Anda di halaman 1dari 9

Puisi

Apakah Puisi itu? Puisi termasuk salah satu genre sastra yang berisi ungkapan perasaan penyair, mengandung rima dan irama, serta diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat. Ciri-ciri puisi dapat dilihat dari bahasa yang digunakan serta wujud puisi tersebut. Bahasanya mengandung rima, irama, dan kiasan. Wujud puisi dapat dilihat dari bentuknya yang berlarik membentuk bait, letak tertata, dan tidak mementingkan ejaan. Mengenal puisi dapat juga membedakan wujudnya dengan membandingkan dari prosa. Ada empat unsur yang merupakan hakikat puisi, yaitu: tema, perasaan penyair, nada puisi, serta amanat.Berdasarkan waktu kemunculannya puisi dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi modern.Puisi lama lahir sebelum penjajahan Belanda dan masih murni berciri khas Melayu. Puisi lama terdiri dari: mantra, bidal, pantun dan karmina, talibun, seloka, gurindam, dan syair. Puisi baru adalah puisi yang terpengaruh gaya bahasa Eropa. Penetapan jenis puisi baru berdasarkan jumlah larik yang terdapat dalam setiap bait. Jenis puisi baru dibagi menjadi distichon, terzina, quatrain, quint, sextet, septina, stanza, serta soneta. Puisi modern adalah puisi yang berkembang di Indonesia setelah masa kemerdekaan. Berdasarkan cara pengungkapannya, puisi modern dapat dibagi menjadi puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik. Berdasarkan cara pengungkapannya, dikenal adanya puisi kontemporer dan puisi konvensional. Yang tergolong puisi kontemporer yaitu: puisi mantra, puisi mbeling, serta puisi konkret. Selain itu berdasarkan keterbacaan yaitu tingkat kemudahan memaknainya, puisi terdiri dari puisi diafan, puisi prismatis, dan puisi gelap. Pendekatan dalam Mengapresiasi Puisi Pendekatan merupakan seperangkat asumsi dan prinsip yang berhubungan dengan sifat-sifat puisi. Pendekatan dalam mengapresiasi puisi terdiri dari pendekatan terhadap teks puisi serta pendekatan dalam membaca puisi.

a. Pendekatan Parafrasis
Sesuai hakikatnya, puisi mengunakan kata-kata yang padat. Oleh sebab itu, banyak puisi yang tidak mudah untuk dapat dipahami terutama oleh pembaca pemula. Ada pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan penyair dalam bentuk baru yaitu menyisipkan kata atau kelompok kata dengan tujuan memperjelas makna puisi tersebut. Pendekatan ini bertujuan menguraikan kata yang padat dan menkonkretkan yang bermakna kias.

b. Pendekatan Emotif
Pendekatan ini berupaya mengajak emosi atau perasaan pembaca, berkaitan dengan keindahan penyajian bentuk atau isi gagasan. Yang ingin diketahui pembaca adalah bagaimana penyair menampilkan keindahan tersebut. Pendekatan ini juga sering diterapkan untuk memahami puisi humor, satire, serta sarkastis.

c. Pendekatan Analitis
Cara memahami isi puisi melalui unsur intrinsik pembentuk puisi. Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung membangun puisi dari dalam karya itu sendiri. Unsur intrinsik puisi terdiri dari tema, amanat, nada, perasaan, tipografi, enjambemen, akulirik, rima, gaya bahasa, dan citraan. Adakah Suara Cemara lAdakah suara cemara Mendesing menderu padamu Adakah melintas sepintas Gemersik daunan lepas Deretan bukit-bukit biru

Menyeru lagu itu Gugusan megaIalah hiasan kencana Adakah suara cemara Mendesing menderu adakah lautan Mengombakkan itu? Oleh: Taufiq Ismai

Citraan merupakan suatu gambaran mental atau suatu usaha yang dapat dilihat di dalam pikiran (Laurence, 1973). Citraan tersebut termuat dalam kata-kata yang dipakai penyair. Citraan atau imaji dibagi menjadi: 1) Visual imagery 2) Auditory imagery 3) Smell imagery 4)Tactile imagery

d. Pendekatan Historis
Unsur ekstrinsik dapat terdiri dari unsur biografi penyair yang turut mempengaruhi puisinya, unsur kesejarahan atau unsur historis yang menggambarkan keadaan zaman pada saat puisi tersebut diciptakan, masyarakat, dan lain-lain. Karangan Bunga Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke Salemba Sore ituIni dari kami bertiga Pita hitam pada karangan bunga Sebab kami ikut berduka Oleh: Taufiq Ismail

e. Pendekatan Didaktis
Pendekatan ini berupaya menemukan nilai-nilai pendidikan yang tertuang dalam puisi. Agar dapat menemukan gagasan tersebut, pembaca dituntut memiliki kemampuan intelektual dan kepekaan.

f. Pendekatan Spsiopsikologis
Berupaya memahami kehidupan sosial, budaya, serta kemasyarakatan yang tertuang dalam puisi. Puisi yang dapat dipahami menggunaka G. Pendekatan Intertekstual Suatu karya sastra dapat dikatakan meneruskan tradisi sastra sebelumnya atau juga menyimpanginya, atau bahkan kedua-duanya. Hal ini mengingat bahwa karya sastra adalah karya kreatif yang menghendaki dan tidak bisa menghindar dari kebaruan. Menurut Riffaterre (1978: 11), sebuah karya sastra dapat diraih maknanya secara penuh dalam hubungannya dengan karya lain yang menjadi latar penciptaannya. Menurutnya, karya yang melatari lahirnya karya baru disebut hipogram. Bagian ini membahas hubungan antara puisi Gatoloco karya GM dengan Balsafah Gatoloco karya Prawirataruna. Analisis perbandingan ini terlebih dahulu menemukan persamaan dan perbedaan yang prinsipil dari kedua karya. Perbandingan ini bukan berarti menemukan kelebihan dan kekurangan masing-masing karya, tetapi untuk meraih makna yang lebih mendalam dan lebih lengkap. Balsafah Gatoloco adalah sebuah karya sastra Jawa yang berbentuk puisi. Puisi ini biasa ditembangkan menurut irama tertentu. Karya ini muncul pada sekitar awal abad ke-20. Di dalamnya diceritakan seorang

laki-laki yang jelek rupa dan fisiknya mengembara sambil menyombongkan kepandaian dan ilmu yang dimilikinya. Tokoh yang bernama Gatoloco ini melakukan perdebatan dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren lain. Setelah berhasil mengalahkan lawannya dalam perdebatan (dalam hal ini kyai pemimpin pesantern) dia lalu menghina dan mengolok-oloknya. Hingga suatu saat dia memimpin sebuah pondok pesantren setelah mengalahkan pemimpin pesantren tersebut. Ia kembali mengembara dan bertemu pertapa wanita dengan empat muridnya yang juga dikalahkannya dalam berdebat ilmu. Pertapa wanita dan keempat muridnya akhirnya menjadi isterinya. Karya sastra lama ini mengungkapkan pelajaran mengenai hidup dan kehidupan, kesejatian Tuhan, dan kebenaran hidup manusia di dunia. Hal ini ditampilkan melalui dialog perdebatan antara Gatoloco dengan lawan-lawannya. Karya ini juga mencerminkan pertentangan pandangan antara golongan agama, golongan santri, dengan golongan tasawuf Jawa. 1. Persamaan Balsafah Gatoloco dengan Gatoloco Persamaan yang tampak jelas antara kedua karya ini adalah judul yang sama. Di samping itu, meskipun puisi Gatoloco tidak secara jelas mengangkat nama tokohnya, tetapi dengan menarik hubungan kepada karya sebelumnya, Balsafah Gatoloco, dapat ditarik kesimpulan bahwa tokoh dalam kedua karya tersebut adalah sama Gatoloco. Kedua karya ini pada dasarnya juga mengangkat inti permasalahan yang sama. Keduanya menampilkan tema kesejatian Tuhan dan kedudukan manusia di dunia dan di hadapan Tuhannya. Bagian-bagian dalam kedua karya tersebut memperlihatkan hal tersebut. Oke. Kini aku mencoba mengerti. Ternyata Kau tetap ingin mengekalkan teka-teki dan mengelak dari setiap ujung argumentasi. dene Kang Maha Mulya sipat murah puniku kagunganipun

nanging kabeh sipat samar ora kena tinon lair

Diterjemahkan: Tuhan Yang Maha Mulia itu bersifat Pemurah. Tetapi segala tentang-Nya adalah rahasia yang tak dapat dilihat mata Kutipan di atas menunjukkan pokok pikiran yang sama. Sifat Tuhan yang serba rahasia. Sifat Tuhan yang tak dapat dilihat mata lahir maupun digali hanya dengan pikiran rasional manusia. Kulihat memang garis-garis yang kuyup bertemu dengan garis-garis yang kuyup. Butir-butir yang miskin berkeramas dalam butir yang miskin. Wus pinesthi mring Hyang Widdhi tan kena ingowahana pepesthene dhewe-dhewe mulane becik narima aywa katungkul sira urip iku bakal lampus aneng dunya ngelingana Diterjemahkan: Telah menjadi takdir Tuhan. Itu semua tidak bisa diubah. Maka baik kau terima dan jangan terlena. Hidup akan menuju mati, hingga ingatlah semasa di dunia. Kutipan di atas menujukkan pula pokok pikiran yang sama. Manusia di dunia telah mengemban tugas dan kewajiban masing-masing. Kedudukan manusia di hadapan Tuhan adalah sebagai makhluk-Nya yang kecil. Usaha yang dilakukan manusia pada akhirnya ditentukan oleh Tuhannya. Dari segi isinya, kedua karya ini adalah bentuk kritikan dan kecaman terhadap keadaan atau peristiwa pertentangan pandangan antara kaum agama dengan kaum tasawuf (sufi). Dalam Balsafah Gatoloco, perdebatan antara tokoh Gatoloco dengan lawannya memperlihatkan hal itu. Namun, dalam puisi Gatoloco hal ini muncul dalam bentuk baris. Aku memang bukan santri, bukan pula ahli.

Mengapa kau kini persoalkan perkara itu lagi? Penyair seolah berpendapat, pertentangan tersebut tidak perlu dipersoalkan lagi. Derajat dan kedudukan manusia bagi Tuhan bukanlah urusan manusia yang hanya makhluk.

Dari Seorang Guru Kepada Murid-Muridnya Apakah yang kupunya anak-anakkuselain buku-buku dan sedikiT ilmusumber pengabdianku kepadamu Kalau di hari minggu engkau datang ke rumahku aku takut, anak-anak kursi-kursi tua yang di sanadan meja tulis sederhana dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya semua padamu akan bercerita tentang hidupku di rumah tangga, tentang ini tak pernah aku bercerita depan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja-horison yang selalu biru bagiku karena kutahu anak-anaku engkau terlalu muda engkau terlalu bersih dari dosa untuk mengenal ini semua Oleh: Taufiq Ismail

Keterangan : 1.Kehidupan penyair sebagai guru menjadi latar belakang t e r w u j u d n y a gagasan dalam puisi. 2. Penggambaran tentang kehidupan guru yang sederhana jauh dari sejahtera. 3. Sikap penyair yang merasa takut kehidupan guru semacam itu mengusik jiwamurid-muridnya yang belia..

Daftar pustaka sumberhttp://id.shvoong.com/humanities/1935362-puisi/#ixzz1Zcv9SIv6

Anda mungkin juga menyukai