Anda di halaman 1dari 4

Nama : Del Vassio Saka Sarre

NPM : 23004
Mata Kuliah : Pengantar Filsafat

RESENSI BUKU

Judul Buku : MENJADI-MENCINTAI Berfilsafat


Teologis Sehari-hari
Penerbit : Kanisius
Tahun Penerbitan : 2013
Pengarang : Armada Riyanto
Jumlah Halaman : 253 Halaman
ISBN : 978-979-21-3695-1

Judul buku ini, MENJADI-MENCINTAI Berfilsafat Teologis Sehari-hari, memuat seluruh


realitas hidup manusia. Penulis memandang term Menjadi-Mencintai, yang merupakan judul
buku ini, adalah upaya untuk memandang kehidupan secara lebih mendalam. Rm. Armada
menekankan bahwa keseharian hidup manusia perlu direfleksikan secara mendalam. Oleh
karena itu buku ini menampilkan judul dalam huruf berukuran kecil “berfilsafat dan
berteologi sehari-hari.”
Sekadar pembanding, Rene Descartes dalam bukunya The Passion of the Soul yang
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti Gairah Jiwa, menawarkan visi tentang alam
semesta, yang terlihat ataupun tidak; tentang sifat esensial dan hubungan dengan seluruh
alam semesta; dan tentang jalan yang bisa diambil untuk menguasai bagian-bagian yang
penting bagi manusia. Salah satu bagian dari alam semesta yang sangat berarti adalah
kehidupan emosional manusia, karena sebagian besar kepuasan dalam hidup akhirnya
bergantung pada seberapa baik manusia menguasainya. Hal tersebut sejalan dengan refleksi-
refleksi Rm. Armada dalam penemuannya mengenai manusia yang “menjadi” sekaligus
“mencintai”. Rm. Armada memulai tulisannya dengan membahas jiwa sebagai unsur
pembentuk manusia sang peziarah. Tujuan kedua penulis tersebut memiliki kesamaan, yaitu
menguak perjalanan kehidupan manusia yang penuh dengan lika-liku, dan berusaha
memberikan pemikiran dan solusi logis dan runtut untuk memperbaiki sikap buruk serta
mengembangkan sikap baik pada manusia.
Rm. Armada menggunakan metode berfilsafat fenomenologi yang merupakan
keahliannya dalam berfilsafat sosial. Rm. Armada, selain sebagai guru besar STFT Widya
Sasana Malang dan juga merupakan seorang Profesor di bidang filsafat, ia merupakan
seorang Rohaniwan Katolik Kongregasi Misi. Konsep-konsepnya dalam buku ini adalah
seputar dedikasinya sebagai guru besar filsafat, pewartaan, dan pelayanannya sebagai
rohaniwan Katolik. Menjadi-Mencintai adalah hasil refleksi Rm. Armada yang sangat
prestisius.
Dalam buku ini Rm. Armada menggabungkan konsep-konsep berfilsafat dan berteologi.
Bukan berarti ia mencampuradukkan, tetapi Rm. Armada menjadikan filsafat sebagai
penunjang yang membantunya berteologi. Para filsuf yang ia tampilkan, baik dari Yunani
kuno hingga filsuf modern, memberikan kontribusi bagi refleksi-refleksi kritisnya terhadap
keseharian hidup manusia. Rm. Armada tidak terlalu banyak menggunakan kata-kata asing
melainkan ia menulis buku ini dengan bahasa yang sangat sederhana namun menyimpan
makna yang sangat mendalam. Hal ini tentunya berdasarkan semangat “berfilsafat dan
berteologi sehari-hari.” Buku ini sangat cocok bagi mereka yang tidak belajar filsafat dan
bagi mereka yang baru menekuni filsafat. Pemikiran-pemikiran para filsuf yang

1
membingungkan, disederhanakan oleh Rm. Armada dengan memberikan contoh-contoh
nyata dalam kehidupan saat ini. Rm. Armada patut mendapatkan apresiasi. Ia membuat para
pembaca tertarik untuk berfilsafat dengan menampilkan refleksi kritisnya dalam bahasa yang
sederhana dan tidak membosankan seperti buku-buku filsafat lainnya yang membuat para
pembaca mengernyitkan dahi.
Hasil refleksi Rm. Armada termuat dalam 33 tema yang telah disajikan dalam buku ini.
Namun penulis hanya memilih 10 tema untuk meresensi buku ini. Kesepuluh tema ini, jika
dirangkum menjadi satu, mencakup keseluruhan hidup manusia dalam relasinya dengan
sesama, Tuhan dan alam. Hal tersebut merupakan satu kesatuan yang menampilkan
sinkronitas seluruh alam semesta ini dalam persatuannya dengan manusia. Kesepuluh tema
itu adalah Manusia Sang Peziarah, Tuhan pun Menyejarah, Alam Dinamis dan Metaforis,
Mengada Memanusiawi, Kebijaksanaan Mengenal Diri, Kesadaran Manusiawi, Tahu
(Mengenal), Pengalaman, Individualitas dan Sosialitas, dan Allah Jauh dan Dekat. Kesepuluh
tema ini sangat penting untuk memahami siapa sebenarnya manusia itu. Berikut adalah
pemaparan penulis mengenai kesepuluh tema tersebut.

Manusia, Sang Peziarah


Tema ini memberikan pemahaman mengenai unsur-unsur pembentuk manusia, yaitu
jiwa dan badan. Penulis buku ini, Rm. Armada Riyanto, CM, menampilkan kesatuan jiwa dan
badan yang menyempurnakan manusia sebagai makhluk “Mengada”. Dalam tema ini
menampilkan filsuf-filsuf terkemuka seperti, Plato, Thomas Aquinas, dan Descartes. Selain
itu ia juga menampilkan tokoh-tokoh iman seperti Theresia dan St. Paulus Rasul. Pemikiran
mereka digunakan oleh Rm. Armada untuk menjelaskan keindahan-keindahan manusia dari
segi fisik dan batiniah. Rm. Armada juga menampilkan kritik atas perkara-perkara yang
berbau ketidakadilan. Tema ini sangat menarik untuk dibaca dan tak boleh terlewatkan
karena setiap tema yang ada saling bertautan dan mengalir.
Puncak dari pembahasan dalam tema ini adalah peziarahan manusia yang tertuju pada
Tuhan. Inilah ciri khas Rm. Armada dalam berfilsafat. Ia tidak hanya bernalar, tetapi juga
menyampaikan hasil refleksi teologisnya kepada para pembaca. Penulis buku ini meruntutkan
pemikir-pemikir filsafat secara metodis untuk membawa para pembaca memahami
peziarahan manusia dari zaman ke zaman. Hal selaras dengan yang dikatakan oleh Goethe
bahwa untuk Mengetahui manusia perlu Mengetahui peradabannya.
Tuhan pun Menyejarah
Setelah memahami dan mendalami Manusia, Sang Peziarah, kini pembaca memasuki
tema terpenting dalam buku ini, yaitu Tuhan pun Menyejarah. Ia bukan menampilkan sejarah
Tuhan seperti halnya Karen Amstrong, melainkan karya-karya dan penyelenggaraan Tuhan
atas hidup manusia baik itu suka maupun duka. Tema ini mengusung kehadiran Tuhan dalam
sejarah manusia. Tema ini sangat baik bagi para rohaniwan dan rohaniwati untuk
menggambarkan Tuhan kepada umat. Penyederhanaan pemikiran para filsuf dan realitas-
realitas yang ditampilkan membangun semangat kerohanian. Tak lupa, Penulis buku ini
menyoroti kaum-kaum papa dan tertindas sebagai eksistensi dari Tuhan itu sendiri. Artinya
Rm. Armada, selain mengemukakan konsep-konsep pemikiran filsafatinya, ia juga
membangun semangat, secara persuasif, untuk menolong kaum papa dan tertindas.
Penekanan dalam tema ini tidak hanya pada teori belaka, melainkan juga merujuk pada
perbuatan nyata.
Alam Dinamis dan Metaforis
Bagian ini didominasi oleh pengertian dan pemahaman mengenai Alam. Bukan berarti
Penulis buku ini menjelaskannya secara biologis, tetapi menjadikan alam sebagai pusat dan
kehidupan manusia. Tema ini sangat menarik untuk ditelusuri. Tampilan-tampilan khas Rm.
Armada sangat terlihat di sini. Sebagai orang Jawa asli, ia sangat memahami bagaimana

2
pentingnya alam bagi kehidupan manusia. Mitologi-mitologi Jawa dipermak sedemikian rupa
dengan konsep-konsep filsafatnya yang sistematis berpadu menjadi suatu pemikiran yang
unik dan khas.
Dengan membaca tema ini, para pembaca diminta untuk berpikir secara kritis dalam
menggunakan sumber daya alam. Manusia dilihat sebagai mikro-cosmos. Tema ini
merupakan penggambaran untuk mencintai kehidupan dengan analogi-analogi atas fenomena
alam. Penyatuan alam dan manusia mengajarkan kepada pembaca agar lebih menghargai
apapun bentuk kehidupan di dunia ini. Para pembaca tidak hanya digaungkan oleh keindahan
alam, tetapi juga menjaga kelestarian alam.
Mengada, Memanusiawi
Dalam tema ini banyak filsuf yang mengatakan bahwa mengada adalah keseluruhan
realitas hidup manusia. Mulai dari Socrates hingga Heidegger, Mengada menjadi topik
penting yang memaknai keseluruhan dari manusia itu sendiri. Dalam beberapa pengertian
tersebut mengada menjadi hal mutlak yang menjadikan manusia itu adalah manusia, dalam
kata lain memanusiawi. Mengada menjadi tema penting dalam berfilsafat. Rm. Armada
mengemas konsep ‘Mengada’ dengan sangat baik. Tidak lupa juga ia menyelaraskan konsep
tersebut dengan Tuhan yang merupakan tujuan akhir bagi manusia.
Tema ini menjadi tema sentral dalam buku ini. Mengapa? Karena mencakup seluruh
realitas hidup manusia. Rm. Armada menyajikan konsep-konsep dan asal-usul pengetahuan
yang akhirnya menciptakan peradaban manusia. Tema ini cocok bagi pembaca yang ingin
mengenal filsafat lebih mendalam.

Kebijaksanaan Mengenal Diri


Penggambaran-penggambaran mengenai pencarian kebijaksanaan melalui kisah mitologi
Jawa sangat menarik perhatian, karena tema dikemas dengan baik hingga pembaca seolah-
olah menjadi tokoh utama dalam kisah naratif yang dipaparkan oleh Rm. Armada. Penulis
juga menggabungkan pemikiran-pemikiran filosfis dari filsuf Thomas Aquinas. Allah
menjadi sumber kebijaksanaan. Penulis buku ini juga menggambarkan kebijaksanaan sebagai
“air” yang memberikan dahaga. Tema ini tidak monoton hanya pada penalaran saja, tetapi
dengan adalah metafora-metafora dalam tema ini semakin membuat para pembaca tidak
merasa bosan. Tak banyak filsuf yang menulis buku menggabungkan kata-kata khiasan dalam
bukunya. Rm. Armada tahu betul untuk menarik minat pembaca dengan menyuguhkan kata-
kata khiasan namun penuh makna.
Penggalian makna oleh para pembaca pun tidaklah sulit. Alegoris yang digunakan
penulis sangat sinkron dengan filsuf seperti Thomas Aquinas. Namun pembaca juga harus
membacanya dengan penuh perhatian sehingga menemukan makna yang ingin desampaikan
oleh penulis. Makna yang ada pastilah mendalam dan memerlukan intensivitas pembaca.
Kesadaran Manusiawi
Dalam tema ini, penulis membawa pembaca untuk melihat apa itu kesadaran manusia.
Tema ini sangat humanistic, di mana penulis, dengan pengetahuannya yang luas, memberikan
konsep akan perilaku-perilaku yang menegasikan sesama karena kepentingan diri sendiri.
Rm. Armada tahu betul sisi apa yang membuat manusia “tidak sadarkan diri”.
Sinkronisitas antara fenomena sosial dan konsep yang penulis kemukakan menyajikan
kesungguhan penulis yang membongkar dimensi-dimensi kerapuhan manusia. Daya tarik
dalam tema ini tak hanya itu, penulis juga memposisikan “kesadaran” sebagai hal yang utama
bagi manusia untuk mewujudkan eksistensinya. Pembaca pun diajak untuk berpikir kritis
memahami situasi dan tidak terpaku pada hukum positif. Tema ini sangat menarik ,
walaupun menggunakan bahasa-bahasa filsafati, penulis tetap berusaha menyederhanakannya
dengan narasi yang mudah dimengerti. Pembaca tak perlu bingung dengan awal paragraf

3
yang mendefinisikan kesadaran. Hal ini akan dimengerti bila pembaca membacanya hingga
akhir tema ini.

Tahu (Mengenal)
Daya tarik pada tema ini pengumpulan berbagai paradigma mengenai “tahu (mengenal)”.
Hal yang sama dilakukan oleh penulis, yaitu menyejajarkan pemikiran para filsuf dari abad
ke abad. Pembaca seolah-olah berkelana menelusuri waktu. Cakrawala pemikiran pun
terbuka dengan membaca tema ini. Pengetahuan nan luas dari Rm. Armada, ia salurkan lewat
refleksinya melalui tema ini.
Penulis menyodorkan satu sisi penting dari refleksinya. Pengetahuan menjadi hal yang
terpenting bagi kemajuan pribadi maupun dunia. Pembaca juga diingatkan bahwa untuk
memiliki pengetahuan itu sangat penting. Pendidikan tiada gunanya jika tidak memiliki
pengetahuan yang cukup.
Individualitas dan Sosialitas
Konsep aku dan sesama ditampilkan dalam porsi yang lumayan banyak. Bagaimana
tidak?! Rm. Armada merupakan penulis yang sangat andal dalam penulisan mengenai aku
dan sesama. Dalam bukunya yang berjudul Aku dan Liyan menampilkan realitas absurd yang
dihidupi oleh orang-rang yang mengaku dirinya sosialis. Bedanya dengan tema ini, penulis
merujuk pada kesinambungan antara indivivu (aku) dan sosialitas, namun tetap mengkritisi
konsep ke-aku-an yang beralih pada egosentris. Dalam kesinambungan tersebut penulis
merumuskan konsep mengenai menjadi sahabat. Aku dan sesama, yang menjadi pokok
pikiran penulis, dihadapkan pada realitas yang mengharuskannya saling bergantungan.
Rm. Armada, dalam mengemas tema ini, sangatlah pancasilais. Semua rumusan dan
konsepnya mengenai individualitas dan sosialitas merujuk pada konsep-konsep persatuan
dalam bingkai perbedaan. Ia juga menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia, dengan
societas yang menampilkan individu yang menggabungkan diri dengan sosialitas. Penulis
tidak bermaksud menjadikan suatu individu sebagai anonim, namun di dalam sosialitaslah
setiap individu mengenal dan mengetahui dirinya.

Anda mungkin juga menyukai