Anda di halaman 1dari 15

KONSEP MEDIS

HIPERTENSI

A. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah persistolik dimana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Syadiyah, 2018). Menurut
American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi
merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap
individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Pada umumnya hipertensi tidak
memberikan keluhan dan gejala yang khas sehingga banyak penderita yang tidak
menyadarinya. Oleh karena itu hipertensi dikatakan sebagai the silent killer atau
“Pembunuh Diam-Diam (Arifin, W, & Ratnawati, 2016). Keadaan ini disebabkan
karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi tubuh. (Rilantono, 2016).

B. Etiologi menurut Syadiyah (2018)


1. Hipertensi esensial/primer
Factor yang mempengaruhi seperti:
a. Lingkungan
b. Hipersensitivitas susunan syaraf simpatik
c. Peningkatan natrium
d. Obesitas
e. Alcohol
f. Merokok
g. Stress dan emosional
2. Hipertensi sekunder/renal
a. Penyakit ginjal
b. Syndrome cushing
c. Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
d. Penyakit jantung
e. Penyakit endokrin
Factor risiko:
a. Usia dan riwayat keluarga
b. Ras dan seks
c. Intake tinggi garam
d. Stress
e. Penggunaan obat-obat kontrasepsi oral
3. Kebiasaan hidup
a. Konsumsi garam yang tinggi
b. Kegemukan dan makan berlebihan
c. Stress dan ketegangan jiwa
d. Pengaruh lain seperti merokok, minum alcohol, obat-obatam (ephedrine,
prednisone dan epinefrin)

C. Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan sistolik Tekanan diastolik

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-130 80-89

Hipertensi stage 1 140-150 90-99

Hipertensi stage II >150 >100

(Syadiyah, 2018)

D. Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan
perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainan tahanan
perifer ini disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos
pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama makan akan
dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa
penebalan tunika interna dan hipertrofi tunika media. Dengan adanya hipertrofi dan
hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga
terjadi anoreksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis koroner.
(Syadiyah, 2018)
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yangtidak terkompensasi
maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuhmemiliki sistem yang berfungsi
mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan
sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang.
Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari
sistem reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yangberasal dari atrium, dan arteri
pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui
perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh
hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan
berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah
cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranankunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik(ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua
adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan
hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluleryang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Nuraini, 2015).

E. Manifestasi klinis
Menurut Corwin dalam Nuraini (2015) manifestasi klinis dari hipertensi yaitu nyeri
kepala yang kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan
darah intrakranium, penglihatan kabur akibat kerusakan betina, nokturia (peningkatan
urinasi pada malam hari) disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus. Gejala lain yang sering muncul adalah epistaksis, kelelahan, telinga
berdengung, berat ditengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.

F. Komplikasi
a. Krisis hipertensi
b. Penyakit jantung dan pembuluh darah (penyakit jantung kroroner dan penyakit
jantung hipertensi)
c. Penyakit jantung cerebrovaskuler (storoke)
d. Enselopati hipertensi (syndrome neurologis mendadak)
e. Nefrosklerosis
f. Retinopati hipertensi (Syadiyah, 2018)

G. Pemeriksaan penunjang
a. Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
b. BUN: untuk mengetahui fungsi ginjal
c. Glukosa: untuk mengetahui hiperglikemia yang diakibatkan oleh peningkatan
kadar katekolamin (meningkatkan hiperetnsi)
d. Kalsium serum
e. Kalium serum
f. Kolestrol dan trygliserid
g. Px trroid
h. Urin analisa
i. Foto ddada
j. CT scan
k. EKG (Syadiyah, 2018)
H. Penatalaksanaan

Modifikasi gaya hidup merupakan penatalaksaan yang dapat dilakukan secara


non-farmakologis, beberapa modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan :

a. Diet, pendekatan diet untuk menangani hipertensi berfokus pada menurunkan


asupan natrium, mempertahankan asupan kalium dan kalsium yang cukup, dan
mengurangi asupan lemak total dan jenuh

b. Aktivitas fisik, latihan fisik teratur (seperti berjalan dan bersepeda) menurunkan
tekanan darah dan berperan pada penurunan berat badan, penurunan stress dan
perasaan terhadap kesejahteraan keseluruhan.
c. Penurunan Stress, stress menstimulasi sistem saraf simpatis, meningkatkan
vasokontriksi, resistensi vaskular sistemik, curah jantung dan tekanan darah.
Latihan fisik sedang secara teratur adalah penanganaan pilihan untuk
menurunkan stress pada pasien hipertensi (Lemone, Burke, & Bauldoff, 2012).
d. Menghentikan kebiasaan merokok, kebiasaan merokok dapat menyebabkan
tekanan darah menjadi tinggi serta dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan
jantung, dan stroke. Jika hal ini terus berlanjutpada penderita tekanan darah
tinggi maka dapat menyebabkan kombinasi yang berbahaya (Ahmad, 2011).
e. Mengurangi Konsumsi Alkohol,
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tara & Soetrisno dalam Saputri (2010)
bahwa mengkonsumsi minuman berakohol dalam jumlah yang lebih banyak
dapat membahayakan. Jika mengkonsumsi alkohol di atas15-20 satuan seminggu
dapat meningkatkan tekanan darah dan juga dapat meracuni jantung. Oleh karena
itu untuk menurunkan tekanan darah dapat dilakukan pembatasan atau
penghetian konsumsi alkohol (Smeltzer & Bare, 2013).

I. Pencegahan
 Mengurangi mengkonsumsi garam
 Menghindari kegemukan
 Membatasi konsumsi lemak
 Olahraga teratur
 Makan banyak sayur segar
 Tidak merokok dan minum alcohol
 Latihan relaksasi dan meditasi
 Berusaha membina hidup yang positif (Syadiyah, 2018)
PENYIMPANGAN KDM
Kebiasaan hidup (konsumsi garam yang tinggi. Keg
Hipertensi esensial/primer (Peningkatan natrium, obesitas,
Hipertensi
alcohol,
sekunder/renal
merokok,(penyakit
stress) ginjal, Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, penyakit jantun

Kerusakan vascular pembuluh

Perubahan struktrur pembuluh darah

Gangguan pembuluh darah


Defisit pengetahuan
vasokonstriksi
Menujujukkan perilaku tidak sesuai dengan
Gangguan sirkulasi

Tidak mengikuti pengobatan yang disepakati


Hipertensi
Ketidakpatuhan

Otak Pembuluh darah Ginjal Retina

Suplai oksigen Resistensi pembuluh darah otak meningkat


koroner Spasme
sistemik Vasokinstriks
ke otak
i pembuluh
Spasme arteriol
Iskemia miokard vasokonstriksi
sinkop
Nyeri pada kepala Aliran diplopia
Afterloa darah
Gangguan perfusi jaringan Nyeri dada
d
Nyeri akut
Risiko Jatuh
fatique Respon RAA

Rangsan
alodostere

Retensi Na

Edema

Kelebihan voulume cairan


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan
1. Aktvitas/istirahat
Gejala: kelemahan, ;etoh, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan orama jantung
2. Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner
Tanda: kenaikan tekanan darah, takikardia, disrytmia
3. Integritasi ego
Gejala: ansietas, depresi, marah kronik, factor stress
Tanda: ;letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang
4. Eliminasi
Riwayat penyakit ginjal, obstruksi
5. Makanan / cairan
Gejala: makanan yang disukai (tinggi garam, lemak, tinggi kolestril), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/turun) riwayat penggunaan diuretic
Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya oodem
6. Neurosensosri
Gejala: keluhan [using berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan
penglihatan
Tanda: status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir, memori, perubahan
retina optic
Resnpon motoric: penurunan kekuatan genggaman tangan
7. Nyeri/ketidakbyamanan
Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen
8. Pernafasan
Gejala: dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja, takipnea, batuk dengan
tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda: bunyi napas tambahan, cynosisi, distress repirasi/gangguan alat babntu
pernafasan
9. Keamanan
Gejala:gangguan koordinasi, cara berjalan (Syadiyah, 2018)
B. Diagnosa keperawatan

a. Defisit pengetahuan

b. Gangguan perfusi jaringan

c. Gangguan rasa nyaman

d. Nyeri akut

e. Ketidakpatuhan

f. Risiko jatuh
C. Rencana intervensi keperawatan
Intervensi
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil
Keperawatan
1 Defisit Setelah Edukasi Kesehatan
pengetahuan dilakukan 1. Identifikasi kesiapan dan
dapat implementasi : kemampuan menerima
berhubungan Pengetahuan informasi
dengan kurang manajemen 2. Identifikasi factor-faktor
informasi, hipertensi yangdapat meningkatkan
gangguan  Prilaku patuh : dan menurunkan
memori, kurang diet yang motivasi perilakuhidup
sumber disarankan bersih dan sehat
pengetahuan  Manajemen diri 3. Sediakan materi dan
: hypertensi mediaPendidikan
kesehatan
4. Jadwalkan Pendidikan
kesehatansesuai
kesepakatan

Edukasi Nutrisi
5. Periksa status gizi, program diet
6. Persiapka materi dan media
sepertijenis-jenis nutrisi, cara
mengelola
7. Berikan kesempatan
untukbertanya
8. Jelaskan kepada pasien dan
keluarga makanan yang
harus dihindari dan jenis
makanan yangdibutuhkan
pasien
9. Ajarkan cara
melaksanakan dietsesuai
program (rendah garam,
rendah lemak).
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Pemantauan Tanda-tanda Vital
implementasi 1. Monitor tekanan darah
 Perfusi jaringan 2. Monitor nadi
 Manajemen diri (frekuensi,
: hypertensi kekuatan, irama)
3. Monitor pernapasan
4. Monitor suhu tubuh
5. Monitor tekanan nadi
(selisihTDS dan TDD)
6. Identifikasi
penyebab
perubahan tanda
vital
Manajemen pengobatan
1. Identifikasi penggunaan
obat
2. Identifikasi masa
kadaluwarsaobat
3. Monitor kepatuhan
menjalani program
pengobatan
4. Sediakan sumber
informasi program
pengobatan secaravisual
dan tertulis.

3 Gangguan rasa Setelah dilakukan Manajemen lingkungan


nyaman dapat implementasi 1. Identifikasi
berhubungan  Status keamanan dan
dengan gejala kenyamanan kenyamanan
terkait penyakit, meningkat lingkungan
program  Tingkat 2. Atur posisi furniture
pengobatan, kecemasan dengan rapidan terjangkau
sumber daya menurun 3. Sediakan ruang berjalan
tidak adekuat yangcukup aman
4. Sediakan tempat tidur
dan lingkungan bersih
dan nyaman
5. Jelaskan cara membuat
lingkunganrumah aman
Pengurangan kecemasan
1. Identifikasi saat
tingkatansietas
berubah
2. Monitor tanda-tanda
ansietas
3. Ciptakan suasan
teraupetikuntuk
menumbukan
kepercayaan
4. Pahami situasi yang
membuat
5. klien cemas
Dengarkan dengan
penuhperhatian
6. Motivasi
mengidentifikasi
sitauasi yang
memicu kecemasan
Anjurkan mengungkapan
perasaan dan presepsi.
4 Nyeri akut dapat Setelah dilakukan Managemen nyeri
berhubungan implementasi nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen pasien berkurangatau secara komprehensif termasuk
cedera biologis teratasi dengan lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil frekuensi, kualitas dan faktor
 Mampu mengontrol presipitas
nyeri (tahu 2. Observasi reaksi nonverbal
penyebab nyeri, dariketidaknyamanan
mampu 3. Gunakan teknik komunikasi
menggunakan tehnik teraupetik untuk mengetahui
nonfarmakologi pengalaman nyeri pasien
untuk mengurangi 4. Kaji kultur yang
nyeri, mencari mempengaruhi respon nyeri
bantuan) 5. Evaluasi pengalaman nyeri

 Melaporkan bahwa masa lampau


nyeri berkurang 6. Evaluasi bersama pasien dan
dengan timkesehatan lain
menggunakan tentang ketidakefektifan
managemen nyeri kontrol nyeri masalampau

 Mampu mengenali 7. Bantu pasien dan keluarga


nyeri (skala, untuk
intensitas, frekuensi 8. mencari dan menemukan
dan tanda nyeri) dukungan Kontrol lingkungan
 Menyatakan rasa yang dapat mempengaruhi
nyaman setelah nyeri seperti suhu ruangan,
nyeri berkurang pencahayaan dankebisingan
9. Kurangi faktor prepitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
11. Tingkatkan istirahat
5 Risikiko Jatuh Setelah dilakukan Manajemen keselamatan
implementasi tingkat lingkungan
jatuh menurun : 1. Identifikasi kebutuhan
 Jatuh saat berdiri keselamatan (kondisi fisik,
tidak terjadi riwayat perilaku)
 Jatuh saat berjalan 2. Monitor perubaha siklus
tidak terjadi keselamatan lingkungan
 Jatuh saat di 3. Hilangkan bahaya
kamar mandi tidak keselamatan lingkungan
terjadi (lantai basah, penerangan
kurang, lantai kamar mandi
licin)
4. Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bahaya dan risiko
5. Sediakan alat bantu
keamanan lingkungan
(pengangan tangan)
6. Ajarkan individu dan
keluarga risiko tinggi
bahaya lingkungan.

D. Implementasi
Implementasi ialah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh perawat buat membantu
pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
serta mendeskripsikan kriteria hasil yang sudah diharapan.
E. Evaluasi
Pada evaluasi keperawatan dilakukan identifikasi keberhasilan terhadap hasil dan tujuan
asuhan keperawatan serta mengubah intervensi jika tujuan tidak tercapai.
Daftar Pustaka

Arifin, M. H., W, W., & Ratnawati, N. L. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah Kerja UPT
PuskesmasPetang 1 Kabupaten Bandung Tahun 2016. E-Jurnal Medeika.

Cheryl, W., Docthterman, J., Butcher, H., & Bulechek, G. (2013). Nursing Intervention
Classification (NIC). Indonesia: Elsevier.

Nuraini, B. (2015). Risk factor of hypertension. J Majority, 10-19

Preptiani, W.; Ester, M.; Tahlil, T.; Mediani, H. S.; Keliat, B. A.; Kamitsuru, S.; Herdman, T.
H.;. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Rilantono, L. I. (2016). Penyakit kardiovaskuler. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Swanson, E., Maas, L. M., Jhonson, M., & Moorhead, S. (2013). Nursing Outcoe
Classification (NOC). Indonesia: Elsevier.

Syadiyah, H. (2018). Keperawatan lanjut usia. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai