Anda di halaman 1dari 12

PENGARAH MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA

TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI


(Studi Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak di Kota Metro)
Suharto
Progrm Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Metro
E-mail: hartoumm@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of motivation and job satisfaction of employees work discipline. The
problen is how the influence of work motivation and job satisfaction of employees working discipline at the
tax office.
The study population inluded all employees of tax office. The variables of the study include work motivation
and job satisfaction as independent variables and work discipline as the dependent variable. Data collection
methods used were the questionnaire method and the method of documentation. Data analysis methods used
is descriptive analysis percentages and multiple regression analysis technique with the help of statistkal
programs SPSS version 17.
Based on calculations using multiple regression equation, the results showed that motivation and job
satisfaction of employees tax office were high and labor discipline employees including high category as
well. Partially affect word motivation towards work discihline employees. Besides job satisfaction also
affects partially on work discipline employees. While both, the variables of work motivation and job
satisfaction, simultaneous significant effect on employee work discipline.
In this study the authors propose suggestions for improving the leadership of the Tax Office activities that
could increase the motivation to work. With regard to satisfaction, should the leadership of the Tax Office is
able to provide a conducive working environment. Job satisfaction so that by it self it will grow.

Keywords: inotivation, job satisfaction, discipline.

A. Pendahuluan peran penting dalam menentukan kreasi layanan,


Persaingan bebas yang dkanangkan oleh Negara-- dan hal itu tidak hanya berlaku bagi perusahaan
negara maju untuk menghilangkan batas yang bermotif profit, akan tetapi instansi publik
perdagangan antar negara beberapa waktu lalu. yang dibentuk oleh pemerintah untuk meraih
Lambat laun mulai kita rasakan dampaknya efektifitas dan etisiensi layanan.
humpir di semua sektor pembangunan. Sektor Pemahaman terhadap hal-hal yang berhubungan
produksi, pemasaran, keuangan dan pembangunan dengan manajemen sumberdaya manusia oleh
sumberdaya munusia terus berupaya untuk masyarakat, khususnya yang dilakukan oleh
menyajikan pelayanan yang terbaik tehadap kalangan perusahaan dan instansi publik semakin
masyarakat. Kualitas produk dan jasa yang mutlak dan perlu demi memenangkan persaingan.
diberikanpun saat ini tidak lagi semata-mata Dan secara tidak disadari era baru praktek
dijadikan indikator, akan tetapi brand image manajemen sumberdaya manusia telah memulai
industri barang dan, jasa yang diberikan kepada babak baru.
masyarakat pengguna, harus meliputi Kualitas Selama dua dasawarsa silam, pola kerja
layanan yang tenata dengan baik. manajemen adalah bagaimana membuat rencana
Realitas di lapangan, menunjukkan bahwa tidak dan memberiku perintah untuk dilaksanakan oleh
semua industri jasa memiliki komitmen dalam para pegawai dan membulikan hasil. Akan tetapi
menjaga produktivitas layanan dengan baik. Ada saat ini manajemen telah memaknai filosofi
banyak faktor dan diantaranya bisa memiliki manajemen sumber daya mmusia untuk

28 ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011


memberikan hak suara yang lebih besar dalam Berkenaan dengan hal tersebut, tugas pokok
partisipasi organisasi perusahaan. Robbins & Kantor Pelayanan Pajak adalah memberikan
Coulter (2007). Hampir pada setiap kesempatan, pelayanan perpajakan dan menghimpun
peran serta para pegawai memunculkan komitmen penerimaan pajak. Wilayah kerja Kantor
yang diantaranya bisa bermuara pada motivasi Pelayanan Pajak meliputi Kota Metro, Kabupaten
dan disiplin untuk menghasilkan output yang Lampung Timur dan Kabupaten Lampung
relative lebih baik untuk mencapai sasaran. Tengah. Wajib Pajal: terdiri dari 5.067 Wajib
Kemajuan teknologi dan tingginya persaingan di Pajak Badan, 5.133 Wajib pajak Bendahara dan
pasar global, menimbulkan dampak dan tekanan 4.441 Wajib Pajak Orang Pribadi.
besar kepada semua instansi untuk berubah. Slo- Untuk memberikan pelayanan perpajakan kepada
gan yang dikanangkan tidak hanya terpaku 14.641 Wajib Pajak tersebut, Kantor Pelayanan
terhadap apa yang akan dilakukan, akan tetapi Pajak mempunyai 69 pegawai dan berpedoman
lebih penting lagi bagaimana cara melakukatuya berpedoman pada Standar Operating Prosedur
dengan benar. Transisi yang mendasar ini telah (SOP) yang telah di tetapkan oleh Direktorat
begitu mempengaruhi setiap aspek operasional jenderal Pajak dan aturan-aturan lainnya. Aturan-
tidak terkecuali terhadap instansi pemerintah. aturan tersebut disertai dengan sanksi yang
Komposisi pegawai masa kini telah berubah. Para diberikan bila terjadi pelanggaran. Sanksi tersebut
pekerja pada umumnya memiliki pendidikan lebih dapat berupa teguran baik lisan maupun tertulis,
baik dan memiliki peluang; yang lebih baik skorsing, penurunan pangkat bahkan sampai
dibandindkan dengan para seniornya. “tenaga pemecatan kerja tergantung dari besarnya
kerja terdidik dan terampil itu sangat dibutuhkan, pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai.
karena merekalah yang akan berhadapan langsung Dengan adanya aturan-aturan semacam itu di
dengan pelanggan dan memberikan jasa sesuai harapkan setiap pegawai dapat bekerja disiplin
dengan yang diperlukan pelanggan. Akibatnya, terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Disiplin
beban kerja para manajer berkurang, karena dapat yang dimiliki oleh pegawai diantaranya dapat
mendelegasikan pembuatan keputusan kepada dipengaruhi oleh motivasi kerja dan kepuasan
karyawan yang memiliki kedudukan yang lebih kerja, dimana maka tinggi motivasi dan tingkat
rendah. Selain itu, motivasi kerja dan kepuasan kepuasan kerja maka disiplin Kerja pegawai akan
kerja yang baik merupakan kebiasaan dalam meningkat.
lingkungan kerja yang akan menentukan dan Tentunya banyak hal yang telah dilakukan oleh
mendukung kedisiplinan kerja dari para pegawai. Kantor Pelayanan Pajak untuk meningkatkan
Fenomena yang muncul belakangan ini adalah kedisiplinan pegawai dalam bekerja. Disamping
rendahnya komitmen karyawan terhadap aturan-aturan yang mengikat seluruh pegawai
pelayanan terhadap masyarakat yang ditandai Kantor pelayanan Pajak, hal lain yang telah
dengan tingkat ketidak hadiran karyawan yang dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan In
cenderung melingkat, begitu pula dengan House Training yang berguna untuk memotivasi
rendahnya kedisiplinan karyawan, sehingga pada dan mengevaluasi kepuasan kerja pegawai dalam
saatnya akan mempengaruhi tinggi rendahnya bekerja.
kualitas pelayanan. Jika tidak ditangani serius
akan menyebabkan preseden buruk manajemen B. Tujuan Penelitian
bagi pembangunan kinerja organisasi, kurangnya Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
fkesibilitas pengambilan keputusan dan adalah sebagai berikut:
responsive terhadap perkembangan internal dan 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara
eksternal organisasi. motivasi kerja terhadap disiplin kerja;
Pada hakekatnya keberhasilan organisasi sangat 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh
ditentukan oleh motivasi dan kepuasan kerja kepuasan kerja terhadap disiplin kerja;
karyawan. Oleh karena itu upaya peningkatan 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh
disiplin harus dilakukan secara komprehensif dan motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap
meliputi keseluruhan tingkatan dalam organisasi. disiplin kerja.

ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011 29


C. Kerangka Pemikiran Analisis ini akan menggunakan variabel
Penelitian ini bermula dari adanya bebas yang meliputi kepuasan kerja pegawai,
beberapa kegiatan untuk meningkatkan disiplin sedangkan variabel terikat adalah disiplin kerja
kerja pegawai di lingkungan Kantor Pelayanan pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak. Untuk
Pajak yang berlangsung secara periodik. nlelihat lebih jelas hubungan antara variabel-
Motivasi kerja pegawai adalah suatu variabel tersebut bisa dilihat pada Gambar
keadaan intern dari diri pegawai yang dapat berikut:
mengaktifkan dan mengarahkan tingkah lakunya
kepada sasaran tertentu. Motivasi kerja pegawai
yang ada pada diri pegawai merupakan faktor
yang akan mewujudkan suatu perilaku disiplill
kerja di lingkungan tempat kerja.
Selain motivasi, setiap organisasi, juga D. Deskripsi Teori
memerlukan kepuasan kerja dari para pegawainya Tinjaun teori motivasi
untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai. Hani Terdapat beberapa teori motivasi yang
(2014) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai dinyatakan oleh para ahli, antara lain sebagaimana
keadaan emosional yang menyenangkan dengan yang dikemukakan oleh Hasibuan (2005) yang
mana para karyawan memandang pekerjaan menyatakan bahwa “motivasi berasal dari kata
mereka. Kepuasan kerja menunjukkan adanya “movere” yang berarti dorongan atau
kesesulian antara harapan seseorang yang timbul menggerakkan.” Motivasi (motivation) dalam
dengan imbalan yang disediakan oleh pekerjaan. manajemen hanya ditujukan pada sumber daya
Dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi, maka manusia pada umumnya dan bawahan pada
dengan sendirinya akan tercipta disiplin kerja khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana
pegawai. caranya mengarahkan sumber daya dan potensi
Disiplin merupakan perasaan taat dan bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif
patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan
termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang yang telah ditentukan oleh organisasi.
dirasakan menjadi tanggung jawab Robbins, & Menurut Siswanto (2005) motivasi
Timothy (2012. Dengan disiplin kerja, pegawai didetinisikan “setiap perasaan atau kehendak dan
akan patuh terhadap praturan dan bekerja sesuai keinginan yang amat mempengaruhi kemauan
dengan nilai-nilai kedinasan. Dengan demikian. individu, sehingga individu tersebut didorong
Tingkat disiplin kerja hendaknya mendapat untuk berperilaku dan bertindak ke arah
perhatian yang lebih dari suatu organisasi. terealisasinya tujuan yang telah diformulasikan.”
Terdapat dua jenis variabel yang akan Lebih lanjut menurut pendapat Sofyandi (2008),
dilakukan pengujian pada penelitian ini, yaitu bahwa “setiap manusia mempunyai needs
variabel bebas (independen) dan variabel terikat (kebutuhan, dorongan, intrinsk dan extrinsic
(dependen). Variabel bebas merupakan variabel factor), yang pemunculannya sangat tergantung
stimulus atau variabel yang mempengaruhi dari kepentingan individu.”
variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel Sesuai dengan kenyataan ini, kemudian
yang faktornya diukur, dimanipulasi, atau dipilih Abraham Maslow membuat “needs hierarchy
oleh peneliti untuk menentukan hubungunnya theory” atau Teori Hierarki Kebutuhan untuk
dengan suatu gejala yang diobservasi. Sedangkan menjawab tentang tingkatan kebutuhan manusia
variabel terikat adalah variabel yang memberikan tersebut. Kebutuhan manusia diklasifikasi menjadi
reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel beberapa hierarki kebutuhan, yakni Kebutuhan
bebas. Variabel inilah yang faktornya didapati dan Fisiologis (Physiologkal Needs). Perwujudan dari
diukur untuk menentukan pengaruh yang kebutuhan fsiologis ini meliputi kebutuhan pokok
disebabkan oleh variabel bebas. manusia yaitu sandang, pangan, papan, dan
kesejahteraan individu. Kebutuhan ini dipandang
30 ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011
sebagai kebutuhan yang paling mendasar, karena merasa senang apabila ia menemui kegagalan,
tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut, seseorang sebaliknya, ia senang apabila ia menemui
tidak dapat dikatakan hidup normal. Dalam upaya keberhasilan, dan (d) Kebutuhan akan perasaan
meningkatkan kemampuan seseorang akan diikut sertakan (sense of partkipation).
berusaha melakukan segala cara untuk Pengakuau atas keberadaan status diri
meningkatkan pemuas kebutuhan dengan oleh orang lain atau yang dinamakan kebutuhan
pergeseran dari kuantitatif ke kualitatif Kebutuhan akan harga diri (Esteem Needs) adalah situasi
ini merupakan kebutuhan yang amat primer, yang ideal adalah apabila prestise itu timbul akan
karena kebutuhan ini telah ada dan terasa sejak menghasilkan prestasi seseorang. Akan tetapi
manusia dilahirkan. Misalnya dalam hal sandang. tidak selalu demikian, karena dalam hal ini
Apabila tingkat kemampuan seseorang masih semakin tinggi kedudukan seseorang, maka akan
rendah, kebutuhan akan sandang akan dipuaskan semakin banyak hal yang digunakan sebagai
sekedarnya saja. Jumlahnya terbatas dan mutunya simbol statusnya itu. Dalam kehidupan organisasi
pun belum mendapat perhatian utama karena banyak fasilitas yang diperoleh seseorang dari
kemampuan untuk itu memang masih terbatas. organisasi untuk menunjukkan kedudukan
Akan tetapi bila kemampuan seseorang statusnya dalam organisasi. Pengalaman
meningkat, pemuas akan kebutuhan sandang pun menunjukkan bahwa baik dimasyarakat yang
akan ditingkatkan, baik sisi jumlah maupun masih tradisional maupun di lingkungan
mutunya. masyarakat yang sudah maju, symbol-simbol
Untuk melengkapi kebutuhan fisiologis status tersebut tetap mempunyai makna penting
itu, manusia memerlukan kebutuhan lain yakni dalam kehidupan berorganisasi (Siagian, 2008).
Kebutuhan rasa aman (Safety Needs). Kebutuhan Lebih lanjut Simamora (2004) mengklaim
keamanan harus dilihat dalaln arti luas, tidak telah menemukan penjelasan beberapa faktor
hanya diartikan dalam arti keamanan fisik semata, motivasi, yakni Hygiene Factors, yang meliputi
tetapi juga keamanan psikologis dan perlakukan gaji, kehidupanpribadi, kualitas supervisi, kondisi
yang adil dalam pekerjaan. Karena pemuas kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi,
kebutuhan ini terutama dikaitkan dengan kebijaksanaan dan adiministrasi perusahaan.
kekaryaan seseorang, artinya keamanan dalam arti Sedangkan Motivation Factors, dikaitkan dengan
fisik tetrmasuk keainaian seseorang didaerah isi pekerjaan mencakup keberhasilan, pengakuan,
tempat tinggal, dalam perjalanan menuju ke pekerjaan yang menantang, peningkatan dan
tempat bekerja, dan keamanan di tempat kerja. pertumbuhan dalam pekerjaan.
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk Menurut pendapat ahli lainnya, yakni
sosial, tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri yang dikenal dengan Teori ERG Alderfer
dan pasti memerlukan bantuan orang lain, (Existence, Relatedness, Growth). Rivai (2004)
sehingga mereka harus berinteraksi dalam mengatakan bahwa adalah teori motivasi yang
memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan sosial dikemukakan ditemukan adanya 3 (tiga)
kebutuhan pokok manusia, yakni Existence Needs
tercermin dalam empat bentuk perasaan yaitu (a)
(kebutuhan keadaan) untuk tetap bisa hidup sesuai
Kebutuhan akan perasaaan diterima orang lain
dengan tingkat kebutuhan tingkat rendah dari
dengan siapa ia bergaul dan berinteraksi dalam Maslow yaitu meliputi kebutuhan fisiologis dan
organisasi dan demikian ia memiliki sense of kebutuhan akan rasa aman serta hygiene factors
belonging yang tinggi. (b) Harus diterima sebagai dari Herzberg. Kebutuhan yang berhubungan dan,
kenyataan bahwa setiap orang mempunyai jati diri yang mencakup kebutuhan untuk berinteraksi
yang khas dengan segala kelebihan dan dengan orang lain adalah Relatedness Needs.
kekurangannya. Dengan jati dirinya itu, setiap Kebutuhan inisesuai dengan kebutuhan afiliasi
manusia merasa dirinya penting, artinya ia dari Maslow dan hygiene factors dari Herzberg.
memiliki sense of importance. (c) Kebutuhan akan Kebutuhan lainnya adalah Growth Needs, yakni
perasaan maju dan tidak akan gagal sering disebut kebutuhan yang mendorong seseorang untuk
memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif
sense of accomplishment. Tidak ada orang yang

ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011 31


terhadap diri sendiri atau lingkungan. Realisasi comes, comparation person (Wexley & Yukl,
dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri 2000). Input adalah sesuatu yang berhubugan
dari Maslow dan motivation factors dari yang dirasakan pegawai/karyawan sebagai
Herzberg. sumbangan terhadap pekerjaan, seperti
Dari beberapa teori di atas, dapat di ambil pendidikan, pengalaman kerja, dan kecakapan.
kesimpulan bahwa motivasi kerja merupakan Outcomes adalah sesuatu yang berharga yang
suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah, dirasakan pegawai/ karyawan sebagai hasil dari
dan ketekunan seorang individu untuk mencapai pekerjaannya, seperti gaji, status, symbol, dan
tujuamya. indikator-indikator mengenai motivasi pengharyaan. Comparation person adalah dengan
kerja tersebut meliputi: kebutuhan fisik;
membandingkan input, outcomes Cerhadap orang
kebutuhan keselamatan dan keamanan; kebutuhan
lain. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi
sosial; kebutuhan akan penghargaan; dan
menguntungkan bisa menimbulkan kepuasan,
kebutuhan aktualisasi diri.
tetapi bisa pula tidak Akan tetapi bila
perbandingan itu tidak seimbang dan merugikan,
Tinjauan teori Kepuasan Kerja
Menurut Wexley & Yulk (2000) dalam akan menimbulkan ketidakpuasan (Suhartono,
bukunya yang berjudul Orgnnisational behaviour 2004).
And Personnel Psychology dalam As’ad (1995), Kelemahan dari teori ini adalah kenyataan
pada dasarnya tori-teori tentang kepuasan kerja bahwa kepuasan kerja seseormg juga ditentukan
yang lazim dikenal ada tiga macan. Teori yang oleh individual differences (misalnya pada waktu
pertama adalah Discrepancy theory yang orang melamar kerja apabila ditanya tentang
dipelopori oleh Porter. “teori ini menjelaskan besarnya upah/gaji yang diinginkan). Selain itu,
bahwa kepuasan kerja seseorang diukur dengan tidak liniernya hubungan antara besarnya
menghitung selisih apa yang seharusnya di kompensasi sengan tingkat kepuasan lebih banyak
inginkan dengan kenyataan yang dirasakan. bertentangan dengan kenyataann (As’ad, 1995).
Kemudian Wahjosumidjo (2005) Menurut two factor theory, kepuasan
menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang kerja itu merupakan dua hal yang berbeda, artinya
tergantung pada perbedaan antara apa yang di kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan
inginkan dengan apa yang menurut persepsinya itu tidak merupakan suatu variable kontinyu.
telah diperoleh melalui pekerjaannya. Orang akan Herzberg (As’ad, 1995) membagi situasi yang
puas apabila tidak ada perbedaan antara yang mempengaruhi perasaan seseorang terhadap
diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu
karena batas minimum yang diinginkan maka kelompok satisfiers atau motivator yang terdiri
orang akan menjadi lebih puas lagi walaupm dari prestasi pengakuan, tanggungjawab. Dan
terdapat “discrepancy”, tetapi merupakan yang kedua yaitu kelompok sebagai sumber
discrepancy positif. Sebaliknya, semakin jauh dari ketidakpuasan atau dissatisfiers yang terdiri dari
kenyataan yang dirasakan itu dibawah standar prosedur kerja, upah atau gaji, hubugan antar
minimum sehingga menjadi negatif discrepancy, karyawan/ pegawai.
maka makin besar pula ketidakpuasan terhadap Lebih lanjut As’ad (1995) mengemukakan
pekerjaannya. Teori selanjutnya adalah equity bahwa kepuasan kerja timbul dari faktor
theory (Sutrisno, 2009). hubungan antar karyawan, antara lain hubiulgan
Kepuasan kerja merupakan perilaku antaia punpulan dengan karyawan, faktor fisik dan
seseorang yang dirasakan ketika berada di dalam kondisi kerja, hubungan sosial diantara karyawan,
sebuah organisasi (Thoha, 1994). Dalam equity sugesti dari teman kerja, emosi dan situasi keija.
theory, kepuasan kerja seseorang tergantung Faktor individual, antara lain sikap kerja
apakah ia merasakan keadilan atau tidak atas seseorang terhadap pekerjaannya, umur orang
situasi. Perasaan keadilan atau ketidak adilan atas sewaktu bekerja, serta jenis kelamin karyawan.
suatu situasi diperoleh dengan membandingkan Sedangkan faktor dari luar (ekstern) antara lain
dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor keadaan keluarga karyawan, rekreasi, pendidikan
maupun di tempat lain. Menurut teori ini, elemen (trainng, upgrading dan lain-lain).
- elemen dari equity ada tiga yaitu : input, out

32 ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011


Menurut Jewell & Siegall (1998) tidak tertulis, serta melaksanakan perintah
beberapa aspek dalam mengukur kepuasaan kerja manajemen. Pembinaan disiplin bermanfaat dan
bisa dilakukan dengan mengukur aspek dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-
psikologis, yang berhubungan dengan kejiwaan baiknya serta mampu memberikan pelayanan
karyawan meliputi minat, ketentraman kerja, yang maksimum kepada pihak tertentu yang
sikap terhadap kerja, bakat dan ketrampilan. berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan
Aspek social yang berhubungan dengan interalai bidang pekeijaan yang diberikan kepadanya.
sosial, baik antar sesama karyawan dengan atasan Dapat menggunakan dan memelihara sarala dan
maupun antar karyawan yang berbeda jenis prasarana, barang dan jasa perusahaan dengan
kerjanya serta hubungan dengan anggota sebaik-baiknya. Dapat bertindak dan berperilaku
keluarga. Aspek fisik, berhubungan dengan sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada
kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik perusahaan. Perlakuan ini diharapkan mampu
karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai
waktu kerja, pengaturan waktu istirahat, keadaan dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka
ruangan, suhu udara, penerangan, pertukaran pendek maupun jangka panjang. Disiplin kerja
udara, kondisi kesehatan karyawan dan umur. Dan juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi ymg
aspek finansial berhubungan dengan jaminan serta tercipta dan terbentuk melalui proses dani
kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-
besar gaji, jaminan sosial, tunjangan, fasilitas dm nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan
promosi. dan atau ketertiban (Prijodarminto, 1994).
Dari beberapa teori di atas bisa di ambil Pengertian disiplin kerja menurut
kesimpulan, kepuasan kerja pegawai adalah suatu pendapat Ali & Baloch (2010) adalah kedisiplinan
kesesuaian atau kecocokan antara kenyataan suatu sikap tingkah laku dan perbuatan yang
imbalan yang di terima dengan imbalan yang di sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik
harapkan. Indikator-indikator umum yang tertulis maupun tidak tertulis. Sedangkan menurut
menunjukan kepuasan kerja adalah: (a) faktor Rivai (2004) disiplin kerja adalah suatu alat yang
psikologis, (b) faktor fisik, (e) faktor finansial dan digunakan pada manajer untuk berkomunikasi
(d) faktor social. dengan karyawan agar mereka bersedia mengubah
suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
Tinjauan teori disiplin kerja meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang
Disiplin berasal dari kata Latin mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-
“disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan norma sosial yang berlaku.
kesopanan dan kerokhanian serta pengembangan Dari beberapa di atas dapat disimpulkan
tabiat. Hal ini menekankan pada bantuan kepada bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap yang
pegawai untuk mengembangkan sikap yang layak menunjukan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
terhadap pekerjaannya (Moekijat, 1999). keteraturan dan/atau ketertiban terhadap semua
Sedangkan menurut pendapat lain disiplin kerja peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku,
dapat didefinisikan sebagai suatu sikap baik tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup
menghormati, menghargai, patuh, dan taat menjalankannya dan tidak menolak untuk
terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar
yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
menjalankannya dan tidak menolak untuk Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa
menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas
tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong
(Siswanto, 1990). Secara khusus, Bedjo Siswanto gairah kerja, semangat kerja dan terwujudnya
menyatakan bahwa tujuan pembinaan disiplin tujuan organisasi. Indikator-indikator dari disiplin
tenaga keija dilakukan agar para tenaga kerja kerja tersebut adalah: Ketaatan terhadap
mentaati segala peraturan dan kebijakan ketenaga peraturan, kepatuhan dalam pekerjaan, kesetiaan
kerjaan maupun peraturan dan kebijakan dalam pekerjaan, keteraturan pekerjaan, ketertiban
perusahaan yang berlaku, baik tertulis maupun bekerja dan tanggung jawab atas pekerjaan.

ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011 33


E. Metodologi Penelitian dapat di pergunakan unhik mengukur sikap,
Untuk memudahkan penyusunan dalam pendapat, dan persepsi seseorang atau
melakukan penelitian, dibutuhkan suatu desain sekelompok orang tentang suatu gejala atau
penelitian. Adapun tahapan-tahapan desain fenomena sosial. Ada dua bentuk pertanyaan atau
penelitim dalam penelitian yang berjudul pernyataan yang menggunakan skala Likert, yaitu
“Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja bentuk pertanyaan atau pernyataan positif untuk
Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Kantor mengukur sikap positif, dan bentuk pertanyaan
Pelayanan Pajak” dapat dilihat secara jelas pada atau pernyataan negatif untuk mengukur sikap
Gambar berikut, yang menunjukan langkah- negatif Jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 5,
langkah penelitian yang digunakan untuk Jawaban setuju (S) diberi skor 4, Jawaban Kurang
memecahkan permasalahan yang dikaji dalam Setuju (KS) diberi skor 3, c. Jawaban tidak setuju
penelitiai ini. (TS) diberi skor 2 dan Jawaban sangat tidak setuju
(STS) diberi skor 1.

Metode pengambilan sampel


Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian (Nazir, 2003). Populasi yang akan
diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum
penelitian dilakukan. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah pegawai Kantor Pelayanan
Operasionalisasi variabel Pajak yang berjumlah 69 orang pegawai.
Variabel adalah obyek penelitian tentang
apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu
Sampel penelitian
penelitian (Arikunto, 2010). Ada tiga variabel
Sampel adalah sebagian atau wakil
dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (X1),
populasi yang diteliti (Nazir, 2003). Muhidin &
variabel bebas (X2) dan variabel terikat (Y).
Abdurahman (2007) mengatakan bahwa populasi
Variabel bebas (X 1) adalah motivasi kerja yang berjumlah 10 sampai dengan 100 orang,
dengan indikator kebutuhan fisiologis, keamanan
sebaiknya sampel diambil 100 persen dan untuk
dan keselamatan, sosial, penghargaan, aktualisasi
populasi yang jumlahnya 100 sampai dengan 500
diri. Variabel bebas (X2) adalah kepuasan kerja
orang, sampel diambil sebesar 10-15 persen.
dengai indicator factor psikologis (ketentraman
Karena penelitian ini menggunakan populasi 69
kerja, sikap terhadap kerja), faktor fisik (jenis
orang maka sampel yang diambil 100 persen dari
pekerjaan, kesehatan pegawai pengaturan waktu
69 orang atau sebesar 69 pegawai.
kerja dan istirahat), faktor finansial (tunjangan,
fasilitas yang diberikan), dan faktor social.
1. Uji validitas dan uji reliabilitas
Variabel terikat (Y) adalah disiplin kerja dengan
a. Uji validitas
indikator ketaatan terhadap peraturan, kepatuhan
Instrumen penelitian dikatakan valid apabila
dalam pekerjaan, kesetiaan dalam pekerjaan,
mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah
keteraturan pekerjaan, ketertiban bekerja, dan
instrumen penelitian dikatakan valid apabila dapat
tanggungjawab atas pekerj aan.
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
Metoda angket/kuesioner akm
secara tepat (Nazir, 2003). Di dalam penelitian
memperoleh data kualitatif. Untuk mengubah
ini, uji korelasi item indikator untuk penentuan
menjadi data kuantitatif agar dapat dianalisis
validitas dilaksanakan dengan menggunakan Uji
dengan metoda statistika, digunakan cara
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan
penentuan skor tiap alternatif jawaban terhadap Rasio Skewness dan Rasio Kurtosis. Kedua uji
variabel motivasi, kepuasan kerja dan disiplin
tersebut dihasilkan dari analisis reliabilitas pada
kerja pegawai. Penentuan skor tersebut
SPSS versi 17. Instrumen penelitian dikatakan
menggunakan Skala Likert. Menurut Djaali &
valid apabila skor-skor untuk nilai corrected item-
Muljono (2007) Skala Likert adalah skala yang
total correlation dari masing-masing item lebih

34 ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011


besar dari 0,3, dan untuk uji Rasio Skewness dan Berdasarkan hasil analisis, data dinyatakan
Rasio Kurtosis, data berdistribusi normal bila berasal dari populasi berdistribusi normal jika nlai
rasio kurtosis dan skewness berada di antara -2 signifikansi uji normalitas > 0,05.
dan +2.
b. Uj i homogenitas
b. Uji reliabilitas Uji homogenitas dilakukan melalui analisis One-
Penelitian dikatakan reliabel apabila didapatkan Way ANOVA. Uji homogenitas bertujuan untuk
kesamaan data yang diperoleh pada waktu yang memastikan bahwa varians dari kelompok sampel
berbeda. Test-fretest adalah instrumen penelitian yang diteliti adalah sama (homogen). Setelah
yang reliabilitasnya diuji dengan melakukan uji dipastikan bahwa data berasal dari populasi
coba terhadap instrumen beberapa kali pada berdistribusi normal, varians dari sampel adalah
responden. Jadi dalam hal itu insternennya sama, homogen dan dilanjutkan dengan analisis regresi
respondennya sama, tetapi waktu uji cobanya wltuk pengujian hipotesis.
berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi
antara percobaan pertama dengan kedua. Bila c. Uji linieritas
koefisien korelasi positif dan signifikan maka Uji linieritas yang digunakan adalah dengan
instrumen tersebut sudah dinyatakm reliabel. menggunakan ANOVA Table. Uji linieritas ini
Hasil penelitian disebut reliabel apabila nilai bertujuan untuk memastikan bahwa hubungan
Cronbadl’s alpha > 0,5 (Azwar, 2001). antara variabel dependen dengan variabel
Formula yang dipergunakan untuk menguji independen bersifat linier (garis lurus) dalam
reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah range variabel independen tertentu
Koefisien Cronbach’s alpha:
E. Analisis regresi linear berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk
mengetahui apakah variabel independen (X 1 dan
X2) secara simultan berpengatuh terhadap
variabel dependen (Y). Analisis regresi linear
berganda dapat dihitung menggunakan rumus
Dalam penelitian ini, skor Cronbach’s alpha dari sebagai berikut: (Mustafa, 1995).
setiap konstruk variabel diukur dengan
menggunakan reliability analysis pada SPSS versi
17. Banyak literatur dalam metoda penelitian
menyatakan bahwa tingkat reliabilitas suatu Pengujian hipotesis
a. Pengujian hipotesis secaraparsial (Uji t)
instrumen penelitian ditentukan sebagai berikut:
Pengujian hipotesis secara parsial yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui signifikan tidaknya hubungan
antara Variabel X 1 terhadap Y dan antara
Variabel X2 terhadap Y. Uji lupotesis yang
dilakukan dengan menggunakan analisis uji t
(t-test) yang dihasilkan dari analisis regresi
c. Uji normalitas, homogenitas dan linieritas
linier SPSS v.17. (Mustafa, 1995).
a. Uji normalitas
b. Pengujian hipotesis secara simultan (Uji F)
Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data
secara simultan dilakukan melalui analisis uji
dinyatakan berasal dari populasi berdistribusi nor-
F yang dihasilkan dari analisis regresi linear
mal jika signifikansi > 0,05. Pengujian ini
SPSS v.17.Uji F digunakan untuk mengetahui
dilakukan melalui uji nonparametrik 1 Sample
tingkat signifikansi secara simultan antara
KS. Selain itu, analisis statistik deskriptif juga
variabel-variabel bebas terhadap variabel
dilakukan dan dengan analisis deskriptif statistk
terikat (Mustafa, 1995).
untuk mendapatkan output Test of Normality.

ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011 35


c. Koefisien determinasi Uji reliabilitas
Untuk mengetahui kemampuan variabel bebas Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah
menerangkan variabel terikat, dapat diketahui dari instrumen yang dipakai untuk bisa digunakan
besarnya koefisien determinasi (Nazir, 2003). lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden
Besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas yang sama akan menghasilkan data yang
terhadap variabel terikat dapat diketahui dari konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen
besarnya koefisien determinasi secara parsial (r2) harus memiliki tingkat konsistensi. Reliabilitas
dari masing-masing variabel tersebut. Sedangkan diukur dari koefisien korelasi antara percobaan
untuk mengukur besarnya sumbangan secara pertama dengan kedua. Bila koefisien korelasi
bersama-sama dari variabel bebas yang diteliti positif dan signifikan maka instrumen tersebut
terhadap variabel terikat menggiulakan koefisien sudah dinyatakan reliabel. Hasil penelitian disebut
determinasi secara simultan (R2). Dalam reliabel apabila nilai alpha cronbach > 0,5
penelitian ini, koefisien determinasi diperoleh dari (Azwar, 2001: 232).
tabel correlations yang dihasilkan dari analisis Dari pengujian hasil skoring semua item
regresi linear SPSS v.17. pernyataan kuesioner yang dilakukan dengan
menggunakan SPSS for windows version 17,
F. HASIL DAN PEMBAHASAN diperoleh hasil pengujim reliabilitas sebagai
PENELITIAN berikut:
Uji validitas
Uji validitas berguna untuk mengukur tingkat
relevansi pernyataan-pernyataan pada kuesioner
terhadap variabel yang di ukur. Dengan uji
validitas dapat diketahui apakah ada peryataan-
pernyataan pada kuesioner yang harus
dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan.
Menurut Azwar (2001), validitas item dapat Berdasarkan hasil uji Reliabilitas pada tabel di
dilihat dari nilai koefisien korelasi (corrected item atas dapat diketahui bahwa semua variabel
total correlation). Sebuah item dikatakan valid penelitian mempunyai koefisien Cronbach’s alpha
apabila memiliki koefisien korelasi > 0,3, positif dan signifikan serta bernilai > 0,5 sehingga
sebaliknya apabila koefisien korelasi? 0,3 maka dapat disimpulkan bahwa semua item kuesioner
dikatakan tidak valid. Adapun hasil uji validitas dapat digunakan untuk pengumpulan data.
dari semua variabel penelitian adalah sebagai
berikut:

Hasil uji validitas variabel penelitian

Syarat diterimanya hipotesis bahwa data berasal


Berdasarkan perhitungan yang disajikan dalam dari populasi berdistribusi normal adalah bahwa
tabel di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi dari skor Kolmogorov-Smirnov Test tidak signifikan
semua item pernyataan berada di atas 0,3. Oleh secara statistik, dengan tingkat signifikansi 0,05.
karena itu, semua item pernyataan dinyatakan Dari tabel di atas, dapat diketahui nilai p-value (2-
valid. tailed) sebesar 0,782. Artinya bila diuji dengan
menggunakan signifikansi (0,000 < 0,050),
hasilnya tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa

36 ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011


data penelitian berasal dari populasi berdistribusi 0,449. Karenakan nilai p-value > 0,05 maka uji
normal. varians dinyatakan tidak signivikan. Dengan
Rasio skewness dan rasio kurtosis. Menurut demikian, masing-masing kelompok memiliki
Sudjiono (2003) uji ini dapat di jadikan petunjuk varians sampel yang sama (homogen).
apakah suatu data berdistribusi normal apa tidak.
Rasio skewness adalah nilai skewness dibagi Uji lirueritas
dengan standar error skewness; sedang rasio Dari hasil uji linieritas X1 terhadap Y
kurtosis adalah nilai kurtosis dibagi dengaiz menunjukan, bahwa harga F hitung untuk X 1
standar error kurtosis. Dan bila rasio kurtosis dan sebesar 1.673. Dengan taraf signifikasi sebesar 5
skewness berada di antara -2 dan +2, maka persen, maka disimpulkan bahwa F hitung < Ftabel
distribusi data adalah normal. (F tabel = 3.14, menggunakan F tabel untuk dfl=2
dan df2=65), sehingga model regresi linier.

Terlihat bahwa rasio skewness 0.297/0.289 =


Dari hasil uji linieritas X2 terhadap Y
1.03008; sedang rasio kurtosis 0.02/0.570 =
menunjukan, bahwa harga Fhitung untuk X2
0.035041. Karena rasio skewmess dan rasio kur-
sebesar 2.264. Dengan taraf signifikasi sebesar 5
tosis berada di antara -2 dan +2, maka
persen, maka disimpulkan bahwa Fhitung <
disimpulkan bahwa distribusi data penelitian
Ftabel (Ftabel = 3.14, menggunakan Ftabel untuk
memiliki distribusi normal.
dfl=2 dan df2=65), sehingga model regresi linier.

Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk memperlihatkan
bahwa dua atau lebih kelompok data sampel
berasal dari populasi yang memiliki variansi yang
sama. Untuk tujuan analisis regresi, persyaratan
analisis yang dibutuhkan adalah bahwa galat
regresi untuk setiap pengelompokan berdasarkan Analisis regresi berganda
variabel terikatnya memiliki variansi yang sama. Berdasarkan analisis regresi skoring semua item
Tabel Uji Homogenitas Varians pernyataan kuesioner yang dilakukan dengan
Regresi antara X 1 dan Y menggunakan SPSS for windows version 17,
diperoleh hasil masing-masing koefisien regresi
sebagai berikut:

Berdasarkan uji homogenitas varians yang Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai
diperoleh dari analisis One-Way ANOVA, konstanta sebesar 2,079; nilai koefisien regresi bl
diperoleh nilai p-value (Sig.) sebesar 0,317 dan sebesar 0,196 dan nilai koefisien regresi b2

ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011 37


sebesar 0,307. Dari persamaan tersebut bisa Dari hasil perhitungan di atas dapat di simpulkan
disimpulkan bahwa: bahwa uji F menunjukkan adanya pengaruh yang
a. Jika semua variabel bebas (X 1 dan X2) signifikan secara simultan antara variabel bebas
memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel dengan variabel terikat, yaitu pengaruh motivasi
terikat (Y) sebesar 2,079. kerja dan kepuasan kerja terhadap disiplin kerja
b. Setiap penambahan X 1 sebesar 1 (satu) pegawai Kantor Pelayanan Pajak. Hal ini
satuan, maka Y akan bertambah sebesar 0,196 ditunjukkan dengan nilai Fhitung sebesar 13.485,
satuan, dengan asumsi X2 konstan. sehingga Fhitung > Ftabel (Ftabel = 3.14, menggunakan
c. Setiap penambahan X2 sebesar 1 (satu) Ftabel untuk dfl=2 dan df2=65).
satuan, maka Y akan bertambah sebesar 0,307 Koefisien determinasi
satuan, dengan asumsi XI konstan. Besarnya sumbangan (kontribusi) variabel bebas
secara simultan untuk mengestimasi model yang
Uji hipotesis diajukan ditunjukkan dengan nilai R square, yaitu
Uji t (parsial) sebesar 0,290. Ini berarti bahwa variabel bebas
Pengujian hipotesis secara parsial ini (motivasi kerja dan kepuasan kerja) secara
dimaksudkan untuk menguji signifikansi bersama-sama dapat menerangkan variabel
pengaruh dari masing-masing variabel bebas yaitu amatan (disiplin kerja) sebesar 29 persen.
koefisien regresi motivasi kerja (b) dan koefisien Sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor
regresi kepuasan kerja (b) terhadap disiplin keija (variabel) lain di luar model.
(Y). Untuk menguji hipotesis 1 dan 2 digunakan
uji t. G. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dan
kerja analisa kuantitatif, disimpulkan hal-hal sebagai
Berdasarkan hasil analisis yang terangkum dalam berikut:
tabel, pengujian hipotesis koefisien regresi, a. Berdasarkan hasil analisa korelasi parsial
variabel motivasi kerja (X) diperoleh t hitung diketahui bahwa pengaruh motivasi kerja
sebesar 1.916. Dengan demikian, thitung > ttabel terhadap disiplin kerja pegawai Kantor
(ttabel 1.371, menggunakan ttabel untuk uji satu ekor Pelayanan Pajak sebesar 0,229. Besaran ini
dengan df = 60). menunjukkan bahwa kemampuan variabel
Hal ini berarti bahwa hipotesis (H) yang motivasi kerja untuk mempengaruhi variabel
menyatakan: tidak ada pengaruh yang signifkan disiplin kerja relative kecil. Artinya ada hal-
dari motivasi kerja terhadap disiplin kerja hal lain yang lebih dominan bisa
pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro, mempengaruhi variabel disiplin kerja.
ditolak. b. Hasil analisis korelasi parsial diketahui bahwa
Pengaruh kepuasan kerja terhadap disiplin kerja pengaruh kepuasan kerja terhadap disiplin
Berdasarkan hasil analisis yang terangkum pada kerja pegawai Kantor Pelayanan Pajak
tabel, pengujian hipotesis koefisien regresi, sebesar 0,379. Besaran ini menunjukkan
variabel kepuasan kerja (X2) diperoleh thitung bahwa kemampuan variabel motivasi kerja
sebesar 3.323. Dengan demikian, thitung > ttabel (ttabel untuk mempengaruhi variabel disiplin kerja
= 1.371, menggunakan ttabel untuk uji satu ekor jugan relative kecil. Artinya selain variabel
dengan df = 60. ini, masih ada hal-hal lain yang lebih
Hal ini berarti bahwa hipotesis (Ho) yang berpengaruh terhadap variabel disiplin kerja.
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan c. Berdasarkan hasil analisis secara simultan
dari kepuasan kerja terhadap disiplin kerja pengaruh motivasi kerja dan kepuasan kerja
pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro, terhadap disiplin kerja pegawai Kantor
ditolak. Pelayanan Pajak, ditunjukkan oleh koefisien
determinasi sebesar 29 persen. Artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas (motivasi kerja dan kepuasan
kerja) terhadap variabel terikat (disiplin kerja)
secara bersama-sama. Besaran itu
menunjukkan bahwa motivasi dan kepuasan
kerja dapat menerangkan variabel disiplin
Kerja sebesar 29 persen. Sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

38 ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011


Saran Jalur dalam Penelitian. Bandang: Pustaka
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, Setia.
diberikan saran sebagai berikut: Mustafa, Zaenal. (1995). Pengantar Statistik
a. Peningkatan motivasi kerja pegawai Kantor Terapan Untuk Ekonomi. Yogyakarta:
Pelayanan Pajak, salah satunya dengan cara BPFE-UII.
menyediakan lingkungan kerja yang kondusif, Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta:
komunikasi yang efektif antar pegawai dan Ghalia Indonesia.
penetapan grade penghasilan yang sesuai Prijodarminto, Soegeng. (1994). Disiplin Kiat
dengan hasil pekerjaan pegawai. Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya
b. Kepuasan keija pegawai mempunyai Paramita.
pengaruh yang lebih signifikan terhadap Rivai, Veithzal. (2004). Manajemen Sumber Daya
disiplin kerja, sehingga peningkatan kepuasan Manusia Untuk Perusahaan.
kerja sangat diperlukan untuk peningkatan Jakarta:Grafindo.
disiplin kerja. Hal ini bisa dilakukan dengan Robbins, Stepen & Timothy, A. Judge. (2012).
peningkatan jaminan kesehatan pegawai, Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba
perbaikan fasilitas kantordan perbaikan sistem Empat.
mutasi pegawai yang berbasis homebase. Robbins, Stephen & Coulter, Mary. (2007).
c. Mengingat pentingnya disiplin pegawai, Manajemen. Jakarta: Gramedia.
Kepala kantor Pelayanan Pajak diharapkan Siagian, Sondang P. (2008). Manajemen Sumber
mampu menumbuhkan kesadaran para Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
pegawai akan pentingnya kedisiplinan, Simamora, Henry. (2004). Manajemen Sumber
sehingga pegawai dengan kerelaan hati Daya Manusia. Yogyakarta: STIE.
menaati ketentuan dan tata tertib yang telah Siswanto, Bedjo. (1990). Manajemen Modern.
ditetapkan. Bandang: Sinar Baru.
Siswanto, Bejo. (2005). Manajemen Tenaga Kerja
DAFTAR PUSTAKA Indonesia Pendekatan Administratif dan
Ali, N. & Baloch, Q. B. (2010). Job Satisfaction Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
And Employee Turnover Intention (Case Sofyandi, Herman. (2008). Manajemen Sumber
Study of NWFP Pakistan Based Banking Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sector). Interdicilinary Journal of Sudjiono, A. (2003). Pengantar Statistik
Contemporary Research Business. Vol. 2, Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
No. 5: 39-66. Persada.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur penelitian Suhartono, (2004). Manajemen Sumber Daya
suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Manusia Strategik. Yogyakarta: Penerbit
Cipta. Amus.
As’ad, Moch. (1995). Psikologi Industri. Jakarta: Sutrisno. (2009). Manajemen Sumber Daya
Liberty. Manusia, Edisi Pertama, Cetakan
Azwar, S. (2001). Sikap Manusia: Teori dan Pertama. Jakarta: Penerbit Kencana
Pengukuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prenada Media.
Djaali & Muljono, P. (2007). Pengukuran Dalam Thoha, Miftah. (1994). Perilaku Organisasi
Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Konsep Dasar dan Aplikasinya.Jakarta:
Hani, T. Handoko. (2014). Manajemen Personalia Raja Grafindo Persada.
dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Wahjosumidjo, (2005). Kepemimpinan dan
BPFE. Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hasibuan, Malayu. S. P. (2005). Manajemen Wexley, Kenneth, N & Yukl, Gary. (2000).
Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara Terjemahan Muh. Shobaruddin, Perilaku
Jewell, L. N. & Siegall, M. (1998). Psikologi Organisasi dan Psikologi dan Psikologi
Industri/Organisasi Modern: Psikologi Personalia. Jakarta: Rineka Cipta.
Penerapan Untuk Memecahkan Berbagai
Masalah Di Tempat Kerja, Perusahaan,
Industri, Dan Organisasi. Ed-2, hal 529.
Jakarta: Arcan.
Moekijat. (1999). Manajemen kepegawaian.
Bandung: Mandar Maju.
Muhidin, Sambas Ali & Abdurahman, Maman.
(2007). Analisis Korelasi, Regresi, dan

ISSN 1978 – 6573 DERIVATIF – Vol. 5 No. 2 Nopember 2011 39

Anda mungkin juga menyukai