Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Artikel asli

KETEPATAN PERBANDINGAN DARI ENDOTRACHEAL TABUNG (ETT)


PENEMPATAN MENGGUNAKAN FORMULA CHULA DENGAN FORMULA
MANUBRIUM STERNAL JOINT (MSJ)

Christya Lorena1 , Hamzah1a , Maulydia1


1Departemen Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Dr. Akademisi Umum Soetomo
Rumah Sakit, Surabaya, Indonesia
APenulis yang sesuai:hamzah@fk.unair.ac.id

ABSTRAK
Perkenalan:Kesalahan intubasi, seperti malposisi ETT, akan mengakibatkan komplikasi serius. Intubasi endobronkial
dapat menyebabkan pneumotoraks dan kolaps paru kontralateral (atelektasis). Sebaliknya, ETT superfisial dapat
meningkatkan risiko mudah lepas, menyebabkan desaturasi atau bahkan serangan jantung. Posisi ETT yang dangkal
dapat menyebabkan kompresi pita suara dan saraf laring oleh manset ETT. Posisi optimal dapat dicapai jika posisi manset
berada 1,5-2,5 cm di bawah pita suara dan ujungnya 3-5 cm di atas karina. Beberapa metode pengukuran kedalaman ETT
berdasarkan data panjang saluran napas dapat menjadi alternatif, terutama di era COVID-19 yang penggunaan stetoskop
untuk memeriksa kedalaman ETT masih terbatas.Tujuan:Untuk menganalisis keakuratan penempatan kedalaman ETT
menggunakan rumus Chula dan MSJ.Metode dan Bahan:Kami melakukan penelitian analitik komparatif prospektif pada
50 pasien yang menjalani operasi elektif di ruang operasi GBPT RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Data penelitian selama
intubasi dan FOL (Fyber Optic Laryngoscope) dari masing-masing pasien adalah tinggi badan, panjang MSJ, panjang ETT
awal, jarak ujung karina-ETT, jarak manset-pita suara, dan panjang ETT akhir.Hasil dan Diskusi:Pada kelompok formula
Chula, rata-rata tinggi badan pasien adalah 160,60cm ± 9,738 untuk pria dan 157,76 cm ± 8,604 untuk wanita. Rata-rata
panjang MSJ adalah 20,28 cm. Penerapan rumus Chula lebih akurat karena revisi ETT dilakukan hanya pada 8,0% sampel,
dengan rata-rata revisi 0,04. Sedangkan revisi ETT dengan rata-rata 0,868 pada kelompok formula MSJ dilakukan pada 84%
sampel. Penelitian ini juga menemukan adanya korelasi linier antara peningkatan kedalaman ETT dengan tinggi badan.
Kesimpulan:Penerapan rumus Chula untuk mengukur kedalaman ETT pada masyarakat Indonesia (Jawa) lebih tepat
dibandingkan rumus MSJ.

Kata kunci:Chularumus; Akurasi kedalaman ETT; FOL (Laringoskop Serat Optik);MSJRumus; Obat

ABSTRAK
Pengenalan:Kesalahan dalam intubasi, seperti malposisi ETT, akan mengakibatkan komplikasi yang serius. Intubasi
endobronkial dapat menyebabkan pneumotoraks dan kolaps paru kontralateral (atelektasis). Sebaliknya, ETT yang terlalu
dangkal meningkatkan risiko mudah terlepas, sehingga menyebabkan desaturasi sampai dengangagal jantung. Posisi ETT
yang dangkal dapat menyebabkan kompresi pita suara dan saraf laringeus rekuren oleh balon ETT. Posisi optimal jika
balon berada 1,5-2,5 cm di bawah pita suara dan ujung distal berada 3–5 cm di atascarina. Beberapa cara pengukuran
kedalaman ETT berdasarkan data panjang jalan napas dapat menjadi alternatif terutama di era covid karena penggunaan
stetoskop untuk pemeriksaan ETT menjadi terbatas.Tujuan: Penelitian ini menganalisis penempatan kedalaman ETT
menggunakan formulaChuladengan rumusMSJ.Bahan dan Cara:Kami melakukan penelitian analitik komparatif prospektif
pada 50 pasien yang mengikuti operasi elektif di kamar operasi GBPT RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Data penelitian yang
diambil pada masing-masing sampel saat tindakan intubasi dan FOL (Laringoskop Serat Optik), yaitu tinggi badan,
panjangMSJ, panjang ETT awal, jarakcarina-ujung ETT, jarakpita suara manset, dan panjang ETT akhir.Hasil dan
Pembahasan:Didapatkan formula rerata tinggi badan kelompokChula, yaitu 160,60 cm ± 9,738 (laki-laki) dan 157,76 cm ±
8,604 (perempuan), serta rerata panjangMSJ20,28 cm. Aplikasi rumus Chulalebih akurat karena revisi ETT hanya dilakukan
pada 8.0% sampel dengan rata-rata revisi 0.04. Sedangkan rumus MSJ, halevisi ETT dilakukan pada 84% sampel, dengan
rata-rata revisi 0,868. Dalam penelitian ini juga ditemukan korelasi

54
Tersedia dihttps://e-journal.unair.ac.id/IJAR |DOI:10.20473/ijar.V3I22021.54-61

Karya ini dilisensikan di bawah aCreative Commons Atribusi-BerbagiSerupa


linier penambahan kedalaman ETT dengan penambahan tinggi badan.Kesimpulan:Penggunaan rumusChulauntuk
mengukur kedalaman ETT pada orang Indonesia (suku Jawa) lebih tepat dibandingkan formulaMSJ.

Kata Kunci:RumusChula; Ketepatan Kedalaman ETT; FOL (Laringoskop Serat Optik); RumusMSJ; Kedokteran

Informasi artikel:Diterima 4 Februarith2021, Diterima pada Revisi 17 Februarith2021, Diterima 24 Maretth2021

PERKENALAN Sementara itu, lain pengukuran


Intubasi adalah standar emas untuk Metode yang ditemukan dalam sebuah penelitian di

mengamankan jalan napas. Kedalaman ideal Thailand pada tahun 2005 menunjukkan bahwa tinggi

Endotracheal tube (ETT) menjadi perhatian dalam badan berkorelasi dengan kedalaman ETT yang optimal.

pengamanan posisi ETT. Malposisi ETT dapat Berdasarkan hubungan tersebut maka ditemukan rumus

menyebabkan komplikasi serius. Proyek penelitian Chula ((tinggi badan dalam cm: 10) + 4)). Penelitian

ASA melaporkan bahwa kejadian malposisi ETT tersebut menyebutkan bahwa hasil letak tip minimal

berhubungan dengan gangguan pernafasan pada 3cm di atas karina, yang dikonfirmasi dengan

2% populasi orang dewasa, dan 85% diantaranya menggunakan FOB (4,7).

mengalami kerusakan otak (1,2). Pemeriksaan dengan menggunakan FOB dapat

ETT yang dalam akan menyentuh karina memberikan visualisasi langsung untuk mengukur

dan merangsang respon simpatis dan keakuratan kedalaman ETT (8,9). Pada penelitian ini

menyebabkan takikardia, hipertensi, atau spam juga digunakan penggunaan FOB untuk mengukur

bronkial. Intubasi endobronkial juga posisi ETT sebenarnya, untuk menentukan

menyebabkan pneumotoraks dan kolaps paru kedalaman ETT menggunakan rumus Chula

kontralateral (atelektasis). Sebaliknya, ETT yang dibandingkan dengan rumus MSJ (mengukur jarak

dangkal dapat meningkatkan risiko terlepasnya gigi seri-MSJ). Kedua rumus pengukuran ini

ETT, yang menyebabkan desaturasi hingga merupakan cara alternatif untuk menentukan

henti jantung. Posisi ETT yang dangkal dapat kedalaman ETT secara individual (10).

mengakibatkan kompresi dan trauma pita suara


dan saraf laring oleh manset ETT (2,3). Posisi ETT BAHAN DAN METODE
yang ideal pada manset ETT adalah 1,5-2,5 cm di Desain dan Sampel Penelitian
bawah pita suara, dan ujung distal ETT berada Penelitian ini merupakan penelitian analitik
3-5 cm di atas karina (4). komparatif prospektif pada pasien yang
Secara obyektif, ada beberapa metode menjalani operasi elektif di ruang operasi GBPT
pengukuran kedalaman ETT berdasarkan data RS Akademik Dr. Soetomo Surabaya pada bulan
panjang saluran napas. Penelitian oleh Leedkk(5) November-Desember 2020. Komite Etik Rumah
Pada penduduk di Korea data tersebut digunakan Sakit telah menyetujui penelitian ini. Teknik
untuk mengukur jarak gigi seri atas-MSJ dengan pengumpulan sampel diperoleh dari populasi
posisi ekstensi kepala. Penelitian ini menemukan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan
adanya korelasi linier yang signifikan dengan eksklusi. Dari total 50 sampel, seluruh subjek
panjang saluran napas yang dapat digunakan penelitian dibagi menjadi beberapa kelompok
untuk menentukan kedalaman ETT yang ideal. secara acak dan mendapat perlakuan yang
Rumus korelasinya adalah {0,868 x (jarak gigi seri- sama.
MSJ, posisi ekstensi kepala) + 4,26}. Sedangkan Kriteria inklusi penelitian ini adalah
panjang ETT diperoleh dengan mengurangkan 3 pasien dewasa (usia 18-65 tahun) dan PS ASA
cm dari rumus MSJ (6). 1-2. Metode penelitian dijelaskan kepada
55
Tersedia dihttps://e-journal.unair.ac.id/IJAR |DOI:10.20473/ijar.V3I22021.54-61

Karya ini dilisensikan di bawah aCreative Commons Atribusi-BerbagiSerupa


walinya, dan apabila bersedia menandatangani dan kelompok formula MSJ sebesar 23,09 ±
informed consent, maka pasien akan 3,283.
dimasukkan sebagai subjek penelitian. Kriteria Selain itu, tinggi badan yang dimasukkan
eksklusinya adalah pasien dengan kelainan dalam komponen rumus Chula didistribusikan
anatomi pada wajah, leher, dan saluran napas secara merata pada kedua kelompok. Rata-rata
bagian atas; tanda kesulitan jalan napas, tinggi badan kedua kelompok adalah 160,60 cm ±
Mallampati 3-4, pergerakan leher terbatas, 9,738 untuk kelompok Chula dan 157,76 cm ±
riwayat kelainan dan cedera tulang leher rahim, 8,604 untuk kelompok formula MSJ. Selain itu,
posisi Trendelenburg, BMI ≥ 30, distensi perut, rata-rata panjang kelompok MSJ adalah 20,28 cm.
kelainan paru penyerta, dan pembedahan pada Sebaran populasi penelitian dan karakteristik
daerah jalan napas. demografinya dirinci pada tabel 1.

Metode Pengumpulan Data Tabel 1.Demografi Subjek Penelitian


Data awal seperti jenis kelamin, umur, tinggi emografis Chula MSJ Persentase Nilai-P
badan, panjang MSJ, BMI, dan kompetensi PPDS ata
akhir
dicatat dalam lembar data. Kemudian parameter Pria 13 12 50% 0,777
panjang ETT, jarak manset-pita suara, jarak ujung Perempuan 12 13 50%
karina-ETT, dan revisi ETT akan dicatat dalam
ya
datasheet untuk dianalisis lebih lanjut. 18-25 tahun 3 6 18,0%
26-35 tahun 4 7 22,0% 0,539

Analisis statistik 36-45 tahun 7 4 22,0%


46-55 tahun 7 5 24,0%
Sebaran data penelitian dilakukan dengan uji 3 3 14,0%
56-65 tahun

normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro- BMI 23,15± 23.09± - 0,882

Wilk. Data yang berdistribusi normal dianalisis 3.849 3.283

menggunakan uji t independen, dan data


Tinggi
berdistribusi abnormal dianalisis menggunakan uji 140-150 cm 5 4 18
Mann-Whitney. Sebaliknya, data kategorikal 151-160 cm 8 12 20 0,720
161-170 cm 8 6 14
dianalisis dengan menggunakan uji Chi-square. 4 3 7
> 170cm
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak Statistical Package for the Social Selanjutnya selisih panjang awal ETT lebih
Science (SPSS) v19 pendek ± 1,18 cm pada kelompok formula
MSJ. Revisi ETT yang dilakukan pada
HASIL DAN DISKUSI kelompok formula Chula sebesar 0,04,
Penelitian ini melibatkan 50 pasien dewasa sedangkan pada kelompok MSJ sebesar 0,868.
dengan jumlah laki-laki dan perempuan yang Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa
sama, 25 sampel (50%), dan 25 sampel (50%) skor revisi ETT antara kedua kelompok
secara perspektif. Pada karakteristik usia, berbeda secara signifikan (p<0,001). Data
distribusi kedua kelompok penelitian merata analisis ETT akan ditampilkan pada tabel 2.
dengan rata-rata usia 40 tahun. Kedua kelompok
mempunyai BMI normal, dan distribusi kedua
kelompok hampir rata-rata, dengan nilai kelompok
formula Chula sebesar 23,15 ± 3,849,
56
Tersedia dihttps://e-journal.unair.ac.id/IJAR |DOI:10.20473/ijar.V3I22021.54-61

Karya ini dilisensikan di bawah aCreative Commons Atribusi-BerbagiSerupa


Meja 2.Hasil Analisis ETT Hanya dua sampel yang perlu direvisi pada
panjang ETT Kelompok
kelompok formula Chula, sedangkan
Nilai-P
(cm) Chula (n=25) MSJ (n=25) kelompok formula MSJ berjumlah 21
ETT awal
20,0 (18 – 19,0 (17,5 – sampel yang perlu diperbaiki karena posisi
median < 0,001
21.5) 21.5) ETT dangkal. Data analisis posisi ETT akan
(Min-Maks)
ETT terakhir disajikan pada tabel 4.
20,0 (18,5 – 19,5 (18,0 –
median 0,088
21.5) 21.5)
(Min-Maks) Tabel 4.Analisis Posisi Optimal ETT
DLL
Revisi Chula MSJ P-
1,0 (0,0 – Posisi ETT
Skor 0,0 (0,0 - 0,5) < 0,001 (%) (%) Nilai
1.5) Jarak CT
median
(Min-Maks) Dangkal (< 3cm) 0 2 0,490

Rata-rata ETT (0,0%) (8,0%)


Panjang
Tepat (3-5 cm) 25 23
Berarti ± 20,16 ± 0,921 19,72 ± 0,867 0,084 (100%) (92%)
Standar Kedalaman (>5 cm) 0 0
Deviasi (0,0%) (0,0%)
Jarak CF-VC
Dangkal (<1,5 cm) 2 19
Tinggi badan yang dominan pada penelitian ini (8%) (76%)
adalah tinggi badan kelompok 151-160 cm dan 161-170 Tepat (1,5-2,5 cm) 23 5 <0,001
(92%) (20%)
cm. Terdapat hubungan antara kedalaman ETT dengan
Kedalaman (>2,5 cm) 0 1
tinggi badan dimana pertambahan panjang ETT sejalan (0,0%) (4%)
dengan pertambahan tinggi. Data analisis akan Jarak Gabungan
CT Dangkal & Dalam 0 1
ditampilkan pada tabel 3.
CF-VC (0,0%) (4%)
Dangkal CT & 0 1
Tabel 3.Analisis Kedalaman ETT dan Perbandingannya CF-VC yang tepat (0%) (4%)
dengan Tinggi CT yang tepat & 2 19
CF-VC dangkal (8%) (76%) <0,001
Panjang ETT CT yang tepat & 23 4
Berarti CF-VC yang tepat (92%) (16%)
P- R-
tinggi (cm) median ± Revisi ETT 2 21 <0,001
Nilai Nilai
Standar (8%) (84%)
Deviasi
140 – 150 (n=9) 19,0 ± 0,546
Manset ETT yang kami gunakan dalam penelitian
151 – 160 (n=20) 19,5 ± 0,343
ini adalah 7,5 untuk pria dan 7,0 untuk wanita. Jenis
161 – 170 (n=14) 20,5 ± 0,385 <0,001 0,805 kelamin antara kedua kelompok penelitian berdistribusi
> 170 (n=7) 21,36 ± 0,244 merata dengan p-value > 0,05; Hal ini merupakan suatu

Jumlah (n=50) 20,0 ± 0,913 kebetulan karena sampelnya adalah populasi yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi tanpa
memandang jenis kelaminnya.
Posisi ETT dikonfirmasi dengan
Dalam studi Mukherjeedkk(9), jumlah laki-laki
menggunakan FOB. Pengukuran langsung dari
lebih banyak dibandingkan perempuan; Namun
ujung carina-ETT dan jarak manset-pita suara
hal ini tidak signifikan pada uji parameter. Lalu, Lal
diukur dengan tepat. Pada kedua kelompok,
dkkPenelitian (11) menemukan adanya korelasi
kami menemukan masalah yang sama terjadi:
antara kedalaman ETT dan
posisi ETT dangkal dengan jarak CF-VC < 1,5 cm.
57
Tersedia dihttps://e-journal.unair.ac.id/IJAR |DOI:10.20473/ijar.V3I22021.54-61

Karya ini dilisensikan di bawah aCreative Commons Atribusi-BerbagiSerupa


tinggi badan berhubungan dengan gender, namun hal ini Penelitian yang dilakukan oleh Busettodkk.,
tidak signifikan kecuali dalam beberapa kasus ekstrim. (15) menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan
Jalannyadkk(12) ditemukan perbedaan panjang trakea yaitu antara perubahan panjang daerah faring dengan
lebih panjang 0,7 cm pada laki-laki. Penelitian yang peningkatan BMI. Namun pada penelitian Lin et al.,
dilakukan Fatma, (13) tentang antropometri tubuh (16) ditemukan korelasi yang kuat antara
menemukan bahwa laki-laki mempunyai postur tubuh yang peningkatan BMI dengan peningkatan panjang area
lebih tinggi dibandingkan perempuan. hyoid, yang akan menjelaskan bahwa BMI
Perbandingan karakteristik usia antara mempengaruhi panjang saluran napas bagian atas.
kedua kelompok pada penelitian ini tidak Namun, dalam penelitian yang dilakukan Varshney
signifikan. Usia rata-rata dalam penelitian ini dkk(4), tidak terdapat hubungan antara IMT panjang
adalah 40 tahun, dengan rentang usia 18-65 saluran napas.
tahun. Penelitian ini dilakukan pada pasien Penelitian ini menggunakan perbandingan
berusia > 18 tahun karena struktur anatomi dua rumus dalam menentukan kedalaman
saluran napas meliputi ukuran kepala, optimal ETT. Rumus pertama, rumus MSJ,
hidung, lidah, epiglotis, laring, trakea, diperkenalkan oleh Leedkk(5), mengukur
bronkus (14). panjang jalan napas berdasarkan jarak antara
Selain itu, dengan rentang usia tersebut, kriteria gigi seri-MSJ (ekstensi kepala). Rumus ini tidak
kondisi kesehatan ringan hingga sedang (PS ASA 1 berkorelasi dengan tinggi badan tetapi dengan
dan 2) mudah ditemukan. Sedangkan pada usia ukuran saluran napas, yang didasarkan pada
lanjut, kondisi yang paling banyak ditemukan adalah jarak antara gigi seri-karina (kepala dalam posisi
pasien dengan penyakit berat (PS ASA > 2) atau netral) yang diukur dengan menggunakan FOB.
gangguan paru akibat perubahan fisiologi paru Rumus lainnya adalah rumus Chula yang
seiring bertambahnya usia. PS ASA >2 sehingga dapat dikemukakan oleh Techanivatedkk., (7). Rumus ini
mempersingkat waktu apnea pada saat dilakukan mengkorelasikan panjang jalan nafas dengan
pemeriksaan kedalaman ETT menggunakan FOL. tinggi badan untuk menentukan panjang ETT agar
diperoleh kedalaman yang tepat sesuai kriteria
Berdasarkan antropometri geriatri, laki-laki dan yaitu 3-5 cm di atas karina dan 1,5-2,5 cm di bawah
perempuan mengalami penurunan masing-masing pita suara. Penelitian oleh Laldkk(11) juga
sebesar 2,7 cm dan 4,22 cm, biasanya berhubungan disebutkan bahwa kedalaman ETT akan meningkat
dengan postur tubuh, osteoporosis, kerusakan tulang secara linier seiring dengan bertambahnya
belakang, dan kelainan tulang belakang (kifosis, ketinggian individu. Begitu pula penelitian ini juga
skoliosis, dan lordosis), yang mempengaruhi faktor menemukan bahwa penambahan kedalaman ETT
tinggi badan dalam pengukuran (13). berkorelasi dengan tinggi badan.
Ciri lainnya yaitu obesitas dapat menjadi Dalam penelitian tersebut, tinggi badan
masalah yang menyulitkan prosedur intubasi didistribusikan secara merata antara kedua kelompok
laringoskop karena adanya perubahan anatomi formula. Rata-rata tinggi badan laki-laki adalah 166,4
yang sangat besar pada wajah dan leher akibat cm, dan rata-rata tinggi badan perempuan adalah
penumpukan lemak di area tersebut. Hal ini 151 cm. Hasil ini serupa dengan penelitian yang
ditentukan oleh indeks massa tubuh (BMI). Nilai dilakukan oleh Techanivatedkk., (7) pada penduduk
BMI tersebar merata antara kedua kelompok Thailand. Rata-rata tinggi badan penduduk laki-laki
formula (p>0,05). dan perempuan adalah 166,1 cm dan 156,1 cm,

58
Tersedia dihttps://e-journal.unair.ac.id/IJAR |DOI:10.20473/ijar.V3I22021.54-61

Karya ini dilisensikan di bawah aCreative Commons Atribusi-BerbagiSerupa


masing-masing; Hal ini serupa karena kedua penelitian, terdapat perbedaan yang signifikan,
populasi tersebut adalah populasi Asia. p<0,001 (5). Dalam kelompok ini, banyak
Lebih lanjut, dalam kedua penelitian tersebut, ditemukan posisi ETT yang tidak ideal; terdapat 21
ditemukan bahwa laki-laki lebih tinggi dibandingkan sampel (84%) yang kedalaman ETT-nya lebih
perempuan. Hasil ini dapat disebabkan oleh dangkal, sehingga perlu revisi untuk mendapatkan
perbedaan postur dan aktivitas di antara keduanya. jarak yang tepat, ETT tip-carina 3-5 cm dan
Menurut penelitian Fatma, (13), pengukuran manset-pita suara 1,5-2,5 cm (4,20).
antropometri postur tubuh pria dewasa secara Di Leedkk(5) Data penelitian, rata-rata tinggi
konsisten lebih tinggi dibandingkan wanita dewasa, badan penduduk Korea lebih tinggi dibandingkan
dipengaruhi oleh hormonal dan tinggi badan masing- penduduk Indonesia, yaitu 171 cm untuk laki-laki
masing jenis kelamin. dan 158 cm untuk perempuan. Namun pada
Ronendkk(17) menyatakan bahwa tinggi badan pada kedua penelitian ini ditemukan posisi ETT yang lebih
jenis kelamin tersebut tidak jauh berbeda sebelum masa pubertas, dangkal.
dan akan berbeda setelahnya. Hal ini berdampak pada Sedangkan formula Chula diformulasikan
perkembangan saluran napas bagian atas, dimana saluran napas menggunakan penanda anatomi tinggi badan.
pria akan lebih panjang dibandingkan saluran napas wanita. Beberapa penelitian juga mendukung korelasi antara
Komplikasi fatal dapat terjadi akibat malposisi tinggi badan dan panjang saluran napas yang diteliti
ETT. ETT dangkal dapat mengakibatkan ekstubasi oleh Varshneydkk., (4) dengan penduduk India dan
spontan pada gerakan kepala dan menyebabkan Gomezdkk., (2) penelitian pada populasi Kolombia.
iritasi atau trauma pada pita suara, sehingga Mereka menemukan korelasi tinggi badan dengan
menyebabkan iritasi, peradangan, atau iskemia panjang saluran napas.
pita suara. ETT yang dalam dapat menyebabkan Penelitian ini menggunakan rumus Chula
ETT masuk ke salah satu paru sehingga terjadi sebagai rumus kedua untuk mengukur kedalaman
gangguan oksigenasi sehingga menyebabkan ETT, dengan rata-rata kedalaman ETT yang
atelektasis dan pneumotoraks (14,18). ditemukan adalah 20,62 cm untuk laki-laki dan
Diperkenalkan oleh Leedkk(5), Rumus MSJ 19,2 cm untuk perempuan. Hasil penelitian ini
didasarkan pada pengukuran antara gigi seri- mirip dengan hasil Techanivate dkk(7) Penelitian
MSJ (posisi ekstensi kepala), yang merupakan pada populasi Thailand dengan rata-rata panjang
salah satu cara untuk mengukur kedalaman baju pria dan wanita 20,8 cm dan 19,6 cm. Namun
ETT. Rumus ini dirumuskan berdasarkan hasil ini berbeda jauh dengan etnis Eropa, dimana
korelasinya dengan panjang saluran nafas dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa
(incisorcarina. Mukherjeedkk(9) melakukan panjang ETT lebih besar dibandingkan penduduk
penelitian pada populasi India untuk Asia yaitu 23 cm untuk pria dan 21 cm untuk
mendukung temuan Lee bahwa jarak gigi seri- wanita, hal ini dipengaruhi oleh postur tubuh
MSJ menggambarkan panjang saluran napas, orang Eropa, yang lebih besar dan tinggi (11).
meskipun korelasinya tidak sekuat penelitian Mengacu pada rumus Chula dan MSJ yang
Lee. Cherngdkk.,(19) juga menemukan korelasi sama-sama digunakan pada penduduk Asia,
antara panjang tulang dada dan panjang trakea, dapat disimpulkan bahwa rumus Chula buatan
namun tidak dengan panjang insisivus-karina. Techanivatedkk., (7) lebih relevan dengan
Rumus MSJ ditemukan berdasarkan penduduk Indonesia. Posisi ETT yang ideal lebih
perhitungan pada populasi Korea yang mencakup banyak terdapat pada kelompok formula Chula
Asia juga, namun bila diterapkan di sini yaitu 23 sampel (92%) dengan CT yang presisi
59
Tersedia dihttps://e-journal.unair.ac.id/IJAR |DOI:10.20473/ijar.V3I22021.54-61

Karya ini dilisensikan di bawah aCreative Commons Atribusi-BerbagiSerupa


dan jarak CF-VC, sedangkan dua sampel (8%) dengan panjang pada populasi India. Turki J
jarak CF-VC dangkal (< 1,5 cm) sehingga memerlukan Anestesiol Reanim.
revisi ETT. Penelitian ini juga menemukan korelasi 2019;47(6):456–63.
antara tinggi badan dan kedalaman ETT, seperti pada 7. Teknisi A, Rodanant O, Charoenraj
penelitian Techanivate. P, Kumwilaisak K. Kedalaman
tabung endotrakeal pada pasien
KESIMPULAN dewasa Thailand. J Med Assoc Thail.
Rumus Chula lebih akurat dalam 2005;88(6):775–81.
menentukan keakuratan kedalaman ETT 8. Collins SR, RS Kosong. Intubasi fiberoptik:
penduduk Indonesia dibandingkan rumus MSJ. Gambaran umum dan pembaruan.
Penelitian ini juga menemukan adanya korelasi Perawatan Pernafasan. 2014;59(6):865–80.
antara penambahan kedalaman ETT dengan 9. Mukherjee S, Ray M, Pal R. Prediksi panjang
pertambahan tinggi badan. jalan napas di samping tempat tidur
dengan mengukur panjang sendi
REFERENSI manubriosternal gigi seri atas. J Farmakol
1. Baker, PA, & Timmermann A. Intubasi Klinik Anestesiol. 2014;30(2):188–94.
trakea laringoskopi. Dalam: 10. Straker, T., & Urdaneta F. Konfirmasi intubasi
Manajemen saluran napas Hagberg trakea. Dalam: Manajemen Saluran
dan benumof. 4 th. Philadelphia: Udara Hagberg dan benumof. tanggal 4.
Elsevier Inc.; 2018. Philadelphia: Elsevier Inc.; 2018.
2. Gómez JC, Melo LP, Orozco Y, Chicangana 11. Lal A, Pena ED, Sarcilla DJ, Perez PP,
GA, Osorio DC. Estimasi panjang Wong JC, Khan FA. Panjang Idealnya
optimal pemasangan pipa endotrakeal Tabung Endotrakeal Oral untuk Pasien Sakit
pada orang dewasa. Pendeta Colomb Kritis yang Diintubasi di Populasi Asia:
Anestesiol. 2016;44(3):230–5. Perbandingan dengan Masyarakat Barat
3. Bodenham AR, Mallick A. Manajemen Saat Ini Standar. Penyembuh.

jalan napas di ICU. Edi Kedelapan. 2018;10(11).


Topik Inti dalam Manajemen Jalan Nafas. 12. Herway ST, Benumof JL. Akordeon
Elsevier Inc.; 2011. 262–73 hal. trakea dan posisi tabung
4. Varshney M, Sharma K, Kumar R, Varshney endotrakeal. Perawatan Intensif
PG. Kedalaman penempatan tabung Anestesi. 2017;45(2):177–88.
endotrakeal oral yang tepat dan 13.Fatmah, Erwin. Pengembangan kursi
kemungkinan faktor penentunya pada antropometri berdasarkan rentang
pasien dewasa di India. India J Anestesi. lengan, tinggi lutut, dan tinggi
2011;55(5):488–93. duduk pada lansia. Int J GEOMATE.
5. Lee BJ, Yi JW, Chung JY, Kim DO, Kang JM. 2016;11(6):2844–50.
Prediksi panjang jalan napas pada orang 14. Sandy, RA, Herman R. & I. Formula
dewasa dan anak-anak di samping tempat Chula sebagai prediktor presisi
tidur. Anestesiologi. 2009;111(3):556–60. kedalaman Endotrachea tube pada
6. Kumari S, Prakash S, Mullick P, Guria intubasi nasotrakeal. J Perioper
S, Girdhar KK. Implikasi klinis jarak Anestesi. 2019;7(1):42–7.
pita suara-carina dan trakea 15. Busetto L, Calo'E, Mazza M, De
60
Tersedia dihttps://e-journal.unair.ac.id/IJAR |DOI:10.20473/ijar.V3I22021.54-61

Karya ini dilisensikan di bawah aCreative Commons Atribusi-BerbagiSerupa


Stefano F, Costa G, Negrin V, dkk. Ukuran saluran orang dewasa Kaukasia yang dianestesi
napas bagian atas berhubungan dengan obesitas dan dan implikasi klinisnya untuk intubasi
distribusi lemak tubuh pada wanita. Lengkungan Euro trakea. Perawatan Intensif Anestesi.
Oto-Badak-Laringologi. 2010;38(6):1029–33.
2009;266(4):559–63. 19. Cherng CH, Wong CS, Hsu CH, Ho ST. Panjang
16. Lin H, Xiong H, Ji C, Wang C, Li Y, An Y, dkk. jalan nafas pada orang dewasa: Estimasi
Pemanjangan saluran napas bagian atas panjang tabung endotrakeal yang optimal
akibat peningkatan berat badan pada untuk intubasi orotrakeal. J Klinik Anestesi.
pasien apnea tidur obstruktif. Bernafas 2002;14(4):271–4.
Res. 2020;21(1):1–10. 20. Evron S, Weisenberg M, Harow E, Khazin
17. Ronen O, Malhotra A, Pilar G. Pengaruh jenis V, Szmuk P, Gavish D, dkk. Kedalaman
kelamin dan usia terhadap panjang saluran penyisipan pipa endotrakeal yang tepat
napas atas selama perkembangan. Pediatri. pada orang dewasa dengan
2007;120(4):1–14. pengukuran penanda topografi. J Klinik
18. Pang G, Edwards MJ, Greenland KB. Anestesi. 2007;19(1):15–9.
Pita suara-carina jarak dalam

61
Tersedia dihttps://e-journal.unair.ac.id/IJAR |DOI:10.20473/ijar.V3I22021.54-61

Karya ini dilisensikan di bawah aCreative Commons Atribusi-BerbagiSerupa

Anda mungkin juga menyukai