Anda di halaman 1dari 39

PERAN GANDA PEREMPUAN DI SEKTOR INDUSTRI : STUDI

MENGENAI PERAN GANDA PEKERJA PEREMPUAN DI PABRIK P.T.


KAHATEX KECAMATAN RANCAEKEK, KABUPATEN BANDUNG,
PROVINSI JAWA BARAT

PROPOSAL SKRIPSI

PUTRI ELISNA

NIM: 1208030164

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2023 M/ 1445
ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri adalah sektor ekonomi tunggal yang tujuan utamanya adalah


mengubah bahan mentah menjadi barang jadi. Selain itu industri adalah strategi
untuk memproduksi bahan baku seperti kayu, melalui proses produksi berskala
besar untuk menghasilkan barang dengan biaya yang terjangkau namun
kualitasnya tetap baik (Sandi, 2010).

Keberadaan sektor industri di Indonesia memiliki peranan penting untuk


membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap tahunnya. Selain
itu sektor industri adalah sektor yang jauh lebih pesat perkembangannya
dibandingkan sektor yang lain. Hal ini didukung oleh data yang ada bahwa sektor
industri merupakan faktor terpenting dalam memperbaiki struktur Produk
Domestik Bruto (PDB) Nasional. Pada tri wulan IV tahun 2022 industri
berkontribusi sebesar 16,39 %, kemudian pada tri wulan I tahun 2023 naik
menjadi 16,77 %. Data terakhir pada tri wulan II tahun 2023 kontribusi industri
sudah mencapai 17,32% (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2023).

Pada kenyataannya sektor industri juga membantu Indonesia dalam


penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut dilihat berdasarkan data pada Badan Pusat
Statistik tahun 2022 ada sekitar 14,17 % masyarakat Indonesia bekerja disektor
industri (Badan Pusat Statistik, 2022). Pada tahun 2021, penyerapan tenaga kerja
di sektor industri sebanyak 1,2 juta sehingga jumlah keseluruhan orang yang
bekerja di sektor meningkat ke angka 18,64 juta orang dan di tahun 2022
bertambah sampai 500 ribuan sehingga tercatat bahwa total tenaga kerja di sektor
industri sudah mencapai 19,11 juta orang (Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia, 2023). Hal tersebut menujukan bahwa industri memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia dan sektor industri juga

1
2

membawa Indonesia menjadi salah satu lima negara di dunia yang industrinya
cukup tinggi.

Salah satu sektor yang bergerak di ranah industri adalah pabrik. Pabrik
atau perusahaan industri merupakan sebuah tempat untuk melakukan produksi
atau pengolahan bahan-bahan produksi. Jumlah pabrik atau perusahaan industri
baik itu menengah maupun besar di Indonesia pada tahun 2023 sudah sebanyak
32.193 perusahaan (Badan Pusat Statistik, 2023). Banyaknya jumlah pabrik di
Indonesia membantu dalam menyerap tenaga kerja dan memberikan banyak
lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Data Badan Pusat Statistik bulan Februari
tahun 2023 menunjukkan bahwa 36,34 % penduduk Indonesia bekerja sebagai
buruh/karyawan/pekerja pabrik atau perusahaan.

Di balik banyaknya pabrik di Indonesia yang membantu penyerapan


tenaga kerja dan menambah penghasilan pekerja, terdapat peran pekerja
perempuan di dalamnya. Hal ini didasarkan pada fakta dan data di lapangan
bahwa dari banyaknya pabrik di Indonesia sebagian besar pekerjanya adalah
perempuan.

Badan Pusat Statistik menunjukkan data jumlah pekerja berdasarkan jenis


kelamin dalam jangka waktu 5 tahun mulai tahun 2017 sampai 2022. Pada tahun
2017 pekerja laki-laki 45,66% perempuan 38,63%, tahun 2018 pekerja laki-laki
46,10 % perempuan 38,10%, tahun 2019 pekerja laki-laki 47,19 % perempuan
39,19, tahun 2020 pekerja laki-laki 42,71 % perempuan 34,65%, tahun 2021
pekerja laki-laki 43, 39 % perempuan 36,20 dan data terakhir tahun 2022 pekerja
laki-laki 43,97% perempuan 36,57% (Badan Pusat Statistik, 2022). Dari data
tersebut dapat dijelaskan bahwa pada beberapa tahun ke belakang ada peningkatan
jumlah pekerja perempuan. Maka dari itu jumlah pekerja perempuan pada 2022
sudah mencapai 52,74 juta pekerja di Indonesia (Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia, 2023).

Hal ini juga sejalan dengan keadaan pekerja perempuan di Provinsi Jawa
Barat. Open Data Pemprov Jawa Barat memperlihatkan jumlah tenaga kerja
3

perempuan di Jawa Barat terus meningkat setiap tahunnya mulai dari tahun 2019
sampai dengan tahun 2022; Jumlah pekerja perempuan pada tahun 2019 sebanyak
872.527 orang, kemudian pada tahun 2020 meningkat menjadi 1.665.423 orang.
Pada tahun selanjutnya pada 2021 meningkat menjadi 1.782.421. Data terakhir di
tahun 2022 jumlah pekerja perempuan sudah mencapai 1.914.354 jiwa atau sama
dengan 48.01 % (Open Data Pemprov Jawa Barat, 2022). Di beberapa wilayah
Jawa Barat pun jumlah pekerja perempuan mendominasi di ranah industri. Di
Kabupaten Bandung, misalnya, ada sebanyak 43,0% atau sama dengan 321,865
orang pekerja perempuan (Open Data Pemprov Jawa Barat, 2023).

Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2022 dan 2023 jumlah
pekerja paruh waktu atau pekerja yang bekerja selama 35 jam per minggu baik di
pabrik atau di rumah itu didominasi oleh perempuan. Pada tahun 2022, pekerja
paruh waktu perempuan ada sebanyak 37,10 % sedangkan laki-laki hanya
20,36%. Dan data terakhir pada tahun 2023, jumlah pekerja paruh waktu
perempuan adalah yaitu 37,88%, lebih tinggi dari jumlah pekerja paruh waktu
laki-laki yang hanya sebanyak 19,32 % (Badan Pusat Statistik , 2023).

Data-data di atas menjelaskan bahwa pada saat ini jumlah perempuan yang
memilih bekerja pada sektor industri di Jawa Barat, khususnya Kabupaten
Bandung, semakin meningkat. Meningkatnya pekerja perempuan dimungkinkan
karena adanya perubahan dalam berbagai aspek, seperti pendidikan, perubahan
persepsi tentang perempuan, dan aktualisasi diri perempuan. Di samping itu,
meningkatnya pekerja perempuan disebabkan adanya kebutuhan pasar industri
yang mencari buruh dengan spesifikasi tidak berpengalaman sehingga dapat
dibayar murah dan tidak berserikat buruh sehingga dianggap pekerja perempuan
itu patuh.

Menurut hasil penelitian awal yang saya lakukan di lapangan, banyak


perempuan yang menjadi pekerja di sektor industri dan mendapatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tetapi, hal ini dibarengi dengan
berbagai permasalahan yang mereka hadapi saat bekerja seperti kurangnya
pemenuhan pekerja perempuan di pabrik, sedikitnya gaji yang diterima, kekerasan
4

seksual di ranah pabrik, atasan yang semena-mena, dan peran ganda di rumah dan
di pekerjaan.

Di antara masalah-masalah tersebut, masalah krusial yang dihadapi oleh


banyak buruh pabrik perempuan di lapangan adalah peran ganda. Peran ganda
dapat diartikan sebagai situasi di mana seseorang menjalankan dua peran berbeda.
Peran ganda yang dimaksud di sini adalah peran di keluarga dan di tempat kerja
yang harus dijalankan secara bersamaan. Di satu sisi, pekerja perempuan
mendapatkan peran di dalam keluarga yaitu mengurus keperluan suaminya,
mendidik anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Namun, di sisi lain
mereka dituntut juga untuk profesional ketika memilih untuk bekerja di pabrik
dan mampu menjalankan tugas dengan baik.

Fenomena peran ganda yang didapatkan oleh perempuan yang memilih


bekerja di pabrik bukan lagi sesuatu hal yang asing didengar. Pekerja perempuan
mengalami keadaan peran ganda yang berbeda baik itu dalam rumah maupun
dalam tempat kerja karena kondisi dan latar belakang mereka berbeda juga.
Karena itu, faktor penyebab terjadinya peran ganda yang mereka dapatkan juga
akan berbeda.

Persoalan peran ganda yang dialami oleh pekerja perempuan di pabrik ini
menarik untuk dikaji. Banyak sekali pekerja perempuan yang mengalami konflik
peran ganda, tapi mereka tidak menyadari hal itu sehingga mereka selama ini
menanggung beban yang berat. Adanya peran ganda yang mereka jalankan akan
berdampak pada munculnya banyak persoalan yang mereka alami. Karena itu,
saya hendak meneliti bagaimana dampak peran ganda pekerja perempuan
terhadap aspek kehidupan sosial mereka.

Untuk melakukan kajian mengenai peran ganda tersebut, saya akan


memfokuskan analisisnya pada pekerja perempuan P.T. Kahatex. P.T. Kahatex
terdapat di beberapa wilayah sekitar Kabupaten Bandung dan Kota Bandung.
Salah satunya terdapat di Jalan Raya Rancaekek KM 6, Rancaekek Kecamatan
Rancaekek, Kabupaten Bandung. P.T. Kahatex di Rancaekek ini akan dipilih
5

sebagai lokasi penelitian karena, sesuai dengan data dan hasil observasi awal yang
sudah didapatkan dari situs resmi P.T. Kahatex, terdapat sekitar 26.000 orang
bekerja di pabrik ini dengan rasio pria dan wanita yang bekerja di sana adalah 1:5
dan pekerja perempuan rata-rata sudah memiliki keluarga (PT Kahatex, 2022).
Dengan demikian, pabrik ini merupakan lokasi yang cocok untuk memahami
peran ganda pekerja perempuan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial
mereka.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah-masalah yang hendak
dicari jawabannya melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peran ganda apa yang dialami oleh pekerja perempuan P.T. Kahatex
Rancaekek di Kabupaten Bandung?
2. Faktor apa yang menyebabkan munculnya peran ganda yang dilakukan
oleh pekerja perempuan di P.T. Kahatex Rancaekek di Kabupaten
Bandung?
3. Apa dampak dari peran ganda yang dialami oleh pekerja perempuan di
P.T. Kahatex Rancaekek di Kabupaten Bandung terhadap kehidupan
sosial mereka?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peran ganda yang dialami oleh pekerja perempuan di
P.T. Kahatex Rancaekek Kabupaten Bandung?
2. Untuk mengungkap apa penyebab peran ganda yang dialami oleh pekerja
perempuan di P.T. Kahatex Rancaekek Kabupaten Bandung
3. Untuk memahami dampak peran ganda terhadap kehidupan sosial
pekerja perempuan di P.T. Kahatex Rancaekek Kabupaten Bandung
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis dan praktis.
Dari segi akademis, penelitian ini berpotensi untuk memperluas pemahaman
masyarakat terhadap ilmu sosial, khususnya tentang peran ganda di kalangan
6

perempuan di Kabupaten Bandung. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan


informasi atau literatur lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya dalam kajian tentang
peran ganda pekerja perempuan.
Selain itu, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis. Dalam praktiknya,
penelitian ini dapat membantu bagi sejumlah pihak. Penelitian ini diharapkan
dapat membantu mereka menyelesaikan masalah yang dialami akibat
ketidakadilan gender di dunia kerja yang berakibat pada masalah peran ganda
pekerja perempuan.
Bagi pihak pemerintah dan swasta, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang adanya realitas ketidakadilan gender dalam dunia
kerja. Dengan ini, pemerintah dan swasta diharapkan untuk mempertimbangkan
perbaikan sistem terutama dalam soal kesetaraan pekerja perempuan di sektor
industri.
Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan tentang keadaan buruh perempuan yang mengalami beban ganda
sehingga menjadikan masyarakat lebih peduli pada kondisi buruh perempuan
yang secara sadar maupun tidak sadar terdiskriminasi dalam dunia kerja yang
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kesetaraan gender.
1.5 Kerangka Pemikiran

Teori Feminisme sosialis akan digunakan sebagai pisau analisis dalam


penelitian ini karena teori berkaitan dengan subjek penelitian yang akan dibahas.
Feminisme sosialis merupakan hasil ketidakpuasan dari feminisme marxis yang
fokusnya hanya menekankan pada penindasan kelas dan menganggap penindasan
kelas lebih penting dari penindasan perempuan.

Teori feminisme sosialis muncul untuk membangun kesetaraan dengan


kepentingan uang dan kekuasaan. Feminisme sosialis menganjurkan agar kaum
borjuis yang menguasai modal memperlakukan perempuan secara setara dalam
hal gaji dan mengizinkan mereka mengambil cuti untuk memenuhi kebutuhan
mereka, seperti cuti hamil dan menyusui bayi. Hubungan antara pekerjaan rumah
tangga dan pekerja upahan, atau dalam istilah sosiologi, antara keluarga dan
7

pekerjaan, adalah salah satu topik terpenting yang dibahas oleh feminisme sosial
(Angger, 2003).

Ada banyak konsep fundamental dalam feminisme sosialis. Sebagai


permulaan, perempuan dihilangkan dari status kelas karena diasumsikan kalau
perempuan itu tidak ada hubungan yang relevan dengan peralatan produksi.
Kedua, konsep kompensasi bagi perempuan untuk tugas-tugas domestik mereka.
Ketiga, status ibu rumah tangga dan pekerjaan diperlukan agar sistem kapitalisme
dapat berfungsi. Kapitalisme melanggengkan seksisme dengan memisahkan
pekerjaan yang dibayar dari pekerjaan rumah tangga dan mengharuskan
perempuan melakukan pekerjaan rumah tangga (Angger, 2003).

Menurut feminisme sosialis, perempuan menghadapi dua jenis penindasan


struktural. Penindasan inilah antara kapitalisme dan patriarki, yang kemudian
bertransformasi menjadi dominasi kapitalis patriarki ( Ritzer & Goodman, 2007).
Akibatnya, kapitalisme dan patriarki adalah dua hal yang harus dilawan (Holidin,
2004).

Juliet Mitchell mengintegrasikan patriarki non-materialis dengan


kapitalisme materialis. Penjelasannya mengenai patriarki non-materialis
didasarkan pada analisis yang dilakukan pada sebuah keluarga, yang
menunjukkan bahwa beberapa aspek kehidupan perempuan adalah hasil
perpaduan antara aspek biologis, lingkungan sosial, dan ideologis perempuan itu
sendiri. Artinya perempuan harus menjalankan kehidupannya seusai dengan
gagasan masyarakat tentang bagaimana perempuan seharusnya bertingkah laku di
kehidupan sosial (Tong, 2027).

Materialisme historis adalah prinsip dasar teori feminisme sosialis, yang


menyatakan kalau keadaan material kehidupan manusia, termasuk aktivitas dan
segala hubungan yang menyebabkan kondisi tersebut, merupakan faktor utama
yang menentukan pola pengalaman, kepribadian, dan tatanan sosial manusia.
Karena dinamika yang melekat di dalamnya, keadaan ini berubah seiring
berjalannya waktu.
8

Feminisme sosialis berusaha membebaskan perempuan dengan mengubah


sistem patriarki. Tujuan mengubah kerangka patriarki adalah untuk mencapai
kesetaraan gender. Secara umum, kita dapat melihat beberapa elemen mendasar
dari filosofi feminisme sosialis, seperti patriarki, kelas, gender, dan reproduksi
(Ollenburger & Moore, 1996).

Feminisme sosialis mengadopsi gagasan Marxisme tentang praksis, yang


merupakan teori penyadaran terhadap individu tertindas sehingga perempuan
menyadari kalau perempuan adalah kelas yang kurang beruntung. Proses
penyadaran ini melibatkan pengaktifan emosi perempuan supaya perempuan
dapat memperbaiki kondisi mereka karena proses penyadaran perempuan
merupakan gagasan utama dari feminisme sosialis (Megawangi, 1999).
Berdasarkan teori feminisme sosialis sebagian besar kaum perempuan tidak
menyadari kalau mereka merupakan kaum-kaum yang tertindas dan terbelakang.

Untuk memahami penindasan perempuan, feminisme sosialis meminjam


suatu analisis tentang bagaimana posisi kelas dan gender. Maka menurut
feminisme sosialis bahwa dalam sebuah masyarakat, kapitalisme bukanlah sumber
tunggal yang dapat menyebabkan penindasan perempuan karena gender, kelas,
etnis, dan variabel individu atau kelompok, menurut mereka semuanya dapat
berkontribusi pada keterbelakangan perempuan (Tong, 2027).

Usulan Engels untuk meringankan bahkan melepaskan perempuan dari


penindasan dan keterbelakangan yaitu dengan melibatkan mereka di sektor publik.
Keterlibatan perempuan di sektor publik dapat meningkatkan produktivitas
mereka dan memberikan perempuan posisi negosiasi yang lebih kuat dalam
pekerjaan rumah tangga dibandingkan dengan laki-laki (Megawangi, 1999)

Kontrol atas tenaga kerja sangat penting karena ketika keluarga tidak
mempunyai asisten rumah tangga maka segala urusan di rumah tangga dikerjakan
oleh istri, hal ini memungkinkan laki-laki meninggalkan rumah untuk mencari
uang. Selain itu, pekerja perempuan tidak dikelola secara efektif karena mereka
dilarang bekerja untuk memiliki penghasilan. Jika seorang pria tidak bekerja dan
9

memiliki pendapatan yang rendah, statusnya akan terpuruk karena dia tidak dapat
memberikan kehidupan yang layak bagi istrinya dan harus melakukan tugas-tugas
rumah tangga (Young, 1990).

Jadi, meskipun perempuan sudah melakukan pekerjaan rumah tangga,


mereka juga dituntut untuk membantu keluarga karena pendapatan suami biasanya
masih kurang bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Menurut
feminisme sosialis, pekerjaan rumah tangga perempuan sangat penting untuk
reproduksi tenaga kerja, baik secara fisik maupun mental. Artinya, perempuan
menyediakan kapitalisme dengan pasokan tenaga kerja yang murah, fleksibel dan
lebih mudah untuk kembali ketika dibutuhkan. Maka pembentuk utama dari
feminisme sosialis adalah adanya peran ganda yaitu peran domestik(rumah) dan
peran publik (tempat kerja) (Muzakir, 2022).

Secara lebih mendasar, perempuan menanggung dua beban yaitu merawat


keluarga di rumah dan bekerja di luar rumah. Karena perempuan distereotipkan
sebagai seseorang yang melakukan kerja domestik, maka beban mereka lebih
besar daripada laki-laki. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan keluarga perempuan
yang bekerja di pabrik, di mana perempuan harus melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti mencuci, mengurus anak dan pasangan, memasak, menyapu dan di
ranah publik, khususnya sebagai buruh pabrik (Fitria & Ummah, 2012).

Oleh karena itu, peneliti menggunakan teori feminisme sosialis sebagai


kerangka teori untuk penelitian ini karena teori ini menjelaskan hubungan antara
pekerjaan di rumah tangga dan pekerjaan upahan di perusahaan. Menurut teori
feminisme sosialis, antara kapitalisme dan patriarki merupakan suatu hal yang
menyebabkan penindasan pada perempuan. Hal ini terlihat jelas dalam teori
sistem ganda dan teori sistem terpadu yang diciptakan oleh pendekatan ini.
10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Kajian mengenai penelitian terdahulu sangat dibutuhkan untuk mengetahui


persamaan, perbedaan, kekurangan, kelebihan, dan kebaruan mengenai studi-studi
relevan yang pernah dilakukan dan kemudian dibandingkan dengan proposal
skripsi ini. Selain itu, tinjauan atas penelitian terdahulu dilakukan agar penelitian
ini mampu menujukan kontribusi dan signifikasinya terhadap kajian terdahulu.
Berikut ini merupakan hasil dari kajian terdahulu yang berbentuk skripsi dan
artikel jurnal yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.

Pertama, Nurul Fitria Hafid (2021) dalam skripsinya yang berjudul “Peran
Ganda Buruh Perempuan di P.T. Sumber Graha Sejahtera, Desa Lumbewe,
Kecamatan Burau, Kabupetan Luwu Timur” melakukan penelitian mengenai
gambaran dandampak adanya peran ganda tersebut. Adapun hasil dari penelitian
tersebut adalah peran ganda terjadi akibat adanya pembagian peran secara gender
yang tidak seimbang serta dampak peran ganda dari hasil penelitian ini ada
dampak positif dan negatifnya. Positifnya yaitu menambah penghasilan dan
kebutuhan ekonomi sedangkan negatifnya fisik perempuan pekerja gampang lelah
karena tidak ada waktu istirahat dan dapat berkurangnya waktu bersama keluarga
(Hafid, 2021).

Terdapat kesamaan dan perbedaan antara penelitian ini dan artikel jurnal
tersebut. Kesamaannya terletak pada masalah penelitian yakni keduanya sama-
sama mengkaji tentang bagaimana peran ganda pekerja perempuan di pabrik.
Kesamaan lainnya terletak pada fokus penelitiannya itu pada perempuan pekerja
pabrik perempuan. Namun ada beberapa hal yang membedakan antara skripsi
Nurul dan penelitian ini yaitu terletak pada bahasan penelitian. Skripsi di atas
membahas tentang peran laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang sehingga
menimbulkan peran ganda serta dampak dari peran ganda dilihat dari semua aspek

10
11

dan tidak terpusat, sedangkan penelitian ini membahas tentang bagaimana peran
ganda, faktor penyebabnya serta dampaknya pada satu aspek yaitu kehidupan
sosial. Perbedaan lainnya adalah skripsi di atas menggunakan teori peran ganda,
sedangkan pada penelitian ini menggunakan teori feminisme sosialis.

Studi Nurul Fitria Hadid di atas memiliki kelebihan sebagaimana tampak


pada penjelasan secara rinci bagaimana pembagian peran yang dilakukan
perempuan dan laki-laki yang dapat menyebabkan peran ganda pada pekerja
pabrik dan memberikan upaya yang dilakukan. Namun, studinya juga mempunyai
kekurangan yakni kurangnya penjelasan bagaimana peran ganda yang dialami
pekerja perempuan, tidak menjelaskan semua faktor yang menyebabkan terjadinya
peran ganda dan tidak menjelaskan secara rinci dampak dan tidak melihat dampak
dalam satu sisi secara fokus.

Kedua, Herlina Syarifuddin (2019) dalam skripsinya yang berjudul “Peran


Ganda Perempuan (Study Tentang Karyawati di P.T. Kemilang Bintang Timur
Kecamatan Biringkanya Kota Makasar)” membahas mengenai ketidakadilan
pembagian peran yang menyebabkan peran ganda, kemudian mengenai dampak
peran ganda dari berbagai aspek baik positif maupun negatif. Hasil dari
penelitiannya tersebut menujukan bahwa pada saat akan berangkat kerja mereka
terpaksa untuk menyelesaikan beberapa kewajiban di dalam rumah tangga dan
selepas pulang kerja mereka juga harus kembali beraktivitas di rumahnya masing-
masing. Kemudian, dampak positif dari peran ganda tersebut terhadap keluarga
adalah menambah penghasilan keluarga, membiayai sekolah anak dan lainya,
kemudian dampak negatifnya adalah kurang berkumpul dengan keluarga dan
terjadinya pertengkaran (Syarifuddin, 2019).

Terdapat kesamaan dan perbedaan antara penelitian ini dan artikel jurnal
tersebut. Kesamaannya terletak pada masalah penelitian yakni keduanya sama-
sama mengkaji tentang peran ganda perempuan yang bekerja di pabrik. Kesamaan
lainnya terletak pada fokus penelitiannya itu pada pekerja pabrik perempuan yang
bekerja. Namun, ada beberapa perbedaan antara skripsi Herlina Syarifufin dan
penelitian ini, yang berpusat pada masalah yang dibahas. Skripsi di atas
12

membahas pola pembagian peran perempuan yang bekerja dan konsekuensi dari
peran ganda pekerja perempuan terhadap kehidupan keluarga. Sedangkan
penelitian ini membahas tentang bagaimana gambaran peran ganda yang terjadi
pada pekerja perempuan beserta faktor penyebabnya dan akibat yang timbul pada
kehidupan sosial pekerja perempuan yang mengalami peran ganda. Selain itu, ada
perbedaan teori yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang diteliti,
yakni skripsi di atas menggunakan teori feminisme liberal, sedangkan skripsi ini
menggunakan teori feminisme sosialis. Skripsi Herlina memiliki kelebihan yaitu
pada penjelasan secara satu persatu tentang bagaimana pembagian peran yang
dialami perempuan pekerja dan melihat dampak peran ganda yang dialami
terhadap keluarga. Namun ia memiliki kekurangan pada sisi gambaran mengenai
peran ganda yang dialami, di dalam skripsinya juga tidak dijelaskan faktor
penyebab terjadinya peran ganda.

Ketiga, Oktavia Ayu dan Pambudi Handoyo (2020) dengan jurnal mereka
berjudul “Peran Ganda Buruh Perempuan Pada Keluarga dan Pekerjaan (Studi
Kasus di Pabrik Sampoerna TBK)” membahas mengenai bermacam peran yang
dialami oleh pekerja perempuan dan bagaimana peran ganda perempuan dalam
pembangunan. Hasil penelitian mereka menujukan bahwa perempuan mengalami
peran ganda yaitu mereka melakukan dua peran sekaligus, peran menjadi ibu
rumah tangga yang tugasnya melakukan pekerjaan rumah tangga dan peran
sebagai pekerja untuk mencari nafkah. Pengambilan keputusan untuk bekerja itu
adalah kemauan sendiri (Oktavia & Pambudi, 2020).

Terdapat kesamaan antara jurnal di atas dengan penelitian yang akan dikaji
dalam skripsi ini, yakni terletak pada tema mengenai peran ganda yang dialami
pekerja perempuan, dan keduanya fokusnya pada pekerja pabrik. Namun,
keduanya memiliki perbedaan dalam teori analisis, yakni penelitian ini
menggunakan teori feminisme sosial sedangkan jurnal di atas menggunakan teori
feminisme liberal. Perbedaan lain terletak pada pembahasan pada skripsi ini
membahas tiga peran secara langsung, sedangkan pada penelitian ini hanya
membahas dua peran saja. Skripsi ini memiliki kelebihan pada bagaimana
menjelaskan tiga peran yang dialami oleh pekerja perempuan secara jelas dan
13

rinci dan menggambarkan mengenai bagaimana gambaran perempuan dalam


pembangunan. Namun, karya di atas memiliki kekurangan, yaitu tidak adanya
penjelasan mengenai faktor penyebab terjadinya peran ganda di sana dan tidak
menjelaskan dampak peran ganda dalam berbagai aspek apapun.

Keempat, Yuliana (2017) dalam skripsinya berjudul “Peran Ganda


Perempuan Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga” membahas bagaimana
dampak dari adanya peran ganda apakah dapat meningkatkan ekonomi keluarga.
Hasil penelitiannya menunjukkan faktor penyebab dari adanya peran ganda, yaitu
salah satunya kebutuhan ekonomi keluarga dan membantu suami mencari nafkah.
Dampak positif dari adanya peran ganda yang dialami buruh perempuan adalah
mereka bisa memenuhi segala kebutuhan keluarga, tetapi di samping itu
perempuan mempunyai beban ganda secara ekonomi (Yuliana, 2017)

Terdapat kesamaan antara penelitian Yuliana dengan penelitian ini, yakni


pada tema mengenai peran ganda pekerja perempuan. Namun, keduanya memiliki
perbedaan secara fokus penelitian: Yuliana berfokus pada aspek ekonomi
sedangkan penelitian ini berfokus pada kehidupan sosial melalui dampak. Ada
perbedaan lain, yaitu dalam segi analisis teori penelitian: Yuliana menggunakan
teori konflik sosial sedangkan penelitian ini menggunakan teori feminisme
sosialis.

Studi Yuliana memiliki kelebihan pada penjelasan mengenai latar belakang


adanya peran ganda. Ia menjelaskan satu persatu secara rinci hal apa yang
melatarbelakangi munculnya peran ganda, menjelaskan peran pekerja perempuan
terhadap kebutuhan ekonomi dan menjelaskan bagaimana beban ganda yang
pekerja perempuan alami. Namun, karyanya di atas memiliki kekurangan pada
analisisnya yang hanya memberikan gambaran peran ganda tetapi tidak melihat
dampak dari peran ganda terhadap kehidupan keluarga.

Kelima, Nurjanah (2011) dengan skripsinya yang berjudul “Dampak Peran


Ganda Pekerja Perempuan Terhadap Keluarga dan Kegiatan Sosial di Masyarakat
(Studi Terhadap Pekerja Perempuan Pada Industri Rumah Tangga Kerajinan Kulit
14

Di Dusun Manding Sabdodadi Bantul)” membahas mengenai peran ganda


karyawan perempuan, yang berdampak pada kegiatan keluarga dan sosial mereka.
Hasil penelitiannya menjelaskan peran ganda dapat berdampak baik dan buruk
baik bagi keluarga serta kegiatan sosial. Bagi kehidupan keluarga, dampak
baiknya ialah menambah penghasilan dan rasa saling menghargai satu sama lain
antara suami dan istri, sedangkan konsekuensi buruknya adalah berkurangnya
waktu yang dapat dihabiskan bersama keluarga dan lebih banyak tekanan pada
perempuan. Sedangkan dalam berkegiatan sosial, dampak yang dialami
perempuan dari sisi positifnya pekerja dapat memanfaatkan penghasilannya untuk
memenuhi kebutuhan secara sosial. Sedangkan dampak negatifnya terhadap
kehidupan sosial adalah tidak dapat mengikuti kegiatan sosial di siang hari
(Nurjanah, 2011).

Terdapat kesamaan antara penelitian Nurjannah tersebut dengan penelitian


yang akan dikaji dalam skripsi ini , yakni terletak pada masalah mengenai dampak
dari adanya peran ganda terhadap kehidupan sosial. Namun, terdapat perbedaan
antara keduanya: penelitian ini mengkaji satu dampak, sedangkan penelitian
Nurjanah membahas dua dampak dan tidak membahas faktor penyebab terjadinya
peran ganda.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian-


penelitian terdahulu tersebut telah menjelaskan dan memberikan pemahaman
mengenai peran ganda perempuan dan dampaknya. Namun, terdapat celah yang
penting untuk dilakukan kajian lebih lanjut yang luput dari penelitian-penelitian
terdahulu tersebut, yaitu mengenai faktor penyebab dari peran ganda dan
dampaknya terhadap kehidupan sosial pekerja perempuan karena dari penelitian
sebelumnya hanya dibahas pada segi ekonomi dan keluarga.

Oleh karena itu, skripsi ini berusaha mengisi kekosongan tersebut dengan
melakukan kajian tentang dampak dari adanya peran ganda terhadap kehidupan
sosial pekerja perempuan di pabrik. Untuk tujuan ini, skripsi ini memfokuskan
kajian pada perempuan yang bekerja di Kabupaten Bandung khususnya PT.
Kahatex.
15

2.2 Peran Ganda

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah seperangkat tingkah


laku yang diharapkan dimiliki oleh individu yang berkedudukan dalam sebuah
masyarakat (KBBI, diakses pada 08 November 2023). Artinya peran adalah
sesuatu yang dimainkan dan dijalankan oleh individu .

Menurut Soejono Soekanto, peran merupakan sebuah aspek yang dapat


berubah dalam sebuah status. Jika seseorang memenuhi tugasnya sesuai dengan
posisinya, maka ia telah memenuhi sebuah peranan. (Soekanto, 2002). Definisi
yang berbeda dikemukakan oleh Koentrajaningrat, bahwa peran adalah tingkat
laku seseorang yang memusatkan pada sebuah status tertentu, maka dari itu
konsep dari sebuah peran mengarah pada pola perilaku yang diharapkan pada diri
seseorang yang memiliki kedudukan pada suatu kelompok atau masyarakat
(Dakhi, 2021).

Dapat dipahami bahwa peran adalah partisipasi individu dalam suatu kegiatan
kelompok untuk mencapai tujuan, baik secara individu maupun kolektif. Individu
bertanggung jawab atas statusnya dan individu akan ditugaskan pada serangkaian
peran yang terhubung dan identik dengan status tersebut. Hubungan seseorang
dengan orang lain yang saat ini sedang menjalankan berbagai tugas yang terkait
dengan status tertentu disebut sebagai seperangkat peran.

Jika ada kondisi di mana dua atau lebih peran dilaksanakan secara bersamaan,
maka hal tersebut disebut sebagai peran ganda. Peran ganda yang dimaskud
adalah peran ganda yang dialami oleh perempuan. Menurut Astuti dalam
(Alghasyiyah, 2014). Ada beberapa peran yang dikaitkan pada perempuan yaitu :

1. Peran Produktif
Peran produktif atau yang setara dengan peran transisi adalah peran yang
diberikan kepada perempuan pencari yang mencari nafkah untuk
keluarganya. Peran ini adalah peran yang diberikan kepada perempuan
tetapi dihargai dengan nominal uang atau barang yang masih ada
16

hubungannya dengan kegiatan ekonomi. Maka, peran yang dimaksud


diidentifikasi sebagai peran perempuan yang bekerja di sektor publik.
2. Peran Domestik
Peran domestik mirip dengan peran tradisional, peran ini hanya sedikit
lebih terfokus pada biologis dan tidak memiliki nilai finansial atau
material. Peran ini berkaitan dengan keberlangsungan hidup mereka
sebagai perempuan seperti persalinan, perawatan, kehamilan dan diikuti
dengan pekerjaan rumah tangga.
3. Peran Sosial
Peran di ranah sosial hakikatnya adalah suatu persyaratan bagi perempuan
untuk membangun diri mereka sendiri dalam sebuah masyarakat.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peran adalah tugas atau aktivitas
yang telah menjadi perhatian perempuan. Apabila dua atau tiga peran dialami
secara bersamaan, maka akan menimbulkan peran ganda. Peran ganda perempuan
mengacu pada perempuan yang menjalankan peran di rumah tangga dan ranah
publik. Peran domestik, bisa dikatakan, tidak di kompensasi secara finansial,
tetapi merupakan kewajiban seorang istri dan ibu. Sedangkan peran publik adalah
terdiri dari perempuan yang memilih bekerja di luar rumah atau di tempat kerja
mereka secara profesional sesuai dengan keahlian dan kemampuannya dan kedua
peran ini sering kali dilakukan secara bersamaan (Jesike, 2017).

Selain itu, peran ganda perempuan adalah apabila seorang perempuan


menjalankan dua peran sekaligus dalam satu waktu. Di mana suatu kegiatan yang
sebelumnya menjadi hal yang dikerjakan (pekerjaan) dan yang satunya sudah
menjadi kewajiban (kodrat) yang harus dipenuhi oleh perempuan (Suparman,
2017).

Pada dasarnya perempuan yang sudah berkeluarga dalam masyarakat akan


berperan berdasarkan nilai budaya yang di konstruk pada masyarakat itu sendiri
dan pada budaya masyarakat yang ada perempuan di konstruk untuk menjadi ibu
rumah tangga dan mengerjakan segala pekerjaan yang ada di rumah, maka mereka
tidak bisa meninggalkan peran utamanya. Dengan begitu ibu rumah tangga yang
17

memilih untuk bekerja di luar rumah otomatis mereka memiliki peran ganda, yaitu
perannya sebagai istri, ibu dan pekerja (Santoso, 2009)

Gagasan tentang peran ganda perempuan berasal dari paradigma yang sama,
yaitu pemisahan utama antara rumah tangga dan lingkungan publik (Wibowo,
2011). Gagasan tentang peran ganda, yang dimaksudkan untuk meminimalisir
ketidaksetaraan dalam akses terhadap pekerjaan dan sumber daya ekonomi,
terkadang menghasilkan banyak kesalahpahaman. Hal ini disebabkan oleh
ketidakmampuan paradigma tersebut untuk dari gaya berpikir dikotomis yang
memisahkan antara lingkungan publik dan privat.

2.3 Pekerja Perempuan

Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan, pekerja adalah setiap orang


yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan kata
lain, pekerja adalah seseorang yang dapat melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan barang atau jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
masyarakat umum (Kementrian Ketenagakerjaan, 2003).

Sedangkan deskripsi umum pekerja perempuan adalah setiap perempuan yang


bekerja untuk mendapatkan penghasilan atau imbalan dalam kapasitas apa pun
(Maimun, 2003). Meskipun ada pekerja yang menerima imbalan dalam bentuk
barang, namun penegasan insentif dalam bentuk apapun tetap diperlukan karena
penghasilan telah identik dengan uang. Dalam arti lain, pekerja perempuan adalah
perempuan yang dapat melakukan suatu pekerjaan yang memungkinkan mereka
untuk menghasilkan barang dan jasa untuk kebutuhan mereka sendiri atau
kebutuhan banyak orang. Perempuan yang mengambil pilihan untuk bekerja maka
perempuan tersebut dapat memperoleh dan mengalami kemajuan dan
pertumbuhan di tempat kerja (Anorga, 2006).

Singkatnya, pekerja perempuan adalah perempuan yang menjalankan fungsi


produktifnya, yaitu peran yang menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Dan
dapat dikatakan bahwa tenaga kerja perempuan didefinisikan sebagai orang yang
melakukan suatu usaha produktif untuk mendapatkan suatu produk atau jasa yang
18

memiliki nilai uang dan dimaksudkan untuk memberikan standar hidup yang lebih
baik dengan mengalami pertumbuhan dan kemajuan di bidang ketenagakerjaan.

Pekerjaan perempuan sering menjadi isu perburuhan di Indonesia, karena


terdapat pembeda secara perlakuan antara pekerja perempuan dan laki-laki, dan
pekerja perempuan pada beberapa waktu dianggap tidak bekerja dengan maksimal
dalam membuat produk atau bahkan dianggap menyusahkan perusahaan. Namun
tidak dipungkiri keberadaan pekerja perempuan dalam perusahaan sangat
dibutuhkan. Pekerja perempuan dapat dikatakan lebih unggul dari pada pekerja
laki-laki maupun sebaliknya maka dari itu seharusnya tidak ada perbedaan
perlakuan antara pekerja perempuan dan laki-laki (Sembiring, 2016).

Oleh karena itu, pemerintah membuat UU No. 13/2003 tentang


Ketenagakerjaan, khususnya Pasal 76 dan 93, serta Peraturan Perusahaan atau
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) terkait Hak perlindungan bagi pekerja
perempuan. Hak perlindungan bagi pekerja perempuan tersebut yaitu :

1. Perlindungan Terkait Jam Kerja Perempuan

Perlindungan kerja bagi pekerja perempuan, terutama perempuan di


bawah usia 18 tahun dan perempuan hamil yang bekerja dari pukul 23.00
hingga 07.00. Kemudian perusahaan diwajibkan untuk menyediakan makanan
dan minuman yang sehat serta menjaga kesusilaan dan keamanan di tempat
kerja. Jika pekerja perempuan bekerja dari pukul 23.00 hingga 07.00 pemilik
perusahaan juga dilarang mempekerjakan orang yang bekerja melebihi jam
kerja yang diwajibkan

2. Perlindungan pada Pekerja Perempuan Pada Masa Haid (Cuti Haid)

Pada dasarnya pekerja perempuan yang sedang mengalami masa haid


(menstruasi) tidak diwajibkan, dipaksa untuk masuk kerja di hari pertama dan
hari selanjutnya, namun mereka tetap harus mendapatkan upah secara penuh
dengan syarat melapor kepada manajemen perusahaan. Tetapi banyak
perusahaan yang tidak menerapkan hal ini karena menstruasi dianggap hal
yang biasa.
19

3. Perlindungan Pada Pekerja Perempuan Saat masa hamil dan melahirkan

Perlindungan terhadap pekerja perempuan dalam saat masa kehamilan dan


sudah melahirkan wajib dilakukan karena hal tersebut menjadi hak bagi
perempuan yang sedang menjalani kodratnya sebagai perempuan.
Perlindungan perempuan menekankan hak pekerja perempuan untuk
mendapatkan cuti selama dua bulan setengah sebelum dan sesudah
melahirkan. Hal ini juga berlaku untuk pekerja perempuan yang mengalami
masalah kesehatan kehamilan atau keguguran.

4. Perusahaan wajib memberikan waktu dan lokasi untuk ibu menyusui

Pekerja perempuan juga memiliki hak untuk menjalankan kodratnya sebagai


seorang ibu yaitu menyusui. Jika pekerja perempuan yang setelah melahirkan
masih menyusui bayinya maka mereka harus diizinkan dan diberi waktu agar
mereka dapat memerah ASI walaupun itu sedang jam kerja selain itu
perusahaan juga harus menyediakan tempat untuk memerah ASI.

5. Tidak diperbolehkan melakukan perubahan dan pemutusan kerja tanpa


sebab terhadap pekerja perempuan

Dalam sebuah perusahaan, baik pekerja laki-laki maupun pekerja perempuan


memiliki hak dan kewajiban yang sama. Salah satunya perusahaan tidak
diperbolehkan melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa sebab. Maka
perusahaan tidak diizinkan untuk membuat perubahan dan pemutusan pada
hubungan kerja sehubungan dengan pekerja perempuan yang sakit, hamil,
melahirkan, menyusui, dan menikah sekalipun. Sesuai dengan kodrat, harkat,
dan martabatnya, larangan ini memberikan perlindungan bagi karyawan
perempuan (Dewi, Styawati, & Arthanaya, 2022).

Dari adanya perlindungan dan hak perempuan pekerja ini maka sangat
diharapkan agar ketidakadilan dan marginalisasi terhadap pekerja perempuan
tidak lagi terjadi karena pada kenyataannya pekerja perempuan yang bekerja di
perusahaan banyak mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai dan kurang adil.
20

2.4 Pabrik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pabrik adalah struktur yang


dilengkapi dengan mesin di mana komoditas tertentu dibuat atau diproduksi dalam
jumlah besar untuk kegiatan ekonomi yang berupa jual beli (KBBI, diakses pada
08 November 2023).

Definisi lain pabrik (plant/factory) adalah setiap lokasi yang di mana adanya
faktor-faktor produksi seperti manusia, mesin dan peralatan produksi lainnya
(fasilitas), material, energi, uang (modal), informasi, sumber daya alam (air, tanah,
mineral), dan banyak lainnya dijalankan dalam suatu sistem produksi agar
menghasilkan sebuah produk yang bersifat efektif, efisien, dan aman (Syukron &
Kholil, 2014).

Istilah pabrik dan industri terkadang digunakan secara bergantian, meskipun


industri memiliki konotasi yang lebih luas. Pabrik adalah jenis industri tertentu
yang sebagian besar memproduksi barang jadi. Seperti yang umum terjadi di
sektor manufaktur.

Menurut Robbins dan Coulter, pabrik memproduksi produk yang berwujud.


Orang-orang dapat dengan jelas melihat bagaimana berbagai mesin di pabrik
bekerja untuk mengubah bahan dasar menjadi barang fisik yang lebih khusus dan
mudah dikenali (Robbins & Coulter, 2005).

Pabrik atau perusahaan industri adalah unit bisnis yang terlibat dalam kegiatan
ekonomi, bertujuan untuk menghasilkan barang atau jasa, bertempat di gedung
atau lokasi tertentu, memiliki catatan administratif sendiri yang berkaitan dengan
produksi dan struktur biaya, dan dikelola oleh satu atau beberapa orang.
(Kementrian Perindustrian , 2023).

Pabrik atau perusahaan industri dibagi ke dalam 4 golongan yaitu:

1. Pabrik industri besar, berisi seratus atau lebih tenaga kerja;


21

2. Pabrik industri sedang, berisi dua puluh dua sampai sembilan puluh
sembilan tenaga kerja;

3. Pabrik industri kecil, berisi lima sampai sembilan belas tenaga kerja; dan

4. Pabrik industri rumah tangga, berisi satu sampai empat tenaga kerja
(Kementrian Perindustrian , 2023)

Kategorisasi pabrik atau perusahaan industri ini sepenuhnya didasarkan pada


jumlah karyawan, terlepas dari apakah perusahaan tersebut menggunakan mesin
listrik atau tidak, dan terlepas dari jumlah modal maka jenis perusahaan pun akan
berbeda (Kementrian Perindustrian , 2023).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.


Metode pendekatan kualiatatif dipilih karena peneliti akan menyajikan,
mendeskripsikan, dan menggambarkan objek secara alamiah dan mendalam.
Penelitian deskriptif adalah metode yang memiliki tujuan untuk menggambarkan,
menjelaskan dan menginterprestasikan sebuah objek secara natural berdasarkan
data yang diperoleh dari narasumber dan informan(Cresswell, 2014). Tujuan
penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran secara tersusun
terkait suatu fakta, gambaran, dan karakteristik sebuah objek yang diteliti secara
tepat (Sudaryono, 2018).

Sebagaimana penjelasan di atas, metode deskriptif sangat cocok dengan


masalah penelitian yang akan peneliti kaji. Dengan metode ini, Peneliti hendak
menggambarkan peran ganda yang didapatkan oleh pekerja perempuan P.T.
Kahatex dan dampak peran ganda terhadap pada kehidupan sosial mereka.

3.2 Sumber Data

Sumber data merupakan suatu sumber atau asal dari mana suatu data
didapatkan dan bagaimana data tersebut diambil dan diolah (Kunto, 2013). Proses
pengumpulan data dapat ditemukan melalui berbagai sumber dan cara, baik orang,
benda, maupun tempat yang digunakan peneliti untuk membaca, mengamati dan
bertanya mengenai data.

Terdapat dua jenis sumber data dalam penelitian ini, yakni sumber data
primer dan sumber data sekunder (Sugiyono, 2013).

3.2.1 Data Primer

21
22

Data primer adalah informasi yang didapatkan langsung dari sumbernya dan
bukan dari sumber tambahan yang berasal baik dari individu atau kelompok baik
melalui observasi, dan wawancara yang dilakukan kepada informan (Umar, 2013).

Maka sumber sumber primer adalah suatu data yang bersifat original dan
material yang sering disebut “first-hand information” (Silalahi, 2012). Jadi yang
disebut Sumber data yang menawarkan data secara langsung kepada peneliti
dikenal sebagai data primer. tanpa adanya perantara atau melalui tangan pertama
(Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian ini, data primer berasal dari keterangan dan informasi dari
narasumber utama, yaitu pekerja perempuan, yang dikumpulkan untuk menjawab
rumusan masalah penelitian.

3.2.2 Sumber Sekunder

Data sekunder merupakan data penelitian yang didapatkan secara tidak


langsung oleh peneliti tetapi melewati suatu perantara artinya data tersebut sudah
dibuat, dicatat dan sudah disajikan oleh pihak lain (Indriantoro & Supomo, 2013).
Data yang sudah dikumpulkan oleh pihak kedua dan yang sudah tersedia
sebelumnya dinamakan data sekunder. Oleh karena itu data sekunder di sebut
“second-hand information" atau data didapatkan dari tangan kedua (Silalahi,
2012).

Bentuk-bentuk sumber data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian


kualitatif yaitu berbentuk artikel, koran, majalah , arsip penting, buku-buku,
skripsi dan jurnal-jurnal ilmiah yang menilai dan mengkritik penelitian yang lain.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari publikasi


instansi, buku-buku, skripsi dan artikel jurnal, yang mendukung penelitian yang
akan Peneliti kaji.

3.3 Jenis Data


23

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan untuk memecahkan masalah
adalah jenis data kualitatif, yaitu sebuah jenis data yang memiliki ciri yang berisi
kumpulan susunan kata-kata, deskripsi, ungkapan yang berasal dari subjek yang
diteliti. Tujuan dari jenis data kualitatif yaitu peneliti dapat melihat dan
memahami alur peristiwa secara urut serta peneliti dapat menilai bagaimana
sebab-akibat yang ada pada lingkup subjek dan bisa mendapatkan penjelasan yang
banyak dan bermanfaat (Silalahi, 2012).

Dalam penelitian ini, Peneliti memaparkan data secara deskriptif dengan


menyatakan keadaan, ucapan, dan tindakan informan secara non-numerik. Selain
itu, Peneliti berusaha untuk memahami sepenuhnya keunikan dan nilai dari objek
yang akan diteliti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah tahap penelitian yang bertujuan untuk


mendapatkan data atau informasi yang digunakan untuk menganalisis
permasalahan yang diteliti. Peneliti harus memahami dan mengetahui teknik
penghimpunan data yang digunakan dalam penelitian agar data yang dikumpulkan
memenuhi kebutuhan syarat data yang diperlukan. Dalam melakukan penelitian
ini, peneliti menggunakan dua pendekatan pengumpulan data, yaitu observasi dan
wawancara.

3.4.1 Observasi

Observasi adalah pendekatan pengumpulan data yang melibatkan kelima


indera manusia baik penglihatan, pendengaran dan lainnya dalam pengumpulan
data. Pengamatan tersebut tidak terbatas pada subjek saja, tetapi juga pada objek
lainnya (Sugiyono, 2013). Dalam kegiatan observasi peneliti dapat melihat,
merasakan kemudian mencatat hal-hal yang melatarbelakangi munculnya perilaku
dan dasar dari sebuah sistem dengan merekam bagaimana urutan tingkal laku atau
kegiatan suatu sistem yang mempunyai tujuan tertentu (Herdiansyah, 2015).
24

Dengan melakukan observasi peneliti dapat menilai sesuatu yang kurang atau
tidak diamati dan dilihat oleh orang lain, dapat menemukan sesuatu di luar
persepsi dari informan sehingga bisa mendapatkan gambaran komprehensif dan
peneliti juga mendapatkan kesan dan pengalaman secara langsung (Sugiyono,
2013).

Dalam penelitian ini, observasi yang akan dilakukan merupakan observasi


non partisipan di mana pengamatannya dilakukan secara tidak langsung. Dalam
melakukan pengambilan data, Peneliti tidak ikut serta secara intens dalam
rangkaian aktivitas sehari-hari yang dikerjakan oleh pekerja perempuan, tetapi
hanya sebagai pengamat independen yang bertujuan untuk memperoleh
keterangan dari informan yang akan diwawancarai terkait permasalahan peran
ganda pekerja perempuan yang berdampak pada kehidupan sosialnya. Peneliti
melakukan pencatatan dari hasil wawancara tersebut.

Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan pada kawasan sekitar P.T.
Kahatex khususnya di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung selama kurang
lebih satu bulan.

3.4.2 Wawancara

Wawancara merupakan proses menghimpun data yang melibatkan dialog atau


tanya jawab secara lisan antara orang dua orang. Pertama, orang yang
memberikan pertanyaan saat wawancara, dalam hal ini yaitu peneliti. Kedua,
orang yang memberikan jawaban atau informasi mengenai pertanyaan yang
diajukan dalam hal ini yaitu informan atau narasumber (Sugiyono, 2013)

Maka peneliti sebagai pewawancara berusaha untuk mendapatkan informasi


dari informan sebagai orang yang diwawancarai. Teknik wawancara dapat
dilaksanakan dalam dua metode yaitu baik secara langsung (tatap muka) maupun
tidak langsung dengan menggunakan beberapa media seperti telepon, dan lainnya.

Pada penelitian ini, Peneliti melakukan wawancara secara tidak terstruktur


kepada aktor pekerja perempuan di pabrik P.T Kahatex. Dalam penelitian ini,
25

informannya meliputi pekerja perempuan yang bekerja di pabrik kahatex dan


berdomisili di Kecamatan Rancaekek. Maka Peneliti akan mengambil data dari
beberapa pekerja perempuan yang memenuhi syarat dan berbeda-beda tempat
tinggal untuk melihat perbandingan di antara pekerja.

3.5 Teknis Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan menemukan dan menyusun suatu data


secara cermat dengan cara memilah dan memisahkan data yang relevan dan tidak
relevan, kemudian mengorganisasikannya ke dalam kategori yang disusun ke
dalam pola tertentu. Analisis dapat juga dapat menjadikan kesimpulan agar lebih
mudah dipahami baik bagi peneliti maupun orang banyak yang membaca
(Sugiyono, 2013).

3.5.1 Metode Analisis Data Kualitatif

Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
naratif (narrative analysis). Metode analisis naratif ini merupakan metode analisis
dengan menceritakan urutan serangkaian peristiwa secara terperinci yang
disajikan dengan narasi. Sebuah Data dan informasi yang telah didapatkan dari
proses pengumpulan data, dirumuskan kembali melalui analisis narasi dengan
mempertimbangkan konteks dari setiap gejala dan pengalaman yang berbeda dari
setiap informan yang diwawancarai (Sutopo, 2021).

Penerimaan informasi dalam analisis ini bertumpu pada sudut pandang dan
identitas seseorang dengan memanfaatkan cerita yang didengar diceritakan dan
diungkapkan oleh informan, data secara mendalam biasanya lebih mudah untuk
diperoleh. Untuk itu, dalam melakukan analisis secara naratif, pertanyaan
penelitian yang diajukan pada saat pengumpulan data harus disesuaikan dengan
tujuan penelitian (Sutopo, 2021). Lewat analisis narasi ini, Peneliti bisa
menganalisis perubahan nilai-nilai yang akan diteliti dalam masyarakat (Eriyanti,
2015). Dengan menggunakan metode analisis ini, Peneliti dapat menjelaskan
secara jelas dan rinci bagaimana gambaran peran ganda yang dialami dan dengan
26

analisis ini dapat menjawab pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah secara
narasi.

3.5.2 Tahap Analisis Data

Secara praktis, analisis data yang digunakan penelitian ini difokuskan pada
tiga kegiatan yang serupa dengan penjelasan Miles dan Huberman dalam
Sugiyono mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan melalui tiga
tahap yakni pertama reduksi data, kedua penyajian data, dan terakhir penarikan
simpulan (Sugiyono, 2013).

3.5.21 Reduksi Data

Dalam analisis data, reduksi data berarti memilih sesuatu data yang
diperlukan dan tidak perlukan, memilih, merangkum, dan memfokuskan pada data
yang dianggap penting, selanjutnya dapat ditentukan tema dan polanya. Reduksi
dilakukan karena data yang dikumpulkan selama proses pengumpulan data
jumlahnya sangat banyak dan belum tersusun secara sistematis. Karenanya,
aktivitas ini perlu dilakukan untuk berikan informasi yang lebih rinci dan jelas
supaya memudahkan peneliti untuk melanjutkan proses penelitian (Sugiyono,
2013).

Reduksi data harus dilakukan secara kontinu atau terus menerus dari awal
pengumpulan data berlangsung sampai penulisan laporan akhir dalam penelitian.
Dalam melakukan reduksi data yang dilakukan pada data yang bersifat kualitatif
dapat disederhanakan, digolongkan kemudian di transformasikan ke dalam
berbagai macam pola tertentu (Silalahi, 2012). Dengan demikian reduksi data
memudahkan peneliti dalam memilah, menyederhanakan, memfokuskan data
yang diperlukan dan mudah dikelola saat penelitian.

Dalam penelitian ini, langkah selanjutnya setelah melakukan pengambilan


data melalui observasi dan wawancara tentang permasalahan peran ganda
perempuan yang berdampak pada kehidupan sosial pekerja perempuan, Peneliti
akan melakukan reduksi data yang disesuaikan dengan masalah dan rumusan
27

masalah penelitian. Data-data yang sudah terkumpul tersebut direduksi terlebih


dahulu karena data yang diperoleh masih berupa data mentah dan mungkin tidak
sepenuhnya dapat diambil dan dibutuhkan oleh Peneliti. Karena itu, dalam proses
mereduksi data, Peneliti akan memilah data-data dengan cara membuang data
yang tidak dibutuhkan dan mengambil data yang sesuai dengan kebutuhan Peneliti
supaya data tersebut mudah dipahami.

3.5.22 Penyajian Data

Tahapan kedua adalah reduksi data. Reduksi data adalah kegiatan


menyusun data dengan sistematis supaya memberikan kemungkinan
menghasilkan kesimpulan. Peneliti dapat memahami dan melihat apa yang terjadi
melalui data-data yang sudah disajikan, sehingga peneliti dapat mengetahui hal
yang perlu dilakukan lebih jauh untuk melakukan tindakan berdasarkan pada hal-
hal yang sudah dipahami sebelumnya (Silalahi, 2012). Dalam penelitian kualitatif,
data dipaparkan dalam bentuk uraian singkat, tabel, diagram alur, grafik,
hubungan antar kategori, dan lain-lain (Sugiyono, 2013). Biasanya yang paling
sering dipakai adalah dengan kalimat narasi karena dapat menjelaskan secara rinci
masalah yang diteliti dengan jelas.

Penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan berupa tabel untuk
menggambarkan kondisi objek tempat penelitian terutama pada Kecamatan
Rancaekek. Selain itu, penelitian ini menggunakan penyajian data berbasis uraian
dan penjelasan teks narasi untuk menyajikan penjelasan hasil wawancara dan
observasi mengenai adanya peran ganda perempuan yang memberikan dampak
terhadap kehidupan sosial sebagaimana data wawancara dan observasi tersebut
telah direduksi sebelumnya.

3.5.23 Penarikan Kesimpulan

Langkah berikutnya yaitu melakukan penarikan kesimpulan. Dalam penarikan


kesimpulan di bagian awal dapat berupa hasil yang bersifat sementara, di mana
hasil dari penarikan simpulan tersebut masih bisa berubah jika di dalam lapangan
tidak ada bukti yang cukup untuk menjamin pengumpulan data ditingkat
28

berikutnya. Tetapi jika simpulan awal yang dijelaskan telah di sokong dengan
bukti yang kuat maka kesimpulan tersebut disebut kesimpulan yang kredibel
(Sugiyono, 2013).

Selain itu, adanya proses verifikasi dalam penarikan simpulan sementara perlu
dilakukan oleh peneliti. Proses verifikasi dilakukan dengan kembali ke lokasi
sebelumnya untuk melengkapi pengumpulan data, reduksi data yang sudah
didapatkan dari catatan lapangan, dan simpulan yang masih bersifat sementara
sebagaimana yang telah peneliti rumuskan. Simpulan akan terus diverifikasi
selama penelitian berlangsung karena tujuan dilakukannya verifikasi yaitu untuk
menguji kebenaran, kecocokan, dan kekukuhan data. Apabila proses ini telah
dilakukan, penarikan kesimpulan akhir sebaiknya dibentuk secara jelas, singkat,
lugas dan padat agar dapat mudah dipahami (Marwadani, 2020).

Pada penelitian ini, simpulan akan ditarik untuk mendapatkan jawaban atas
rumusan masalah yang sudah ditentukan mengenai adanya peran ganda yang
berdampak terhadap kehidupan sosial pekerja pabrik perempuan. Analisis data
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dengan menggunakan perspektif
teori feminisme sosialis sebagaimana dirumuskan dalam Kerangka Pemikiran.

3.6 Tempat dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kawasan Rancaekek, Kecamatan


Rancaekek Kabupaten Bandung Tepatnya di Sekitar P.T. Kahatex yang berada di
Jl. Raya Rancaekek KM 6, Rancaekek Kecamatan Rancaekek Kabupaten
Bandung, karena objek yang diteliti adalah peran ganda yang dialami pekerja
perempuan di P.T tersebut. Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan
mulai Desember 2023 sampai Februari 2023.
29

1.1. Tabel 1Jadwal Penelitian

Tahapan September - November Desember-


Maret 2023
Penelitian Oktober 2023 2023 Februari 2023
Penulisan dan
Bimbingan
Proposal Skripsi
Ujian Proposal
Skripsi
Penerbitan SK
Bimbingan Skripsi
Pengumpulan
Data

Analisis Data

Penulisan Skripsi

Sidang Skripsi
DAFTAR PUSTAKA

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Predana
Media Group.

Alghasyiyah, N. (2014). Kontribusi Pemulung Dalam Mendukung Perekonomian


Keluarga. Bengkulu: Univeristas Bengkulu.

Angger, B. (2003). Teori Sosial Kritis. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Anorga, P. (2006). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik. (2023). Februari 2023: Tingkat Pengangguran Terbuka


(TPT) sebesar 5,45 persen dan Rata-rata upah buruh sebesar 2,94 juta
rupiah per bulan. Retrieved from
https://www.bps.go.id/pressrelease/2023/05/05/2001/februari-2023--
tingkat-pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-5-45-persen-dan-rata-rata-
upah-buruh-sebesar-2-94-juta-rupiah-per-bulan.html

Badan Pusat Statistik. (2022). Persentase Tenaga Kerja Formal Menurut Jenis
Kelamin (Persen), 2020-2022. Retrieved from
https://www.bps.go.id/indicator/6/1170/1/persentase-tenaga-kerja-formal-
menurut-jenis-kelamin.html

Badan Pusat Statistik. (2022). Proporsi Tenaga Kerja pada Sektor Industri
Manufaktur (Persen), 2019-2022. Retrieved from
https://www.bps.go.id/indicator/9/1217/1/proporsi-tenaga-kerja-pada-
sektor-industri-manufaktur.html

Badan Pusat Statistik. (2023). Direktori Industri Manufaktur Indonesia 2023.


Retrieved from
https://www.bps.go.id/publication/2023/09/29/8c2d8435fe0c552c6ffdc528
/direktori-industri-manufaktur-indonesia-2023.html#:~:text=Jumlah
%20perusahaan%20industri%20manufaktur%20skala,32.193%20unit
%20usaha%20atau%20perusahaan.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. (2021). Penduduk Bekerja Menurut


Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung (Jiwa),
2021. Retrieved from
https://bandungkab.bps.go.id/indicator/6/297/1/penduduk-bekerja-
menurut-lapangan-pekerjaan-dan-jenis-kelamin-di-kabupaten-
bandung.html

Cresswell, J. W. (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

30
31

Dakhi, A. S. (2021). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Deepublish.

Darmawan, O. A., & Handoyo, P. (2020). Peran Ganda Buruh Perempuan Pada
Keluarga Dan Pekerjaan (Studi Kasus di Pabrik PT. Sampoerna TBK.
ejornalunesa, 2 -14.

Dewi, I. I., Styawati, N. A., & Arthanaya, I. (2022). Perlindungan Hukum


Terhadap Pekerja Perempuan. Jurnal Prefensi Hukum, Vol. 3, No. 2,
Hal.364-369.

Eriyanti. (2015). Analisis Naratif: Dasa-dasar dan penerapannya . Jakarta:


Pranamedia Group.

Fitria, N. H. (2021 ). Peran Ganda Buruh Perempuan di PT Sumber Graha


Sejahtera, Desa Lumbewe, Kecamatan Burau, Kabupaten Luwu Timur.
Palopo: Institus Agama Islam Negeri Palopo.

Fitria, V., & Ummah, S. C. (2012). Peran Gender Suami Istri dalam Keluarga dan
Kasus Gugat Cerai. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol 17, No 1, 61-78.

Herdiansyah. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi.


Jakarta: Salemba Humanika.

Holidin, S. (2004). Teori Feminism Sebuah Refleksi Ke Arah Pemahaman.


Surabaya: Holidon Press.

Indriantoro, N., & Supomo, B. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk.


Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Jesike, S. (2017). Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan


Ekonpmi Keluarga Di Desa Tarohan Kecamatan Beo. Jurnal Holistik.

KBBI. "Pabrik.". Retrieved 8 November 2023 from: https://kbbi.web.id/pabrik

KBBI. Peran. Retrieved 17 Oktober from https://kbbi.kemdikbud.go.id/

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (2020). Sektor Industri Masih


Jadi Andalan PDB Nasional. Retrieved from
https://kemenperin.go.id/artikel/21922/Sektor-Industri-Masih-Jadi-
Andalan-PDB-Nasional

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (2023). Kontribusi Dominan dan


Melonjak, Industri Manufaktur Masih Pede. Retrieved from
https://kemenperin.go.id/artikel/24036/Kontribusi-Dominan-dan-
Melonjak,-Industri-Manufaktur-Masih-Pede-
32

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (2023, Desember). Menperin:


Indonesia Punya Fondasi Kuat Jadi Negara Industri. Retrieved from
https://www.kemenperin.go.id/artikel/23796/Menperin:-Indonesia-Punya-
Fondasi-Kuat-Jadi-Negara-Industri

Kementrian Ketenagakerjaan. (2003). Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003


Bab 1 Pasal 1 ayat 2. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Kementrian Perindustrian .(2023). Perusahaan Industri Pengolahan. Retrieved


from https://www.bps.go.id/subject/9/industri-besar-dan-sedang.html

Kunto, S. H. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Maimun. (2003). Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar. Jakarta: Pradyna


Paramitha.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. (2023). Partisipasi


Perempuan dalam Dunia Kerja Harus Terus Ditingkatkan. Retrieved from
https://www.mpr.go.id/berita/Partisipasi-Perempuan-dalam-Dunia-Kerja-
Harus-Terus-Ditingkatkan

Marwadani. (2020). Parktis Penelitian Kualitatif : Teori Dasar dan Analisis Data
dalam Perspektif Kualitatif. Sleman: Deepublish.

Megawangi, R. (1999). Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang


Relasi Gender. Bandung: Mizan Pustaka.

Muzakir, A. (2022). Feminis Kritis : Gender dan Kapitalisme dalam pemikiran


Nancy Fraser. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Nurjanah. (2011). Dampak Peran Ganda Pekerja Perempuan Terhadap Keluarga


dan Kehidupan Sosial. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Ollenburger, J., & Moore, H. A. (1996). Sosiologi Wanita. Jakarta: Rineka Putra.

Open Data Pemprov Jawa Barat. (2022). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Berdasarkan Jenis Kelamin di Jawa Barat. Retrieved from
https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/tingkat-partisipasi-angkatan-
kerja-berdasarkan-jenis-kelamin-di-jawa-barat

Open Data Pemprov Jawa Barat. (2023). Potensi Tenaga Kerja Perempuan Terus
Meningkat. Retrieved from
https://opendata.jabarprov.go.id/id/visualisasi/jawa-barat-gareulis-potensi-
tenaga-kerja-perempuan-terus-meningkat

PT Kahatex. (2022). PT. Kahatex. Retrieved from https://www.kaha.com/


33

Rahmah, A. N., & Widodo, S. (2019). Peranan Sektor Industri Pengolahan dalam
Perekonomian di Indonesia. Economie Jurnal, 1 (1),17-18.

Robbins , S. P., & Coulter, M. (2005). Manajemen. Jakarta: PT Indeks.

Sandi, I. M. (2010). Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Puri


Margasari.

Santoso, I. (2009). Sosiologi The Key Concepts. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sembiring, J. J. (2016). Hak dan Kewajiban Pekerja Berdasarkan Peraturan


Terbaru . Jakarta: Transmedia.

Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Soekanto, S. (2002). Teori Peranan . Jakarta: Bumi Aksara.

Sudaryono. (2018). Metode Penelitian. Depok : Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Suparman. (2017). Peran Ganda Istri Petani (Studi Kasus di Desa Perangian
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang). Edumaspul Jurnal Pendidikan .

Sutopo, A. H. (2021). Penelitian Kualitatif dengan Nvivo. . Bekasi: Topazart.

Syarifuddin, H. (2019). Peran Ganda Perempuan (Study Tentang Karyawati Di


PT. Kemilau Bintang Timur Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar).
Makasar: Universitas Islam Negeri Alauidin.

Syukron, A., & Kholil, M. (2014). Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha
Ilmu .

Tong, R. P. (2027). Feminist Thougt (Pengantar Paling Komprehensif Kepada


Arus Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta: Jalasutra.

Umar, H. (2013). Metode Penelitian Untuk Skipsi dan Tesis . Jakarta : Rajawali.

Wibowo, D. E. (2011). Peran Ganda Perempuan dan Kesetaraan Gender.


Muwazah :Jurnal Kajian Gender, 361.

Young, I. M. (1990). Beyond The Unhappy Marriage: A critique Of The Dual


System Theory. London: Pluto Press.

Yuliana. (2017). Peran Ganda Perempuan Dalam Meningkatkan Ekonomi


Keluarga. Makasar: Universitas Islam Negeri Alaudin.
34

Anda mungkin juga menyukai