FACTORY
A. LATAR BELAKANG
Salah satu pilar pembangunan pendidikan dan rencana strategis Departemen
Pendidikan Nasional 2005 – 2009 adalah peningkatan mutu dan relevansi. Hal ini harus
diimplementasikan di semua lini dalam lingkungan pendidikan nasional.
Pemerintah saat ini sedang menggalakkan penggunaan produk dalam negeri. Berbagai
peralatan dan perabot serta perlengkapan sekolah sedapat mungkin memanfaatkan hasil
produksi dalam negeri, yang sangat mungkin dihasilkan oleh teaching factory SMK.
Menurut Kuswantoro (2014), teaching factory menjadi konsep pembelajaran dalam
keadaan yang sesungguhnya untuk menjembatani kesenjangan kompetensi antara
pengetahuan yang diberikan sekolah dan kebutuhan industri. Teaching factory merupakan
pengembangan dari unit produksi yakni penerapan sistem industri mitra di unit produksi yang
telah ada di SMK. Unit produksi adalah pengembangan bidang usaha sekolah selain untuk
menambah penghasilan sekolah yang dapat digunakan dalam upaya pemeliharaan peralatan,
peningkatan SDM, dll juga untuk memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata
pada siswanya. Penerapan unit produksi sendiri memiliki landasan hukum yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 pasal 29 ayat 2 yaitu "Untuk mempersiapkan siswa
sekolah menengah kejuruan menjadi tenaga kerja, pada sekolah menengah kejuruan 3 dapat
didirikan unit produksi yang beroperasi secara profesional."Direktorat Pembinaan SMK
menjelaskan bahwa teaching factory merupakan pengembangan dari unit produksi yang telah
ada di SMK. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 3) dalam Materi
Pembelajaran Program Kegiatan Produksi dan Jasa Sekolah/Madrasah oleh menyatakan
bahwa unit produksi ialah suatu proses kegiatan usaha yang dilakukan sekolah/madrasah
secara berkesinambungan bersifat akademis dan bisnis dengan memberdayakan warga
sekolah/madrasah dan lingkungan dalam bentuk unit usaha produksi/jasa yang dikelola secara
profesional.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai institusi pendidikan yang melakukan
proses pembelajaran berbasis produksi sangat dimungkinkan menghasilkan produk-produk
yang layak dijual dan mampu bersaing di pasaran. Oleh karena itu SMK seharusnya
mengembangkan Teaching factory yang relevan dengan program keahlian yang
dikembangkan di sekolah secara terprogram dan terstruktur.
Kenyataan di lapangan banyak SMK yang mampu menghasilkan produk yang
bermutu, akan tetapi karena satu dan lain hal belum mampu memasarkannya sehingga
diperlukan institusi yang dapat memfasilitasi pemasaran produk tersebut. Hal ini dapat diatasi
antara lain dengan memfungsikan salah satu sekolah yang mempunyai kemampuan dalam
bidang pemasaran untuk menjadi outlet .
Pembelajaran di SMK harus dilakukan dengan pembelajaran yang
mengarah kepada praktik sehingga lulusan SMK benar benar siap untuk
memasuki dunia kerja dan usaha yang memiliki keunggulan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta karakter yang yang dibutuhkan dunia kerja dan
usaha. Penyempurnaan program untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan
melalui pembelajaran Teaching Factory ( TEFA ) Teaching Factory adalah suatu
konsep pembelajaran dalam suasana yang sesunguhnya, sehingga dapat
menjembatani kesenjangan antara pengetahuan kompetensi dengan
keterampilan yang dbutuhkan dalam dunia industri.
C. LANDASAN HUKUM
Yang menjadi landasan hukum Teaching Factory adalah:
1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tentang
pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional.
2. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012 tentang kerangka kualifikasi kerja
nasional (KKNI)
4. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
5. Kepmen 0873/P/1986, tentang pemanfaatan hasil praktik.
6. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 pasal 29 ayat 2 tentang
mempersiapkan siswa SMK menjadi tenaga kerja.
7. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2015 tentang pembangunan sumber
daya industry.
8. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. Sekolah
Menengah Kejuruan dalam rangka peningkatan kwalitas dan daya saing
sumber daya manusia Indonesia
D. MANFAAT
1. Menyadarkan siswa bahwa penguasaan keterampilan tidak hanya
memperhatikan soff skill dalam pembelajaran, tetapi juga merealisasikan
pengetahuan secara lansung dengan latihan bekerja dalam dunia nyata
2. Tempat/ sarana pelatihan dan praktek berbasis produksi secara lansung
yang berorientasi pasar.
3. Membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan fasilitas, dan biaya
opersional pendidikan dan peningkatan kesejahteraan
4. Menumbuhkan dan mengembangkan jiwa enterpreneurship guru dan siswa
5. Mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri melalui kegiatan produksi
6. Menjalin hubungan yang lebih dengan dunia usaha dan industri serta
masyarakat luas karena terbukanya fasilitas umum
G. SASARAN
Yang menjadi sasaran Teaching Factory ( TEFA ) :
1. Seluruh warga sekolah terutama dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar tertentu pada
semua jurusan, yang harus dipraktekan dalam pembelajaran yang sesuai
dengan unit usaha Teaching Factory yang ada disekolah
2. Orang tua siswa, masyarakat sekitar dan masyarakat umum
STRUKTUR ORGANISASI
TEACHING FACTORY ( TEFA )
SMK NEGERI 8 JEMBER
TAHUN 2021 – 2022
KETUA KOMPETENSI
KEAHLIAN
PELAKSANA TEKNIS
Susunan Pengurus Unit TEFA SMK Negeri 8 Jember
Tahun 2021 / 2022
KEGIATAN TEACHING
FACTORY
SEKOLAH
2. TEFA TEKNIK OTOMOTIF