Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

OSILATOR

Nama : Nadira Vasya Salsabila

NIM : 022200029

Rekan Kerja :

1. Pramudiharjo Indra P. (022200030)

Dosen Pengampu : Joko Sunardi, M. Kom

PRODI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI


SEMESTER GANJIL 2022/2023
POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA - BRIN
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai mahasiswa dari elektronika instrumentasi, praktikum terkait elektronika
menjadi salah satu pilar penting dari keseluruhan perkuliahan. Karena dari
praktikum elektronika ini nantinya kita tidak hanya mempelajari teorinya saja, tetapi
juga mempelajari tentang praktiknya. Salah satu praktikum penting di dalam
elektronika, yaitu osilator.
Osilator adalah alat elektronika yang memiliki fungsi sebagai pembangkit
sinyal AC. Rangkaian osilator berfungsi untuk menghasilkan getaran atau
gelombang pada tegangan keluarannya. Pada komponen osilator sendiri dapat
merubah jenis arus listrik yang searah (DC) menjadi arus listrik bolak-balik (Abadi,
2022).
Pada percobaan kali ini kita melakukan pengamatan pada rangkaian osilator
penggeser fasa dan osilator Colpitts. Pada tiap rangkaian kita mengambil beberapa
data, yaitu bentuk gelombang di titik a, b, c, d, e. Setelah kita mendapatkan bentuk
gelombang di setiap titik, lalu kita menghitung perbandingan frekuensi, penguatan,
dan beda fase antara teori dan praktikum. Setelah kita mendapatkan perbandingan
nilai baik secara teori maupun secara praktikum maka dapat kita hitung juga
presentase nilai errornya.

1.2. Tujuan
1. Mempelajari prinsip kerja osilator
2. Mempelajari cara membuat osilator bekerja
3. Mempelajari cara pengukuran parameter-parameter osilator
BAB II
LANDASAN TEORI
Osilator adalah untai elektronik yang menghasilkan gelombang listrik. Tetapi
istilah osilator hanya khusus untuk gelombang sinus, yang merupakan fungsi dasar,
karena menurut Fourrier pada umumnya semua fungsi dapat diuraikan menjadi
komponen-komponen sinus dan cosinus.
Osilator sebagai penghasil gelombang, tidak mendapat masukan dari luar, jadi
harus mendapat masukan dari dirinya sendiri, yaitu keluarannya, dengan untai umpan
balik positif seperti terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Prinsip Osilator


Untuk osilator :
Vo = A Vi = A (BVo) = AB Vo
(P-1)
Jadi harus
AB = 1
(P-2)
yang disebut kriteria Barkhausen.

Dari kriteria Barkhausen ini :

- Bila penguat tidak membalik fasa, untai umpan balik juga tidak membalik fasa
- Bila penguat menggeser fasa 180º, untai umpan balik juga harus membalik fasa 180º.

Untuk melaksanakan konsekuensi dari kriteria Barkhausen, ada 3 macam untai


umpan balik positif. Gambar untai umpan balik penggeser fasa terlihat pada gambar 2.
Gambar 2. Untai Pengganti Fasa

Nilai tegangan yang diumpan balikkan :

(P-3)
Yang menghasilkan nilai frekuensi dan syarat faktor penguatan penguat :

(P-4)

Gambar 3.
Untuk komponen aktif transistor dengan tahanan kolektor Rl dan tahanan emitor
RE, maka nilai penguatan tegangan adalah :

(P-5)

sedang faktor umpan balik :


(P-6)
Sehingga :

(P-7)
Untuk impedansi induktif atau kapasitif :

(P-8)
Memenuhi kriteria Barkhausen, yaitu :

(P-9)
Sehingga

(P-10)
Dengan komponen X1 dan X3 bersama-sama kapasitor atau induktor,
sedang X2 sebaliknya, yang memberikan frekuensi :

(P-11)
Untuk alat elektronik yang meminta frekuensi yang sangat stabil, misal
kalibrator atau pemancar, dipergunakan kristal yang rangkaian ekivalennya seperti
terlihat pada gambar 4.

Gambar 4. Ekivalen Kristal


Frekuensi kristal mendekati frekuensi resonan serinya karena C' >> C, yaitu :

(P-12)
BAB III
ANALISA DATA

3.1. Alat dan Bahan

1. Papan Project Board.

2. Power Supply DC.

3. Osiloskop.

4. Resistor.

5. Kapasitor.

6. Transistor.

7. Potensiometer.

3.2. Langkah Kerja

I. OSILATOR PENGGESER FASA

1. Bangun rangkaian Osilator Penggeser Fasa seperti gambar berikut :

2. Hidupkan osiloskop untuk memonitor kolektor transistor (titik c).

3. Optimasikan sampai terjadi osilasi dengan mengatur P1 dan P2, usahakan di kelas A
(Vc =1⁄2 Vcc) agar gelombang tidak cacat.

4. Setelah terjadi osilasi, amati dan gambar dengan tepat amplitudo dan periodanya
bentuk-bentuk gelombang di titik a, b, c, d, dan e.
5. Berdasarkan gambar di atas hitung frekuensi, penguatan dan beda fasanya dengan
titik c (kolektor) sebagai acuannya, kemudian cocokkan dengan teori :

Frekuensi :

Teori : Praktek :

Penyimpangan (%):

Penguatan :

Teori : Praktek :

Penyimpangan (%):
Beda fasa :

Teori : Praktek :

Penyimpangan (%) :

6. Buat kesimpulan dari percobaan ini :

II. OSILATOR COLPTTS

1. Bangun rangkaian Osilator Colpitts seperti gambar berikut :

2. Optimasikan sampai terjadi osilasi dengan mengatur P1 dan P2, usahakan agar bentuk
gelombang tidak cacat (Vc = 1⁄2VCC).
3. Amati dan gambar dengan tepat bentuk-bentuk gelombang di a, b, c, d, dan e.
4. Hitung frekuensi, penguatan serta beda fasanya, kemudian cocokkan dengan teori.

Frekuensi :

Teori : Praktek :

Penyimpangan (%):

Penguatan :

Teori : Praktek :

Penyimpangan (%):
Beda fasa :

Teori : Praktek :

Penyimpangan (%) :

5. Buat kesimpulan dari percobaan ini :

3.3. Analisa Data

A. Osilator penggeser fasa

• Bentuk gelombang
Titik A Titik B

Titik C Titik D

Titik E
• Frekuensi
Teori :
1
F = 2𝜋×10k×10−2 ×10−6×√6
2500 × √6
F= 3𝜋

F = 649,74733 Hz

Praktek:
T = n × Skala
T = 2,2 × 1ms
1 1
F = 𝑇 = (2,2)(10−3)
1 103
F = 𝑇 = (2,2) = 454,545455 Hz

Error :
|𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖|
%= × 100 %
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
|454,55−649,75|
%= × 100 %
649,75

% = 30,04 %
• Penguatan
Teori :

𝑅𝐿 𝑍1 (𝑍2 + 𝑍3 )
𝐴𝑣 = 𝑅
𝐸 {𝑅𝐿 (𝑍1 + 𝑍2 + 𝑍3 )+ 𝑍1 (𝑍2 + 𝑍3 ) }

11000 𝑥 10000 (10000+ 0,1 𝑥 10−6 )


𝐴𝑣 = 47 {110000(10000 +10000 + 0,1 𝑥 10−6 )+ 10000 (10000+ 0,1 𝑥 10−6)}

𝐴𝑣 = 73,3

Praktek :
𝑉
A = 𝑉𝐶
𝐵

12 𝑉
A=
0,32 𝑉

A = 37,5

Penguatan dari 0,32 Volt menjadi 12 Volt adalah sebesar 37,5 kali.
Error :

|𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖|


%= × 100 %
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

|37,5−73,3|
%= × 100 %
73,3

% = 48,84 %

• Beda fase

180° karena dari grafik yang diawali dengan bukit, menjadi grafik yang diawali dengan
lembah.

