Anda di halaman 1dari 12

Nama : Bella Kasari

Nim : 200141792

Kelas :7A/PGSD

UTS : Karya Sastra

1. Dalam konsep apresiasi sastra dikenal istilah "mengakrabi karya sastra" dimana terdapat
tingkat cara memandang sastra. Coba anda uraiakan tingkatan tersebut mulai dari tingkat
terendah sampai pada tingkatan tertinggi?

2. Menurut Wordswort, puisi adalah penyataan perasaan yang bersifat imajinatif. Imajinatif
merupakan perasaan yang direkakan atau diangankan (Pradopo, 2002:6). Coba anda uraikan
perbedaan puisi lama dan baru berdasarkan genre karya sastra? Sertakan contohnya!

3. Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme yang
dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa
berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya
digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Menurut para ahli, gante prosa hanya di
bagi menjadi cerpen dan novel, coba anda jelaskan perbedan antar kedua genre tersebut?

4. Puisi lama adalah sebuah puisi yang terikat pada aturan bait dan rima. Aturan-aturan itu
antara lain: jumlah kata dalam baris, jumlah baris dalam bait, persajakan (rima), banyak suku
kata tiap bait dan irama. Buatlah 3 bait pantun (tema teknologi) yang merujuk pada aturan
tersebut?

Jawaban :
1.) Coba anda uraiakan tingkatan tersebut mulai dari tingkat terendah sampai pada tingkatan
tertinggi?

Apresiasi sastra adalah kegiatan mengakrabi karya sastra dengan sungguh-sungguh. Di dalam
proses pengakraban itu terjadi pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan dan
setelah itu penerapan. Dalam proses pengenalan, pembaca atau penonton akan mulai
menemukan ciri-ciri umum karya sastra , misalnya sudah mengenal judul, pengarang atau
bentuknya secara umum.

Setelah proses pengenalan akan timbul keinginan untuk memahami karya sastra tersebut lebih
lanjut. Pemahaman terhadap karya sastra ada kalanya tidak berlangsung mudah dalam benak
pembaca. Jika hal ini terjadi pembaca perlu menempuh berbagai upaya untuk mengatasinya.
Dalam memahami puisi misalnya perlulah bagi pembaca terlebih dahulu mencari penjelasan
tentang kata kata sulit yang digunakan, membubuhkan tanda penghubung atau membubuhkan
tanda baca pada bagian bagian tertentu puisi tersebut. dengan cara demikian pemahaman puisi
akan lebih mudah dicapai.

Proses penghayatan dapat diamati dari indikasi-indikasi yang diperlihatkan pembaca ketika ia
membaca karya sastra. Umpamanya saja saat seseorang membaca surat terakhir Hayati kepada
Zainuddin dalam roman Tenggelamanya Kapal Van Der Wijck berikut ini: “Selamat tinggal
Zainuddin, dan biarlah penutup surat ini aku ambil perkataan yang paling enak ucapkan di
mulutku dan agaknya entah dengan itu kututup hayat ku disamping menyebut kalimat
syahadat, yaitu: Aku cinta akan engkau, dan kalau kumati, adalah kematianku di dalam
mengenangkan engkau”. Apakah si pembaca akan memperlihatkan indikasi sedih, gundah atau
iba;seakan-akan dirinyalah yang berlakon dalam surat itu? Apabila hal yang dipertanyakan di
atas sungguh sungguh terjadi maka dapatlah dikatakan bahwa pembaca sudah menghayati
karya yang mereka baca atau nonton karena mereka sudah terlibat secara emosional dengan
karya karya itu .

Proses penikmatan timbul ketika pembaca atau penonton karya sastra mereka berhasil
menerima pengalaman orang lain dan memperkaya pengalaman nya sehingga dapat
menghadapi kehidupan dengan lebih baik, indikator kenikmatan itu dapat dijajaki dengan
menganjurkan pembaca mengajukan pertanyaan kepada dirinya sendiri: Sudakah saya
menemukan pengalaman pengarang? Jika jawabannya “ya”, mintalah mereka menggambarkan
bagaimana proses penemuan pengalaman pengarang itu terjadi. Andaikan mereka membaca
roman Atheis, apakah mereka merasakan sentuhan kenikmatan ketika membaca pelukisan
pengarang tentang bagaimana indahnya kota Bandung yang menjadi latar cerita pada masa itu?
Apakah penggambaran pengarang tentang delman, latar belakang yang sejuk dapat memberi
kenikmatan naluri pembaca? Pertanyaan-pertanyaan itu signifikan untuk mengukur intensitas
penikmatan karya sastra oleh seseorang.
Penerapan merupakan wujud perubahan sikap yang timbul pada pembaca ketika konsekuensi
dari penemuan nilai. Pembaca yang telah menemukan atau merasakan kenikmatan
memanfaatkan temuan tersebut untuk mengubah sikapnya dalam dunia nyata. Pembaca
mendapat manfaat langsung dari bacaan tersebut. Ketika seseorang berupaya melengkapi
apresiasi keberagamannya dengan ilmu itu adalah bentuk penerapan setelah iya menemukan
betapa goyahnya seseorang pemeluk agama yang tidak disertai penguasaan ilmu ketika
membaca Atheis.

2.) Perbedaan puisi lama dan baru berdasarkan genre karya sastra? Sertakan contohnya!

a. Puisi Lama

Menurut Uned (2010:36), "Puisi lama adalah puisi Indonesia yang belum terpengaruh puisi
barat. Puisi lama adalah puisi lama yang terikat oleh aturan-aturan tertentu. Puisi yang lahir
sebelum masa penjajahan Belanda. Sifat masyarakat lama yang statis dan objektif, melahirkan
bentuk puisi yang statis yaitu sangat terikat oleh aturan-aturan tertentu. Puisi adalah imajinatif
yang dirangkai dengan irama dan memperhatikan pemakaan. Jauh sebelum kita mengenal puisi
kontemporer masa kini, dulu puisi telah banyak dibuat dengan berbagai bentuk dan kaidah,
yaitu puisi lama. Puisi lama berbeda dengan puisi baru. Menurut Alisjahbana, puisi lama adalah
bagian dari kebudayaan lama yang dipancarkan oleh masyarakat lama.

Ciri-ciri Puisi Lama Menurut Rizal (2010:75) mempunyai beberapa ciri-ciri puisi baru sebagai
berikut:

1. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya

2. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan

3.Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun
rima.

Jenis-jenis Puisi Lama

1. Pantun

Pantun merupakan puisi lama yang terdiri atas empat baris dan bersajak a-b-ab yang biasa
dipakai masyarakat untuk menyampaikan sesuatu. Pantun memiliki ciri-ciri tertent terkait
dengan kaidah bait, rima, irama.

Contoh:
Kaulah aku punya jimat

Tentulah aku pandai

Kamu pasti murid

Dengan patuhi perintah

2. Syair

Menurut Uned (2010:37). "Syair adalah puisi lama yang terdiri atas empat baris yang berakhir
dengan bunyi yang sama

Contoh:

Diriku hina amatlah malang

Padi ditanam tumbuhlah lalang

Puyuh di sangkar jadi belalang

Ayam ditambat disambar elang

3. Talibun

Menurut Ali (2006:486). "Talibun adalah sajak yang lebih dari empat baris, biasanya terdiri dari
enam atau dua puluh baris yang bersamaan bunyi akhirnya. Berirama abc-abe, abcd- abed,
abcde-abcde dan seterusnya. Taliban termasuk pantun juga, tetapi memiliki jumlah baris tiap
bait lebih dari empat baris. Misalnya enam, delapan, sepuluh, talibun juga mempunyai
sampiran dan isi".

Contoh:

Kalau pandai berkain panjang

Lebih baik kain sarung

Jika pandai memakainya

Kalau pandai berinduk semang

Lebih umpama bundang kandung

Jikan pandai membawakannya

4. Saloka
Menurut Ali (2006:405), "Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja,
sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Biasanya di tulis empat baris
memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang di tulis lebih dari
empat baris". Seloka disebut pula pantun berbingkai. Kalimat pada baris ke-2 dan ke-4 pada
bait pertama datang kembali pengucapannya pada kalimat ke-1 dan ke-3 pada bait kedua.

Contoh:

Pasang berdua bunyikan tabuh

Anak gadis berkain merah

Supaya cedera jangan tumbuh

Mulut manis kecindam murah

5. Gurindam

Menurut Uned (2010:37), "Gurindam adalah sajak dua baris yang mengandung petuah atau
nasihat. Gurindam adalah satu bentuk puisi yang berasal dari Tamil (India) yang terdiri dari dua
baris kalimat dengan irama akhir yang sama yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris
pertama berisikan soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisi jawaban atau akibat dari
masalah atau perjanjian pada baris pertama".

Contoh:

Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan

Bukanlah manusia itulah syaitan

Kejahatan seorang perempuan tua

Itulah iblis punya penggawa

Kepada segala hamba-hamba raja

Di situlah syaitan tempatnya manja

6. Karmina

Menurut Kaswan dan Rita (2008:107), "Karmila atau pantun kilat adalah pantun yang hanya
terdiri atas dua larik dan bersajak atau berirama a-alarik pertama berupa sampiran dan larik
kedua berupa isi". Adapun ciri-ciri karmina adalah (a) memiliki larik sampiran (satu larik
pertama); (b) memiliki jeda larik yang ditandai oleh koma (,); (c) bersajak lurus (a-a); (d) larik
kedua merupakan isi (biasanya berupa sindiran).
Contoh:

Dahulu parang, sekarang besi

Dahulu saying, sekarang benci

Banyak udang, banyak garam

Banyak orang, banyak ragam

B. Puisi Baru

Menurut E. Kusnadi (2009:102), "Karya sastra puisi berbeda dengan karya sastra prosa yang
bersifat pemusatan atau konsentrif dan pemadatan atau intensif". Pengarang tidak
menjelaskan secara terperinci apa yang ingin diungkapkannya, tetapi hanya mengutarakan apa
yang menurut perasaannya atau pendapatnya merupakan bagian yang pokok atau penting saja
dan mengadakan konsentrasi dan intensifikasi atau pemusatan dan pemadatan baik pada
masalah yang akan disampaikannya maupun juga pada cara penyampaiannya. Menurut Rizal
(2010:75). "Puisi baru adalah pembaharuan dari puisi lama. Dalam penyusunan puisi baru
mengenai rima dan jumlah baris setiap bait tidak terlalu dipentingkan. Namun, bentuk puisi
lama tetap mempengaruhi penulisan puisi baru adalah bentuk puisi bebas yang tidak terikut
seperti puisi lama". Menurut Damayanti (2013:78). "Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat
seperti puisi hima. Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima".

Ciri-ciri Puisi Baru

Menurut Rizal (2010:75) mempunyai beberapa ciri-ciri puisi baru sebagai berikut: (a) Berbentuk
rapi dan simetris. (b) Persajakan akhirnya teratur dan rapi. (c) Banyak menggunakan sajak
pantun dan syair meskipun pola yang lain. (d) Kebanyakan puisinya berisi empat seuntai (e)
Baris atasnya terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis). (f) Setiap gatranya terdiri dari dua
kata (sebagian besar empat sampai lima suku kata)

Jenis-jenis Puisi Baru

a. Balada

Menurut Kosasih E (2003:242), "Puisi balada merupakan bentuk karya sastra yang
menggunakan kata-kata indah dan kaya akan makna. Keindahan yang ada dalam puisi
disebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra".
b. Himne

Menurut Damayanti (2013:78), "Puisi merupakan pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau
pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang
pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra)".

c. Ode

Menurut Hoetomo (2005:45), "Puisi sanjungan untuk orang yang berjasa (pahlawan). Nada dan
gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia,
bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum".

d. Epigram

Menurut Damayanti (2013:78), "Puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup berarti unsur
pengajaran, didaktik, nasihat membawa kearah kebenaran untuk dijadikan pedoman, iktibar
dan teladan".

Contoh:

Hari ini tak ada tempat berdiri

Sikap lamban berarti mati

Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan

Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.

e. Romansa

Menurut Damayanti (2013:78). "Puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Romansa berarti
keindahan perasaan, persoalan kasih sayang, rindu dendam, dan kasih mesra".

d. Elegi

Menurut Damayanti (2013:78), "Puisi yang berisi ratap tangis atau kesedihan. Berisi sajak atau
lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama
karena kematian atau kepergian seseorang.

g. Satire

Menurut Damayanti (2013:78), "Puisi yang berisi sindiran atau kritik. Berasal dari bahasa Latin
Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuata fenomena, tidak puas hati satu
golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah dan zalim)".
Contoh:

Aku bertanya

tetapi pertanyaan-pertanyaanku

membentur jidat penyair-penyair salon,

yang bersajak tentang anggur dan rembulan

sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya.

dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,

termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

3.) Menurut para ahli, gante prosa hanya di bagi menjadi cerpen dan novel, coba anda
jelaskan perbedan antar kedua genre tersebut?

Pengertian Cerpen adalah akronim dari cerita pendek. Cerpen adalah sebuah karya sastra yang
hanya memiliki isi keseluruhan secara singkat atau pendek. Cerpen berbentuk karangan bebas
dan dapat berupa karangan fiksi maupun non fiksi. Berdasarkan namanya yaitu cerita pendek,
cerpen diceritakan secara lebih ringkas dan padat.Meskipun cerita singkat, tetapi cerpen tetap
memiliki struktur yang jelas. Meskipun tidak serumit karya sastra lain, tetapi cerpen tetap
memiliki konflik yang jelas. Cerpen terbagi menjadi beberapa jenis. Ada cerpen pendek, cerpen
sedang, dan cerpen panjang. Orang yang menggeluti cerpen disebut cerpenis.

Pengertian novel Dalam KBBI, novel adalah sebuah karangan prosa yang panjang. Karangan
tersebut mengandung rangkaian cerita kehidupan. Cerita yang dijabarkan terdiri dari satu dan
beberapa orang yang ada di sekelilingnya. Novel akan menonjolkan sifat dan watak dari setiap
pelaku yang ada dalam cerita tersebut.Novel sudah ada sejak zaman dahulu. Maka dari itu, ada
yang disebut novel angkatan. Orang-orang yang menggeluti novel disebut novelis. Selain itu,
terdapat juga sastrawan. Sastrawan juga membuat novel. Biasanya novel-novel yang dibuat
oleh sastrawan memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat.

Perbedaan Cerpen dan Novel

1. Jumlah Kata

Perbedaan yang sangat jelas terlihat pertama yaitu terkait jumlah kata. Cerpen dan novel
memiliki perbedaan yang cukup jauh dalam jumlah kata-kata. Rata-rata untuk jumlah kata
dalam cerpen maksimal sekitar 10.000 kata. Berbeda dengan cerpen, novel memiliki jumlah
yang lebih panjang. Kata-kata dalam novel dapat mencapai 35.000 kata. Selain itu, halaman
novel juga dapat mencapai ratusan halaman.Jika seseorang yang membaca cerpen bisa sekali
atau duka kali habis, tidak dengan novel. Jika ingin menghabiskan membaca satu buku novel,
paling cepat seseorang akan menghabiskan waktu satu hari full. Akan tetapi, tidak ada
perkiraan waktu pasti dalam membaca cerpen maupun novel. Semua tergantung pada jumlah
kata yang ada pada kedua karya sastra tersebut.

2. Alur atau Plot

Perbedaan selanjutnya dalam dilihat dalam alur atau plot. Alur atau plot di dalam sebuah
cerpen tentu berbeda dengan alur di dalam sebuah novel. Hal ini juga disebabkan karena
perbedaan jumlah kata pada kedua karya sastra tersebut.

Cerpen memiliki jumlah kata yang sedikit. Maka dari itu, alur atau plot yang ada di dalam
cerpen terbilang lebih sederhana. Ruang yang tersedia juga lebih terbatas. Biasaya alur dalam
cerpen dapat terlihat jelas. Setelah memulai permulaan atau perkenalan, cerita akan mengarah
ke konflik atau timbullah sebuah masalah. Kemudian setelah timbul konflik, akan terjadi
penyelesaian. Jika disederhanakan, alur atau plot dalam cerpen adalah pengenalan-konflik-
penyelesaian.

Novel memiliki jumlah kata yang lebih panjang dari cerpen. Hal itu menyebabkan alur atau plot
di dalam novel lebih rumit. Tidak seperti cerpen yang memiliki alur jelas. Di dalam novel, alur
atau plot dapat terjadi secara dinamis. Karena ruang di dalam cerita novel lebih terbuka, cerita
yang ada dapat beragam. Sebelum mencapai tahap penyelesaian, konflik yang terdapat dalam
cerita novel dapat berulang. Hal ini juga menyesuaikan dengan jumlah kata dalam novel.

3. Penokohan

Tokoh juga dapat menjadi pembeda dari cerpen dan novel. Di dalam cerpen, hanya ada
beberapa tokoh saja. Tidak banyak tokoh yang ditampilkan. Selain itu, tokoh yang paling
ditonjolkan hanyalah tokoh utama. Tokoh lain hanya berperan sebagai pendukung. Berbeda
dengan cerpen, novel memiliki banyak tokoh. Tokoh yang ada di dalam novel memiliki
perannya masing-masing. Meskipun ada yang hanya berperan sebagai tokoh tambahan, tetapi
semua tokoh yang ada di dalam novel memiliki perannya masing-masing. Tokoh-tokoh tersebut
memiliki bagian sendiri dari cerita dalam novel tersebut. Dengan kata lain, tokoh di dalam novel
terbilang lebih kompleks.

4. Perwatakan
Perwatakan juga menjadi salah satu pembeda dari cerpen dan novel. Di dalam sebuah cerpen,
watak seorang tokoh yang paling sering ditonjolkan adalah pemeran utama saja. Selain itu,
watak tokoh akan langsung dijelaskan pada awal cerita. Sehingga pembaca sudah mengetahui
bagaimana watak seorang tokoh tersebut. Watak yang dipakai dalam tokoh cerpen juga
terbilang sederhana. Tokoh-tokoh dalam cerpen biasanya menggunakan watak hitam dan
putih. Makna dari hitam dan putih tersebut yaitu baik dan buruk.

Hal ini berbeda dalam novel. Di dalam novel, watak tokoh tidak langsung dijelaskan. Penjelasan
mengenai watak tokoh juga tidak secara gamblang. Melainkan melalui kejadian-kejadian yang
dialami tokoh tersebut. Meskipun novel memiliki banyak tokoh, setiap tokoh juga pasti akan
dijelaskan. Watak tokoh yang ada di dalam novel juga lebih rumit. Tidak hanya berkaitan
dengan perlakuan baik dan buruk. Contohnya seperti tokoh yang mengidap penyakit bipolar,
bisa berubah-ubah sesuai dengan jalan cerita.

5. Tema

Perbedaan selanjutnya terletak pada tema. Tema antara cerpen dan novel juga memiliki
perbedaan. Pada cerpen, tema yang diangkat sederhana. Hal tersebut akan berpengaruh
kepada ceritanya. Karena tema yang diangkat sederhana, maka cerita yang ada dalam cerpen
biasanya mudah ditebak. Tema yang diangkat dalam cerpen terbilang lebih umum.

Di dalam novel, tema yang diangkat terbilang lebih mengerucut. Tema yang digunakan novel
tidak diambil secara umum. Secara singkat, jika tema yang digunakan oleh cerpen adalah
pedesaan, maka novel mengambil tema sebuah keluarga miskin di desa tersebut. Hal ini
membuktikan bahwa novel mengambil tema lebih dalam dari cerpen.

6. Konflik

Konflik cerita dari cerpen dan novel juga berbeda. Di dalam cerpen, konflik yang disajikan tidak
bertele-tele. Konflik akan disuguhkan langsung dan hanya satu atau dua kali saja.Hal tersebut
tidak terjadi di dalam novel. Novel memiliki konflik yang lebih rumit. Konflik di dalam novel juga
tidak terjadi hanya satu atau dua kali aja. Akan tetapi terjadi berkali-kali. Cerita di dalam novel
juga memiliki bagian-bagian atau bab. Setiap bab dapat memiliki konflik sendiri. Maka dari itu,
konflik yang terjadi di cerita novel lebih rumit dan kompleks.

7. Latar

Latar juga bisa menjadi pembeda antara cerpen dan novel. Latar terdiri dari latar tempat, latar
waktu dan latar suasana. Di dalam cerpen, latar yang digunakan tidak banyak. Paling banyak
hanya 10 latar. Berbeda dengan novel, novel menyajikan latar yang lebih banyak dan lebih luas.
4.) Buatlah 3 bait pantun (tema teknologi) yang merujuk pada aturan tersebut?

Memburu helious si matahari

Sambil menanti datangnya bintang

Secanggih apapun kah teknologi

Nurani harus tetap kaupantang

Kupu-kupu terbang dengan riangnya

Hilir mudik mencari arloji

Biarkanlah pikiranmu terbuka

Dengan kemajuan teknologi

Membuai mimpi di senja hari

Melihat api nyalakan lampu

Manfaatkan teknologi ini

Agar kau bisa mendapat ilmu

Berladang sembari berhuma

Mencari air tidak di perigi

Kuatkanlah iman dan takwa


Agar tidak terbudak teknologi

Anda mungkin juga menyukai