Oleh:
Hayatun Nufus
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat Islam, Kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari al-
Quran dan sunnah sebagai dua sumber utama ajaran Islam yang harus Kita pegang
teguh. Tentunya, Kita tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah
mengetahui kaedah-kaedah bahasa Arab, khususnya ilmu Sharaf dan Nahwu.
Karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari al-Quran dan sunnah.
Ketika hendak mempelajari sharaf dan nahwu, kebanyakan kalangan umat
Islam masih mempunyai pandangan bahwa belajar bahasa Arab itu sulit. Sehingga
banyak juga yang merasa malas untuk mempelajari kaedah-kaedah bahasa Arab.
Untuk mempermudah umat Islam dalam memahami kaedah-kaedah
tersebut, Penulis berinisiatif membuat makalah ini yang membahas mengenai
pembagian salah satu cabang dari fiil. Sebab kedudukan dan pengaplikasiannya
yang belum banyak orang ketahui serta terdapat pengecualian-pengecualian
tertentu. Untuk itulah Penulis mengangkat tema Fiil Berdasarkan Sighatnya serta
Fiil Mabni Majhul.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang Penulis angkat pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Jelaskan pola kalimat aktif dan pasif dalam Bahasa indonesia!
2. Jelaskan pola kalimat aktif dan pasif dalam Bahasa arab!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahasa indonesia
1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah sebuah kalimat yang subjek (S) berperan
sebagai pelaku yang secara aktif melakukan suatu tindakan yang
dikemukakan dalam predikat (P) kepada objek (O)
Contoh:
Ani menyirami bunga.
Ayah membeilkanku
sebuah sepeda. John
merusak bukunya Andi.
Ciri-ciri kalimat aktif:
a) Pada kalimat aktif subjek melakukan suatu tindakan yang
langsung mengenai objeknya.
b) Predikat kalimat aktif selalu diawali dengan imbuhan Me- atau Ber-
c) Ada kalimat aktif yang memerlukan objek
d) Ada kalimat aktif yang tidak memerlukan objek. Setelah
mendapat predikat subjek ditambah pelengkap atau keterangan.
e) Kalimat Aktif memiliki pola S-P-O-K atau S-P-K
Jenis-jenis kalimat aktif:
a. Kalimat aktif Intransitive
Kalimat aktif intransitive adalah kalimat aktif yang memerlukan
sebuah objek yang mendapatkan tindakan dari subjeknya.
Contoh:
Ayahku memberi Andi uang saku sebesar Rp. 10.000
Ayahku = Subjek
Memberiku = Predikat
Objek = Andi
pada kalimat diatas, “Ayah” yang merupakan subjek melakukan
tindakan kepada “Andi” yang merupakan objek.
b. Kalimat aktif ekatransitive
Kalimat ini memerlukan objek namun tidak memiliki pelengkap.
Dengan kata lain, Kalimat ini hanya memiliki 3 unsur yaitu Subjek,
Predikat dan Objek.
Contoh:
Andi membaca sebuah majalah
Ayah memperbaiki motor
Ibu menanak nasi.
c. Kalimat aktif Intransitive
Kalimat ini objeknya tidak dimunculkan sebagai penerima
perbuatan subjek. Namun biasanya kalimat ini diikuti oleh pelengkap dan
keterngan. Kalimat ini biasanya memiliki Pola S-P atau S-P-K
Contohnya:
Iwan sedang menulis di dalam kamar.
Nenek sedang menjahit dengan sangat
hati-hati. Ani belajar dengan giat.
d. Kalimat aktif dwitransitif
Kalimat ini memiliki satu predikat dan mengharuskan kehadiran
objek dan pelengkap. kalimat aktif dwitransitif mempunyai empat unsur
Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), dan Pelengkap (Pel). Jika salah satu
dari ke empat unsur ini tidak terenuhi, maka kalimat menjadi rancu atau
kehilangan makna.
Contoh:
Ayah mengirimi uang kepada neneak setiap bulan.
Budi selalau mengunjungi ibunya yang ada di luar
negeri. Kakakku menguras bak air seminggu sekali.
Beberapa cara merubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Subjek pada kalimat aktif berubah menjadi objek pada kalimat
pasif. Andi Menabrak Budi di depan ruang kelas.(Aktif)
Budi ditabrak oleh Andi di depan ruang kelas. (Pasif)
2) Predikat yang berawalan me- berubah menjadi berawalan di-/ter-
Ani mengabaikan kebun bunga yang cantik itu.(Aktif)
Kebun bunga yang cantik itu terabaikan oleh Ani. (Pasif)
3. Kalimat aktif tidak berobjek tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif.
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya mendapat/dikenai suatu
tindakan yang berupa predikat oleh objek.
Contoh:
Tanaman disirami oleh ibu.
Kakak dibelikan sebuah jam tangan oleh ayah
Bajuku dicuci oleh ibu.
Ciri-ciri kalimat pasif:
a) Subjek pada kalimat aktif menjadi objek pada kalimat pasif.
b) Predikat menggunakan awalan di-, ke-an atau ter-,
Contoh: Rumahnya terbakar oleh si jago merah.
Ruangan kelas disapu oleh kami. (aktif)
Rumahku kemasukan Maling tadi malam. (pasif)
Kata kerja yang memiliki awalan ter- mengandung unsur
ketidaksengajaan.
c) Pada umumnya kata kerja didahului dengan kata ganti orang ku- dan
kau-.
Contoh: Buku itu telah kurapikan.
d) Kata “oleh” dalam kalimat pasif dapat dihilangkan dan tidak
merubah makna. Contoh:
Andi ditegur oleh Ibu guru karena ribut.(aktif)
Andi ditegur Ibu guru karena ribut. (pasif)
Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk merubah kalimat
pasif menjadi kalimat aktif adalah sebagai berikut:
1) Subjek pada kalimat pasif diubah menjadi objek pada
kalimat pasif. Contoh:
Kejuaraan itu dimenangkan oleh mereka.(aktif)
Mereka memenangkan kejuaraan itu. (pasif)
2) Awalan prediket di-/ter-/ke-an diubah menjadi
ber- atau me- Contoh:
Bunga itu ditanam oleh ibuku. (aktif)
Ibu menanam bunga itu. (pasif)
3. Kata ganti ku- dirubah
menjadi Aku. Contoh:
Buah itu sudah kumakan. (aktif)
aku sudah memakan buah itu(pasif)
B. Fiil Mabni Ma’lum dan Fiil Mabni Majhul
Fiil bila ditinjau dari segi fa’ilnya (pelakunya) terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Fiil ma’lum, fiil yang menyebutkan fa’ilnya di dalam kalimat.
2. Fiil majhul, yaitu fiil yang menghilangkan failnya karena suatu tujuan. Adapun
tujuan tersebut ialah sebagai berikut:
Karena sudah dimaklumi (diketahui)
Karena belum diketahui dan tidak mungkin dapat ditentukan
Karena lebih suka merahasiakan failnya, walauoun failnya sudah diketahui
Karena ada kekhawatiran jika dijelaskan failnya
Karena merasa takut untuk menjelaskan failnya
Karena menghormati failnya
Karena tidak membawa faedah jika failnya disebutkan. 1
d. Apabila maad (panjang) ‘ain fiilnya seperti ( َب اَع, ) َق اَل, maka bentuk fiil
majhulnya seperti ( ِبْيَع, ) ِقْيَل.
Dikatakan ِقْيَل Berkata َقاَل
Dijual ِبْيَع Menjual َباَع
Ditulis ُك ْو ِتَب Menulis َكاَتَب
2. Membentuk Fiil Mudhari Majhul dari Fiil Mudhari Ma’lum
Untuk membentuk fiil mudhari majhul dari fiil mudhari ma’lum, maka
huruf sebelum akhirnya dibaca fathah dan huruf pertamanya dibaca
dhammah (yakni huruf mudhara’ahnya).
ُيْك َتُب َيْكُتُب
ُيْسَتْخ َر َج َيْسَتْخ َر َج
Apabila terdapat huruf tambahan sebelum huruf akhirnya pada fiil
mudharinya, maka ditukar huruf tambahan tersebut dengan alif.
ُيُقاُل َيُقْو ُل
ُيَباُع َيِبْيُع
3. Membentuk Fiil Amar dari fiil majhul
Adapun fiil amar, selamanya tidak bisa menjadi majhul. Fiil amar tidak
dapat terbentuk kecuali pada fiil ma’lum.
4. Adapun fiil majhul dari wazan fiil tsulatsi semuanya berbentuk wazan
( ) ُفِع َل – ُيْفَعُل
ُيْنَص ُر ُنِصَر
ُيْض َر ُب ُض ِر َب
Dan adapun wazan-wazan fiil tsulatsi adalah sebagai berikut:
ُيَعَّلُم ُيَفَّعُل
ُيَشاَر ُك ُيَفاَع ُل
ُيْح َس ُن ُيَفَعُل
ُيَتَداَر ُك ُيَتَفاَع ُل
ُيْس َـْع َلُم ُيْس َتْفَعُل
Mu’minin, Imam Saiful. 2008. Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf. Jakarta:
Amzah.
Nahar, Hadi. 2010. as-Sharfu al-Wafi. Urdun: Modern Book World.
Hamid, Muhammad Muhyidin Abdul. 2010. Ilmu Nahwu. Jogjakarta:
Media Hidayah.
al-Ghalayaini, Mustafa. 1973. Jamiud Durisil Arabiyah. Beirut: Darul Hadits.