B. Osilator Collpits

• Bentuk Gelombang

Titik A Titik B

Titik C Titik D
Titik E

Frekuensi :

Teori :

1
𝑓=
2𝜋 √𝐿𝐶

Dengan,

𝐶1 𝐶2
𝐶=
𝐶1 + 𝐶2

10𝑥10−6 𝑥0,01𝑥10−6
𝐶=
10𝑥10−6 𝑥 + 0,01𝑥10−6

1
𝐶=
100100000

Maka.

1
𝑓=
1
2𝜋 √100𝑥10−3 𝑥 100100000

𝑓 = 5035,43704 𝐻𝑧

Praktek :

T = n × Skala

T = 2,4 × 2 𝜇s

1 1
F = 𝑇 = (2,4)(10−6)
1 (106 )
F=𝑇 = (2,4)
= 416.666,667 Hz

Error :

|𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖|


%= × 100 %
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

|416.666,67−5035,43704|
%= × 100 %
5035,43704

% = 8174,69 %

• Penguatan

−𝑅𝐿 𝑋3
𝐴𝑉 𝐵 =
𝑅𝐸 𝑋1

−11000𝑥100𝑥10−3
𝐴𝑉 𝐵 =
47𝑥0,01𝑥10−6

𝐴𝑉 𝐵 = 2,34 x 10−9

Praktek :

𝑉
A = 𝑉𝐶
𝐵

4,2 𝑉
A = 0,5 𝑉

A = 8,4

Penguatan dari 0,5 Volt menjadi 4,2 Volt adalah sebesar 8,4 kali.

Error :

|𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖|


%= × 100 %
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

|8,4−2,34 𝑥 109 |
%= × 100 %
2,34 𝑥 109

% = 100 %
• Beda fase

180° karena dari grafik yang diawali dengan bukit, menjadi grafik yang diawali dengan
lembah.

3.3. Pembahasan

3.3.1. Osilator penggeser fasa

Pada praktikum kali ini kita telah membuat suatu bentuk rangkaian untuk
menentukan bentuk dari sinyal outputnya atau gelombang keluarannya. Yang pada
prinsipnya mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC. Pada percobaan yang
pertama kita merangkai rangkaian osilator penggeser fasa, yang secara pengertiannya
osilator ini merupakan gelombang sinus sederhana dan memiliki penguat pembalik dan
mempunyai sebuah tapis umpan balik sehingga mampu menggeser sebesar 180o fase
dari frekuensi osilasinya.
Pada percobaan kali ini kita telah mendapatkan beberapa data, yaitu bentuk
sinyal output pada beberapa titik yang telah ditentukan, nilai dari frekuensi, penguat,
serta beda fasanya. Pada hasil dari data yang telah kita ambil dapat kita jabarkan lebih
lanjut sebagai berikut: Pada gambar sinyal output terbentuk sinyal sinus dari titik A
sampai titik E. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada sebelumnya karena bentukan
dari arus tegangan AC merupakan gelombang yang berbentuk sinus.
Pada nilai dari frekuensi yang telah kita hitung menggunakan acuan pada titik C
atau kolektor, maka didapat nilai dari frekuensi baik secara teori maupun hasil dari
praktikum. Secara teori nilai dari frekuensinya 649,74733 Hz atau bisa kita bulatkan
nilainya menjadi 649,75 Hz. Untuk nilai frekuensi hasil dari praktikum didapat
454,545455 Hz atau bisa dibulatkan nilainya menjadi 454,55 Hz.
Dari perhitungan frekuensi antara nilai secara teori dengan nilai hasil praktikum
memiliki perbedaan yang tidak terlalu besar, yaitu 30,04%. Pada nilai dari penguat yang
telah kita hitung menggunakan acuan pada titik C atau kolektor, maka didapat nilai dari
penguatnya baik secara teori maupun hasil dari praktikum. Secara teori nilai dari
penguatnya 73,3 kali, sedangkan nilai penguat dari hasil praktikum yang didapat 37,5
kali. Dari perhitungan penguatnya antara nilai secara teori dengan nilai hasil praktikum
memiliki perbedaan yang tidak terlalu besar, yaitu 48,84%.
Untuk nilai dari beda fasa yang terjadi pada percobaan yang telah kita lakukan
sebesar 180o . Hal ini terjadi karena perpotongan dan saling tegak lurus antar
gelombang, dan hal ini juga sudah sesuai dengan teori yang ada. Sehingga pada
percobaan kali ini kita berhasil dalam mendapatkan data pada beda fasa ini.

3.3.2. Osilator Colpitts

Pada praktikum kali ini tidak jauh beda dari yang kita telah membuat
sebelumnya, yaitu suatu bentuk rangkaian untuk menentukan bentuk dari sinyal
outputnya atau gelombang keluarannya. Yang pada prinsipnya rangkaiannya yang kita
buat untuk mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC.
Pada percobaan yang kedua ini kita merangkai rangkaian osilator Colpitts, yang
secara pengertiannya osilator ini merupakan salah satu topologi osilator yang efektif
digunakan untuk pembangkit pada gelombang sinus, pada rangkaian osilator ini
menggunakan rangkaian tertala LC dan umpan balik positif yang melalui suatu pembagi
tegangan kapasitif.
Pada percobaan kali ini kita telah mendapatkan beberapa data, yaitu bentuk
sinyal output pada beberapa titik yang telah ditentukan, nilai dari frekuensi, penguat,
serta beda fasanya. Pada hasil dari data yang telah kita ambil dapat kita jabarkan lebih
lanjut sebagai berikut:
Pada gambar sinyal output terbentuk sinyal sinus dari titik A sampai titik E.
Akan tetapi, pada titik a dan b ada penarikan pada arus sehingga gelombang yang
terbentuk tidak bagus atau bentuk gelombang tidak membentuk gelombang sinus yang
seharusnya. Akan tetapi secara keseluruhan hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada
sebelumnya karena bentukan dari arus tegangan AC merupakan gelombang yang
berbentuk gelombang sinus.
Pada nilai dari frekuensi yang telah kita hitung menggunakan acuan pada titik C
atau kolektor, maka didapat nilai dari frekuensi baik secara teori maupun hasil dari
praktikum. Secara teori nilai dari frekuensinya 5035,43704 Hz atau bisa kita bulatkan
nilainya menjadi 5035,44 Hz. Untuk nilai frekuensi hasil dari praktikum didapat
416.666,667 Hz atau bisa dibulatkan nilainya menjadi 416.666,67 Hz. Dari perhitungan
frekuensi antara nilai secara teori dengan nilai hasil praktikum memiliki perbedaan yang
tidak terlalu besar, yaitu 8174,69%.
Dengan nilai error yang sebesar ini kemungkinan yang menjadi penyebabnya,
yaitu penggunaan kabel jumper ataupun kabel buaya yang pada dasarnya memiliki suatu
nilai resistansi sehingga hal inilah yang menyebabkan adanya perubahan pada nilai hasil
praktikum.
Pada nilai dari penguat yang telah kita hitung menggunakan acuan pada titik C
atau kolektor, maka didapat nilai dari penguatnya baik secara teori maupun hasil dari
praktikum. Secara teori nilai dari penguatnya 2,34 x 109 9 kali, sedangkan nilai penguat
dari hasil praktikum yang didapat 8,4 kali. Dari perhitungan penguatnya antara nilai
secara teori dengan nilai hasil praktikum memiliki perbedaan yang besar, yaitu 100%.
Dengan nilai error yang cukup besar kemungkinan dikarenakan kesalahan dalam
pembacaan pengukuran sehingga menyebabkan nilai penyimpangan ini dapat terjadi.
Untuk nilai dari beda fasa yang terjadi pada percobaan yang telah kita lakukan sebesar
180o . Hal ini terjadi karena perpotongan dan saling tegak lurus antar gelombang, dan
hal ini juga sudah sesuai dengan teori yang ada. Sehingga pada percobaan kali ini kita
berhasil dalam mendapatkan data pada beda fasa ini.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Pengertian osilator
Osilator (Oscillator) adalah suatu rangkaian elektronika yang menghasilkan
sejumlah getaran atau sinyal listrik secara periodik dengan amplitudo yang konstan.
Gelombang sinyal yang dihasilkan ada yang berbentuk Gelombang Sinus (Sinusoide
Wave), Gelombang Kotak (Square Wave) dan Gelombang Gigi Gergaji (Saw Tooth
Wave). Pada dasarnya sinyal arus searah atau DC dari pencatu daya (power supply)
dikonversikan oleh Rangkaian Osilator menjadi sinyal arus bolak-balik atau AC
sehingga menghasilkan sinyal listrik yang periodik dengan amplitudo konstan.
Tiga istilah yang berkaitan erat dengan rangkaian Osilator adalah “Periodik”,
“Amplitudo” dan “Frekuensi”. Berikut ini adalah pengertian dari ketiga istilah penting
tersebut.
➢ Periodik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh 1 kali getaran atau
waktu yang dibutuhkan pada 1 siklus gelombang bolak-balik, biasanya
dilambangkan dengan t dengan satuan detik (second).
➢ Amplitudo adalah simpangan terjauh yang diukur dari titik keseimbangan dalam
suatu getaran.
➢ Frekuensi adalah sejumlah getaran yang dihasilkan selama 1 detik, satuan
frekuensi adalah Hertz
2. Penggolongan Osilator
Penggolongan Osilator biasanya dilakukan berdasarkan Karakteristik Frekuensi
keluaran yang dihasilkannya. Berikut dibawah ini adalah Penggolongan Osilator
berdasarkan Frekuensi keluaran.
➢ Osilator Frekuensi Rendah (Low Frequency Oscilator), yaitu Osilator yang
dapat membangkitkan frekuensi rendah dibawah 20Hz.
➢ Osilator Audio (Audio Oscilator), yaitu Osilator yang dapat membangkitkan
frekuensi Audio diantara 16Hz hingga 20kHz.
➢ Osilator Frequency Radio (Radio Oscilator), yaitu Osilator yang dapat
membangkitkan Frekuensi Radio diantara 100kHz hingga 100GHz.
3. Prinsip kerja osilator
Rangkaian Osilator banyak digunakan dalam perangkat-perangkat Elektronika
seperti Pemancar Radio, Pemancar Televisi, Jam, Beeper dan Konsol video Games.
Pada dasarnya, Osilator menggunakan sinyal kecil atau desahan kecil yang
berasal dari Penguat itu sendiri. Pada saat Penguat atau Amplifier diberikan arus listrik,
desah kecil akan terjadi, desah kecil tersebut kemudian diumpanbalik ke Penguat
sehingga terjadi penguatan sinyal, jika keluaran (output) penguat sefasa dengan sinyal
yang diumpanbalik (masukan) tersebut, maka Osilasi akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

- Abadi, R. (2022, Desember 17). Bahan Lengkap Osilator Mulai dari Cara Kerjs,
Fungsi, dan Jenisnya. Retrieved from
thecityfoundry.com:https://thecityfoundry.com/osilator/
- FUADA, S., & WIBOWO, A. W. (2016). Desain dan implementasi virtual laboratory
materi osilator analog berbasis IC OP-AMP. ELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi
Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika, 4(2), 134.
- Charisma, A., Taryana, E., & Saputra, D. I. (2018). Pemancar Pada Transmisi Energi
Listrik Tanpa Kabel. Prosiding Semnastek.
- Puspitasari, Ayu Jati, M. S., M. En. M. Khoiri, Ir, M. S. Sunarko, Dr, and Ph. ..
Handoyo, Teguh. 2022. Modul PRAKTIKUM FISIKA UMUM Prodi Elektronika
Instrumentasi, Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia Badan Riset Dan Inovasi
Nasional Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai