Anda di halaman 1dari 10

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU (LPM)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


Terakreditasi B BAN – PT
Program Studi :
1. Diploma III Kebidanan 2. Sarjana Keperawatan 3. Profesi Ners
4. Sarjana Gizi 5. Sarjana Kebidanan 6. Profesi Bidan
Alamat : Jl. Veteran Mancar Peterongan, Jombang, Telp/Fax : 0321 - 877025

UJIAN TENGAH SEMESTER


TAKE HOME
idanan 5. Pendidikan Profesi Bidan 6. Sarjana Gizi
SEMESTER V PRODI S1 - KEPERAWATAN
Alamat : Jl. Veteran Mancar Peterongan, Jombang, Telp / Fax : 0321 - 877025
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

MK : ENTREPRENEURSHIP 2
SKS : 4 SKS
Hari/Tanggal Ujian : Rabu, 29 November 2023
Dosen : Karisma Dwi Ana,S.Kep.,Ns.,M.Kep

PETUNJUK SOAL :
1. Soal ujian adalah studi kasus, mahasiswa diminta untuk menganalisa kasus tersebut
dengan pendekatan teori keperawatan.
2. Tidak diperkenankan untuk mencopy paste jawaban temannya.
3. Jawaban di kirimkan Email : maknakarisma@gmail.com paling lambat tanggal 4
Desember 2023.
4. Bagi mahasiswa yang mengcopy paste jawaban temannya maka keduanya akaan
mendapatkan sanksi pengurangan nilai 50% dari nilai yang di dapatkan.
5. Mahasiswa yang mengirimkan jawaban harus menggunakan email atas Namanya
sendiri.
6. Soal Ujian dikerjakan secara individu.

SOAL UJIAN :
1. Mencari 1 Jurnal Keperawatan Terkait Topik Yang Telah Di Tentukan, Dimana 1 Jurnal
Tersebut Kemudian Di Analisis Berdasarkan Format Yang Telah Di Tentukan.
2. Referensi Jurnal Minimal 5 Tahun Terakhir ( Minimal Tahun 2018)
3. Format Penulisan, Di Ketik Dalam Kertas A4, Dengan Huruf Times New Roman, Font
12, Spasi 1,5.
DAFTAR PEMBAGIAN TOPIK JURNAL :
NO TOPIK JURNAL KETERANGAN
1 DIABETIC FOOT ULCER ABSEN 1 - 10

2 PERAWATAN LUKA DENGAN BIOLOGICS ABSEN 11 - 20

3 PERAWATAN LUKA DENGAN AUTOLITIK ABSEN 21 – 30

4 PERAWATAN LUKA DENGAN MODERN ABSEN 31 – 40


DRESSING

5 PENCEGAHAN LUKA TEKAN ABSEN 41 – 50

6 PENCEGAHAN LUKA DEKUBITUS ABSEN > 50


ANALISIS JURNAL

Nama Mahasiswa : Aisya Laraswati


NIM : 2021030041
Prodi/Semester : S1 Keperawatan/Semester 5
Tanggal Pengumpulan : 02 Desember 2023

1. Judul Artikel : STUDI KASUS : PERAWATAN LUKA PADA PASIEN


DIABETIC FOOT ULCER MENGGUNAKAN MADU
2. Kata Kunci : Perawatan Luka, Madu, DFU
3. Penulis : Dwi Yogo Budi Prabowo, Risdiyanto
4. Telaah Step 1 (Fokus penelitian) :
Problems − Masalah dikemukakan dengan jelas disertai
fakta
2011).
Masalah yang dikemukakan dengan jelas
adalah gangguan integritas kulit/jaringan pada
pasien dengan luka diabetic foot ulcer. Pasien
mengalami luka pada punggung kaki kiri yang
tidak kunjung sembuh, bahkan luka semakin
melebar dan timbul banyak nanah. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa luka memiliki
panjang 11 cm dan lebar 3 cm, dengan warna
luka slough sebesar 85% dan hitam 15%.
Selain itu, pasien juga memiliki riwayat
diabetes mellitus selama 5 tahun dan GDS
sebesar 190 u/dl, yang menandakan adanya
gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan
dengan neuropati perifer. Masalah ini juga
sejalan dengan peningkatan prevalensi diabetes
mellitus baik secara global maupun di
Indonesia, yang menjadi pemicu kematian
ketujuh paling banyak di dunia. Oleh karena
itu, perawatan luka dengan pendekatan TIME
(Tissue Management, Infection Control,
Moisture Balance, dan Edge of Wound) serta
pemberian support nutrisi dengan konsumsi
protein tinggi menjadi fokus utama dalam
penanganan masalah ini.
− Seberapa besar masih menjadi masalah di area
klinik keperawatan
Masalah gangguan integritas kulit/jaringan
pada pasien dengan luka diabetic foot ulcer
masih menjadi masalah yang signifikan di area
klinik keperawatan. Hal ini terbukti dari
tingginya prevalensi diabetes mellitus dan
komplikasi yang ditimbulkannya, termasuk
diabetic foot ulcer, yang menjadi salah satu
komplikasi paling ditakuti dan berisiko tinggi
terhadap amputasi. Selain itu, penanganan luka
diabetic foot ulcer juga masih menjadi
tantangan, namun intervensi seperti perawatan
luka dengan pendekatan TIME, autolitik
debridement, penerapan moisture balance
dengan madu, dan pemberian support nutrisi
dengan konsumsi protein tinggi telah terbukti
efektif dalam mempercepat proses
penyembuhan luka. Oleh karena itu,
penanganan masalah gangguan integritas
kulit/jaringan pada pasien dengan luka diabetic
foot ulcer masih menjadi fokus utama di area
klinik keperawatan, namun intervensi yang
tepat telah memberikan hasil positif dalam
mengatasi masalah ini.
Intervention − Intervensi apa yang digunakan dalam penelitian
Dalam penelitian ini, intervensi yang digunakan
meliputi perawatan luka dengan pendekatan
TIME (Tissue Management, Infection Control,
Moisture Balance, dan Edge of Wound). Selain
itu, juga dilakukan perawatan luka dengan
autolitik debridement, pencucian luka dengan
chlorhexidine, penerapan moisture balance pada
perawatan luka menggunakan madu, serta
pemberian support nutrisi dengan konsumsi
protein tinggi seperti ikan gabus, sayuran, buah,
dan kuning telur. Selain itu, juga dilakukan
pemberian terapi madu untuk mempercepat
proses penyembuhan luka.
− Bagaimana mekanisme intervensi tersebut dapat
mengatasi masalah
Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini
memiliki mekanisme yang dapat mengatasi
masalah gangguan integritas jaringan. Autolitik
debridement dengan menggunakan chlorhexidine
dapat membersihkan luka dan mengangkat
jaringan mati secara otomatis, sehingga
mempercepat proses penyembuhan luka.
Penerapan moisture balance dengan
menggunakan madu dapat membantu dalam
proses granulasi luka, mengurangi eksudat luka,
serta memberikan kelembaban pada luka untuk
memfasilitasi pertumbuhan jaringan baru. Selain
itu, pemberian terapi madu juga dapat
merangsang tumbuhnya jaringan baru dan
mengurangi infeksi serta nekrotik pada luka.
Konsumsi protein tinggi juga dapat membantu
dalam meningkatkan integritas jaringan dan
mempercepat proses penyembuhan luka. Dengan
demikian, intervensi yang dilakukan memiliki
mekanisme yang dapat secara holistik mengatasi
masalah gangguan integritas jaringan pada
pasien.
Tindakan yang dilakukan kepada klien dalam
mengatasi masalah keperawatan gangguan
integritas jaringan yaitu melakukan perawatan
luka. Klien dilakukan perawatan luka dengan
intensitas perawatan 3 kali dalam seminggu.
Tissue 62 hlorh exid yang dilakukan yaitu
dengan autolitik debridement.Autolitik
debridement dilakukan dengan tujuan bahwa
jarigan mati pada luka tersbut akan
terangkat sendiri secara otomatis. Pada infeksi
control klien dilakukan pencucian luka dengan
hlorhexidine dengan tujuanuntuk membersihkan
luka sehingga infeksi dapat dikontrol, Penerapan
moisture balance pada perawatan luka pada
klien pada dressing primer menggunakan madu,
pada dressing sekunder menggunakan foam
dan ters

Comparison Intervention − Apakah terdapat intervensi pembanding dalam


penelitian?
Tidak terdapat informasi mengenai adanya
intervensi perbandingan dalam penelitian ini.

Outcome − Apa hasil dari penelitian?


Hasil dalam penelitian ini bahwa terjadi
peningkatan integritas kulit/jaringan setelah
dilakukan perawatan dengan intensitas 3 kali
dalam seminggu dalam kurun waktu perawatan 1
bulan menggunakan madu. Peningkatan
integritas kulit/jaringan ditunjukan dengan warna
dasar luka yang mengalami nekrotik ataupun
slough sudah hilang dan berubah menjadi merah
yang merupakan proses granulasi dan tepi luka
yang berwarna pink yang menunjukan adanya
proses epitelisasi. Terapi madu sangat membantu
dalam proses penyembuhan diabetic foot ulcer
karena madu mampu merangsang atau
mestimulasi pertumbuhan jaringan baru pada
diabetic foot ulcer. Namun evaluasi
perkembangan luka perlu dilakukan untuk
mengkaji luka apakah mengalami kemajuan,
stagnansi atau bahkan kemunduran.

5. Telaah Step 2 (Validitas) :


Recruitment − Bagaimana tehnik sampling, besar sampel,
criteria inklusi dan ekslusi.
a. Teknik sampling
Pada penelitian ini tidak menggunakan
teknik sampling
b. Besar sampel
Pada penelitian ini tidak menggunakan
teknik sampling
c. Kriteria inklusi dan eksklusi
Pada penelitian ini tidak terdapat kriteria
inklusi dan ekslusi
Maintenance Bagaimana intervensi dilaksanakan? Bagaimana
standar operasional intervensi? Dosis intervensi
yang efektif?
- Setelah dilakukan intervensi peneliti
Setelah dilakukan intervensi penelitian,
terdapat peningkatan integritas kulit dan
jaringan pada pasien. Perawatan luka dengan
pendekatan TIME, autolitik debridement,
penerapan moisture balance dengan madu,
dan pemberian support nutrisi dengan
konsumsi protein tinggi telah menunjukkan
hasil yang signifikan dalam mempercepat
proses penyembuhan luka. Selain itu, terapi
madu juga terbukti efektif dalam
mempercepat penyembuhan luka diabetic
foot ulcer, dengan perubahan yang signifikan
pada kedalaman luka, eksudat luka yang
berkurang, luas luka yang mengecil, serta
penurunan infeksi dan nekrotik. Intervensi ini
juga sejalan dengan manajemen perawatan
luka dengan pendekatan TIME, yang telah
terbukti efektif dalam meningkatkan
integritas jaringan dan mempercepat proses
penyembuhan luka. Dengan demikian,
intervensi yang dilakukan dalam penelitian
ini telah memberikan hasil positif dalam
mengatasi gangguan integritas kulit dan
jaringan pada pasien dengan luka diabetic
foot ulcer.
- Standar Operasional Prosedur Intervesi
Pada penelitian ini tidak terdapat standar
operasional prosedur intervensi
- Dosis intervensi yang efektif
Dalam penelitian ini, dosis intervensi yang
efektif termasuk perawatan luka dengan
intensitas 3 kali dalam seminggu selama
kurun waktu 1 bulan. Autolitik debridement
dilakukan dengan menggunakan
chlorhexidine untuk membersihkan luka dan
mengangkat jaringan mati secara otomatis.
Penerapan moisture balance dengan
menggunakan madu pada dressing primer,
foam pada dressing sekunder, dan perban
elastis pada dressing tersier juga terbukti
efektif dalam mempercepat proses
penyembuhan luka. Selain itu, konsumsi
protein tinggi seperti ikan gabus, sayuran,
buah, dan kuning telur juga merupakan dosis
intervensi yang efektif dalam meningkatkan
integritas jaringan dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
Measurement Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
− Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini tidak disebutkan dalam
sumber yang tersedia. Oleh karena itu, tidak
ada informasi spesifik mengenai metode
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini.

6. Telaah Step 3 (Aplikabilitas)


a. Kelebihan
1. Temuan Berbasis Bukti : Studi kasus ini memberikan temuan berbasis bukti
mengenai efektivitas terapi madu dalam mengobati ulkus kaki diabetik.
2. Relevansi Klinis : Fokus penelitian pada ulkus kaki diabetik relevan secara
klinis, karena komplikasi ini merupakan kekhawatiran yang signifikan bagi
penderita diabetes.
3. Protokol Pengobatan : Penelitian ini menguraikan protokol pengobatan spesifik
yang melibatkan penggunaan madu sebagai pembalut primer, didukung dengan
pembalut sekunder dan tersier.
4. Penyembuhan Holistik : Diskusi tentang sifat osmotik madu dan
kemampuannya mengurangi eksudat dan mencegah infeksi menunjukkan
pendekatan holistik dalam penyembuhan luka.
5. Rekomendasi Penerapan : Penelitian ini mengakui perlunya evaluasi dalam
pemilihan pembalut madu berdasarkan kondisi luka. Pertimbangan ini
mencerminkan pendekatan pengobatan yang hati-hati dan individual, dengan
menekankan perawatan khusus pasien.
b. Kekurangan
Studi kasus tidak memiliki penjelasan rinci mengenai metodologi penelitian,
termasuk teknik pengambilan sampel, ukuran sampel, dan kriteria
inklusi/eksklusi. Informasi ini penting untuk memahami generalisasi dan validitas
temuan penelitian. Selain itu, penelitian ini tidak memberikan pembahasan
komprehensif mengenai potensi keterbatasan atau tantangan yang dihadapi selama
proses penelitian. Mengatasi keterbatasan ini akan meningkatkan transparansi dan
kredibilitas penelitian ini. Selain itu, studi kasus ini tidak mencakup perbandingan
dengan modalitas pengobatan lain yang ada atau diskusi tentang variabel perancu
yang potensial. Analisis komparatif ini akan memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif mengenai efektivitas terapi madu dalam pengelolaan ulkus kaki
diabetik. Studi kasus ini juga kurang mengeksplorasi secara rinci perspektif dan
pengalaman pasien dalam terapi madu. Terakhir, penelitian ini tidak secara
eksplisit membahas implikasi jangka panjang dan keberlanjutan terapi madu
dalam pengelolaan ulkus kaki diabetik. Memahami daya tahan dan potensi
tantangan penerapan pengobatan ini dalam praktik klinis sangat penting untuk
membantu pengambilan keputusan layanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai