskusi yang tak kalah kritis dan jumlahnya kian
bertambah dari waktu ke waktu. Kita bisa asumsikan bahwa para pembelajar filsafat adalah
orang-orang yang serius. Dalam artian, mereka adalah orang-orang yang benar-benar mencintai
ilmu, tanpa perlu mengaitkannya dengan tujuan instrumental seperti kemudahan akses kerja.
Namun amat disayangkan bahwa usaha-usaha mereka untuk mendalami ilmu ini seringkali
terhambat akses geografis yang berdampak pada persoalan ekonomi.

Filsafat sejarah nasional merujuk pada kerangka pemikiran dan interpretasi tentang
sejarah suatu bangsa. Di Indonesia, perdebatan seputar filsafat sejarah nasional telah
berlangsung sejak awal kemerdekaan. Seminar Sejarah Nasional Indonesia pada tahun 1957 di
Yogyakarta menjadi titik tolak penting dalam perumusan sejarah nasional Indonesia. Filsafat
sejarah nasional mencakup interpretasi peristiwa masa lalu dan perkembangan pemikiran
historis dalam konteks identitas dan kedaulatan suatu bangsa. Beberapa tokoh, seperti
Muhammad Yamin, telah memberikan kontribusi dalam wacana mengenai filsafat sejarah
nasional di Indonesia.

Filsafat sejarah nasional merupakan bagian penting dari disiplin akademis sejarah, yang
berkaitan dengan aspek teoretis sejarah, seperti asal-usul bukti sejarah dan sejauh mana
objektivitas dapat dicapai. Hal ini tidak boleh disamakan dengan sejarah filsafat, yang
merupakan kajian mengenai perkembangan gagasan filsafat dalam konteks sejarahnya. Dalam
konteks Indonesia, filsafat sejarah nasional menjadi landasan penting dalam pembentukan
sejarah nasional yang mencerminkan identitas dan semangat nasionalisme Indonesia

1.2. PERUMUSAN MASALAH


Berikut perumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, diantaranya :
1. Bagaimana konsep filsafat sejarah nasional?
2. Bagaimana pemikiran Muh Yamin dalam filsafat sejarah nasional?
3. Bagaimana pemikiran Sartono Kartodirdjo tentang filsafat sejarah?

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini untuk menyampaikan tentang filsafat
sejarah nasional dan juga menjabarkan pengertian dan tokoh penting dalam filsafat
sejarah nasional di Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 konsep filsafat sejarah

Salah satu dari aspek yang dibicarakan pada seminar sejarah pertama adalah
mengenai “Konsepsi Filsafat Sejarah Nasional”. Ada dua orang pembicara yang membahas
aspek ini yaitu Muhammad Yamin dan Soedjatmoko yang menggantikan Muhammad Hatta
yang berhalangan hadir karena sibuk. Ada perbedaan pandangan diantara dua pembicara ini,
yaitu mengenai pengertian filsafat sejarah nasional. Muhammad Yamin pada naskahnya
mendasarkan atas keyakinan akan adanya sejarah nasional Indonesia dan merumuskan suatu
filsafat diatasnya, sedangkan Soedjatmoko mengatakan bahwa tidak ada filsafat tertentu
tentang sejarah nasional, maupun tidak ada suatu filsafat nasional tentang sejarah.

Pembangunan nation merupakan tema utama pada periode tahun 1950an dan
penulisan sejarah nasional merupakan bagian integral dari proses tersebut. Seminar sejarah
pertama yang diselenggarakan adalah untuk tujuan merancang sejarah nasional yang resmi.
Terjadi silang pendapat antara Muhammad Yamin dan Sudjatmoko. Muhammad Yamin yang
merujuk pada teori sejarawan asal Arab, Ibn Khaldun Yamin berpendapat bahwa penelitian
ilmiah mengenai sejarah harusnya mengarah pada interpretasi nasionalis yang dapat berguna
untuk memperkuat kesadaran nasional. Sudjatmoko disisi lain tidak setuju dengan ide yang
ditawarkan Yamin mengenai “masa lalu yang utopis” dengan nilai-nilai kolektifnya untuk
dijadikan landasan sejarah Nasional. Sudjatmoko berpendapat, nasionalisme
mengesampingkan pendekatan ilmiah murni, karena alasan itulah Sudjatmoko menjunjung
pertanggung jawaban perseorangan dan suniversalisme abstrak. Sudjatmoko kalah suara
karena pendapatnya kurang cocok dengan iklim yang ada pada masa 1950an, disaat orang
Indonesia sedang mengalami “demam” nasionalisme, “menjadi Indonesia”. Tentu saja ini
berkaitan dengan penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Pemerintah Belanda pada 27
Desember 1949 yang menuntut nasionalisme Indonesia pada seluruh masyarakat Indonesia.

2.2 pemikiran Muh Yamin dalam filsafat sejarah nasional

Menurut Muh. Yamin, untuk membentuk filsafat sejarah nasional ialah dengan cara
memusatkan perhatian kepada semua kejadian dan peristiwa dalam sejarah Indonesia dan
dalam hubungan dengan sejarah pada umumnya serta isi kajian filsafat. Filsafat sejarah
nasional mempunyai empat kajian dasar, yaitu: 1) Kebenaran, 2) Sejarah Indonesia, 3)
Tafsiran Sintetis, dan 4) Nasionalisme Indonesia dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Kebenaran

Filsafat sejarah memiliki dinamika yang aktif,sedangkan filsafat sejarah adalah


seseorang pengembara yang merantau mendekati tujuan menuju kebenaran, yang belum jatuh
ke dalam genggaman tangannya. Tetapi seiring waktu kian dekat dirasakan oleh pemikir yang

2
sedang menjalankan usaha dengan menggerakkan kebijaksanaannya bernama pikiran.
Kebenaran itu tersembunyi dalam dunia kebatinan di balik peristiwa-peristiwa sejarah di
masa lampau Misnal Munir, Filsafat Sejarah, Inten Pratiwi, Filsafat Sejarah: “Definisi,
Tujuan dan Manfaat Serta sebagai kelahiran masyarakat manusia. Meskipun kebenaran itu
tidak dimiliki oleh ahli pemikir sejarah,tetapi dengan meninjau atau menafsirkan segala fakta
itu dia telah dan selalu berkeyakinan secara subjektif bahwa tafsirannya ialah kesungguhan
dari kebenaran secara objektif. Pada suatu ketika maka sesungguhnya yang dipegangnya itu
ialah kebenaran, seperti tugas segala ilmu pengetahuan.

b. Sejarah Indonesia

Yang menjadi objek filsafat sejarah atau yang ditafsirkan nya ialah sejarah Indonesia.
Dalam hal ini maka sejarah ialah ilmu pengetahuan yang dipahamkan dan telah dirumuskan
secara ilmiah dengan bernama demikian. Oleh karena objek itulah filsafat itu menjadi filsafat
sejarah, sehingga kejadian-kejadian sebagai kelahiran masyarakat di zaman yang lampau
membatasi filsafat itu menjadi filsafat khusus, sedangkan cara menafsirkan dan hubungan
kejadian itu adalah dalam taraf yang umum dan universal.

c. Sintesis

Tafsiran sejarah yang sintesis menjamin timbulnya sejarah Indonesia yang umum
dengan menghindarkan berat sebelah, sehingga lepas dari gambaran ialah terhadap
masyarakat pada zaman lampau, melainkan menjamin timbulnya cabang filsafat bagi
sejarahdalam zaman pembangunan. Ilmu sejarah mendapatkan warna atau corak oleh tafsiran
yang dilaksanakan. Oleh sebab itu maka interpretasi atau terjemahan kejadian menjadi factor
yang menentukan sejarah manakah atau sejarah corak manakah yang terbentuk sebagai hasil
penyelidikan yang telah dilakukan.Ilmu sejarah menyusun segala peristiwa di zaman lampau,
dan filsafat sejarah memusatkan tinjauan dalam hubungan keseluruhan. Tafsiran, dinamai
tafsiran sintesis. Penyelidikan dengan tafsiran sintesis ini jauh lebih berat dari tafsiran yang
terpisah-pisah,tetapi tafsiran itu menjamin dapatnya suatu sejarah menunjukkan suatu
keseluruhan yang sempurna, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan filsafat,
karena memenuhi syarat kedua pengetahuan tersebut. Hasil tafsiran sintesis itu dalam suatu
hal,misalnya sejarah Indonesia, menurut pemandangan tafsiran rasial sesudah abad ke-14
karena akan memberi bukti-bukti bahwa sikap penjajah Eropa adalah berdiri di atas
kesombongan bangsa Eropa,yang pada akhirnya bersumber kepada kekuasaan,bahwa darah-
kulit putihlah yang sebaik-baiknya.

d. Nasionalisme Indonesia

Filsafat seperti diuraikan di atas dapat kita rumuskan sebagai filsafat sejarah nasional
Indonesia, yang menjadi kebenaran dengan menafsirkan secara sintesis kejadian-kejadian di
perjalanan sejarah Indonesia dalam ruangan hidup rohani dan jasmani bangsa Indonesia.
Karena mengingat bahwa filsafat sejarah itu berkisar di atas empat tiang dan untuk
memuliakan seseorang pujangga besar yang berjiwa teguh dalam pembentukan filsafat dan
penulisan sejarah, maka filsafat sejarah Indonesia itu oleh Muh. Yamin dinamai Catursila
Khalduniah.

3
2.3 pemikiran Sartono Kartodirdjo tentang filsafat sejarah nasional

Sartono Kartodirdjo lahir di Wonogiri, 15 Februari 1912 dan meninggal dunia pada 7
Desember 2007. Sartono menyelesaikan pendidikan sarjana sejarah di Fakultas Sastra
Universitas Indonesia, Jakarta, dan lulus pada tahun 1957. Ia kemudian mengajar di Fakultas
Sastra Universitas Gajah Mada,Yogyakarta. Ia melanjutkan pendidikan master di Universitas
Yale, Amerika Serikat tahun 1964 dan melanjutkan pendidikan doktor pada tahun 1966 di
Universitas van Amsterdam, Belanda.Selain mengajar, Sartono juga pernah menjadi ketua
umum Seminar Sejarah Nasional II tahun 1970, Presiden Internasional Confention of
International Asosiation for Historians of Asia (IAHA) tahun 1971-1974. Dikarenakan
prestasi dan kontribusi dalam Ilmu Sejarah, Sartono menerima penghargaan Benda Prize
yang dianugerahkan oleh sejarawan H.J. Benda tahun 1977.

Filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang berusaha memberikan jawab
terhadap pertanyaan mengenai Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, h.168-173
Ajid Thohir dan Ahmad Sahidin, Filsafat Sejarah: Profetik, Spekulatif, dan Kritis, h.110
makna dari suatu proses peristiwa sejarah. Manusia budaya tidak puas dengan pengetahuan
sejarah, dicarinya makna yang menguasai kejadian-kejadian sejarah. Dicarinya hubungan
antara fakta-fakta dan sampai kepada asal dan tujuannya Sejarah memperoleh makna, jika
kejadian-kejadian ditinjau dengan pandangan ke masa depan atau harapan akan perwujudan
masa depan. Dalam hubungan ini, pralambang Jayabaya sangat menarik perhatian, oleh
karena memberikan gambaran dari awal sejarah Indonesia sampai dengan berakhirnya. Hal
demikian menetapkan arah pertumbuhan kebudayaan di masa depan.Gambaran masa depan
ini sesuai benar dengan sifat kebudayaannya, yang dengan jelas dicerminkan dalam struktur
Pralambang itu. Kecuali suatu filsafat sejarah sebenarnya kita dapat mengabstraksikan suatu
hal yang inheren dengan filsafatsejarah itu, yaitu suatu bentuk pikiran.

Filsafat sejarah sebagai bagian inheren dari pandangan dunia akan mengikuti
mentalitas budaya yang berlaku dan merupakan bentuk pikiran dari kebudayaan. Dengan
menguraikan unsur-unsur Pralambang Jayabaya sebagai filosofi sejarah, mungkin akan
nampak suatu cara berpikir yang merupakan aspek keragaman budaya Indonesia.Untuk
membedakan bidang yang digarap, istilah filsafat spekulatif sejarah (Speculative Philosophy
of History) yang dibedakan jelas-jelas dari filsafat analitis sejarah (Analytical Philosophy of
History), yaitu yang mencakup pertanyaan tengan Inten Pratiwi, Filsafat Sejarah: “Definisi,
Tujuan dan Manfaat Serta Analisis” Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, h. 181
teori-teori sejarah. Filsafat sejarah yang pertama berkaitan erat dengan kosmologi zaman
kuno, dan pandangan hidup saat ini. Berawal dari gagasan bahwa kebudayaan merupakan
suatu entitas atau suatu sistem, maka ada jaringan hubungan antara elemen-elemennya,
sehingga bersama-sama mendukung berfungsinya sistem itu.Dari pengaruh timbal balik itu
dapat disimpulkan bahwa setiap elemen mencerminkan karakteristik dari kebudayaan,
sebaliknya untuk memahami sifat dan hakikat masing-masing senantiasa perlu ditempatkan
dalam konteks kulturalnya.

4
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
bahwa Filsafat seperti diuraikan diatas dapat dirumuskan sebagai filsafat sejarah
nasional Indonesia, yang menjadi kebenaran dengan menafsirkan secara sentesis kejadian-
kejadian di perjalanan sejarah Indonesia dalam ruangan hidup rohani dan jasmani bangsa
Indonesia. Karena mengingat bahwa filsafat sejarah itu berkisar diatas empat tiang dan untuk
memuliakan seseorang pujangga besar yang berjiwa teguh dalam pembentukan filsafat dan
penulisan sejarah, maka filsafat sejarah Indonesia oleh Muh. Yamin dinamai Catursila
Khalduniah (Tamburaka, 2002:176).

B. SARAN
Konsep filsafat sejarah nasional dapat dikategorikan sebagai filsafat sejarah spekulatif. Oleh
karena itu, masih banyak aspek pemikiran yang bisa digali lebih dalam dari unsur filsafat sejarah .
Penulis menyadari, dalam pengembangan tulisan dan penelitian ini terdapat berbagai kekurangan
dan hal-hal lainnya, maka penulis sangat menerima dan terbuka atas kritik beserta saran dan
ataupun saran berikut hasil penelitian lainnya agar berkembangnya kedalaman ilmu pengetahuan
terkhusus tentang pemikiran filsafat sejarah nasional yang belum banyak diuraikan.

5
DAFTAR PUSTAKA

Laraswati. (2022). FILSAFAT SEJARAH MENURUT RADEN. https://repository.uinjkt.ac.id.

ningtyas, e. (1987). Lika-Liku Sejarah Nasional Indonesia. 236.

Priyatmoko, H. ( 2014 , September 11). Yamin dan Ilmu Sejarah. Retrieved from tempo.com:
https://kolom.tempo.co/amp/1004330/yamin-dan-ilmu-sejarah

Anda mungkin juga menyukai