Anda di halaman 1dari 21

JOURNAL READING

PERBANDINGAN KETEPATAN PENGUKURAN


TEKANAN BALON PIPA ENDOTRAKEAL SETELAH
INTUBASI ANTARA METODE PALPASI PADA PILOT
BALON DAN TEKNIK MELEPAS SPUIT SECARA
PASIF

PEMBIMBING :
dr. DIAH WIDYANTI, Sp.An,KIC

DIBACAH OLEH :
Mathelda Fara Ayomi ( 00808858)
ABSTRAK
 Metode palpasi pada pilot balon = teknik yg tidak akurat untuk menentukan
tekanan balon pipa endotrakeal (endotracheal tube/ETT).

 Tujuan penelitian ini = membandingkan ketepatan pengukuran tekanan


balon ETT antara metode palpasi pada pilot balon (MP) & teknik melepas
spuit secara pasif (MSP).
PENDAHULUAN
 Intubasi endotrakea = Standar emas untuk menjaga jalan napas &
memberikan ventilasi.
 Pda pipa endotrakeal (endotracheal tube/ETT) terdpt balon yg
dikembangkan pada bagian distal pipa/ETT untuk menutupi
permukaan dalam trakea sehingga mencegah aspirasi cairan
lambung & sekret orofaring ke paru-paru, serta memudahkan
pemberian volume tidal yg adekuat.
TEKANAN BALON ETT DIPENGARUHI BEBERAPA FAKTOR, YAITU :

Volume udara dalam balon

Bahan dasar balon ETT

Ukuran balon ETT terhadap diameter trakea,

Serta tekanan intratorakal

Ukuran balon ETT terhadap diameter trakea


LANJUT…..

 Tekanan balon ETT hrs dipertahankan pd rentang 20–30 cmH2O.


Tekanan udara yg kurang akan mengakibatkan kebocoran udara saat
ventilasi tekanan positif & jg menyebabkan mikroaspirasi ke dlm
trakea, terutama kejadian pneumonia pd pasien yg dilakukan
ventilasi mekanik dlm waktu lama. Sebaliknya, tekanan udara yg
berlebih pd balon ETT akan menyebabkan penekanan &
menyebabkan penurunan perfusi kapiler trakea serta dpt berlanjut
pd kerusakan ireversibel pada mukosa trakea.
 Pada praktik sehari2 sering digunakan metode palpasi (MP) untuk
memperkirakan tekanan balon ETT setelah intubasi.
 Metode palpasi ini dilakukan dengan mengembangkan balon ETT
sampai didapatkan tekanan yg cukup dengan perabaan memakai
ujung jari pd pilot balon ETT. Beberapa penelitian menyimpulkan
bahwa metode ini mempunyai tingkat ketepatan penilaian yg
rendah,
 Teknik yg paling akurat dalam mengukur tekanan balon ETT =
pengukuran langsung menggunakan manometer, ttpi teknik ini
jarang digunakan krn keterbatasan alat yg tdk tersedia.
 Perlakuan Kedua Kelompok Penelitian:
A. Pd Kelompok MP, Diisi Udara Sebanyak 5 mL, Kemudian
Ditambah atau Dikurangi Sambil Melakukan Palpasi pd Pilot
Balon
B. Pd Kelompok MSP, Diisikan Udara Sebanyak 8 mL Kemudian
Spuit Dilepaskan
C. Kemudian Terjadi Aliran Balik pd Piston Karet Spuit sampai
Berhenti
D. Pd Kedua Kelompok Tersebut, Tekanan Diukur dengan Cara
Memutar Katup Three-Way ke Arah Manometer
GAMBAR :
HASIL


 Distribusi tekanan balon dikelompokkan menjadi variabel kategorik
brp :
 tekanan rendah (< 20 cmH2O),
 tekanan normal (20–30 cmH2O)
 tekanan tinggi (≥ 30 dan <50 cmH2O)
 tekanan sangat tinggi (≥50 cmH2O)
Pada kelompok metode palpasi diperoleh tekanan balon berlebih
(overinflation) dengan jumlah yg cukup banyak, yaitu sejumlah 19
sampel (40%) tekanan tinggi dan 23 sampel (48%) tekanan sangat
tinggi. Pd kelompok teknik melepas spuit secara pasif mempunyai
angka overinflation yg lebih sedikit, = 18 sampel (39%) tekanan tinggi
& tdk ada satupun sampel dengan tekanan sangat tinggi.
 Distribusi hasil tekanan balon ETT pd penelitian ini dikelompokkan
menjadi 4 kategori: rendah, normal, tinggi, dan sangat tinggi (Gambar 2).
Kelompok MP secara statistik mempunyai ketepatan pengukuran yg lebih
sedikit (6%) dibanding dengan kelompok MSP (57%). Pd kelompok MP
mempunyai angka overinflation yg cukup banyak, sebesar 40% bertekanan
tinggi & 48% bertekanan sangat tinggi.
 Padahal,sebgmn diketahui sebelumnya bahwa tekanan balon ETT di atas
50cmH2O = critical perfusion pressure yg akan menyebabkan perhentian
aliran darah perfusi darah ke jaringan mukosa cincin trakea & dinding
posteriornya.Pd kelompok teknik melepas spuit secara pasif mempunyai
angka overinflation yg lebih sedikit, yaitu hanya 39% bertekanan tinggi dan
tidak ada satupun sampel dengan tekanan sangat tinggi. Meskipun
demikian, pd kedua kelompok mempunyai tekanan underinflation masing2
sebesar 6% pd kelompok MP & 4% pd kelompok MSP. Sebagai kontrol,
ketika menggunakan manometer sebagai alat ukur standar menunjukkan
ketepatan sebesar 100%.
PEMBAHASAN
LANJUTAN…
 Perbandingan terhadap karakteristik umum antara kedua kelompok
perlakuan (Tabel 1) tidak menunjukkan perbedaan yg bermakna
dalam hal :
 usia, jenis kelamin
 Tinggi badan
 Berat badan
 Indeks massa tubuh (IMT)
Hal ini menunjukkan subjek penelitian telah homogen dan layak untuk
diperbandingkan.
HASIL PENGHITUNGAN STATISTIKA, DIDAPATKAN TEKANAN RATA2
BALON ETT PD KELOMPOK MP & MSP, BERTURUT2 = 57,7±26,0 CMH2O &
28,7±4,5 CMH2O DENGAN PERBEDAAN YG SANGAT BERMAKNA ANTARA
KEDUA KELOMPOK TERSEBUT
(P<0,001;TABEL 2).
BEGITU PULA DENGAN KETEPATAN PENGUKURAN PADA KELOMPOK
MASING2, PROPORSI TEKANAN BALON YG OPTIMAL (NILAI NORMAL: 20–30
CMH2O) PD KELOMPOK MSP (57%) LEBIH BANYAK DIBANDING DENGAN
KELOMPOK MP (6%).
DENGAN MEMAKAI UJI CHI-KUADRAT DIDAPATKAN PERBEDAAN SANGAT
BERMAKNA ANTARA KEDUA KELOMPOK PERLAKUAN (P<0,001; TABEL 3).
PADA HASIL PENELITIAN INI DIDAPATKAN VOLUME UDARA YG
DIPOMPAKAN PD KE2 KELOMPOK SECARA STATISTIKA TERDAPAT
PERBEDAAN YG BERMAKNA (P<0,001; TABEL 4). VOLUME UDARA BERLEBIH
YG DIPOMPAKAN PD KELOMPOK MP MENYEBABKAN OVERINFLATION,
TERBUKTI DENGAN BANYAKNYA FREKUENSI TEKANAN TINGGI & SANGAT
TINGGI PD KELOMPOK MP. PD KELOMPOK MSP, ANGKA KEJADIAN
OVERINFLATION BALON DPT DIKURANGI KRN PD TEKNIK INI KELEBIHAN
TEKANAN AKAN DIBUANG MELALUI ALIRAN BALIK SPUIT YG BERSIFAT 1
ARAH. MENURUT HUKUM FISIKA TEKANAN SUATU FLUIDA DI DLM RUANG
TERTUTUP AKAN DIALIRKAN KE SGL ARAH DENGAN SAMA BESAR. ALIRAN
TEKANAN INILAH YG AKAN MENGGERAHKAN PISTON KARET SPUIT
SEHINGGA BERGERAK MUNDUR SECARA PASIF.
Penelitian ini memiliki kelemahan yaitu :
Hanya dapat menunjukkan ketepatan teknik melepas spuit secara pasif,
jika mempergunakan spuit baru dengan merek tertentu (Nipro®),
seperti yg dipergunakan dlm penelitian ini.
Spuit jenis loss of resistence (LOR) yang digunakan untuk
pemasangan kateter epidural juga dapat dipergunakan, tetapi memiliki
ketepatan yang lebih rendah.
 Pada penggunaan spuit secara berulang kali, mungkin menurunkan
resistensi piston karet tabung spuit. Permukaan piston karet yang
aus akan menyebabkan penurunan gaya gesek pada dinding bagian
dalam spuit sehingga piston akan lebih mudah bergerak yang
menyebabkan underinflation. Keadaan yang sama dapat terjadi pula
dengan spuit bekas menyuntikkan obat karena piston karet menjadi
basah dan resistensi berkurang.
KESIMPULAN

 Metode pengukuran tekanan balon ETT dengan perkiraan tekanan


memakai metode palpasi mempunyai tingkat ketepatan yg rendah
sehingga tdk disarankan dipergunakan lagi. Apabila tdk tersedia alat
ukur standar, dpt dipertimbangkan menggunakan pengukuran lain
dengan teknik melepas spuit secara pasif. Teknik ini lebih objektif,
sederhana,murah, & juga mudah di aplikasikan dalam praktik
sehari2.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai